SweetNovel HOME timur angst anime barat chicklit horor misteri seleb sistem urban
DENDAM ADINDA

DENDAM ADINDA

Episode 1.Dinda Ketakutan

Sebuah rumah sederhana yang letaknya jauh dari desa, yaitu rumah yang dekat di kaki bukit.

Rumah sederhana itu di huni oleh sepasang suami istri yang belum sampai setahun menikah.

Perempuan yang bernama Adinda itu sedang mengandung buah cinta nya dengan suaminya.

Suami Dinda yang bernama Ardi itu bekerja sebagai tukang kebun.

Kedua pasutri itu hidup bahagia, kehidupan yang jauh dari kota membuat keduanya jauh dari teknologi yang moderen.

Keduanya hidup berbahagia walau sederhana, suami Dinda setiap pagi meninggalkan adinda dirumah seorang diri, suaminya pergi bekerja di kebun mereka.

Hingga di suatu hari naas datang tanpa seorang pun yang tau, musibah yang datang membuat keluarga kecil itu berantakan.

"Mas, ini bekalnya sudah adek siapkan." Ucap Dinda pada suaminya yang sedang bersiap hendak pergi ke kebun.

"Iya sayang, terimakasih ya?" sahut Ardi suaminya Adinda.

Adinda mengangguk dan tersenyum manis pada suaminya. Setiap pagi menyiapkan bekal sudah menjadi rutinitas Dinda untuk suaminya.

Setelah memberi tahu bekal sudah disiapkan untuk suaminya, Dinda keluar dan duduk santai di teras rumah nya yang sederhana itu.

"Sayang,apa kamu tidak menginginkan sesuatu?" tanya Ardi pada Dinda istrinya, karena selama kehamilan Dinda, istrinya itu tidak pernah mengidam apapun, karena itu Ardi selalu menanyakan pada istrinya.

Ardi adalah suami yang siaga, Ardi juga suami yang sangat perhatian, dia tidak pernah membuat Adinda menangis ataupun kelelahan. Ardi juga sangat lembut memperlakukan adinda, karena kebaikan dan kelembutan lelaki itulah yang membuat Adinda mencintai suaminya dengan segenap jiwa raganya.

"Sayang, mas berangkat ya ? Kamu baik-baik dirumah!"

"Iya mas, mas juga hati-hati!" balas Dinda.

Dinda bangun dari duduknya, dia mencium punggung tangan suaminya, Ardi juga merangkul Dinda, dia mencium kening istrinya, kemudian dia mengelus perut buncit istri yang sangat di cintainya itu.

Selepas kepergian suaminya, Dinda kembali masuk kedalam rumahnya yang sederhana itu, dia melakukan pekerjaan rumahnya yang mesti dia kerjakan.

Hi hui...Doni kamu nyetir seperti Anak kecil, kamu sangat lambat." ucap Reno sembari minum minuman keras dan menggoyang-goyangkan kepalanya.

"Hei Reno kamu sabarlah, ini Doni sudah sangat kencang nyetirnya!" protes Dedi yang duduk di sebelah Doni mengemudi.

Doni, Reno, dan Dedi ketiga orang itu adalah pemabuk dan penjudi, sekarang mereka ingin menjelajahi hutan untuk mencari binatang yang ingin mereka buru untuk di jual.

Tidak lama kemudian ketiga mereka sampai di kaki gunung, setelah memarkirkan mobilnya di tempat yang sedikit tersembunyi, ketiga nya berjalan kaki menelusuri jalan yang tidak begitu lebar, bisa di bilang jalan setapak.

Tidak lama kemudian sampailah mereka di depan rumah kecil yaitu rumah Ardi dan Dinda.

Kebetulan Dinda berada di depan rumah sedang menjemur pakaian. Adinda adalah gadis cantik mempunyai kulit putih bersih dan hidung mancung.

Tentu saja siapa lelaki yang melihat akan di buat kagum dan jatuh cinta padanya.

Reno,Doni dan Dedi, berhenti karena melihat seorang wanita cantik yang sedang menjemur pakaian.

"Doni, Dedi, lihat lah ada perempuan cantik bangat!" Reno susah menelan salivanya, jakunnya naik turun, melihat betis mulus Adinda saat baju belakang bawahnya terangkat ketika tangannya ke atas saat menjemur pakaian.

