YUKI: The Whitest In The World
“Tuuuu..tu..tuuuu..tututuuuu…tu..tuuuu.”
Senadung seorang gadis kecil berkupluk putih terdengar di tengah-tengah
hamparan salju. Mencari sesuatu yang menurutnya layak untuk diambil. Memilih
satu persatu barang yang ia temukan di balik tumpukan salju dan reruntuhan
bangunan. Tak jauh darinya terlihat sosok pria tengah duduk di atas runtuhan
bangunan di dalam bayangan pohon..
Seorang laki-laki berumuran 30 tahun dengan badan yang kekar mengenakan mantel coklat tebal dan
celana militer hitam yang senada dengan sapatu boot yang ia kenakan.
Dengan wajah yang lesu dan rambut tipis pada dagunya, membuat dirinya terlihat
seperti orang tua yang kehilangan semangat hidupnya. Pria itu memiliki rambut
hitam gondrong menutupi kedua matanya senada dengan sepasang matanya yang
berwarna hitam pekat.
Sebuah senapan api menjadi teman duduknya. Sambil mengamati dan memperhatikan setiap
gerak-gerik gadis kecil itu di tengah hamparan salju. Sesekali pria itu melamun
akan keadaan sekitar lalu tersadar kembali berkat senandung gadis kecil kupluk
putih. Sesekali gadis kecil berkupluk itu berbalik dan menyapa pria itu dari
kerumunan salju. Pria itu tersenyum membalas sapaan gadis berkupluk putih.
Mengambil sebuah barang lalu berpikir apakah barang itu berguna, lalu memutuskan untuk
mengambilnya. Saat sudah menetapkan pilihannya, ia kembali melihat barang lain
yang hampir sama, ia mengambil barang itu menimbangnya dengan barang yang
pertama, berpikir cukup keras. Lalu memutuskan mengambil barang yag kedua dan
meletakan kembali barang yang pertama ke tempatnya berasal. Itulah yang di lakukan
gadis kecil berkupluk putih berulang kali di tengah lautan salju putih tebing
reruntuhan bangunan.
Perilaku gadis kecil berkupluk saat berpikir dan menimbang barang yang akan diambil sangatlah menggemaskan. Tangannya membentuk huruf v lalu menempelkan tangannya di dagu sambil menggosok-gosokan dagunya.
Wajahnya nampak begitu serius ala-ala gadis kecil umur empat tahun. begitu
menggemaskan.
Pria itu tersenyum-senyum melihat tingkah gadis kecil bekupluk itu. Tanpa sadar ia
melamun kembali memikirkan nasibnya. “
Apa yang harusku lakukan untuk tetap bertahan? Persediaan makanan dan minuman
semakin menipis dan makanan dan minuman semakin lama semakin susah di temukan.
Apa aku harus meminta makanan lagi?” Batin pria itu. “Ahhh….” Pria itu menghela nafas.
“ Biarlah yang terjadi maka terjadilah. Akan aku serahkan
sisanya pada diriku nanti.”Di tengah lamunannya pria itu tersadar sandungan
gadis kecil berkupluk terhenti. Pria itu mencari keberadaan gadis kecil
berkupluk di tengah hamparan salju. Memandang kesana kemari tanpa henti dan
penuh kekhawatiran. Memang susah menemukan gadis kecil berkupluk saat di luar, karena
tubuhnya yang kecil dan kupluknya yang putih membuat gadis kecil itu susah
terlihat apa lagi saat habis turun salju. Maka kemungkinan menemukan gadis
kecil itu sangat kecil
“ Hai, paman.” Tiba-tiba gadis kecil itu sudah berada di bawah pria itu, sambil membawa
sesuatu di tangannya dengan senyumnya yang riang.
“Yuki menemukan makanan.” Kata gadis kecil berkupluk sambil menyerahkan sebuah kaleng makanan
kepada pria itu.
“ Oh.” Kaget pria itu. “ Kau menemukan makanan. Mana-mana biar paman melihatnya.” Pria itu turun
dari tempatnya duduk menghampiri gadis kecil berkupluk itu dan mengambil kaleng
makanan itu.
“ Dengan ini kita tidak perlu mengkhawatirkan tentang makanan lagi. Dan juga paman tidak usah
meminta makanan pada paman jahat lagi” Ujar Yuki dengan senyumnya yang lebar.
