SweetNovel HOME timur angst anime barat chicklit horor misteri seleb sistem urban
TERLUKA KARENA PERPISAHAN

TERLUKA KARENA PERPISAHAN

BAB 1

"Katakan jika itu tidak benar, Mas!!" Teriak Adelia pada Anhar Wiguna.

"Maaf, Del. Aku mencintainya." Lirih Anhar.

Adelia memejamkan matanya, terasa ribuan belati menghujam jantungnya, Suami yang ia cintai mengaku mencintai wanita lain.

"Ini tidak adil untukku, Mas." Adelia menghirup dalam udara untuk melegakan nafasnya yang terasa sesak. "Untuk apa kamu menikahiku jika akhirnya kamu kembali pada mantan kekasihmu." Adelia mulai berteriak dan menutup wajahnya, ia menangis karna hanya dengan cara itu membuat Adelia melepaskan bebannya. "Tidakkah kamu berpikir sudah ada Kaisar diantara kita? Tegakah kamu pada Kaisar, Mas?" Adelia masih terus berusaha mempertahankan rumah tangganya bersama Anhar. "Setidaknya tolong pikirkan Kaisar." Lirihnya di sela sela tangisnya.

Anhar menunduk, "Aku tidak bisa, Del. Aku sangat mencintai Riska dan tidak ingin kehilangan dia kembali."

Adelia hanya bisa menangis, tangisannya begitu terdengar sangat pilu, membuat siapa saja yang mendengarnya akan merasa iba terhadapnya. Begitupun Anhar, sebenarnya Anhar tidak tega dengan perbuatannya terhadap Adelia, hanya saja kembalinya cinta pertamanya membuat Anhar lupa diri, termasuk perasaannya pada Adelia yang sudah memberinya seorang putra bernama Kaisar.

Anhar meninggalkan Adelia di dalam kamarnya seorang diri, berharap Adelia bisa berlapang dada menerima perpisahannya dengan Anhar.

"Mama tidak akan setuju jika Kamu menceraikan Adelia." Kata Mutia dengan tegas pada Anhar.

"Ma.. Aku mencintai Riska. Tolong restui." Pinta Anhar.

Plakkk..

Mutia menampar putra satu satunya itu.

"Sadarlah, Anhar!! Riska bukan wanita yang baik untukmu. Adelia adalah wanita yang baik untukmu." Kata Mutia dengan tatapan tajam.

"Baik untukku menurut Mama bukan berarti baik untukku, Ma!!" Balas Anhar dengan nada meninggi.

Mutia menelan salivanya, "Berani kamu membentak Mama, Har?" Tanya Mutia yang kini sudah mulai berkaca kaca.

"Ma.. Bukan maksud Anhar seperti itu." Anhar mulai bersikap lembut pada sang Ibu.

"Mama kecewa padamu, sangat kecewa padamu. Suatu saat kamu akan menyesali semua perlakuanmu pada Adelia." Geram Mutia lalu meninggalkan ruang kerja Anhar.

Anhar terduduk sambil menggusar kepalanya. "Kali ini saja aku ingin Egois, Ma..." Lirih Anhar.

**

Seminggu berlalu,

Adelia membereskan pakaiannya, ia akan keluar dari kediaman keluarga Wiguna, Dimana ia menjadi istri dari Anhar Wiguna selama 5 tahun.

Air mata terus meluncur di pipi mulus Adelia, berulang kali Adelia menghapusnya tetap saja kembali basah oleh tetesan air matanya.

Adelia wanita yang cantik, umurnya pun masih terbilang muda, terpaut sepuluh tahun dengan Anhar.

