Cinta Berujung Maut
Kring..
Kring..
“Halo sayang, kamu dimana, masih dikantorkan? Aku nyusul kesana ya!”, ucap seorang pemuda yang memancarkan senyum cerah begitu mengangkat panggilan dari pujaan hatinya.
Ia yang baru keluar dari kantornya tepat pukul 10.00 malam, hendak mendatangi kantor sang kekasih yang tadi sore mengatakan akan lembur malam ini. Padahal, si pemuda sendiri tidak keburu dalam laporannya.
Namun, karena sang kekasih mengatakan tidak perlu menemaninya lembur di kantor lantaran ia lembur bersama rekan kerjanya saat itu, barulah si pemuda ikutan lembur lantaran ingin pulang bersama sang kekasih yang sudah dipacarinya lebih dari empat tahun ini.
Meski hubungan percintaan mereka mengalami maju mundur, bahkan putus nyambung pun sering terjadi. Namun, keduanya tulus mencintai satu dengan yang lainnya hingga hubungan mereka kian hari mengarah pada keseriusan menuju pelaminan.
“Ti-tidak, kau tidak perlu datang kemari”, ucap sang kekasih dibalik sana.
Tentunya pernyataan sang kekasih tidak akan didengar oleh orang yang sudah menahan rindunya sejak dari pagi itu.
Tanpa rasa kecurigaan pada nada suara sang kekasih yang serasa tercekik itu, si pemuda masih membayangkan bila bertemu nanti dia akan segera memeluk dan mencumbu bibir berbentuk hati dengan warna pink alami milik kekasihnya itu.
“Apanya yang tidak perlu, lagian kita searah pun!”, ucap si pemuda yang mengingatkan sang kekasih bahwa mereka saat ini tinggal berdampingan.
Karena pertengkaran hebat lantaran kecurigaan sang kekasih akan dirinya selingkuh pada hari itu, si pemuda pun memutuskan untuk tinggal di apartemen yang sama.
Bahkan, menjadi tetangga yang saling berhadapan pintu dengan sang kekasih biar dia tau bahwa dirinya, tidak pernah mengajak wanita mana pun terkecuali sang kekasih ke dalam tempat tinggalnya.
Namun siapa sangka, keputusannya yang tidak ikut menemani jam lembur sang kekasih di kantornya itu malah berujung penyesalan seumur hidupnya.
Karena malapetaka menghampiri hubungan yang tengah berbunga-bunga itu, lantaran kondisi mereka yang baru tiga bulan menjadi tetangga atau pacar lima langkah ini terjadi.
“Hikss.. tidak, kau tidak perlu datang kemari. Aku hanya ingin menanyakan satuhal padamu!”, ucap sang kekasih dengan isak tangisnya yang mulai terdengar ditelinga sang pemuda yang bernama lengkap Bagas Suhardi.
Bagas Suhardi atau yang lebih sering disapa Bagas, merupakan reporter dari salah satu stasiun tv ternama di kota J.
Ia yang lebih fokus dan tertarik pada kasus-kasus penuh misteri sering kali mendapat ancaman dari pihak-pihak tak dikenal.
Bahkan, beberapa koleganya pun tidak begitu menyukainya, meski ia cukup kompeten dalam mengungkapkan banyak kasus setelah bekerja sama dengan pihak berwajib.
Tak jarang pula, banyak orang yang mencibirnya dan mengatakan kenapa tidak menjadi detektif saja, kenapa malah menjadi reporter? Membuat malu para reporter saja!
Perkataan yang dilontarkan oleh rekan kerjanya itu bukan tanpa alasan lantaran, Bagas acap kali bersikap berlebihan pada kasus yang ia temukan.
Ia yang gigih pada keyakinannya itu sering kali melewati prosedur seorang reporter meski ia berhasil meliputi peristiwa besar yang melibatkan banyak orang.
“Fivian, kenapa kau menangis? Apa terjadi sesuatu, kau masih dikantorkan? Aku kesana sekarang, kau jangan kemana-mana. Tunggu aku!”, ucap bagas dengan nada panik setelah mendengar dengan cukup jelas suara yang serak diikuti isak tangis lantaran tak tertahakan lagi.