"Sempurna." ucap Doni yang juga sudah menelan salivanya. Ketiganya sudah bergairah melihat betis mulus Adinda, bagai mana jika mereka melihat wajah yang begitu cantik, pasti ketiganya tidak akan tahan.

"Tunggu, dia sedang hamil, lihat saja perut nya sudah buncit?" ucap Dedi menahan langkah kedua temannya.

Hahaha, keduanya nya tertawa, seolah meledek Dedi yang menahan mereka.

" Itulah yang membuat lebih nikmat, kalian tidak pernah 'kan menggauli wanita hamil?" tanya Reno pada Dedi dan Doni.

Keduanya menggeleng, karena memang mereka tidak pernah menikmati mangsa mereka yang sedang hamil. Namun keduanya itu sudah penasaran dengan rasa yang Reno katakan.

Ketiganya berbisik dan mencari ide untuk membuat Adinda tidak curiga. Setelah mengatur rencana dengan ide mereka, akhirnya ketiganya berjalan mendekati Adinda yang sedang menjemur baju cuciannya.

Desa yang di tempati Ardi dan Dinda tidak banyak rumah, hanya ada beberapa rumah saja, itupun sangat jarak terpisah antara rumah yang satu dengan rumah lainnya.

Dan rumah Adinda terletak di penghujung, yaitu rumah terakhir, setelah rumah Dinda hanya ada gunung yang terbentang indah.

"Hai, Mbak," sapa Reno.

Adinda menoleh dengan sedikit tersentak karena tidak biasanya ada orang yang menyapanya.

"Eh, ada apa, kalian siapa?" tanya Dinda tergugup karena tidak pernah melihat ketiga lelaki yang berada di depannya sekarang.

"Kami dari kota Mbak, dan kami kesini mau menaiki gunung itu." tunjuk Reno ke arah gunung yang nampak tidak jauh dari rumah Dinda.

Dinda pun mengangguk, tidak ada rasa curiga sedikitpun, karena pendaki seperti mereka sudah sering datang, dan sudah banyak yang datang untuk mendaki, hanya mereka saja yang menyapa Dinda.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya Dinda, siapa tau mereka mau menanyakan jalan untuk menuju gunung itu.

"Ah kebetulan, boleh gak ? kami minta di isi air ke botol ini, karena air kami sudah habis." Reno sengaja memberi botol kosong ke tangan adinda.

Sedangkan Dedi dan Doni hanya berdiri saja sambil menikmati kecantikan Adinda dan kemolekan tubuhnya.Tanpa Adinda tau pusaka ketiga orang itu sudah meronta dari tempat persembunyian nya.

Adinda langsung mengambil botol yang di sodorkan Reno, tidak ada salahnya hanya memberikan mereka air, pikir Dinda.

"Baiklah, tapi anda dan teman anda tunggu disini! maaf tidak saya ajak masuk, karena suami saya sedang tidak di rumah !" Dinda langsung berjalan masuk kerumahnya.

Saat sampai di pintu utama, Dinda menoleh kepada tiga orang itu,namun Dinda melihat ketiganya masih berdiri di sana, dimana Dinda menyuruh mereka menunggu.

Setelah Dinda masuk, ketiga orang itu langsung menghampiri pintu utama rumah Dinda, mereka mengunci pintu itu dengan pelan agar tidak terdengar oleh pemilik rumah.

Reno segera mendekati Dinda yang sedang mengisi air, dia langsung memeluk tubuh Dinda dari belakang.

Dinda sangat terkejut dengan aksi Reno yang begitu kurang ajar, dengan cepat Dinda berbalik dan melayangkan tamparan ke pipi Reno.

"Anda jangan kurang ajar, keluar dari rumah ku!" titah Dinda dengan sedikit takut.

"Hahaha, kami tidak kurang ajar, kami hanya ingin menemani Mbak biar tidak sendirian." timpal Dedi dan Doni sembari berjalan mendekat.

Keduanya langsung memegang kedua tangan Dinda dengan sigap. Dinda sudah mulai ketakutan, tubuhnya gemetar, dia terus meronta mencoba melepaskan diri.