Melihat itu pria itu terharu. Mengetahui bahwa kaleng makanan yang di temukan Yuki ternyata kosong, ia tak tega mengatakannya kebenarannya.
Pria itu menyamakan posisinya dengan gadis kecil itu. Menatapnya sambil
memegang bahunya.
“ Apakah Yuki
mengkhawatirkan persediaan makanan kita?” Tanya pria itu dengan lembut.
“ Em.” Gadis kecil mengangguk, lalu menundukan kepala. “ Kemarin aku dengar dari paman jahat bahwa
paman hanya dimanfaatkan saja dan mereka bilang paman hanya di berikan makanan
sedikit walau paman sudah berkerja keras.” Ujarnya dengan nada sedih.
“ Yuki pikir jika Yuki membantu paman mencari makanan, paman tidak perlu lagi berkerja pada paman jahat dan selalu bersama
Yuki.” Ujar Yuki dengan wajah tertunduk dan nada sedih. “ Lalu bersama-sama,
Yuki dan paman mencari makanan maka makanan akan banyak dan suatu saat paman
dan Yuki tak perlu lagi mencari makanan lagi karena makanan sudah banyak dan
bisa bermain bersama Yuki seelaaamanyaaa.” Lanjut Yuki dengan penuh semangat
dan penuh gerakan tangan kepada pria itu.
Pria itu tersenyum kepada Yuki. Senyum yang berisi perasaan bangga dan haru.
“ Paman sangat bangga dan senang dengan apa yang Yuki lalukan.” Ungkap pria itu sambil
mengelus kepala Yuki.” Tapi Yuki. Kau tau paman melakukannya karena keinginan
paman sendiri. Jadi jika Yuki tidak suka berkerja pada paman jahat maka paman
akan berhenti dan pergi dari daerah ini. Lalu kita berdua bisa berpetualang bersama
menjelajahi dunia.” Tawar pria itu.
“ Em!” Yuki menjawab dengan anggukan terbaiknya.
“ Jadi apakah kita bisa sekarang pulang, Yuki?”
“ Em!.” Jawab Yuki dengan anggukan. “ Lets go!” Teriak Yuki dengan penuh semangat.
Pria itu dan Yuki pergi meninggalkan daerah pusat reruntuhan kota. Meninggalkan
hamparan salju yang menutupi setiap jalanan kota. Suhu yang dingin mengiringi
langkah kecil Yuki dalam perjalan pulang. Dengan penuh semangat Yuki berjalan
seperti tentara sambil menyanyikan sebuah lagu. Lagu ciptaan penyanyi terkenal
De Lavfor Josh Van yang menceritakan perjalanannya saat perang hitam putih pada tahun 2029 di Eropa Utara, The Royal
Soldier.
“ If this body is destroyed,”
“And if all has fallen,”
“ I will stay standing.”
“Stand up, stand up”
“Stand up, stand up”
“ Until everything is over.”
Yuki sangat menyukai lagu The Royal Soldier. Ia selalu menyanyikannya dimana-mana.
“ Yuki.” Panggil pria itu melihat Yuki yang tak sadar
telah meninggalkan pria itu jauh di belakang.
Yuki berhenti. Membalikan tubuhnya. Melihat pria itu yang
berdiri agak jauh dengannya.
” Yuki kemarilah.” Pria itu memberi kode berupa menggeser
tangannya ke samping. Memberi kode Yuki untuk berjalan disampingnya.
Melihat tingkah Pria itu Yuki sempat diam dan bingung
dengan kode yang di berikan pria itu. Pria itu kembali memberikan kode untuk
Yuki agar berjalan berdampingan dengannya tapi kali ini pria itu menawarkan
tangannya kepada Yuki. Yuki yang dari tadi bingung dengan tingkah pertama pria
itu kembali di bingungkan dengan tingkah pria itu. Butuh beberapa menit hingga
Yuki paham dengan apa yang diinginkan pria itu.
Yuki dengan kecepatan penuhnya menyambar tawaran tangan
pria itu. Menggandengnya erat-erat. Yuki merasakan betapa besar dan hanyatnya telapak
tangan pria itu begitu juga dengan pria itu yang merasakan betapa kecil dan
dinginnya telapak tangan Yuki. Mereka berdua saling merasakan kehangat yang
muncul dari telapak tangan mereka.