Fivian Latusya, wanita yang berusia 27 tahun ini berhasil menarik perhatian Bagas yang dikenal sebagai pemuda tampan yang aneh namun menawan di kalangan para wanita.
Menjadikan ia sebagai penguasa tahta tertinggi di hati Bagas yang bahkan bisa menghentikan Bagas berbuat sesukanya pada kasus yang ia anggap berbahaya.
“Tidak, kau tidak perlu kemari. Aku cuma ingin menanyakan satu hal padamu!”
“Apanya yang tidak, kenapa kau menangis. Sayang.. tidak terjadi sesuatu padamu kan?”
“Hiks.. hikss..”, Fivian hanya bisa menangis mendengar suara lirih nan panik dari Bagas diujung sana yang sangat mencemaskan dirinya saat ini.
Namun, lagi-lagi Fivian menghentikan Bagas untuk menyusulnya yang membuat Bagas merasa tak nyaman.
Seketika, Bagas merasa ngilu di ulu hatinya, dadanya serasa sesak, jantungnya bergemuruh tak karuan mendengar suara tangis yang kian menjadi-jadi disana.
Entah apa yang tengah dialami sang kekasih yang membuatnya tak bisa berhenti menangis itu, tanpa sadar Bagas pun mulai menitikan air matanya.
Ia pun menjadi orang yang sangat lemah tak berdaya dihadapan suara isak tangis dari wanita pujaan hatinya, yang belum ia lihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana keadaannya saat ini.
Bagas yang panik itu pun segera menghampiri taksi yang tengah menuruni penumpangnya disana, ia lupa bahwa dirinya juga memiliki mobil yang siap melaju dengan cepat pada sang kekasih saat ini, mobil mewah yang terparkir dengan aman di area parkiran kantornya.
“Hiks.. Bagas hiks.. Aku hanya ingin mendengar jawabanmu!”
“Apa itu? Katakan saja, apa yang ingin kau dengar? Aku mencintaimu? Tentu saja, tidak perlu dipertanyakan lagi aku sangan mencintaimu. Sayang hiks.. jangan seperti ini ok! Aku, hahh.. Aku sangat khawatir sekarang, apa terjadi sesuatu padamu? Apa kau terluka? Katakan padaku, apanya yang sakit?”, ucap Bagas.
Bagas yang tidak bisa menebak apa yang tengah dialami sang kekasih yang tengah menangis histeris diujung sana, semakin resah jadinya.
“Tidak, hiks.. Aku hanya ingin tau, apa kau akan tetap mencintaiku, apa pun yang telah terjadi padaku?”
“Tentu saja, kenapa harus dipertanyakan lagi!”
“Sekali pun aku kotor?!”, tanya Fivian yang membuat Bagas tertegun atas apa yang ia dengar dari sang kekasih.
Bagas terdiam sejenak, berusaha mencerna dengan baik apa yang baru saja ia dengar dari sang kekasih. Kondisinya yang menangis histeris dan pertanyaan yang tak masuk akal, membuat Bagas bisa menebak hal buruk pasti telah terjadi.
Namun Bagas berusaha menepis prasangka buruknya meski ia sering berhadapan dengan peristiwa serupa, terlebih lagi kasus terakhir yang ia tangani satu tahun lalu.
“Hiks.. Bagas kenapa kau diam? Jawab aku hiks.. huhuhu..”
“Sayang, tenanglah ok! Jangan bertindak gegabah, apa pun dirimu, sekotor apa pun dirimu, aku akan tetap mencintaimu, aku akan selalu menerimamu dalam kondisi apa pun!”, ucap Bagas yang tau betapa putus asanya sang kekasih saat ini.
Lantaran, prasangka Bagas bahwa sang kekasih telah mengalami pelecehan itu kian terbukti dari pernyataan sang kekasih yang terus mencari kepercayaan diri, bahwa ia akan selalu diterima oleh Bagas dalam kondisi apa pun.
Namun, lebih dari perkiraan Bagas, sang kekasih saat itu berusaha bertahan hidup dengan alasan bahwa dirinya masih beharga meski hanya pada satu orang saja.
Bagas yang tiba di kantor sang kekasih, akhirnya bisa dilihat cukup jelas oleh kekasih dari atas sana yang direkamnya melalui kamera HP dengan niat membuktikan bahwa dirinya berharga dimata kekasihnya yang berlari secepat mungkin untuk menghampirinya saat ini.
