SweetNovel HOME timur angst anime barat chicklit horor misteri seleb sistem urban
Santet Untuk Kembang Desa

Santet Untuk Kembang Desa

Bab 1. Pengenalan

Hallo guys ini cetita horor punya aku yang ke8 ya, Memang semua nya masih bersangkutan dengan cerita sebelum nya karena tokoh utama adalah Purnama adik nya. Hanya saja mereka muncul saat keadaan sudah terlalu genting, Semoga kalian suka dengan cerita othor yang ini ya.🌺

          PENGENALAN TOKOH

TOKOH WANITA: Nana saputri yang seorang kembang desa dengan kecantikan membuat para gadis lain iri, Punya adik perempuan bernama Nani.

AHMAD: Anak juragan beras yang sangat kaya, Dia adalah orang pertama melamar Nana.

ANDI: Anak kedua juragan beras yang melamar Nana juga.

HENDRA: Anak toke tembakau adalah orang ketiga yang melamar Nana.

LUPI: Anak juragan padi yang melamar Nana di nomor empat.

DAVIN: Anak toke sawit yang kebun nya sangat luas, Lamaran nya juga di tolak oleh Nana.

Bu Asih: Ibu nya Nana yang sifat nya selalu lemah lembut kepada anak anak nya, Walau kadang Nana terkesan melawan kepada diri nya bila sedang di nasehati.

PAK IRWIN: Seorang pria yang tegas dan pekerja keras, Dia punya banyak usaha dari kost hingga kebun sawit. Anak anak nya tak ada yang berani membantah, Apa lagi Bu Asih yang memang patuh kepada suami.

Ikuti terus jalan cerita nya ya guys, Lebih kurang othor minta maaf dan bila ada yang nama nya sama itu tidak bermaksud menyinggung. Mohon maaf bila ada yang tidak berkenan, Selamat membaca.💜

...****************...

 Nana sudah berdandan cantik walau hanya akan mengantar Ayah nya nasi kekebun sawit, Sebenar nya ini bukan karena dandanan nya yang menor atau mencolok. Memang pada dasar nya dia sudah sangat cantik, Dara berusia dua puluh empat tahun ini banyak yang mengatai nya perawan tua karena sering pilih pilih bila di lamar orang. Padahal yang melamar bisa di bilang bukan lah orang sembarangan, Mereka semua nya orang yang bisa di bilang sangat kaya karena punya rumah dan mobil, Namun seperti nya Nana masih menikmati ketenaran ini.

Banyak yang memuji dia cantik dan sangat kagum dengan wajah nya, Sehingga membuat Nana besar kepala. Bila dia menikah maka otomatis segala ketenaran ini akan hilang dan gelar kembang desa akan jatuh ketangan gadis lain. Nana tak bisa menerima hal itu, Sudah tujuh tahun lama nya gelar kembang desa tetap berada dalam genggaman tangan nya, Karena belum ada gadis yang mampu menandingi kecantikan Nana. Nani saja tak secantik Kakak nya, Kadang hal itu lah yang membuat mereka selisih paham, Karena Nana sering mencibir adik sendiri sebab kulit Nani lebih hitam dari pada kulit Nana yang memang sangat sempurna dalam segi apa pun.

Hidung mancung tinggi dan bibir nya merah tanpa polesan lipstik, Kulit putih bak singkong yang di kelupas. Tatapan mata tajam seolah menggoda lawan jenis nya, Rambut panjang terurai indah berwarna hitam. Proposi tubuh pun sangat menunjang, Pinggang ramping dada nya montok berisi. Bak gitar sepanyol yang sedang berjalan, Apa lagi bila Nana memakai rok span pendek sehingga menonjolkan betis nya yang putih mulus. Mata para pria pasti akan tertuju pada nya, Mereka hanya bisa menelan ludah tanpa bisa memiliki. Pak Irwin sudah siaga menyiapkan anak buah yang selalu menjaga Nana bila sedang keluar, Banyak nya kejadian kembang desa yang di perkosa. Membuat Pak Irwin sudah waspada duluan, Dia tak mau bila sang anak mengalami nasib seperti itu.