Mutia begitu menyukai pesona Adelia saat mereka bertemu dalam acara amal di sebuah rumah sakit khusus anak. Sejak saat itu Mutia mencari tau latar belakang Adelia dan ternyata Adelia adalah seorang gadis yatim piatu yang hanya tinggal dengan seorang kakak laki lakinya bernama Adrian yang merupakan seorang tentara angkatan laut. Dan setelah Adelia menikah dengan Anhar, Adrian sendiri menjalankan tugas negaranya untuk menjaga sebuah pulau dengan perbatasan dengan negara tetangganya di pulau yang terpencil.

"Del.." Panggil Mutia dengan lembut.

Adelia mendongak dan menatap sang Mama mertua yang sudah seperti ibu kandungnya sendiri. "Mamaa.." Lirih Adelia hampir tak terdengar.

Mutia ikut duduk dilantai bersama Adelia yang sedang menata pakaiannya ke dalam sebuah koper, "Mama minta maaf karna tidak bisa mempertahankan Adel." Mutia menangis sesenggukan merasa bersalah karna kehilangan kekuasaan terhadap diri putranya.

Adelia menggelengkan kepalanya, "Tidak, Ma. Ini bukan salah Mama." Jawabnya bijak.

"Mama begitu merasa bersalah padamu, mengenalkanmu pada Anhar dan menjodohkan kalian. Mama tidak menyangka akan seperti ini, Del. Mama kira Anhar akan menjadikanmu cinta terakhirnya." Tangis Mutia semakin menjadi karna perasaan bersalahnya.

Adelia memeluk Mutia dan menenangkannya, Adelia tidak ingin jika tekanan darah Mutia naik dan membuat Mutia menjadi sakit. "Ma, tidak apa, Ma. Sungguh jangan merasa bersalah. Semua yang terjadi sudah takdirku, Ma. Aku tidak menyesalinya karna aku masih memiliki Kaisar dalam hidupku." Kata Adelia.

Anhar yang mendengar percakapan Ibunya dan Adelia dari pintu yang tidak tertutup rapat langsung membuka pintu dengan keras.

Brakk.

"Kaisar tidak akan kemana mana. Kaisar akan tinggal bersamaku karna Kaisar adalah pewaris dari Wiguna Group yang sah dan kuat." Kata Anhar dengan tegas.

Adelia mendelik kemudian berdiri didepan Anhar. "Kaisar masih dibawah umur, Kaisar akan ikut denganku!!" Balas Adelia.

"Tidak!! Kaisar akan tetap tinggal bersamaku, jika kamu berani menggugat hak asuh ke pengadilan, akan kupastikan aku memenangkan hak asuh Kaisar." Tekan Anhar.

"Kamu egois. Mas. Kamu yang berselingkuh, tetapi kamu juga yang ingin memisahkan aku dengan Kaisar. Tidakkah kamu berpikir, jika kamu masih bisa memiliki anak yang lain dari wanitamu, tetapi aku, aku hanya memiliki Kaisar, Mas." Ucap Adelia berapi api.

Anhar memalingkan wajahnya, mengepalkan tangannya, sungguh ia hanya ingin berpisah dengan Adelia tetapi tidak ingin berpisah dari Kaisar.

Anhar kembali menatap wajah Adelia dengan tatapan tajamnya, "Kaisar akan bersamaku, jika kamu membawa Kaisar, maka akan kupastikan Adrian kehilangan karirnya sebagai abdi negara, dan aku pastikan kalian akan hidup susah sehingga aku bisa merebut Kaisar kembali dan menjauhkannya darimu."

"ANHAR!!" Pekik Mutia yang sudah kehilangan kesabarannya.

"Setan apa yang merasukimu, Nak. Tega sekali kamu pada Adelia yang sudah mengorbankan nyawanya untuk melahirkan Kaisar. Dan kini kamu ingin memisahkan Adelia dengan Kaisar. Mama tidak habis pikir dengan jalan pikiranmu, Har!!" Mutia mendekat pada Adelia dan memeluk menantu kesayangannya itu.

Anhar menarik nafas dan menghembuskannya kasar. "Berani kamu membawa Kaisar, maka aku tidak akan main main dengan ucapanku."

