Gadis Desa Milik Ceo Kejam
"Papa gak suka dengan wanita kampungan seperti dia itu, mending tidak usah menikah." Ucap Ayah Gala selaku Direktur Perusahaan Sinjaya.
"Tapi pah, Gala sudah memilih pilihannya kita hanya bisa mengikuti dan memberi dukungan kepadanya." Pertegas mamanya.
Tok...tok...tok
"MASUK!!!" ucap mamanya Gala.
Keluarga Sinjaya menatap kedatangan tamu mereka dengan raut wajah yang berbeda -beda.
Perlahan langkah kaki wanita mulak mendekat.
"Maaf nyonya kedatangan saya mengganggu saat ini saya hanya mengatakan bahwa putri kami tidak akan menikah dengan putra nyonya." Ucap wanita paruh baya itu dengan gugup.
"Dasar keluarga miskin kalau tidak ingin merusak nama baik keluarga Sinjaya jangan pernah mencari alasan konyol seperti itu." Ucap Gala yang tiba-tiba menghampiri mereka.
"Kau pikir siapa yang tiba-tiba mengubah keputusan seperti itu aku akan tetap menikah dengan putrimu itu." Pertegas Gala dengan raut wajah yang kesal.
"Bu, saya ingin mengatakan bahwa undangan pernikahan sudah kami jalankan dan masih banyak lagi yang sudah kami persiapkan." Perjelas mamanya Gala.
"Sudahlah Ma, tidak perlu dipaksa jika memang pernikahan ini batal justru akan sangat baik kita tidak perlu berkeluarga dengan mereka yang miskin. "Ucap papanya Gala mengejek.
"Tangisan dan hinaan bercampur aduk dengan wajah malu ibunya Chelsea pulang tidak lupa memikirkan ucapan -ucapan dari keluarga Sinjaya.
Sesampainya di rumah yang besarnya hanya sepetak di dalamnya sangat jauh dari kata sempurna.
"Chelsea... Chelsea" panggil ibunya.
Tidak ada jawaban, ibunya pergi ke kamar dan menemui putri semata wayangnya itu.
"Kenapa tidak menjawab panggilan ibu Chel?" tanya ibunya dengan nada rendah.
"Bu, Chelsea takut, hiks...hiks"
Tidak ingin memperpanjang ibunya langsung memeluk Chelsea.
"Bu, Chelsea tidak ingin menikah dengan lekaki dengan lelaki yang Chelsea sama sekali tidak kenal."
"Nak, terkadang hidup itu tidak selamanya sesuai keinginan kita. Jalani saja akan banyak pelajaran dan hal-hal baru yang kamu ketahui nantinya." Ucap sang ibu sambil memeluk Chelsea.
" Bu, Chelsea masih ingin bekerja merubah nasib kita, membuat ibu bahagia tanpa harus bekerja keras, ibu harus mewah punya rumah besar, mobil mewah, perawatan, Chelsea belum bisa membayarnya satu pun sesuai dengan harapan Chelsea." Ucapan putrinya itu membuatnya tidak bisa berkata-kata.
"Seorang ibu akan sangat bahagia jika melihat buah hatinya bahagia." Ucap ibunya Chelsea sambil memeluknya semakin erat.
Di tempat lain, keluarga Sinjaya sedang melakukan persiapan pernikahan.
"Pah, Ma, Gala hanya mau pernikahan ini diketahui oleh keluarga terdekat saja tolong privasi ku dijaga.
Tidak butuh waktu lama Gala akan menghempaskan dan menghancurkan wanita miskin itu." Ucap Gala dan langsung pergi.
Keesokan harinya...
Chelsea tidak bisa memikirkan jika hari ini adalah hari paling penting di hidupnya.
"Ibu...ibu" Chelsea mencari -cari ibunya tetapi tidak ditemukan.
Dreet... dreet...dreet
Ponsel Chelsea berbunyi dari nomor yang tidak ada di kontaknya.
"Ibumu sedang berada di rumahku, keluarlah sebuah mobil hitam di depan rumahmu sudah menunggumu." Ucap seseorang dan langsung memutuskan panggilannya.
"Chelsea mengikuti perintah lelaki dari telepon tersebut.
Saat memasukkan mobil tersebut tatapan Chelsea tidak bisa berpindah ke arah lain selain rumah kecil itu.
Hal yang tidak bisa dipikirkan oleh Chelsea terjadi. Letusan besar terdengar tatapan dan jantung Chelsea seketika berhenti sejenak.
Rumah dengan jutaan kenangan lenyap dengan sekejap.