Pria itu dan Yuki melanjutkan perjalanannya serta Yuki
kembali melanjutkan nyanyiannya. Waktu tak terasa bagi mereka. Walau perjalanan
cukup jauh dan melelahkan mereka berdua menikmati setiap momen yang mereka
temukan di perjalanan. Savana bunga lili puti, pepohonan bunga sakura tertutup
salju, hingga kawanan rubah yang mencari jalan pulang, mereka temukan selama
perjalanan. Perjalanan yang di penuhi gelak tawa Yuki
Di perjalanan saat mereka melewati sebuah camp. Mereka di
kejutkan oleh seseorang.
“ Well well well. Lihat siapa yang datang.” Tiba-tiba
muncul 3 orang dewasa. Satu orang memimpin dengan setelan jas putih dengan
rambut klimis dan dua orang lainnya menyikutinya dari belakang dengan badan yang
kekar menggenakan jaket hitam tebal berbulu dan celana jeans hitam yang senada
dengan sepatu bot mereka, menambah kesan sangar dari kedua orang itu.
“ Sudah lamanya.. kita tak milihat veteran. Bukankah
begitu?” Si pemimpin memulai pembicaraan dengan gaya sombong dan angkuh. Ia
tersenyum sinis.
Orang-orang yang mengikutinya menjawab dengan anggukan
dan sedikit tawa meremehkan.
“ Selamat datang kembali di wilayah camp Wild Boar, Raka
Tomoya si Pecundang perang.” Ujar si pemimpin lalu di ikuti tawa kedua orang di
belakangnya.
Camp Wild Boar. Adalah Camp yang didirikan setelah perang
dunia ke-3 oleh seorang penguasa daerah lebih tepatnya oleh ketua geng selatan
dari kota Fosfil city, satu satunya kota yang kerusakannya lebih sedikit
dibandingkan kota diseluruh dunia. Camp Wild Boar beranggotakan anggota gengnya
saja sedangkan orang lain hanya pekerja panggilan seperti seorang petualang.
“ Satu-satu orang yang selamat dari perang dunia ke-3
yang menyebabkan dunia menjadi begini. Orang yang meninggalkan kawan-kawannya
mati membusuk di medan perang, Mayor Raka Tomoya. Pangkatnya yang begitu tinggi
sehingga ia bisa meninggalkan medan perang sesukanya. Siapa orang yang tidak
tau cerita kepahlawanan Mayor Raka Tomoya. Ya kan veteran kita.” Si pemimpin
dan kedua anak buahnya kembali tertawa dengan keras.
Melihat Raka di ejek oleh si pemimpin dan anak buahnya membuat
Yuki kesal bukan main. Pipinya merona merah dan mengembung. Ingin rasanya Yuki
memukul ketiga orang itu. Genggaman tangan Yuki kepada Raka semakin erat.
Sedangkan Raka hanya diam mendengar ejekan dari ketiga orang itu. Mungkin
karena rasa bersalah yang ada didalam diri Raka atau karena ia telah terbiasa
dengan ejekan seperti ini.
“ Hai, Veteran. Kenapa kau diam? Apakah setelah kau
meninggalkan perang kau menjadi tuli atau kau menjadi bisu atau menjadi
kedua-duanya?” Si pemimpin mendekati Raka dengan gaya badboy-nya; memasukan
kedua tangan ke saku sambil berjalan agak membungkuk dan melebarkan jarak
antara kakinya; mendekati Raka.
“ Lihatlah veteran kita yang kemana-mana membawa senapan
andalannya, Az8801. Senapa api bertipe asault rifle semi auto dengan kapasitas
40 peluru bertipe 0.10R yang merupakan peluru khusus. Satu-satunya senjata yang
dibuat khusus untuk Mayor Raka Tomoya. Dikatakan senjata itu adalah The Ground
of Blood, senjata yang telah membunuh 500 tentara musuh. Yang dimana musuh yang
dibunuh oleh senjata itu mati tersungkut menutupi semua permukaan tanah dengan
tubuh dan darah para musuh. Sungguh pencapaian yang sangat luar biasa dari Mayor
Raka. Hahahahaha.” Si pemimpin berjalan sambil bertepuk tangan dan terus
menghina Raka. Sedangkan Raka hanya diam terpaku mendengar semua hinaan dari Si
pemimpin.