"Apa salahku, Mas? Mengapa kamu sejahat ini padaku?" Adelia tidak dapat menahan kesedihannya, ia berteriak seolah menumpahkan rasa kesalnya. Terluka dan begitu menyakitkannya sikap Anhar pada Adelia. Padahal selama ini Adelia adalah istri idaman yang begitu menurut dan melayani suaminya dengan baik.

Anhar membalikan tubuhnya, namun sebelum melangkah keluar ia berkata yang masih begitu menyakitkan untuk Adelia. "Berpisahlah baik baik dengan Kaisar, manfaatkanlah waktu tiga hari ini untuk melepas rindumu dengan kaisar. Jika kamu masih tetap ingin membawa Kaisar, kupastikan seumur hidupmu kamu tidak akan pernah bisa bertemu lagi dengan Kaisar. Kaisar darah dagingku, dan dia akan tinggal bersamaku." Setelahnya Anhar meninggalkan Adelia dan Mutia yang menangis berdua.

"Mengapa Mas Anhar tega sekali padaku, Ma? Apa salahku pada Mas Anhar? Tak cukupkah Mas Anhar membuangku? Mengapa harus memisahkanku juga dengan Kaisar?" Adelia terus meraung meratapi nasibnya. Tubuhnya merosot hingga duduk melemas di lantai, Mutia tak kuasa melihat kesedihan sang menantu. Ia memeluk Adelia dan menenangkannya.

"Aku tidak sanggup jika harus berpisah dengan Kaisar, Ma. Hanya Kaisar yang aku punya." Lirih Adelia yang begitu memilukan, membuat Mutia merasa semakin bersalah.

...****************...

Hai Teman teman Readersku semua? Adakah yang rindu dan menantikan Novel terbaru dariku?

Say Hai di kolom komentar ya, aku rindu dengan kalian semua.

BAB 2

Adelia berjalan menuju kamar Kaisar, dilihatnya sang putra tercinta sedang bermain lego bersama pengasuhnya.

"Mamaaaa..." Panggil Kaisar yang kini barusia berusia 4 tahun.

Adelia mencoba tersenyum, "Kai.." Adelia mendekat pada Kaisar, disaat bersamaan, pengasuh bernama Mbak Nina pergi meninggalkan kamar Kaisar untuk memberikan ruang lebih pada Adelia dan Kaisar.

"Ma Lihat. Kai buat istana dali lego untuk Mama." Kata Kaisar dengan celotehan khas anak kecil.

"Bagus, apa istana ini untuk tempat Mama tinggal?" Tanya Adelia menanggapi cerita Kaisar.

Kaisar mengangguk. "Kalo Kai sudah besal, Kai mau buat istana benelan untuk Mama."

Adelia mengangguk, "Kai sayang Mama?" Tanya Adelia dengan membelai rambut Kaisar.

"Iya dong, Ma. Kai sayang sekali sama Mama." Balas Kaisar.

Adelia memeluk Kaisar, "Mama Kaisar cuma Mama. Kaisar tidak boleh memanggil orang lain dengan sebutan Mama ya, Kai." Pinta Adelia.

Kaisar yang belum mengerti apapun hanya mengangguk anggukan kepalanya didalam pelukan Adelia.

Setelah puas memeluk sang putra, kini Adelia membawa Kaisar keatas tempat tidurnya.

"Mama bacain Kai celita." Pinta Kaisar.

Adelia tersenyum, "Tentu saja, sayang."

Adelia mengambil sebuah buku cerita dari rak buku dikamar Kaisar, ia mengambilkan dan mulai membacakannya untuk Kaisar. Perlahan tapi pasti, cerita yang diceritakan oleh Adelia begitu terdengar memilukan.

Tes..

Air mata Adelia terjatuh mengenai kening Kaisar, membuat Kaisar seketika mendongak.

"Mama menangis?" Tanya Kaisar dengan mimik wajah takut.