Reno langsung mengangkat dagu Dinda dan melumat bibir ping Dinda yang rasa Cherry itu. Dinda menggigit bibir Reno yang melumat bibirnya rakus.

Bersambung.

Episode 2.Perasaan Ardi

Plak...terdengar tamparan yang begitu keras di pipi manis Dinda, seketika pipi nya memanas.

"Kurang ajar, berani kamu menggigit bibirku." Reno murka karena bibirnya di gigit oleh Dinda.

"Pergi, pergi kalian, jangan ganggu aku!" Dinda saat ini sudah di landa ketakutan, walau pun tampar yang begitu keras hingga membuat dia terhuyung, Dinda sudah tidak peduli.

Dinda benar-benar takut, dia takut kalau ketiga orang yang nampak asing baginya, akan berbuat jahat pada saat rinya.

"Hei, tidak usah takut, kami hanya ingin bersenang-senang aja dengan mu, kami tidak akan menyakiti mu, jika kamu mau melayani kami." Ujar Doni tertawa seolah ini lucu baginya.

Padahal Dinda sudah sangat ketakutan, tanpa menunggu lebih lama lagi, Reno langsung merobek baju yang di pakai oleh Dinda.

Kedua tangan Dinda sudah tidak bisa di gerakkan lagi, karena kedua tangannya sudah di pegang oleh Doni dan Dedi.

Reno langsung merobek baju Dinda hingga tubuh Dinda ter pang-pang jelas, tubuh putih bersih itu yang selalu Dinda jaga hanya untuk orang yang di cintainya yaitu suaminya, kini tubuh itu sudah di nikmati oleh tiga orang asing yang tidak dia kenal sama sekali.

Kini tubuh Dinda hanya tersisa penutup gunung kembar yang berbentuk kaca mata saja.

Dinda berteriak meminta tolong, namun sayang di lokasi rumah Dinda sangat jarang sekali ada orang lewat, Dinda terus meronta dan menangis sembari berteriak meminta tolong.

"Mas, mas Ardi tolong aku, tolong aku mas, pergi kalian!" titah Dinda pada ketiga orang yang tidak dia kenal itu.

Reno langsung membekap mulut Dinda,dan Reno juga mengikat kedua tangan Dinda kebelakang, Dinda hanya bisa menangis meronta, walau pun dia tau orang lain atau suaminya tidak bisa mendengarnya karena mulutnya yang sudah di bekap dengan bra miliknya sendiri.

Setelah tangan Dinda di ikat dan tubuhnya di bentangkan di meja makan, Reno langsung bermain di gunung kembar Dinda yang sangat montok dan menggoda.

"Hei, apa kalian tidak mau mencoba,ini sangat nikmat?" tanya Reno pada Doni dan Dedi.

Doni dan Dedi yang tadi hanya memegang kedua kaki Dinda,mereka langsung melepaskan pegangannya karena mendapat pertanyaan dari Reno begitu.

Mereka berdua langsung meremas kasar gunung kembar Dinda hingga membuat Dinda menjerit kesakitan, namun jeritan Dinda tidak terdengar oleh mereka karena mulutnya yang sudah di bekap, jadi Dinda hanya mampu mengeluarkan air matanya saja.

Reno yang melihat kedua temannya begitu agresif, dia tertawa sembari merobek kain berbentuk segi tiga yang membungkus mahkota Dinda.

Reno dengan tidak sabar dia langsung mengeluarkan benda pusakanya yang begitu keras, dia langsung menancapkan pusakanya itu ke mahkota Dinda.

Kemudian Reno tarik ulur pusakanya itu dengan sangat kasar dan cepat, Dinda yang mulutnya ter bekap hanya mampu mengeluarkan air matanya sembari menahan sakit.

Setelah beberapa menit Reno menyuruh kedua temannya untuk menggantikannya sementara, Doni dan Dedi langsung menggantikan Reno,melalui belakang dan depan sekaligus.

Dinda sangat kesakitan, dia sudah mulai lemas, namun ketiga orang itu tidak peduli, mereka terus menikmati kenikmatan tubuh Dinda secara bergantian.

Mereka melakukannya dengan begitu kasar, Dinda tidak bisa lagi menahan kesakitan di bagian sensitifnya dan juga di perutnya.

