SweetNovel HOME timur angst anime barat chicklit horor misteri seleb sistem urban
Hand Power Of God

Hand Power Of God

Bab 1. Ruang Bawah Tanah

Bab 1

Suasana di ruang keluarga Dominico terasa tegang karena perdebatan putra tunggal mereka dengan kedua orang tuanya. Rico, pemuda yang baru berusia 18 tahun itu ingin menghabiskan masa liburannya bersama teman-teman sekolah. Namun, kedua orang tuanya menyuruh dia untuk mengunjungi kakeknya yang ada di pegunungan. 

"Pokoknya kamu harus pergi ke rumah kakek!" perintah Robin kepada Rico putra semata wayangnya.

"Tidak mau! Sangat membosankan tinggal di rumah kakek," bantah pemuda berbaju kaos polos berwarna hitam.

Sang ibu—Rebecca—menggelengkan kepala melihat pertengkaran antara suami dan putranya. Hal ini sering terjadi jika kedua orang itu memiliki cara pandang yang berbeda. Namun, jika mereka memiliki pikiran yang sama selalu bertingkah kompak.

"Jika kamu tidak mau pergi ke rumah kakek, maka uang jajan kamu selama dua bulan ini akan daddy potong!" ancam Robin.

Mendengar ancaman ayahnya itu, Rico mau tidak mau harus menuruti keinginannya. Sebab, dia masih mengandalkan orang tuanya, jika dia ingin punya uang.

"Baiklah. Aku bersedia pergi ke rumah kakek, asal uang jajanku ditambah dua kali lipat," balas laki-laki bersurai hitam kecoklatan.

Akhirnya, Robin pun menyetujui keinginan putranya itu. Asalkan Rico kau mau pergi ke rumah orang tuanya untuk melihat keadaan di sana.

***

Perjalanan dari kota ke pegunungan tempat rumah kakek Rico berada memakan waktu hampir seharian. Ini dikarenakan jaraknya yang begitu jauh dan terpencil.

Pegunungan Mugen terkenal dengan hutan lindung dan kekayaan alam flora dan fauna yang dilindungi oleh pemerintah. Disinilah kakek Regan, seorang arkeolog terkenal dari negara Aldora, tinggal. Suhu udara yang sejuk dan bersih baik untuk kesehatannya. Sebab, laki-laki tua itu sering mengalami sakit jika tidak di kota. Biasanya dua bulan sekali orang tua Riko datang mengunjunginya ke sini. Namun, bulan ini mereka sedang disibukkan dengan tugas negara yang sangat penting.

Di tengah hutan belantara itu berdiri rumah yang kokoh dan besar, meski sudah terlihat sangat tua model bangunannya.

Terlihat seorang laki-laki tua sedang duduk sambil membaca di kursi depan teras rumah.

"Grandfa," panggil Rico.

"Rico, akhirnya kamu datang ke sini!" balas Regan sambil berdiri dan merentangkan kedua tangan meminta agar sangat cocok memeluk dirinya.

"Aku senang kau bisa datang ke sini. Sudah lama sekali, terakhir kamu mengunjungi rumah ini lima tahun yang lalu," ucap Regan sambil memeluk tubuh cucunya yang kini sudah tumbuh tinggi melebihi dirinya.

"Itu karena aku sibuk sekolah," ucap Rico beralasan.

"Ayo, masuk! Kamu istirahat dulu, pasti sangat lelah setelah melakukan perjalanan yang sangat jauh," ajak Regan sambil menggandeng tangan Rico masuk ke dalam rumah.

Suasana sore hari yang disinari oleh lembayung senja membuat rumah itu berubah menjadi warna kuning kemerahan. Rico berdiri di balkon kamarnya, menatap matahari yang sebentar lagi akan tenggelam. Namun, ada sesuatu yang terlihat janggal dari sudut pandangannya. Bulan berbentuk bulat sempurna tampak terlihat bayangannya di langit sore hari itu. Begitu juga ada beberapa bintang di sana, yang Rico sendiri tidak tahu apa namanya.

"Apa pemandangan di sini selalu seperti ini?" Rico bermonolog sambil menatap langit senja berwarna merah kekuning-kuningan.

***

Setelah sarapan Rico mendatangi ruang kerja milik kakeknya. Di sana Regan memperlihatkan banyak sekali benda-benda antik yang memiliki sejarah. Banyak sekali artefak dan juga gulungan kertas yang warnanya sudah sangat kusam, coklat kekuning-kuningan.

"Ini apa, Grandfa?" tanya Rico sambil menunjuk sebuah kotak.

