SweetNovel HOME timur angst anime barat chicklit horor misteri seleb sistem urban
Gairah Sang Dosen

Gairah Sang Dosen

1

Kelima sahabat ini lagi nongkrong di salah satu ruangan kampus yang gak pernah kepake, bosen soalnya dosen mereka gak masuk hari ini. Daripada ngelamun, mereka memutuskan main game biar seru.

Botol air mineral diputar lagi dan lagi, kali ini berhenti di depan Alicia.

"Truth or dare, Al?" tanya salah satu dari mereka.

"Dare lah, dari tadi Truth mulu kayak lagi sesi curhat dosa!" jawab temannya.

"Anjir, sesi curhat dosa, emang gue Lo pada yang banyak dosa..." canda Alicia.

Hahaha mereka semua ketawa bareng.

"Ya udah, kali ini gue Dare deh. Palingan tantangan Lo pada apaan sih," kata Alicia dengan nada sombong.

Keempat sahabatnya saling melirik, kayak ada kode rahasia di antara mereka. Setelah cukup lama saling tatap-tatapan, akhirnya salah satu dari mereka ngomong dengan semangat.

"Gue mau Lo cium..." Dia melirik ke arah luar jendela, nyari target yang cocok buat dicium Alicia.

Lima cewek cantik dan populer di kampus ini serempak ngintip ke luar, tapi gak ada siapa-siapa. Emang sih, ruangan ini jarang banget dilewatin orang.

Pas lagi pada nyari-nyari, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki mendekat. Suaranya cukup keras karena ruangan ini emang kayak gudang kosong yang sunyi banget.

"Nah, tuh ada orang datang. Siapapun yang lewat, Lo harus cium dia pas di bibirnya," ujar Tania dengan antusias.

"Dan ciumannya harus penuh perasaan ya, Al. Jangan cuma nempel doang, biar gak ketahuan kalau Lo deg-degan," tambahnya dengan nada menggoda.

"Cium penuh perasaan, Al! Jangan cuma nempel doang. Biar Lo tahu rasanya ciuman beneran," kata salah satu temannya.

Mereka semua tertawa lagi. Ya, Alicia memang satu-satunya di geng mereka yang belum pernah pacaran, apalagi ciuman.

"Anjir, beruntung banget dia jadi first kiss gue!" ujar salah satu teman sambil tertawa.

Langkah kaki terdengar semakin dekat. Detak jantung Alicia makin cepat. Bagaimana nggak, ini ciuman pertamanya. Dan dia akan memberikan ciuman itu kepada...

"Dosen kulkas!" mereka berlima serempak menyebut nama dosennya.

Abian Ludwig, dosen mereka yang dijuluki "dosen kulkas" karena sikapnya yang dingin banget, terutama sama cewek.

"No, no, no! Gak sama tuh dosen!" teriak Alicia panik.

"Justru sekarang Lo buktikan ke kita kalau dosen kulkas itu juga bisa naksir cewek," kata Tania. "Biar nggak lagi dikira dia itu kaum pelangi," lanjutnya.

'Tapi kenapa harus tuh dosen lewat sini?' pikir Alicia cemas.

"Udah sana, Al. Target Lo udah nongol," salah satu dari mereka mendorong Alicia. "Ingat, french kiss, bukan asal nemplok doang," lanjutnya sambil terus mendorong Alicia keluar ruangan.

BRUGH!

Dorongan dari teman-temannya membuat Alicia menabrak dosen kulkas. Tubuhnya terhuyung ke belakang dan hampir jatuh.

Tangan Abian refleks menarik lengan Alicia, menariknya kuat agar tidak terjatuh.

"Anjir, udah kayak di sinetron!" kekeh salah satu dari mereka melihat adegan itu.

Tubuh Alicia terangkat saat tangan kekar itu menariknya. Dia jelas nggak siap buat langsung eksekusi tantangan temannya.

Menatap pria tampan di depannya, nggak bisa dipungkiri, dia memang ganteng banget. Kulit putih, bibir merah alami, alis tebal—wajahnya sempurna.

Perlahan Alicia mulai mendekatkan wajahnya ke Abian, sang dosen kulkas.

"Cepet rekam adegan hot ini," perintah Tania kepada teman-temannya.