“Hiks.. terimakasih, terimakasih! Sudah mau menerima aku apa adanya, hiks.. hiks.. Tapi Bagas, aku, aku yang tidak bisa menerima ini semua. Kau taukan, aku sangat mencintaimu sayang! Terimakasih karena telah berlari kearahku, menghampiriku, meski kau tau apa yang telah terjadi padaku saat ini!”, ucap Fivian.
Ia menyadari bahwa Bagas pasti bisa menebak apa yang telah terjadi pada dirinya saat ini. Akan tetapi, Bagas masih tetap berlari kearahnya dengan perasaan resah nan gelisah yang membuat Fivian merasa dirinya cukup beharga.
Namun demikian, rasa bersalah dan rendah diri lebih besar menguasai alam kesadaran Fivian yang membuatnya kian bersalah pada Bagas yang diketahuinya cukup tulus akan dirinya saat ini.
“Apa maksudmu? Kau melihatku saat ini, kau dimana sekarang? Apa yang sebenarnya terjadi padamu?”, tanya Bagas yang terus mencari keberadaan Fivian disana yang telah melihat dirinya tiba di kantornya.
“Hiks.. Bagas, aku sangat mencintaimu, kau tau itukan?”
“Tentu saja aku tau sayang, kau dimana sekarang. Cepat keluar, jangan buat aku tak karuan begini. Hiks.. dadaku serasa sesak sayang, aku mohon!”, ucap Bagas yang tak sanggup lagi menahan air matanya.
Mengetahui Bagas yang menangis itu mebuat luka kian membesar di hati Fivian yang saat ini tidak tau harus bagaimana menghadapi Bagas.
“Bagas, hiks.. Terimakasih, terimakasih kau telah membuktikan perkataanmu bahwa ‘tidak ada yang bisa memisahkan kita kecuali maut’. Terimaksih sudah datang dan menepati janjimu sayang, tapi aku, aku yang tidak sanggup,huhuhu.. Aku tidak sanggup menghadapi ini semua, maafkan aku, cintaku!”
“Fi-fivian, tenang ok! Jangan bertindak gegabah sayang, aku mohon hiks..”, ucap Bagas yang melihat kini Fivian berdiri di tembok pembatas gedung untuk mencegah orang terjun bebas kebawah.
“Maaf, maafkan aku bagas. Aku akan selalu mencintaimu, selamanya!”
Brughkkkk…
Fivian pun memilih mengakhiri hidupnya tanpa kejelasan akan apa yang telah menimpa dirinya, hingga membuatnya gelap mata untuk mengakhiri hidupnya tepat di depan Bagas.
Suara tubuh Fivian yang jatuh tepat di atas salah satu mobil yang terparkir di dekat gedung itu cukup menyita banyak mata, semua orang yang berada dekat dengan tkp langsung berhamburan melihat apa yang telah terjadi.
Dan, Betapa terkejutnya orang-orang itu melihat mayat yang jatuh dari lantai 45, wajahnya yang hancur, tubuhnya di lemuri darah, bahkan darah kental itu melumuri mobil mewah yang kini telah rusak lantaran benturan keras dari tubuh Fivian.
Namun ada pemandangan yang lebih mencengangkan lagi, Bagas yang ada disana terdiam mematung dengan tubuhnya yang di penuhi darah Fivian yang kecipratan hingga mengenai pakaian bagas saat itu.
“Fi, Fi-vian..!”, ucap Bagas yang terbata-bata atas apa yang ia saksikan barusan.
Tubuhnya gemetaran, kakinya berat untuk melangkah, mulutnya berat untuk terbuka, namun akal sehatnya lebih kelut lagi, berusaha menepis fakta menjadi sebuah mimpi belaka lantaran tak mau kehilangan pujaan hati tercinta.
“Ya Tuhan, bagaimana gadis itu melompat dari lantai setinggi itu?”
“Kenapa ia memilih mengakhiri hidupnya sendiri?”
“Apa yang kalian lakukan, cepat hubungi polisi!”
“Lihatlah, pemuda ini terkena darahnya”
“Ya Tuhan, dia pasti sangat syok menyaksikan semuanya!”
