ini merupakan peluang bagi jurusan sarjana maupun profesi ners untuk bekerja di luar negeri
Manado (ANTARA) -
Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah XVI Gosulutteng, Munawir Sadzali Razak mengajak perawat melirik peluang kerja ke luar negeri yang makin terbuka.
"Over supply inilah sebenarnya menjadi alasan pemerintah pada 13 tahun lalu mengambil kebijakan moratorium pembukaan program studi baru untuk keperawatan dan kebidanan," kata Munawir di Manado, Rabu.
Karena di tahun 2011 pemerintah sudah memprediksi bahwa lima tahun ke depan atau pada tahun 2016 jumlah alumni dari program studi keperawatan dan kebidanan itu sudah melebihi kebutuhan sehingga ada potensi tidak terserap atau menjadi pengangguran.
Sebagaimana data BPS, kata dia, di tahun 2023 jumlah perawat yang ada di Indonesia itu jumlahnya 582.023 orang yang ternyata meningkat 3,24% dari tahun 2022.
Kementerian Kesehatan memprediksi di tahun 2025 Indonesia akan kelebihan tenaga perawat di mana jumlahnya mencapai 695.217 orang atau hampir mencapai 700.000 orang.
Menurut Munawir, diproyeksikan di tahun 2030 dunia secara global akan mengalami kekurangan perawat sebanyak 18 juta orang khususnya bagi negara-negara yang maju dan sedang memasuki era di mana penduduknya semakin menua tapi pertumbuhan ekonominya naik.
Akibatnya, negara negara-negara tersebut membutuhkan tenaga kerja dari negara-negara yang memiliki kelebihan suplai tenaga kesehatan.
Dia menyebutkan beberapa negara yang membutuhkan tenaga perawat yang profesional, di antaranya, Arab Saudi, Qatar, Uni Emirat Arab, Jepang, Afrika Selatan, Selandia Baru, Australia, Jerman dan Belanda.
Pewarta: Karel Alexander Polakitan
Editor: Budhi Santoso