Adelia dengan cepat mengusap sudut matanya dan tersenyum. "Tidak, Kai. Mata Mama hanya terkena debu." Ucapnya berbohong.

"Tapi tadi kamal Kai sudah dibelsihkan oleh Mbak Nina, Ma. Tidak ada debu." Ucap Kaisar, bocah berusia empat tahun itu sangat pintar saat menjawab hal yang tidak wajar menurutnya.

Adelia menghembuskan nafasnya pelan, "Mata Mama memang sedang sensitif, Kai. Harusnya Mama membaca memakai kaca mata, hanya saja Mama lupa." Jawabnya.

Kaisar mengangguk anggukan kepalanya layaknya orang dewasa yang mengerti, "Kalau begitu Mama jangan membacakan Kai celita lagi, Kai mau tidul aja dipeluk Mama." Ucapnya lalu mengambil buku cerita dari tangan Adelia dan meletakannya di meja nakas. "Ayo kita tidul, Ma."

Adelia membawa Kaisar untuk tidur dengan nyaman dan memeluknya.

"Kai.." Panggil Adelia.

"Iya, Ma."

"Bolehkah Mama bekerja?" Tanya Adelia ragu ragu.

"Mama kelja apa?" Tanya Kaisar.

Adelia mengusap kepala Kaisar sambil menepuk nepuk bo*kongnya. "Hemm, Kai tau kan kalo Mama suka membantu acara Amal di rumah sakit anak?" Tanya Adelia yang diangguki oleh Kaisar. "Mama harus kerja beberapa hari untuk menemani anak anak yang sakit." Ucap Adelia.

"Tapi kan biasanya Mama pulang." Balas Kaisar.

Adelia memutar otak mencari jawaban yang dapat dipahami oleh Kaisar. "Dokter dirumah sakit bilang, Mama harus membantunya lebih lama lagi." Kata Adelia pada akhirnya.

"Mama menginap di lumah sakit?" Tanya Kaisar.

"Iya." Jawab Adelia ragu.

Hening sesaat,

"Tapi Mama janji halus pulang secepatnya ya, Kai gak mau nulut lagi kalo Mama lama pulangnya."

Adelia mengangguk, "Mama akan pulang Kai, Kai harus nurut sama Oma, ya. Jangan buat buat Oma capek." Pinta Adelia, karna saat ini Adelia hanya percaya pada Mutia saja, membuat Adelia harus bisa membujuk Kaisar untuk slalu dekat dengan Mutia.

"Iya, Mama." Jawab Kaisar patuh.

Adelia mencium kening Kaisar, "Mama sangat menyayangi Kai."

"Kai juga sayang sekali sama Mama." Kaisar meraih kedua pipi Adelia dan menciuminya berkali kali, membuat Adelia tertawa karna tingkah laku kepolosan Kaisar.

Rupanya Anhar melihat interaksi Adelia bersama Kaisar, sungguh hatinya tidak tega untuk memisahkan Adelia dengan Kaisar. Namun Anhar tidak ingin Kaisar ikut bersama Adelia, karna bagaimanapun, Kaisar merupakan darah dagingnya yang pertama, yang akan mewarisi segala kekayaan keluarga Wiguna dimasa mendatang.

"Maafkan aku, Adelia. Maafkan Papa, Kai." Gumam Anhar dalam hatinya.

Anhar berlalu menuju ruang kerjanya, ia melihat foto pernikahannya bersama Adelia lima tahun yang lalu, gadis polos yang baik hati begitu tulus menerimanya. Saat itu Umur Adelia baru saja menginjak 20 tahun dan Anhar sendiri berumur 30 tahun. Adelia yang saat itu masih kuliah mau menerima lamaran Anhar dan menikah, hanya butuh waktu 4 bulan menjalani pernikahan sudah membuat Adelia hamil. Kehamilannya tidak membuat Adelia lalai akan tugasnya sebagai mahasiswa, ia tetap kuliah dan berhasil meraih gelar sarjananya saat Kaisar berumur satu tahun.