Ketiga orang itu terus melakukannya dengan berganti-ganti posisi, hingga beberapa menit kemudian ketiganya mengeluarkan lahar panas ke area sensitif Dinda.

Dinda sudah sangat lemas dan tidak bertenaga lagi, dia sudah tidak bisa untuk berdiri, perut yang sudah sangat sakit dan area sensitifnya yang sakit juga mengeluarkan darah segar.

Reno melepaskan kain yang membekap mulut Dinda, namun Dinda sudah tidak mampu berteriak lagi, jangankan berteriak bersuara pelan saja sudah tidak mampu.

Dinda sudah terlentang di lantai,tangan nya sudah di lepas, ketiga orang itu kemudian mengencingi Dinda yang sudah tidak bisa bergerak, ketiganya tertawa puas.

"Hei lihat, ada darah, apa dia keguguran?" tanya Doni.

"Bodoh, itu darah karena kemaluannya koyak oleh kita, itu tandanya kita masih perkasa." sahut Reno tanpa ada rasa bersalah.

Kalau Dinda jangan di tanya lagi, perempuan itu sungguh sangat kesakitan, dia ketiga orang itu seperti bukan manusia, tidak ada sedikitpun rasa kasihan pada mereka bertiga.

"Sekarang bagai mana, kita apakan dia?" tanya Dedi yang merasa tidak pantas tubuh Dinda di biarkan begitu saja.

Dedi bukan kasihan, dia hanya takut kalau nanti Dinda melaporkan perbuatan mereka pada polisi, jadi otomatis ketiganya akan meringkuk di dalam penjara.

"Sudah biarkan saja, yang penting kita sudah puas menikmati wanita cantik dan mulus ini. "timpal Doni. Sedangkan Reno hanya mengangguk mengiyakan perkataan Doni.

Ketika mereka hendak pergi, Adinda yang sudah sangat lemas dan menahan sakit, dia mencoba beringsut, dan meraih pisau dapur, Dinda hendak menusuk Reno, namun sayang niat Dinda di ketahui oleh Doni.

"Reno awas!" Doni berteriak menyuruh temannya. Reno langsung berbalik dan mengelak hingga Dinda hanya menusuk angin saja.

Reno yang sudah marah, dia langsung mengambil pisau itu, dan tanpa rasa kasihan langsung menusuk perut Dinda yang sudah tengkurap di lantai.

Reno bukan hanya menusuk Dinda sekali, tapi dia melakukannya hingga beberapa kali, Reno juga memotong puncak bukit gunung kembar Dinda.

Dinda sudah tidak bernyawa, wanita malang itu tewas di tangan Reno, Doni dan Dedi.

Setelah memastikan Adinda sudah mati, ketiganya tertawa dan langsung pergi dari rumah itu agar tidak di ketahui oleh orang.

Sedangkan tubuh Dinda yang sudah tidak bernyawa mereka biarkan begitu saja. Ketiganya tanpa ada niat untuk menutup tubuh malang yang sudah mereka nikmati bergiliran.

sedangkan Ardi yang masih berada di kebun, dia merasa kalau perasaannya tidak enak, dia gelisah, namun dia tidak tau kalau istrinya sudah meninggal karena kebiadaban tiga orang yang sudah tidak pantas di sebut manusia.

" Kenapa perasaan ku tidak enak, apa terjadi sesuatu sama Dinda?" tanya Ardi pada dirinya sendiri. Ardi sejak tadi sudah tidak melakukan pekerjaannya, karena perasaan nya sudah tidak enak.

Ardi dan Dinda seperti punya ikatan batin, tanpa berpikir panjang lagi, Ardi langsung mengambil motor bututnya, dia segera pulang.

Reno, Doni dan Dedi, ketiganya sudah pulang, mereka tidak melanjutkan buruannya lagi, niatnya datang kesini untuk berburu binatang, tapi yang namanya rezeki tidak akan kemana.

Ketiganya sangat puas memburu seorang wanita cantik yang sedang mengandung, ketiga nya pulang ke kota dengan hati yang bahagia. Bagai mana tidak bahagia, buruan mereka sangat cantik, seksi, dan juga sangat montok.

Sampai di halaman rumah, Ardi langsung memarkirkan motornya, dia langsung mendekati pintu yang terbuka.

Namun saat dia masuk kedalam...

Bersambung.

Terpopuler