"Itu adalah batu mata naga. Permata besar berwarna merah seperti darah," jawab Regan sambil mengarahkan pandangannya pada benda yang terbuat dari kayu.

"Boleh aku lihat?" tanya Rico penasaran.

"Boleh dilihat, tetapi jangan kamu sentuh!" jawab Regan dan dia kembali membaca sebuah golongan yang ada di lemari khusus.

Begitu Rico membuka kotak itu, terlihat ada batu permata yang sangat besar dan indah berwarna merah pekat. Dia ingin sekali menyentuh benda itu, tetapi kakeknya tadi melarang. Pemuda ini melirik ke arah sang kakek yang kini sedang menunggunya.

'Kesempatan.' (Rico)

Laki-laki berkulit putih itu mengambil batu permata yang ada di dalam kotak itu. Dia memperhatikan setiap detail bentuk dari potongannya.

'Permata ini jika dilihat seperti kasar, tetapi jika dipegang ternyata halus dan mulus.' (Rico)

Setelah puas memperhatikan batu berwarna merah itu, Rico pun segera menyimpannya kembali ke dalam kotak tadi. Setelah kotak itu ditutup, ternyata batu permatanya memancarkan cahaya tanpa pemuda itu ketahui.

"Ini buku apa?" tanya Rico sambil memegang sebuah buku berwarna hitam bersampul dari kulit hewan.

"Itu isinya adalah mantra-mantra orang zaman dahulu," jawab Regan setelah memalingkan wajahnya ke arah sang cucu.

Rico yang mempunyai rasa penasaran tinggi membuka buku itu. Terlihat huruf yang aneh berjajar rapi di kertas yang kasar permukaannya. Namun, ada selembar kertas yang diduga adalah terjemahnya.

"Apa kamu tertarik dengan benda-benda sejarah?" tanya Regan.

"Ya, lumayan," jawab Rico.

"Di perpustakaan bawah tanah banyak sekali benda sejarah jika kamu ingin melihatnya," lanjut Regan sambil duduk di depan Rico.

***

Rico pun pergi ke perpustakaan yang ada di ruang bawah tanah. Ternyata di sana sangat banyak sekali terpajang barang-barang bernilai sejarah. Terutama peninggalan pra sejarah. Semua itu diletakan di dalam lemari kaca.

"Waw, pedang, kapak, tombak, perisai, dan apa ini?" Rico melihat sepasang senjata berbentuk pisau, tapi agak lebih besar. Namun, lebih pendek dari pedang. Ada hiasan permata di ujung pegangannya.

Jiwa muda Rico bergejolak ingin tahu sejarah benda-benda yang ada di sana. Siapa pemiliknya, ada kisah apa di balik benda itu. 

Pemuda itu kini berjalan menelusuri bagian rak-rak buku. Netra beriris coklat muda itu menangkap sebuah buku yang diletakan di tengah-tengah ruangan di atas sebuah meja.

'Buku apa ini?' 

Rico pun membuka buku itu dan betapa terkejutnya dia saat tiba-tiba saja muncul cahaya dari dalam buku itu. Lalu, sinar itu menyelimuti tubuh laki-laki muda ini.

"Ada apa ini?" Rico merasa ada suatu kekuatan yang sangat besar dan menarik dirinya.

"Tolong!" teriak Rico sekuat tenaga.

***

Rico terbangun di sebuah tanah tandus bebatuan. Tidak ada orang di sana, hanya lahan kosong.

"Ini di mana?" gumam Rico masih mengedarkan pandangannya.

Pemuda itu pun melihat ada pemukiman di bawah kaki bukit. Lalu, dia pun berjalan ke arah sana. Siapa tahu ada yang bisa menolong dirinya.

Setelah berjalan lama, karena tempatnya sangat jauh, akhirnya Rico sampai ke pemukiman penduduk. Laki-laki itu melihat rumah di sana seperti bangunan zaman dahulu. Dia pun mencari penduduk di sana untuk dimintai tolong. Terlihat ada seseorang di sebuah ladang yang tidak jauh darinya. Lalu, Rico pun menghampiri orang itu.

"Permisi, Paman?" sapa Rico.

Laki-laki tua itu menatap aneh kepada Rico. Dia memerhatikan keadaan pemuda itu, mulai dari ujung kepala sampai ke ujung kaki. Melihat penampilan dan baju yang dipakai olehnya terasa aneh.

"Tolong! Tolong! Ada orang asing," teriak laki-laki tua itu dan membuat orang-orang yang ada di dalam rumah pada ke luar.

"Mana orang asingnya?" teriak orang-orang yang baru saja datang.