"Masya allah cantik nya, Andai saja istriku secantik dia." Bisik para pekerja sawit.

"Kalau mau istri cantik jangan cuma jadi buruh sawit, Mas!" Sahut para istri yang kerja brondol sawit.

Sontak para pria hanya diam dan kembali melirik Nana yang sedang berjalan, Dari belakang bokong sangat menggoda para mata pria berhidung belang. Mereka menelan ludah karena tangan gatal ingin menyentuh nya, Nana mendatangi pondok yang agak besar milik Ayah nya bila sedang istirahat.

"Ku antar makan siang, Ayah." Nana menyapa Pak Irwin manja.

"Terima kasih, Kebetulan Ayah sudah lapar." Pak Irwin memang sering di sini untuk memantau para anak buah.

"Eh tapi ini tidak gratis loh." Nana tersenyum licik.

Pak Irwin tahu apa yang putri nya inginkan, Maka dia membuka ponsel nya mengirim uang keakun milik Nana. Gadis ini bersorak karena sudah mendapatkan uang dari Ayah nya, Hidup seperti ini uang sangat Nana sukai. Tanpa suami pun dia bisa punya uang, Dan juga mendapat ketenaran dari para pria yang sangat kagum pada diri nya.

"Sawit ini bakal untuk aku kan, Yah?" Nana membuka obrolan.

"Asal kan kamu segera menikah, Maka sawit ini akan jadi milik mu." Jawab Pak Irwin.

"Kenapa harus menikah? Rasa nya malah akan lebih bagus bila aku tak menikah." Ucap Nana.

"Usia manusia kian bertambah, Nana! Walau kau tidak menikah, Namun suatu hari nanti orang juga tak akan kagum pada mu lagi." Tegas Pak Irwin.

"Kata siapa? Bagai mana bila aku tetap cantik walau sudah tua, Kalau dasar nya cantik ya maka akan tetap cantik." Nana sangat keras kepala.

Pak Irwin menatap putri sulung nya tidak suka, Dia tahu bahwa Nana sangat suka dengan popularitas kembang desa. Namun suatu saat nanti itu semua akan pudar, Karena masih banyak gadis gadis di bawah Nana yang akan tumbuh dewasa dan bisa jadi nanti nya mereka akan lebih cantik lagi.

"Lihat lah Ahmad! Dia sudah bertunangan dengan Weni." Pak Irwin menyinggung pria pertama yang melamar Nana.

"Biarlah, Aku juga tak peduli dia mau menikah dengan siapa! Apa lagu cuma sekelas Weni, Jauh sekali sama aku." Cibir Nana.

"Jaga bicara mu, Nana! Aku tak pernah mendidik mu jadi sombong. Hanya karena di puji banyak orang, Kau jadi besar kepala dan banyak tingkah." Bentak Pak Irwin.

Nana sangat kesal karena malah di marahi oleh Ayah nya, Maka dia segera pergi meninggal kan tempat ini dengan kekesalan mendalam. Yang penting sudah dapat uang dari Ayah nya, Rencana untuk main dengan teman teman nya pun bisa di laksanakan.

"Sialan pria tua itu! Aku tidak mau menikah kok ribut sekali." Rutuk Nana di sepanjang jalan.

"Tidak baik bicara begitu, Nona! Dia tetap lah Ayah anda." Nasihat Dani.

"Ya ngapain dia bawa bawa nama Ahmad, Terserah lah dia mau menikah atau mau salto." Kesal Nana.

Dani adalah orang yang menjaga Nana sejak dulu, Hubungan mereka cukup dekat dan Nana sudah menganggap Dani seperti Abang nya sendiri, Mereka selalu bersama kemana pun karena tugas nya Dani menjaga Nana.