“ Kau janganlah sombong hanya karena dapat puji sedikit
oleh boss. Ingatlah!. Ini bukan wilayahmu. Ingat posisimu, Veteran!” Ancam si
pemimpin sambil menudingkan jarinya ke Raka dengan tatapan sangarnya.
Melihat itu semua amarah Yuki tak bisa terbendung lagi.
Yuki melepas genggaman tangan Raka dan melesat maju menendang betis si
pemimpin.
“ Aw aw aw aw.” Teriak si pemimpin kesakitan. Untunglah
Yuki memakai sepatu boot sehingga kaki yang tidak kesakitan.
“ Paman tidak mungkin melakukan semua itu! Jangan jahili
paman lagi! Paman adalah paman terbaik yang Yuki punya di dunia ini!” Yuki
berteriak sangat kencang hingga menangis sambil terus menendang betis si
pemimpin. Perbuatan Yuki mengagetkan semua orang yang ada disekitanya terutama
Raka yang tidak menyangka bahwa Yuki sangat menyayanyinya lebih dari apapun.
Yuki meluapkan semua amarahnya. Dengan amarah yang
membara Yuki menendang satu kaki yang lain dari si pemimpin. Lalu memukuli si
pemimpin itu. Raka yang sendari tadi diam terpaku mulai tersenyum melihat apa
yang dilakukan Yuki untuknya. Raka tertawa kecil melihat semua kejadian ini.
Bagaikan semua omongan si pemimpin bagaikan angin lalu pergi tanpa ada yang
bisa menghalangi. Terbang lepas tinggi hingga semua melupakanya.
Melihat tingkah laku Yuki, kedua anak buah si pemimpin
tak tinggal diam. Mereka menghampiri Yuki dan mengangkat badan Yuki keatas. Yuki
terus memukul dan menendang sekelilingnya walau hanya mengenai angin lewat
saja.
Melihat itu Raka tak tinggal diam dan langsung menyerang
anak buah si pemimpin yang membawa Yuki. Dengan cepat sebuah sikutan melayang
mengenai perut anak buahnya. Genggaman anak buah itu terlepas, menjatuhkan Yuki
dari ketinggian. Melihat begitu cepat dan kuatnya serangan Raka, anak buah yang
satunya lagi hanya bisa terdiam dan mundur tanpa bisa melakukan apa-apa.
Raka merendahkan dirinya menyamaratakan tingginya dengan
Yuki sehingga ia bisa menatap wajah Yuki dari dekat.
“ Yuki jangan iseng dengan orang yang lebih lemah dari
kita.” Ujar Raka sambil memperlihatkan senyum hanyatnya pada Yuki sekaligus
menyindir si pemimpin.
“ Nani- Aw aw aw.”
Sewot si pemimpin sambil menahan sakit. “ Apa yang kau katakan, Pria tua!” Si
pemimpin mulai marah.
Mereka berdua tidak menghiraukan omongan si pemimpin.
Raka hanya sibuk menghapus air mata yang ada di pipi Yuki. Raka kembali
tersenyum pada Yuki saat di mata Yuki tercemin rasa penyesalan. Senyum yang
begitu indah dan menenangkan membuat Yuki berhenti menangis dan kembali ceria
seperti tadi.
“ Yuki, ayo kita
pulang.” Ujar Raka sambil kembali menawarkan gandengan tangan kepada Yuki.
“ Em.”Jawab Yuki dengan senyumnya yang terbaiknya.
Raka bangkit dari posisinya sambil memegang erat tangan
Yuki dengan penuh kehanyatan. Mereka berdua berjalan meninggalkan ketiga orang
tadi. Menghiraukan semua ocehan yang keluar dari mulut si pemimpin dan tawa
kedua bawahannya. Terus melangkah menuju tempat dimana mereka bisa merasakan
kehangatan yang sesungguhnya.
**
“ Paman! Paman!” Ujar seorang gadis kecil mengenakan baju
tidur dan membawa sebuah boneka beruang coklat di pelukannya. Gadis itu
terlihat tergesa-gesa untuk membangunkan seorang pria yang tertidur di atas
single sofa coklat tua. “ Bangunlah, Paman! Pamaaan..” Ulang gadis itu sambil
menggoyang-goyangkan tangan pria itu.