Melihat hal itu Rico menjadi panik, apalagi banyak warga yang membawa senjata berlari ke arahnya. Maka, dia pun langsung berlari sekuat tenaga. 

Dia berlari ke arah sebuah gunung yang dipenuhi oleh banyak tumbuhan. Untungnya ada sebuah gua, dengan cepat dia pun masuk ke sana. Napas Rico pun tersengal-sengal, karena kelelahan sudah berlari sangat jauh. Dia masuk ke gua lebih dalam lagi. Terlihat ada sebuah cahaya titik di tengah gua. Begitu menghampir tempat itu, ada sebuah patung batu besar. 

"Ini patung hewan?" gumam Rico sambil memerhatikan bentuk yang mirip hewan legendaris.

Rico duduk bersandar pada sebuah batu. Tanpa dia sadar langsung jatuh tertidur, begitu memejamkan matanya. 

Waktu berlalu dengan cepat, kini malam sudah menyelimuti dunia. Rico membuka matanya, terlihat ada sinar bulan masuk dari atap gua yang bolong. 

"Malam ini sedang bulan purnama, ya?" Rico menengadahkan kepalanya menatap langit yang terlihat dari sana. Begitu dia mengalihkan perhatiannya pada sebuah batu yang terukir tulisan kuno. Pemuda itu pun berjalan mendekatinya. Batu besar yang disinari oleh cahaya bulan purnama itu menampilkan tulisan yang terukir di atasnya.

"Ketika jiwa suci terbangun oleh kekuatan dewa. Maka, sudah selayaknya dia menjadi penjaganya."

Rico membaca tulisan kuno yang terukir pada batu itu. Lalu, terdengar suara retakan dan batu berjatuhan. Ketika laki-laki muda itu melihat ke arah patung besar tadi, betapa terkejutnya dia saat ada cahaya yang keluar dari celah-celah retakan itu.

"Ada apa ini?" Wajah Rico langsung pucat ketika melihat patung batu tadi, ternyata ada sesuatu di dalamnya.

"Makhluk apa itu?" Rico menatap takut, takjub, dan tidak percaya pada makhluk yang kini sedang membentangkan kedua sayapnya yang besar dan lebar.

***

Makhluk apakah itu? Bagaimana petualangan Rico di negeri asing itu? Tunggu kelanjutannya, ya!

Bab 2. Sang Raja Naga Api

Bab 2

Patung batu yang di kira adalah sebuah pahatan karya seni oleh Rico. Kini berubah menjadi makhluk hidup yang berdiri membentangkan kedua sayapnya yang lebar. Pekikan suara yang keras bahkan membuat gua itu bergetar.

"Naga?" gumam Rico dengan tatapan mata yang masih belum lepas dari makhluk yang ada di depannya.

"Siapa kamu?" Naga itu bisa berbicara dan membuat Rico kembali terkejut.

Pemuda itu masih terpana dan tidak menjawab pertanyaannya sang naga. Dia masih mencerna apakah saat ini dia masih tidur dan sedang bermimpi. Ataukah memang benar ada makhluk seperti itu di dunianya sekarang ini.

"Aku, Rico Dominic. Lalu, kamu siapa?" tanya pemuda itu. 

Mungkin sudah menjadi kebiasaan jika ditanya nama, maka kita akan balik bertanya namanya. Hal seperti itu pun terjadi kepada Rico saat ini. Meski dalam hatinya kini dia merutuki kebodohannya menanyakan nama pada seekor hewan.

"Aku Marcin, sang raja naga penguasa api," jawab makhluk itu dan membuat Rico tercengang karena hewan itu punya nama.

"Ini sebenarnya dunia apa? Kenapa ada naga?" tanya Rico masih memandangi makhluk raksasa yang kini menundukkan kepalanya dan semakin dekat jarak kepadanya.

"Kamu, bukan manusia dari dunia ini? Mana kamu terlihat sangat berbeda. Pantas saja bisa membebaskan aku dari mantra sihirnya," kata Marcin yang menelisik Rico dari ujung kaki sampai ujung kepala.

"Ya, aku manusia planet bumi. Entah kenapa aku bisa terdampar ke dunia ini," balas Rico.

Lalu, Marcin pun menjelaskan dunia tempatnya sekarang ini adalah negeri Eleanor. Di dunia itu kekuatan sihir yang akan membuat orang-orang bisa bertahan hidup dan menjadi penguasa. Semakin besar mana yang dimiliki dan ilmu sihir yang kuat. Maka orang itu akan bisa jadi penguasa dan mengatur dunia sesuai keinginannya.