Begitulah komentar orang-orang yang ada disana menyaksikan peristiwa mengerikan yang telah terjadi pada sebuah perusahaan yang bergerak di dunia hiburan.
Seketika, berita seorang gadis yang disembunyikan identitasnya ini menjadi viral dalam semalam lantaran mengakhiri hidupnya tepat disebuah perusahaan yang saat ini tengah naik daun di Kota J.
...***...
1 Tahun Kemudian.
“Fivian, kenapa? Kenapa kau harus mengakhiri hidupmu dengan cara seperti itu, kau tau?! Betapa kerasnya aku berusaha untuk mencari tau kebenarannya. Hiks.. SAYANG!!! Apa yang harus aku lakukan sekarang hiks..”, pekik Bagas diatas jembatan yang banyak di lalui oleh kendaraan roda empat.
Ia yang saat itu mendapat panggilan dari pengacaranya bahwa kasus sang kekasih akan segera ditutup oleh jaksa penyidik lantaran bukti yang tak kunjung mereka temukan hingga saat ini, meski dirinya telah kehilangan banyak hal.
Barulah ia memarkirkan kendaraanya dan berteriak mengarah ke sungai yang ada dibawah jembatan itu.
“Setidaknya katakan padaku apa yang telah terjadi padamu agar aku bisa menuntut keadilan, tapi kenapa? Kenapa kau malah memilih pergi tanpa kejelasan begini, hiks.. Fivian, aku tau sesuatu yang buruk pasti telah terjadi padamu, tapi aku tidak bisa menemukan bukti apa pun. Apa yang harus aku lakukan sayang, jika seperti ini terus, aku akan merasa bersalah selamanya padamu hiks..”
“Hei nak, apa yang kau lakukan di tepi jembatan begini?”, ucap seorang pria paruh baya yang lewat.
Ia yang memperhatikan gelagat aneh dari Bagas ini pun menuruni mobilnya lantaran mengira Bagas akan mengakhiri hidupnya dengan terjun kebawah sana.
“Hiks.. apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku tidak bisa membuktikan kematiannya. Aku tau sesuatu yang buruk pasti telah terjadi!”, ucap Bagas yang menggerutu pada orang yang tak ia kenal itu.
Namun, pria paruh baya yang diikuti oleh seorang gadis muda di belakangnya itu tidak bisa mengabaikan Bagas yang postur tubuhnya terlihat mengancang-ancang untuk melompat ke dalam sungai yang ada di bawah jembatan itu.
“Apa maksudmu? Tenanglah, mari kita bicarakan baik-baik ok!”, ucap pria tua itu yang tidak mengerti apa yang telah terjadi pada Bagas saat ini.
Di tengah percakapan dua orang ini, sang gadis yang mengikuti pria paruh baya itu memperhatikan ada sesuatu dibawah sana yang terlihat mengapung.
Pandangannya yang teralihkan itu pun terus memperhatikan sesuatu yang mengapung di atas air berarus deras di bawah sana. Namun karena jarak yang cukup jauh, ia tidak bisa melihat dengan jelas apa yang tengah mengapung disana.
“Ayah, apa yang mengapung di air itu?”, tanyanya sang gadis yang tampak masih menduduki bangku SMA itu pada pria paruh baya yang tengah menenangkan Bagas saat itu yang ternyata adalah ayahnya.
“Hem, mengapung? Apa maksudmu?”
“Lihat kebawah sana!”, ucap sang gadis yang berhasil mencuri perhatain Bagas dan sang ayah untuk melihat kearah sungai, disana terlihat sesuatu yang mengambang dan mencurigakan.
“Sial, cepat hubungi polisi!”, ucap sang ayah setelah memperhatikan sejenak apa yang tengah mengambang di atas sungai.
“Apa maksud ayah?”
“Itu mayat, apa yang kau lakukan? Cepat hubungi polis!”, ujar sang ayah yang membuat putrinya dan Bagas tertegun sesaat.
Pikir Bagas, bagaimana mungkin ia bisa melihat benda apa yang ada dibawah sana dalam jarak sejauh itu, apa benar itu adalah mayat?
Bagas yang masih muda saja tidak bisa melihat dengan jelas apa yang tengah mengapung disana, namun hal yang lebih mengejutkan pun terjadi.