Setengah jam tidak berhenti bertanya -tanya apa, mengapa, siapa, melayang -layang di pikiran Chelsea.
Mobil berhenti tepat di depan rumah besar bak istana kerajaan.
Chelsea mengikuti langkah dan arahan lelaki tersebut dan berjalan menghampiri seorang lelaki tinggi, hidung mancung, tubuh fleksibel, tidak ada yang bisa memalingkan pandangan darinya.
Tangan Chelsea ditarik kencang dan langsung menghempaskannya.
"Kau wanita yang akan menikah dengan putraku, wanita miskin?" tanya lelaki yang cukup tua.
"Tatapan Chelsea penuh tanda tanya yang ada di pikirannya sekarang apakah dia sedang bermimpi.
"Panggil Gala sekarang, biarkan dia yang mengurus wanita malang ini." Ucap papanya Gala dana langsung meninggalkan Chelsea.
Tidak menunggu lama Gala berdiri si hadapan Chelsea. "Aku tidak ingin menikah denganmu." Ucap Gala dengan wajah dingin.
"Aku lebih tidak ingin menikah denganmu." Ucap Chelsea dengan wajah emosi.
" Dasar wanita miskin, jika tidak ingin menikah denganku lalu untuk apa datang ke rumahku." Chelsea menegaskan.
"Ibumu, di rumah Bapa di Sorga mungkin." Ucap Gala lagi sambil memasukkan tangannya ke saku celananya.
"Aku tidak punya waktu untuk berdebat dengan orang gila, dimana ibuku?" tanya Chelsea dengan nada tinggi.
Tidak ada jawaban dari Gala membuat Chelsea semakin marah.
"Kau..." tangan Chelsea tiba-tiba ditarik oleh Gala dan dilemparkan ke sebuah ruangan.
Chelsea dikurung di ruangan gelap tersebut tanpa lampu yang menyala.
"Ibu Chelsea takut, Chelsea kedinginan." Ucap Chelsea sambil mengatupkan kedua tangannya.
Keesokan harinya...
"Chelsea bangun dari tidurnya dengan mata yang bengkak karena menangis.
Pintu terbuka, Chelsea hanya diam tidak bergerak tidak peduli siapa yang ada di hadapannya.
"Chelsea ayo sarapan." Ajak mamanya Gala. Dalam hati Chelsea bertanya-tanya keluarga macam apa ini yang terkadang bisa berubah - ubah.
"Aku tidak lapar, aku kangen ibu." Ucap Chelsea tetap dengan wajah menunduk.
Tiba-tiba Gala menghampiri mereka sambil membawa sepiring nasi lengkap dengan lauknya.
"MAKANLAH!!!" Ucap Gala.
"Ibuku mana?" tanya Chelsea dengan nada gemetar.
Tidak ada jawaban dari Gala membuat amarah Chelsea meningkat.
"Kau sudah bosan hidup wanita miskin?" tanya Gala dengan nada lembut tetapi menghanyutkan.
"Rian..." panggil Gala.
"Cepat bereskan wanita gila ini dan lakukan tugasmu dengan baik." Ucap Gala langsung pergi meninggalkan Chelsea dan juga mamanya Gala.
Di sebuah rumah mewah Chelsea dihempaskan kencang hingga terbentur ke tembok.
"Bersihkan semua isi rumah ini jika sudah bersih kau akan tahu dimana ibumu." Ucap Rian selaku tangan kanan Gala.
Tatapan Chelsea tidak berhenti melihat sudut-sudut rumah itu. "Apa yang aku bersihkan semuanya sudah bersih otaknya saja yang perlu dibersihkan." Ucap Chelsea dalam hatinya.
Jam sudah berlalu tetapi Chelsea hanya meratapi nasibnya yang sangat menjengkelkan itu.
Gala beserta anak buahnya mendatangi rumah itu dan melihat tidak ada perubahan.
"Hei wanita malas, sudah sangat lama kau disini tetapi belum ada yang kau lakukan sama sekali pantas saja kau sangat miskin." Ucap Gala mengeledek.
"Kau pikir kau siapa hah?" tanya Chelsea.
"Kau mencuri ibuku mengancamku jika aku membersihkan rumahmu ini maka aku akan mengetahui dimana ibuku kau pikir aku akan menuruti perintah konyolmu itu, Tidak, aku tidak mau." Ucap Chelsea.
PLAKK...
Sebuah tamparan mendarat di pipi manis Chelsea. Seketika suasana hening tidak ada yang berani angkat bicara.
Gala langsung menyeret Chelsea dan menghempaskannya ke kasur.