"Ilmu sihir itu, apa seperti membaca mantra-mantra?" tanya Rico penasaran.

"Ya, seperti mantra yang tadi kamu ucapkan untuk membebaskan aku," jawab Marcin.

'Apa? Kapan aku membaca mantra? Aku tadi hanya membaca tulisan yang ada di atas batu itu. Lalu, tiba-tiba saja patungnya berubah hidup.' (Rico)

Marcin menatap aneh pada Rico. Sebab, pemuda itu malah diam melamun.

"Jangan bilang kalau kau tidak bisa membaca mantra sihir?" Marcin bersuara keras dan membuat gua itu bergetar kembali.

"Tentu saja. Bagaimana aku tahu soal mantra, di dunia aku itu tidak ada yang seperti itu," balas Rico.

"Baiklah akan aku ajarkan beberapa mantra yang bisa kamu gunakan untuk bisa bertahan hidup di dunia ini," ucap Marcin.

Marcin mengajarkan mantra yang level bawah terlebih dahulu. Sebab, mantra sihir bisa memberi pengaruh pada tubuh penggunanya. 

"Saat ini aku ajarkan mantra level rendah. Setelah kamu bisa menguasai ini dengan baik, maka aku akan mengajarkan mantra yang lebih kuat lagi levelnya," kata Marcin.

Rico tidak percaya kalau kini di tangannya bisa mengeluarkan kekuatan dan muncul simbol sihir. Walau dia tidak mengerti, kenapa dirinya bisa menjadi seperti ini.

"Kamu jangan sering memanggil aku. Karena akan memerlukan banyak sekali mana dan itu bisa membuat kamu mati jika kehabisan mana," lanjut Marcin.

"Lalu, apa harus memanggil siapa saat keadaan terdesak atau saat aku kalah dan sekarat?" tanya Rico mengingat kejadian tadi saat dia dikejar oleh penduduk desa.

"Kamu harus mencari pedang api yang ada di gunung Mugen dan gunakan itu sebagai senjata. Kamu bisa mencari hewan suci yang selalu setia mendampingi dirimu. Jika kamu beruntung, banyak hewan suci yang bersedia mengabdi kepada tuannya sampai mati," jawab sang naga.

***

Keesokan harinya Rico sudah menggunakan pakaian layaknya penduduk negeri Eleanor, berkat mantra sihir Marcin. Kini dia harus mencari keberadaan pedang api. Dia memakan buah-buahan yang tumbuh banyak di hutan untuk menyambung hidupnya. 

Saat dia sampai di desa yang baru, terlihat ada pertempuran. Seorang perempuan melawan beberapa orang laki-laki berseragam layaknya prajurit. Banyak sekali hewan-hewan berbentuk aneh di sana.

'Apa yang seperti itu bentuk hewan suci?' (Rico)

"Serang!" teriak perempuan bersurai panjang itu pada seekor hewan berbentuk Singa.

Lawannya pun tidak mau kalah dan memerintahkan hewan sucinya untuk menyerang balik. Terjadilah pertarungan antar hewan suci. 

Rico yang melihat itupun terpana. Namun, saat keadaan perempuan itu mulai terdesak, entah kenapa dirinya malah membantu.

"Blaz!" teriak Rico dengan tangan mengarah ke depan dan menghasilkan sihir pelindung, sehingga bisa menghalau serangan dari beberapa orang berseragam prajurit itu.

'Aduh, semoga saja yang aku tolong ini orang yang benar, bukan penjahat.' (Rico)

Perempuan yang kini sedang jatuh terduduk di atas tanah sangat terkejut, karena ada orang asing yang melindungi dirinya.

"Terima kasih," kata perempuan itu.

"Siapa kamu? Lalu, mereka juga siapa?" tanya Rico hanya melirikan matanya saja pada orang yang kini sudah bisa berdiri di sampingnya.

"Aku Kelly Grazian. Lalu, mereka adalah para prajurit kerajaan yang dipimpin oleh Didio. Raja kejam yang menguasai negeri Eleanor saat ini," jawab perempuan itu.

"Aku, Rico. Sedang mencari sebuah pedang di pegunungan Mugen. Aku akan membatu kamu, jika kamu juga bisa membantu aku balik," ujar Rico.

'Pedang yang ada di gunung Mugen itu bukannya Pedang Api, ya?' (Kelly)

"Baiklah, aku akan antar kamu ke gunung Mugen, jika kita memenangkan pertarungan ini," ucap Kelly.