2

Alicia mulai mengecup bibir merah Abian. Tak ada penolakan. Alicia memejamkan mata, tak sanggup menatap mata dingin dosen kulkasnya itu, takut klepek-klepek kayak ikan kehabisan air.

Mulai melumat bibir merah itu, Alicia sebenarnya amatir dalam hal ciuman. Tapi, demi menyelesaikan tantangan gila ini, dia harus berusaha.

Frustasi karena Abian tak membalas ciumannya, Alicia terus melumat dan menggigit lembut bibir dosennya, berharap mendapat respon.

Yap, berhasil! Setelah gigitan lembut di bibir bawah, Abian membuka mulutnya sedikit. Alicia menjelajahi gigi putih dosennya, satu per satu.

"Eenghhh," desah Alicia tak tertahan.

Alicia terbakar oleh ciumannya sendiri. Lidahnya menjelajahi bibir dan mulut dosen kulkas itu, tangannya melingkar di leher Abian agar dia tak bisa kabur.

Matanya tetap terpejam, tak berani melihat reaksi Abian.

Lima menit berlalu. Alicia masih mencium Abian. Tubuh dosennya diam, hanya menikmati lumatan yang awalnya lembut berubah jadi liar.

"Sialan, Alicia. Katanya belum pernah ciuman, tuh liat udah kayak pro aja," ujar Tania sambil tertawa.

Alicia mulai menghentikan ciumannya, napasnya tersengal. Dia membuka matanya perlahan, tangannya masih melingkar di leher Abian.

Mata biru Abian menatapnya dengan tenang, tak seperti seseorang yang baru saja mengalami ciuman panas. Bukankah dia baru saja dicium oleh muridnya sendiri?

"Maaf, Pak. Saya nggak ada maksud apa-apa sama Pak Abi, cuma mau bilang terima kasih," bohong Alicia. "Pak Abi kan nolong saya biar nggak jatuh."

Abian diam saja, mendengarkan penjelasan dari mahasiswinya yang baru saja nekat menciumnya.

Begitu Alicia selesai bicara, Abian langsung pergi, meninggalkan Alicia yang masih pengen ngomong.

Alicia terus menunduk, matanya mengikuti langkah kaki Abian yang makin menjauh. Setelah Abian benar-benar hilang dari pandangan, dia melihat ke segala arah, memastikan dosennya itu sudah nggak ada lagi di sana.

Keempat temannya mendekati Alicia, menepuk-nepuk bahunya yang masih shock ditinggal begitu saja oleh Abian Ludwig, sang dosen kulkas.

"Gila lo, Al! Katanya belum pernah ciuman, tapi liat nih, ciuman lo ke Pak Abi panas banget, kalah sama cuaca siang ini," ujar salah satu temannya sambil menunjukkan video yang berhasil direkam saat Alicia mencium dosennya.

"Ih, gila kalian! Ngapain juga lo ngerekam ini?" gerutu Alicia sambil memastikan apa yang dia lihat di layar ponsel temannya.

"Nih, udah gue kirim ke grup kita, jadi lo bisa puas nonton adegan ini tanpa gangguan," kata temannya sambil tertawa.

Mereka semua tertawa, tapi Alicia nggak ikut. Ada rasa hampa di hatinya saat Abian meninggalkannya begitu saja.

Tapi itu bukan hal yang buruk, kan? Dosennya nggak marahin dia atau melakukan sesuatu yang lebih parah. Tapi Alicia terus bertanya-tanya, apakah Abian nggak merasakan apa yang dia rasakan?

"Sepertinya aku suka bibir merahnya, candu banget," batin Alicia.

Kelima sahabat itu meninggalkan ruangan dengan tawa, meski Alicia merasa sedikit canggung. Hatinya masih berdebar saat mereka memasuki ruangan Lili 201 untuk mata kuliah berikutnya. Duduk di pojok kanan seperti biasa dengan teman-temannya, Alicia merasa semakin gelisah. Mahasiswa lain mulai masuk karena kuliah sebentar lagi dimulai.

"Tenang dikit napa sih, Lo. Bergetar tuh kursi," ujar Chika, salah satu sahabat Alicia.

"Tau nih, tumben banget gue deg-degan gini. Emang sekarang mata kuliah apa sih?" tanya Alicia, mencoba mengingat jadwal setelah jam kosong tadi.

Setelah berpikir sejenak, akhirnya mereka berdua ingat.