Gadis itu terus mengoyang-goyangkan tangan pria itu
kekanan-kekiri. Pria itu sedikit terbangun dan merespon tindakan gadis kecil
itu dengan menarik tangannya dari genggaman gadis itu. Melihat tingkah pria
itu, gadis kecil itu geram dan kembai menggenggam tangan pria itu. Berbeda dari
yang tadi kali ini gadis kecil itu mengenggam tangan pria itu lebih erat dan
menggoyangnya semakin tak karuan.
“ Ah...” Kaget pria itu yang terbangun dari tidurnya. Pria
itu sedikit mengangkat tubuhnya untuk mengetahui apa yang menggoyang-goyangkan
tangannya.
“ Ternyata kau Yuki.” Ujar Pria itu melihat siapa yang
telah membangunkannya. Ternyata gadis kecil yang masih memakai baju tidurnya
dan masih memeluk boneka kesayangannya adalah Yuki.
“ Ada apa, Yuki? Bukankah terlalu pagi untuk cemilan.”
Ujar Pria itu sambil kembali membenarkan posisinya untuk kembali tidur. “
Bukannya kau telah memakan banyak cemilan tadi malam.” Ungkap pria itu.
“ Tidak!!” Bantah Yuki. “ Yuki hanya makan..
satu…dua…tiga…empat… lima.” Jelas Yuki sambil menghitung cemilan yang ia makan
tadi malam menggunakan jarinya. Yuki menghitung satu persatu menggunakan
jari-jari kecilnya dan ia telihat sangat imut.
“ Enam…tujuh….” Tiba-tiba Yuki berhenti berhitung. Raut
muka Yuki seketika berubah menjadi sangat senang. “ Paman! Paman!” Panggil
Yuki.
“ Apa?” Jawab Pria itu yang masih saja mencari posisi
yang pas untuk kembali tidur.
“ Anone anone, Yuki sekarang bisa berhitung sampai
tujuh.” Ujar Yuki sambil menunjukan jarinya kepada pria itu. “ Bukankah Yuki
hebat!” Bangga Yuki dengan pose menenteng kedua tangannya sambil membusungkan
dadanya.
“ Ya ya, Yuki hebat, Yuki yang terhebat.” Ujar pria itu
dengan malas.
“ Hehem. Besyukurlah! Tuan putri yang hebat ini mau
menemanimu! Besyukurlah.” Ujar Yuki yang semakin membanggakan dirinya sendiri.
Terlebih lagi raut wajahnya yang nampak tersenyum bangga sekarang semakin lebar
senyum bangganya.
“ Ya ya. Aku sangat bersyukur tuan putri Yuki mau
menemaniku.” Ujar pria itu dengan nada yang sama.
“ Jadi tolong kedepannya urus aku dengan baik, Tuan putri
terhebat.” Lanjutnya. “Jadi waktunya kembai tidur..” Pria itu pun melanjutkan
tidur tanpa mempertanyakan kenapa Yuki membangunkannya sepagi ini. Sedangkan
Yuki terlena dengan pujian pria itu. Yuki semakin bangga dengan dirinya sendiri
dan terus tersenyum lebar sambil menenteng kedua tangannya.
Ditengah-tengah kegaduan yang tidak jelas ini terdengar
suara…
Dok dok dok… suara ketukan pintu yang cukup keras. Pria itu
dan Yuki seketika menoleh ke sumber suara. Pria itu yang dari tadi ingin
melanjutkan tidurnya akhirnya harus menunda rounde kedua tidurnya.
“ Tok tok. Apakah aku mengannggu tidurmu, Raka?” Tanya
seseorang yang berdiri bersandar pada daun pintu sambil menyilangkan lengannya.
“ Ternyata kau…” Ujar Raka pada seseorang yang
bersembunyi pada bayangan pintu. “ Hmm” Raka menghela nafas.
“ Jadi apa yang kau inginkan, Etsis?” Tanya Raka pada
wanita itu.