Meski Adelia anak yatim piatu, namun keluarganya meninggalkan harta yang cukup untuk kehidupan Adrian dan Adelia, hingga Adelia menikah dengan Anhar, dan Adrian bertugas ke pulau, membuat Adrian dan Adelia akhirnya terpisah. Begitupun dengan harta peninggalan orang tuanya yang sudah dibagi dua untuk Adrian dan Adelia.

Mutia masuk begitu saja ke dalam ruang kerja Anhar.

"Ma..." Panggil Anhar yang terkejut saat Mutia masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Apa yang kamu berikan pada Adelia setelah perceraian?" Tanya Mutia dengan serius, Mutia tidak ingin Adelia hidup dalam kesusahan setelah bercerai dengan putranya nanti.

"Anhar sudah menyiapkan sebuah rumah yang cukup besar untuk Adelia, mobil Adelia bisa Adelia bawa, dan Anhar memberikan tabungan untuk Adelia memulai usaha, tabungan itu juga bisa menopang kehidupan Adelia hingga beberapa tahun kedepan." Jawab Anhar.

Mutia memicingkan matanya, "Kamu sudah mempersiapkan semua ini? Mama tidak menyangka kamu bisa menyakiti wanita sebaik Adelia."

Anhar mengusap wajahnya kasar. "Semua tidak akan terjadi andai saja dulu Mama merestui hubunganku dengan Riska." Balas Anhar seolah menyalahkan Mutia.

"Riska bukan wanita yang baik, jika dia wanita baik, tidak mungkin dia berpisah dengan suaminya, dan jika Riska wanita yang baik, tidak mungkin membiarkanmu menceraikan Adelia dan dia menggantikan posisi Adelia." Kata Mutia dengan jelas. "Karna hanya wanita hina saja yang berani menjadi orang ke tiga di dalam rumah tangga orang lain." Imbuhnya lagi.

"Dalam masalahku, Adelia lah wanita ketiga itu, Ma. Adelia masuk diantara kehidupanku dengan Riska." Ucap Anhar.

"Adelia gadis baik baik, dia tidak merebutmu dari siapapun, saat kamu berkenalan dengan Adelia, hubunganmu dengan Riska sudah selesai bahkan Riska sudah menikah dengan pria lain, Anhar. Sadarlah akan hal itu." Tekan Mutia.

Anhar memijat pelipisnya.

Mutia duduk di sofa, "Di sini yang paling tersakiti adalah Kaisar. Entah apa yang harus Mama bilang saat Kaisar menanyakan dimana Adelia."

"Adelia bisa bertemu dengan Kaisar kapanpun, Ma." Ucap Anhar.

Mutia kembali menatap tajam sang putra, "Kamu pikir Adelia akan mau datang kesini lagi dan melihat wanita yang menempati posisinya?"

Anhar diam membisu.

"Jangan berpikir jika Adelia akan baik baik saja, Anhar. Kamu terlalu menyepelekan perasaan wanita. Kamu nikahi Adelia, lalu kamu buang Adelia begitu saja dan lebih parahnya lagi kamu mengambil hak asuh Kaisar padahal sudah jelas jika hanya Kaisar yang Adelia miliki." Ucap Mutia mencoba membuka mata hati sang putra.

"Cukup, Ma.." Kata Anhar dengan lirih.

"Penyesalan pasti akan datang padamu, Anhar. Jangan pernah berharap Mama merestui hubunganmu dengan wanita itu, meski dia tinggal disini, Mama tidak akan menganggapnya sebagai menantu Mama, dan jangan sekali kali kamu mengajari Kaisar untuk memanggil wanita itu dengan sebutan Mama. Karna Mama bagi Kaisar hanya satu, Adelia." Ucap Mutia penuh penekanan.

...****************...