Bab 2. Itik buruk rupa

Nani menatap cermin dengan air mata berderai membasahi pipi, Meratapi nasib nya yang kadang ia merasa sangat tidak adil. Di bandingkan dengan Kakak nya yang memang sangat lah cantik, Nani kerap mendengar gunjingan orang yang berkata bahwa dia sangat jelek. Kulit nya memang hitam dan rambut keriting menghiasi kepala nya, Meski Nani juga kerap melakukan smoothing agar terlihat lurus dan cantik. tetap saja dia tak secantik Nana, memang Nana sangat lah cantik sehingga membuat siapa pun yang memandang nya jadi iri, Tak ketinggalan Nani yang juga memang sangat iri bila menatap wajah Nana, padahal mereka adalah saudara kandung satu Ayah dan satu Ibu, namun mereka sangat berbeda.

Wajah Nani dominan mirip Ayah nya yang berwajah keras, sedangkan Nana mirip Bu Asih yang memang sangat cantik. Dulu nya juga di nobatkan menjadi kembang desa, Hanya saja dia tak seangkuh Nana yang sering memamerkan kecantikan nya pada orang orang yang di temui. Kadang kala sebagai orang tua, Mereka takut bila kecantikan Nana akan jadi bumerang bagi diri nya sendiri. Tidak sedikit kembang desa yang malah mengalami nasib buruk karena kecantikan nya, Karena tak selama nya cantik itu membawa berkah, Ada juga yang membawa maut bila pemilik kecantikan tak bisa menjaga dengan baik.

"Jangan nangis terus, Semua sudah takdir dari Allah! Bahagia itu tak perlu menjadi sangat cantik, kita cantik dalam versi masing masing." Nasihat Bu Asih pada si bungsu.

"Versi masing masing bagai mana maksud, Ibu? tidak ada yang cantik dalam diriku, Bu!" Nani menangkup wajah nya kian keras menangis.

"Kamu cantik di mata Ibu! suatu saat ada pria yang menganggap mu cantik juga, Nak." Bu Asih iba sebenar nya melihat si bungsu begini.

"Tak akan ada pria yang memandang ku cantik, Semua yang datang kesini untuk Kak Nana." Sengit Nani.

"Allah menciptakan hamba nya berpasang pasangan, Insya allah kamu pasti dapat pasangan." nasihat Bu Asih sangat sabar.

Hanya terdengar isak tangis Nani karena dia tak bisa menerima takdir nya, Sering kali mendengar orang berkata bahwa anak bungsu Pak Irwin tak secantik Kakak nya. Itu sangat menyakiti hati Nani, Sekali dua kali dia akan cuek saja karena selalu di beri nasehat oleh sang Ibu, Namun lama lama dia sakit hati juga mendengar nya. Nani bosan dan sakit hati karena orang seolah memandang dia sebelah mata, Apa lagi sudah jadi standar bagi para pria bahwa semakin putih maka akan semakin cantik, Yang hitam tak akan mendapat cinta dari mereka, Hanya hinaan terua yang akan si hitam terima.

"Suntik putih mau? Atau infus bibit pemutih saja." Bu Asih akhir nya menawar kan pilihan terakhir karena kasihan dengan si bungsu.

"Bolehkah?"

"Kalau hanya membuat putih Ibu akan izinkan, Ayah juga! asal kan jangan sampai timbul niat di hati mu untuk operasi hidung." Peringat Bu Asih.

Bukan main senang nya hati Nani karena di izinkan untuk suntik putih, Dia langsung bersiap untuk mencari klinik agar segera memulai perawatan diri. Kemarin dia tidak di izinkan karena Bu Asih takut nanti nya akan membawa penyakit, Tapi setiap hari Nani akan selalu ribut masalah kulit dan paras, Maka akhir nya dia pun mengizinkan.

"Mau kemana Nani tadi, Bu?" Nana yang sedang memasak sayur bertanya pada Ibu nya.

"Klinik kecantikan." jawab Bu Asih singkat sambil memijit pelipis.

