SweetNovel HOME timur angst anime barat chicklit horor misteri seleb sistem urban
AREA LEKANG (The Black Shadow)

AREA LEKANG (The Black Shadow)

Black SHADOW

Suara angin terdengar sunyi malam itu, sebagian orang terlelap dan istirahat untuk esok hari. Jangkrik saling bersahutan dan serigala mengaung terdengar samar dari atas bukit, menandakan waktu memasuki tengah malam.

Di rumah megah yang hanya di terangi lampu petromaks, terdapat sebuah keluarga terpandang yang tampak begitu sibuk, beberapa dari mereka terlihat mondar mandir di luar kamar, kekhawatiran dari wajahnya dan sesekali mengelap keringat dengan lengan jas hitam yang di kenakan.

Wajahnya tampak pusing, akibat kebanyakan minum alkohol, pria itu sedang merayakan kemenangan judinya yang mampu mengalahkan bandar tersohor dari negeri sebrang.

“Sam, bagaimana istrimu?” Tanya seseorang memecahkan keheningan.

Sam menggeleng, “masih belum lahir” katanya sedikit panik.

“Baiklah” menghela nafas panjang, “ ayah akan pergi sekarang juga untuk melakukan ritual penting, ingat pesan ayah di tahun kabisat ini, kalau sampai anakmu lahir perempuan bunuhlah. Dan jangan sekali- kali menyalakan lampu sampai tahun ini selesai” ia menepuk pundak Sam memberitahu.

Sam pria yang khawatir itu menangguk, dan sedikit menunduk. Ia mengerti.

Pria tua meninggalkannya dengan beberapa pengawal berjejer di belakang. Sam mengerti sebagai anak dari ketua sekte, ia tidak boleh melanggar aturan yang tetap ini.

Jika yang terlahir perempuan di katakan bahwa dia adalah anak titisan iblis yang harus di bunuh saat itu juga.

Suara bayi terdengar samar di balik pintu kamar, Sam yang penasaran lantas masuk tanpa permisi. Terlihat istrinya yang tampak lemas, masi mengatur nafas, matanya sembab sedikit menangis.

Bibi yang membantu persalinan sedikit repot, tangannya berlumuran darah. “Kembar” ucapnya sedikit tersenyum. Sam yang mendengarnya terkejut, ia menegang tangan istrinya dengan erat.

“Laki laki dan perempuan” ucapnya

Sam terkejut ia melepas tangan istrinya dan menghampiri kedua anaknya yang sedang di mandikan, satu bayi sudah terbedong rapih dan yang sedang di mandikan menangis kencang.

“Bayi perempuan ajaib, dia lahir dalam keadaan bersih bahkan darah pun tidak ada di tubuhnya, nangis hanya sebentar” ucar Bibi sambil sibuk dengan urusannya. “Tapi keduanya sehat tanpa ada cacat sedikitpun” timpalnya lagi.

Sam menatap bayi perempuan itu dan menggendongnya, ia melihat setiap tubuhnya dengan detail dari atas sampai bawah. matanya yang berwarna coklat, hidungnya mungil, dan bibirnya yang merah ranum, “tidak ada yang aneh” ujarnya dalam hati.

“Tidak tetap akan aku lakukan”

“Tolong jangan” ara, sang istri bersuara gemetar.

“Dia normal dan tampak sehat, lihat baik-baik matanya mirip dengan mu” ucapnya lagi.

“Tidak, itu sudah perjanjian” Sam dengan tegas.

“Baiklah beri aku waktu 2 jam saja untuk menyusuinya pasti dia lapar, habis itu baru kamu bawa pergi” Ara memohon dengan isakan tangis.

Sam menangguk dan memberikan bayi mungil itu kepadanya, Bibi sudah membersihkan dan izin untuk pamit pulang.

Kedua bayi kembar sambil mengempeng dengan asi ibunya, Sam melihatnya tanpa terasa air matanya jatuh, pria sangar, egois dan kejam itu menangis. Baru kali ini Ara melihatnya.

Sam pergi begitu saja, meninggalkan ibu dan kedua anaknya, ia tampak tidak tega untuk melakukan perintah keji itu, Kakinya berjalan ke sebuah ruangan gelap, sebuah pintu merah terang menyala.

Sam memasuki dengan tenang, terdapat lilin merah menyala di setiap sudut, patung besar dan tinggi berkepala anjing dan kedua lengan seperti manusia namun hanya berjari 2, tubuhnya kekar, menggambarkan tubuh manusia.

Sam melakukan semacam doa dan melafalkan mantra seperti meminta petunjuk, namun tiba-tiba tubuhnya terlempar seperti harapannya di tolak.