“ Ternyata kau masih ingat memanggilku Etsis. Bukannya
kau bukan anjing militer lagi.” Ujar wanita itu. Di dalam militer Etsis di
gunakan untuk memanggil tentara perempuan yang memasuki satuan khusus. Tidak ada yang tau nama asli masing-masing
anggota satuan khusus itu, semua orang hanya di perbolehkan memanggil para
wanita dari satuan khusus itu Etsis dan berkat perang dunia ke-3 Etsis yang tersisah
didunia ini hanyalah dia.
Etsis berjalan masuk menghampiri sebuah bingkai foto yang
berdiri kokoh didalam lemari kaca. Sebuah bingkai foto yang berisi foto beberapa
tentaara yang sedang melakukan pesta barbecue di pinggir pantai. Beberapa sedang asik
berdansa sedangkan yang lainnya sedang bersantai meminum minumannya, dalam foto
itu tampak seorang tentara yang sendiria membakar daging dan beberapa sayuran.
“ Foto ini…” Ujar Etsis sambi
menunju tentara yang sedang membakar barbecue. “ Bukankah kau, Raka.” Ungkap Etsis.
“ Ya.” Jawab singkat Raka. “
Bisakah kau kembalikan foto itu pada tempatnya dan katakan apa yang kau
inginkan! Disini ada yang berusaha ingin tidur!” Tekan Raka.
“ Hm.. Haa.” Etsis menghela nafas.
“ Oke oke.” Ujar Wanita itu sambil mengembalikan bingkai foto ke tempatnya
semula.
“ Bibi! Bibi!” Ujar Yuki kepada Etsis.
“ Hm.” Jawab Etsis.
: Lihat, Bibi.” Ujar Yuki sambil
menunjukan jarinya yang sendari tadi belum berubah.” Yuki sekarang bisa
menghitung sampai 7.” Ungkap Yuki sambil menunjukan senyum manisnya dan tetap
mempertahankan jarinya.
“ Hebatnya Yuki.” Ujar Etsis sambil
mengusap kepala Yuki. “ Lebih hebat lagi kalau Yuki bisa menghitung sampai 10.”
Ujar wanita itu.
“ Oh…” Jawab Yuki. Yuki menunduk
dan memandangi tangannya. Ia memandangi tangannya dengan sangat serius. Dalam
lamunan tanpa ujung Yuki terlihat terus memandangi tangannya, hingga.
“ Baiklah!” Sontak Yuki sambil
mengepal tangannya dan menoleh kearah Etsis. “ Yuki akan berusaha! Oooo!” Sorak
Yuki pada Etsis dengan tatapan menggebu-gebu bagaikan perajurit yang siap
perang tapi kali ini versi kecilnya.
“ Oooo!” Etsis juga ikut-ikutan
bersorak seperti Yuki.
Yuki dengan tatapan mengebu-gebu
seperti akan berperang pergi meninggalkan Etsis dan Raka di ruang tamu menuju
kamarnya. Yuki terus berorang sambil mengangkat tangannya selama perjalannan
menuju kamarnya. Beberapa “ Oooo” terdengar walau Yuki sudah berada dikamar.
Etsis tertawa melihat tingkah lucu
Yuki. Sedangkan Raka hanya melihat dengan tampang membosankan dan rasa kantuk
yang terlihat jelas di matanya, bagaikan panda yang kurang tidur.
“ Jadi ada apa?” Tanya Raka dengan muka malasnya.
“ YX mulai aktif lagi.” Ujar Etsis
sambil melihat-lihat album foto lainnya. “ Dan kali ini akan 2 kali lebih buruk
dari sebelumnya.” Ujarnya sambil terus membolak-balik album foto.
“ Bukankah ini kau!” Etsis
menunjukan salah satu foto pada album itu. “ Yang paling terlihat culun dan
cemberut. Di pinggiran ini?!!” Lanjutnya sambil menunjukan salah satu orang
pada foto itu.
“ Hem.” Jawab singkat Raka. “
Sebelum itu, dari mana kau tau itu?!” Tanya Raka dengan penuh serius.
“ Entahlah…” Jawab Etsis sambil
masih fokus pada album foto. “ Mungkin black market, seorang informer, atau
mungkin instingku saja. Entahlah..” Lanjut Etsis sambil melirik ke Raka dengan
tatapan tajam namun menggoda.