Pertarungan kali ini agak imbang, karena Rico terus menyerang para prajurit itu dengan kekuatan sihir secara terus menerus. Hal yang sangat jarang dilakukan oleh orang-orang biasa. Hanya para penyihir sakti yang bisa melakukan serangan dengan mantra sihir secara terus menerus.

Sementara itu, Kelly dan hewan suci miliknya memberikan serangan dengan jarak dekat. Hanya memerlukan waktu sekitar 15 menit, semua prajurit itu mati.

"Hei, apa tidak apa-apa kamu sampai membunuh mereka?" tanya Rico.

"Tidak apa-apa. Hal yang wajar jika kita bertarung sampai salah satu pihak mati," jawab Kelly.

***

Rico dan Kelly pun pergi menuju ke pegunungan Mugen. Mereka menaiki sebuah gunung yang tandus dan terasa sangat panas. Pohon yang tumbuh di sana pun hanya berupa sejenis kaktus jika di dunia Rico. Hewan-hewannya juga yang bisa bertahan hidup di suhu panas.

"Pedang yang kamu cari itu adalah pedang api, 'kan?" tanya Kelly sambil berjalan menaiki bebatuan besar.

"Iya. Apa pedang itu sangat terkenal?" tanya Rico.

Kelly merasa aneh pada Rico, karena semua orang yang tinggal di negeri Eleanor itu tahu tentang pedang api yang berada di gunung Mugen ini. Hanya saja tidak ada seorang pun yang bisa mengambilnya. Bahkan raja Didio sendiri yang mempunyai kekuatan besar saja tidak bisa mengambilnya.

"Jadi, benar pedang yang kamu cari itu adalah pedang api?" pekik Kelly yang menghentikan langkah kakinya. Lalu, dia menelisik pada Rico.

'Apa dia ini adalah orang yang ada dalam ramalan, ya?' (Kelly)

"Iya. Marcin menyuruh aku untuk mencari pedang api dan dijadikan sebagai senjata," ucap Rico tanpa sadar kalau ucapannya ini membuat Kelly lagi-lagi terkejut.

'Marcin, si Raja Naga Api?' (Kelly)

Setelah menempuh perjalanan seharian, akhirnya mereka sampai ke puncak gunung Mugen. Kelly menunjuk ke arah tengah kawah, di sana ada sebuah batu yang menjulang tinggi. Terlihat ada sebuah pedang tertancap di sana.

"Bagaimana caranya kita ke sana?" tanya Rico.

"Gunakan kekuatan kamu," jawab Kelly.

"Marcin, munculah!" panggil Rico dan dalam sekejap seekor naga besar muncul di atas langit senja.

"Untuk apa kamu memanggilku?" tanya sang naga.

"Bawa aku ke sana!" titah Rico sambil menunjuk ke tengah kawah.

'Itu ... wujud Marcin?' (Kelly menganga tidak percaya)

"Jadi, kamu belum menemukan hewan suci, dan menyuruh aku ke sana!" Suara Marcin menggelar sampai Kelly jatuh terduduk saking terkejutnya.

Rico malah tertawa dan menganggukkan kepala. Marcin mau tidak mau harus menuruti perintah tuannya. Pemuda itu naik ke punggung naga itu dan menuju ke tengah kawah.

"Wahai pemilik kekuatan yang Agung. Ikutilah perintah dari Tuan barumu."

Rico merapalkan mantra saat memegang pedang itu dan menariknya. Perlahan pedang api itu bisa tercabut dari dalam batu itu. Namun, begitu berhasil ditarik batu itu langsung hancur seketika.

Rico yang berdiri di atasnya langsung ikut terjatuh. Dia berteriak keras dan memanggil Marcin. Untung di waktu yang tepat naga itu berhasil menyelamatkan tuannya.

'Dari semua orang yang pernah jadi tuanku, Rico itu paling bodoh.' (Marcin)

Akhirnya, Rico berhasil memiliki pedang api. Kini, dia harus belajar menggunakan pedang itu. Kelly bersedia membantunya agar pemuda itu bisa menggunakan senjatanya.

***

Setelah mendengar kehidupan rakyat negeri Eleanor yang hidup dalam penindasan dan kekejaman sang penguasa, Rico pun akan membantu Kelly untuk mengalahkan Raja Didio. Maka mulai pagi itu keduanya pergi menuju ke ibu kota negeri Eleanor tempat Raja Didio berada sekarang.

***

Bagaimana kisah perjalanan Rico dan Kelly menuju ke ibu kota Eleanor? Apakah mereka akan bisa mengalahkan Raja Didio dan pasukannya yang terkenal kejam dan kuat? Tunggu kelanjutannya, ya!

Terpopuler