Prang...
Pecahan kaca berserakan di lantai. Dengan emosi yang membara Gala menyeret Chelsea dan menghempaskan tubuhnya ke atas pecahan kaca tersebut.
Aliran darah membasahi lantai dengan sakit yang tertahan, Chelsea berusaha menarik pecahan kaca yang tertusuk di tubuhnya.
"Kau, berani melawan perkataan Gala Sinjaya maka kau harus menerima akibatnya." Ucap Gala.
"Sakit, hiks... hiks..." suara tangisan yang keluar dari mulut Chelsea tidak bisa dihiraukan oleh Gala.
Lantai semakin di banjiri oleh darah segar milik Chelsea. Bibirnya mulai pucat suaranya semakin lemah.
"Bagaimana rasanya, enak?" tanya Gala sambil menarik pecahan kaca yang lengket di tangan Chelsea.
"Ak, aku pusing." Ucap Chelsea dengan suara lemah.
"Kau pusing?" tanya Gala dengan nada santai.
Gala berdiri mematikan lampu kamar dan langsung mengunci Chelsea yang masih terbaring dengan pecahan kaca yang menempel di tubuhnya.
Gala kembali memasuki ruangan dan menyiramkan tubuh Chelsea air dingin.
Tangisan dan perih bercampur aduk dirasakan Chelsea. Dengan tubuh yang gemetar Chelsea tidak berani menatap wajah Gala sedikit pun.
"Rian, bereskan dia aku tidak suka melihat darahnya yang kotor itu akan membuat ruangan ini menjadi kotor." Ucap Gala lalu memutar tubuhnya untuk pergi.
Rian memopong tubuh Chelsea yang lemah dan tidak berdaya ke ruangan yang sudah di tugaskan Gala.
"Kau ini sangat lemah hanya seperti itu saja tubuh mu sudah oleng." Ucap Gala dengan santainya.
Tidak ada ucapan dari Chelsea membuat Gala semakin emosi.
Chelsea lemas dan pingsan di pangkuan Rian, dengan wajah takut perlahan Rian meletakkan Chelsea di kasur.
"Kau ini sangat menyusahkan kalau bukan untuk tujuanku sudah kuhabisi kau." Ucap Gala dan langsung merogoh saku celananya untuk menelpon dokter pribadinya.
Setengah jam kemudian...
"Ternyata sadar juga sudah kuduga kau hanya berpura-pura saja supaya aku sedikit perhatian padamu." Ejek Gala dengan wajah sinis.
"Ibu, Chelsea kangen Ibu... Sekarang Chelsea sendirian tidak ada yang peduli dengan Chelsea." Ar mata Chelsea mengalir deras dengan cepat Chelsea langsung mengusap air matanya.
"Dok, bisakah kau membuka infus yang ada di tanganku?" tanya Chelsea memecahkan keheningan.
"Maaf nona melihat kondisi nona saat ini masih harus banyak pengobatan dan istirahat yang banyak."Ucap dokter.
Tatapan Gala berubah tajam ke arah Chelsea.
"Kau ingin cepat mati wanita miskin?" tanya Gala spontan.
Chelsea terdiam tidak menjawab perkataan Gala bahkan memalingkan wajahnya dari Gala.
"Dokter kumohon..." Ucap Chelsea memelas.
Gala terdiam dan menatap tajam ke arah dokter seakan memberi isyarat.
Dokter pergi meninggalkan Chelsea dan Gala di ruangan tersebut.
"Tatap mataku, kau tidak bisa kabur dari cengkramanku." Ucap Gala sambil menatap tajam Chelsea.
"ibuku mana? Aku kangen ibu." Ucap Chelsea menangis.
Gala menunjukkan sebuah video tanpa mengeluarkan sepata katapun.
Air mata Chelsea tidak kunjung berhenti kedua tangannya menutup mulutnya karena terkejut.
"Mengapa ibuku disiksa?" tanya Chelsea dengan air mata yang terus mengalir.
"Aku akan membebaskannya jika kau bisa membuatku menemukan wanita yang kucintai." Ucap Gala. Chelsea tidak bertanya banyak meskipun sama sekali dirinya tidak mengerti.
Gala pergi keluar meninggalkan Chelsea yang masih berpikir bagaimana caranya membebaskan ibunya.
Dreet...dreet...dreet
"Halo, ini siapa?" tanya Chelsea.
"Dasar wanita miskin bisa -bisanya kau merebut Gala dariku," Ucap seorang wanita dan langsung memutuskan sambungan teleponnya.