“ Oh begitu…. Akan aku
pertimbangkan lagi, saat ini aku inginmenikmati kehidupan ini sebentar lagi dan
lagi aku saat ini ingin tidur rounde kedua! Tegas Raka.” Jadi, bisakah kau
keluar sekarang, Etsis! Ujar Raka sambil memepersilahkan Etsis untuk keluar.
“ Buuu. Raka pelit.” Kesal Etsis.
Etsis marah bagaikan seorang putri orang kaya yang kesal gara-gara tidak di
belikan mainan baru. Pipinya menggebung dan ada warna memerah pada pipinya,
sangatlah lucu dan mengemaskan.
Etsis pun berjalan menuju pintu
sambil terus kesal.
“ Satu hal lagi. Senjatamu masih
tetap sama dengan dulu, indah dan kejam.” Etsis berhenti di tengah pintu. “
Jika kau ingin menemuiku, datanglah ke tempat yang kau yakini.” Ujar Etsis
sambil melirik kearah Raka.
Kreeeek.. Bak.. Suara pintu yang
begitu keras memecahkan keheningan sesaat ini. Etsis berjalan menjauh,
menghilang dalam terpaan pintu kayu tua itu. Keheningan masih menetap di
sekitar Raka bagaikan semua suara di sekitarnya menghilang. Dalam keheningan
terbesit dalam pikirannya tentang apa yang dikatakan Etsis, bahwa YX telah
muncul lagi. Dan keberadaan senjata itu telah di temukan.
“ Sialan!.. Kenapa itu muncul
lagi!” Batin Raka. “ Sialan…..!!” Raka terlihat sangat kesal dan stress dengan
apa yang ia pikirkan. Hingga ia tak bisa melanjutkan tidurnya karena terganggu
dengan pikirannya.
“ Apa yang harus kulakukan? Apa aku
harus mengambilnya kembali?! Bagaimana jika kejadian itu terjadi!” Raka terus
di sibukkan dengan semua pertanyaan dan pertentangan dalam hati dan pikirannya.
Hingga ia tak saat dengan keadaan sekitar.
“ Paman! Paman! Paman! ~Ne Paman!”
Panggil Yuki sambil menggonyang-goyangkan celana pamannya. Beberapa kali Yuki
mencoba tapi tetap tak berhasil. Yuki pun mencoba memakai kekerasan untuk
menyadarkan pamannya.
“ PAMAAAN!!” Teriak Yuki sambil
mencubit paha pamannya sekeras mungkin.
“ AAUU…” Teriak Raka, kaget dengan
cubitan Yuki. Raka seketika sadar dari lamunannya dan tersadar bahwa masih ada
Yuki yang selalu menemaninya. Raka pun mengangkat Yuki dan memeluknya.
“ Terima kasih! Terima kasih,
Yuki!” Ujar Raka pada telinga kecil Yuki.
Yuki yang kaget dengan tingkat
Raka, ia pun menjawab dengan sepontan dan polor.
“ Paman apakah kau M ( Masokis)?”
Mendengar itu Raka secara sepontan melepaskan
pelukannya dan menggangkat Yuki, mensejajarkan wajahnya dengan wajah Yuki. Raka
berusaha berpikir sekali lagi apa yang di ucapkan Yuki.
“ Yuki.. Tadi apa yang kau
katakan?” Tanya Raka.
“ Emm.” Jawab Yuki sambil
memiringkan kepala. “ Apa paman benar M ?” Lanjut Yuki.
“ Ehhh..” Batin Raka. “ Siapa yang
mengajarimu itu, Yuki?” Tanya Raka sambil menatap mata Yuki.
“ Emm.. Etsis.”
“ Sialan kau Etsis, hal apa saja
yang kau ajarkan kepada Yuki kecilku?! Hah!” Batin Raka.
“ Yuki, kita tak bisa menentukan
seseorang S&M hanya karena itu saja dan juga tidak sopan jika menuduh
seseorang seperti itu. Dan juga itu bukan ajaran yang baik. Mengerti.” Jelas
Raka.
“ Emm.” Jawab Yuki dengan sebuah
anggukan pelan. “ Jadi, apa paman M?” Tanya ulang Yuki.
Raka terdiam dan membeku dalam
pikirannya mendengar apa yang di katakan Yuki.
**