"Hahahaaaa, Buat apa juga dia pergi kesana." Nana tertawa seolah mengejek.

"Jangan begitu, Nana! adik mu bisa sakit hati bila mendengar nya." Nasihat Bu Asih.

"Aku bicara fakta loh, Bu! Nanti malah cuma buang uang saja, Toh dia akan tetap begitu." Nana berkata seolah tanpa dosa.

"Nana!"

Mendengar Ibu nya yang sudah agak membentak, Nana pun diam melanjutkan acara memasak nya. Dia memasak untuk diri nya sendiri, Sebab Nana tak makan nasi karena takut gemuk dan juga tak makan penyedap rasa.

...****************...

Malam hari rumah Pak Irwin kedatangan tamu dengan rombongan besar, Mereka agak kaget sebenar nya karena rombongan ini pernah datang kemari. Keluarga Davin kembali datang mengulang acara lamaran yang pernah di tolak, Sebenar nya anak toke sawit ini sangat lah tampan. Entah apa lagi kurang nya di mata Nana, Selain tampan dia juga cukup mapan dalam segi materi.

"Kedatangan saya kembali karena ingin melamar Nana, Pak Irwin." Ayah Davin membuka suara.

"Sama seperti sebelum nya, Pak. Saya memasrahkan semua pada Nana, Karena dia yang akan menjalani rumah tangga." Jawab Pak Irwin.

"Terima lah lamaran ku, Dik. Aku akan membelikan mu mobil dan lahan sawit lima hektar." Pinta Davin lembut sambil menatap Nana.

"Saya belum berniat menikah, Tolong hargai keputusan saya! Dan tolong jangan mengulang lamaran ini lagi, Bosan saya melihat wajah kamu." Tegas Nana pada Davin.

"Nana!"

Pak Irwin menatap putri nya tajam sehingga membuat Nana tertunduk, Bukan main malu nya keluarga ini karena Nana sangat tidak sopan. Kalau pun menolak harus dengan kata kata yang baik, Agar pihak yang melamar tidak merasakan sakit hati. Akan bahaya bila ada pihak sakit hati, Pak Irwin sudah mencemaskan hal itu. Dia tahu hidup di kampung sangat susah, Apa lagi Nana memang sangat angkuh.

"Supaya Davin tahu, Ayah! Bahwa aku tak ingin menikah sekarang, Sana nikah sama Nani kalau mau." Nana malah bergegas pergi setelah mengajukan adik nya.

Nani mendengar dari ruang tengah bahwa nama nya di sebut, Sampai saat ini belum ada pria yang pernah melamar nya. Dia sadar bahwa diri nya jelek, Sehingga tak ada pria yang tertarik untuk menikahi.

"Kalau kau memang tak mau menerima lamaran orang, Tolak lah tanpa membawa nama ku!" Geram Nani.

"Kenapa kau marah? Bagus lah aku tawarkan kau, Supaya cepat laku." Nana berkata pedas.

"Jodoh itu di tangan allah, Kalau memang sudah datang jodoh untuk ku, Tanpa kau tawarkan pun aku akan menikah." Sentak Nani.

"Sombong sekali kau anak itik buruk rupa! Sadar diri kau, Ngaca kalau bentuk mu sangat dekil." Nana menunjuk kening adik nya.

Plaaak.

Nani yang sangat kesal karena selalu di hina oleh sang Kakak, Dia menampar Nana sehingga membuat Nana terpekik. Sontak orang tua nya yang di depan menjadi kaget, Mereka kebagian tengah untuk melihat keributan.

"Apa yang kalian lakukan, Tidak bisa kah kalian lihat tamu di depan?!" Pak Irwin menggeram marah.

"Marah saja padaku, Aku yang jelek ini saja yang Ayah marahi." Nani berteriak sambil menangis.

Bu Asih memberi kode pada suami nya agar menemui tamu itu saja lagi, Biar dia yang mengurus pertengkaran para putri nya di belakang.