Anna

Sam kembali berdiri menyeka hidungnya yang berdarah, ia sudah tau bahwa permohonannya di tolak.

Jalannya agak sedikit tertatih karena lemparan tadi membuat kakinya agak tergelincir, Sam berjalan menuju kamar istrinya, ia membuka pintu perlahan dan didapati Ara sedang menyapih, matanya tertutup sepertinya ia ketiduran.

Sam mencoba mengambil bayi prempuannya dengan perlahan, namun Ara berkata.

“Tidak bisa di tukar saja dengan nyawaku?” Tanyanya dalam keadaan mata tertutup.

“Tidak” Jelas Sam tegas sambil mencoba meraih bayinya.

“Tidak mungkin jelmaan iblis seperti ini, ia cantik dan sehat” Ara menatap anaknya sambil berlinang menangis.

Sam terdiam dengan memaksa mengambilnya, Ara histeris berusaha meraih, namun tenaganya tidak sebanding, Sam keluar kamar menutup pintu kamar dan menguncinya.

Ia berjalan terpogoh pogoh, menuju dapur dan mengambil pisau, di letakannya bayi itu diatas meja makan, Sam mengangkat tinggi-tinggi tangannya dengan pisau tajam digenggamannya.

Namun bayi itu membuka mata, tersenyum dan tertawa. Hampir 10 cm lagi menusuknya, tangan Sam terhenti, hatinya bergetar. Tidak pernah ia merasakan perasaan bersalah seperti ini dalam hidupnya.

Nafasnya berat, di ujung ruangan Edward ajudan teladan hanya memandang Sam dengan samar. Dari tadi dia memantau, memastikan kondisi Sam baik-baik saja dan aman. “Dia tidak sanggup melakukannya” ujarnya dalam hati.

“Edward” teriak Sam kencang

Edward mendekatinya, “ iya Tuan” ucapnya dengan wajah menunduk.

“Kamu bunuh bayi ini hari ini juga sebelum matahari terbit” perintahnya.

“Bunuh?” Edward terkejut, meyakinkan

“Dia perempuan” jelas Sam

Edward yang mengerti peraturan hanya mengguk, mengerti tanpa perlu menjelaskan.

“Kamu bunuh, setelah itu bawa sesuatu yang meyakinkan kalo bayi ini sudah mati”

Sam pergi meninggalkannya

Edward berpikir sejenak, ia samar-samar mendengar raungan Ara, histeris memanggil nama “Anna” berkali-kali.

“Oh namanya Anna”

Edward mencoba membuka kain yang tersingkat menutupi wajah bayi itu, memastikan baik-baik sekali ia tersenyum, mengerutkan dahi tidak percaya.

Berjalan ke luar rumah, dengan cepat ia menusuri jalan setapak dan semak belukar yang hampir setinggi dada, menandakan jalan ini jarang dilalui, di gendongnya bayi itu di atas peti buah yang terbuka atasnya, bayi itu tidak menangis hanya terdengar suara tawa, sesekali berbicara tidak jelas.

Edward menepi tepat di pinggiran sungai, ia merobek selimut bayi itu dan menggantinya dengan selimut tebal miliknya yang baru. ia mengeluarkan sebuah kertas yang tertulis, “beri dia nama Anna”.

Dengan cepat tangannya mengatur agar Anna seimbang, di taruhlah kertas kecil di balik tubuhnya, dan Edward menaruh senter yang mengarahkan cahayanya ke arah langit, lagi-lagi bayi itu tersenyum dan tidak menangis. Setelah semuanya siap Edward mendorong peti buah yang sengaja atasnya terbuka ke arah tengah sungai, agar berjalan mengikuti arusnya.

Perlahan peti itu menjauh, di bawah langit yang cerah agak ke kuning-kuningan mendakan sebentar lagi fajar datang, ia memastikan petinya berjalan dengan lancar, sampi pergi jauh dan tidak terlihat lagi.

Edward menusuk pangkal atas tanggannya, darah menetes dan bercucuran, sengaja selimut Anna di jadikan tetesan darah, setelah semuanya selesai ia pulang dengan membawa baju Anna yang sudah koyak dengan darahnya yang menyelimuti.

Menjadikan itu barang bukti bawha Anna, bayi perempuan itu meninggal di terkam buaya.

Edward kembali pulang ke rumah besar yang ada di pertengahan hutan, ia berharap cemas kalau aksinya ini tidak ketahuan.

Namun sesampainya telah pagi, terlihat Sam pergi sendirian tidak ditemani sopir atau ajudannya. tampak terlihat buru-buru.

Terpopuler