SweetNovel HOME timur angst anime barat chicklit horor misteri seleb sistem urban
Arya, Sang Penakluk Naga

Arya, Sang Penakluk Naga

Memainkan perasaan

*Wise men say. Only fools rush in, But I can't help, falling in love with you.

Shall I stay, Would it be a sin. If I can't help..?*

Tok,tok, tok!

Tok! tok! tok!

"Siapa?" Tanya seorang gadis muda merasa terganggu.

"Saya non, bik Mira!"

"Mau apa? mengganggu saja!" Tanyanya lagi.

"Diluar ada den Arya,datang karena ingin bertemu dengan nona Shinta" Jawab asisten pembantu itu cukup sopan.

"Ada apa dengan bocah itu, kenapa menemui ku? apakah ada sesuatu hal yang penting, hingga dia berani datang ke rumahku?" Batin Shinta dalam hati.

"Bagaimana non?Apakah nona mau menemuinya?Kalau nona tidak bersedia, maka bibi akan mengatakannya pada den Arya itu agar dia pergi." Ucap bik Mira ingin ketegasan.

"Bilang sama dia, bahwa aku tidak ada di rumah, dan cepat suruh dia pergi!" Jawab Meggia Shinta mencari alasan.

"Baik non akan bibik sampaikan" Respon pembantu itu sopan.

Kemudian meninggalkan ruangan tersebut dan turun ke lantai bawah untuk menemui Arya.

Tapi tidak disangka,Meggi yang tadi mengatakan tidak ada di rumah jadi penasaran,karena dia langsung berpikir, ada apa ya Arya yang miskin itu datang menemuinya?

Padahal dia tahu bahwa kedua orang tuanya sangat membenci Arya. Apalagi kedua kakak kandungnya itu.

Jika mereka tahu bahwa Arya sengaja datang untuk menemuinya, tentu mereka akan marah, dan menyuruh pengawal mereka untuk memukul dan mengusir Arya.

Tapi hari ini, kebetulan mereka sedang tidak ada di rumah. Empat orang pengawalnya pun sedang tidak ada. yang ada hanya tukang kebun, dan dua orang asisten pembantu, tanpa adanya satpam atau penjaga di rumah itu karena mereka sedang ditugaskan untuk membeli sesuatu di luar.

Pantesan Arya bebas melenggang masuk ke halaman rumah tersebut, walau belum diizinkan masuk lebih dalam.

"Maaf den Arya! Nona Megi bilang bahwa dia sedang tidak ada di rumah,jadi silakan aden pergi dari sini" Ucap Mira keceplosan kata.

"Berarti Megi ada dong? kenapa malah bilang dia sedang tidak ada di rumah?" Reaksi Arya keheranan.

"Saya tidak tahu den. Saya hanya menyampaikan pesannya saja." Jawab Mira cukup polos.

"Oalah bik! bik!. Kalau mau berbohong jangan seperti itu la. Polos banget sih" Respon Arya semakin penasaran.

Kemudian melongok kan kepalanya ke dalam rumah, dan mendapati orang yang sedang dicarinya itu, malah berjalan mendekatinya.

"Ada apa sih datang datang?Apakah kau ingin merasakan pukulan ku?" Tanya Meggia langsung tidak senang.

"Nah gitu dong! Terima kasih karena sudah menyempatkan diri untuk datang.Aku hanya ingin meminjam buku catatan IPA mu. Mungkin bisa menjadi referensi, atau jika kau berbaik hati, tolong pinjamkan aku bukunya langsung." Jawab Arya enteng saja.

"Enak saja! Kau pikir aku kacung mu ha?Cepat pergi dari sini!, aku muak melihat sikapmu yang sok keren itu,cuih!" Respon Meggia kebablasan.

Tapi Arya tidak menanggapinya, malah dengan santai dia berkata. "Kemarin kan aku di usir oleh guru fisika, karena dituduh tidak mengerjakan tugas"

"Bukan aku sengaja. Tugas itu sudah aku kerjakan, tapi Teddy pacar mu itu mengambilnya dariku,jadi terkesan seolah olah aku yang tidak mengerjakan nya." jawab Arya berterus terang.

"Jangan kurang ajar kau ya!,Teddy

itu siswa terpandai di jurusan IPA. Mana mungkin merebut tugas mu demi untuk lolos dari hukuman"

"Jika dia tahu bahwa kau sudah memfitnahnya, aku yakin kau akan sengsara" Respon Meggia tidak terima.

"Betul itu. Aku mana mungkin mengambil tugas dari siswa miskin seperti itu, melihatnya saja mau muntah, apalagi memegang bukunya itu.Ih amit amit" Ucap seseorang dari arah belakang, dengan ekspresi wajah yang menjengkelkan.

"Ah Teddy ku sayang, kebetulan kau datang,jadi bisa meluruskan tuduhannya itu, dan menyeretnya pergi.Cepatlah lakukan itu sayang. Aku sudah sangat jijik melihatnya" Respon Meggia senang. dan langsung melampiaskan kekesalannya pada Arya, karena dengan kehadirannya, kesenangan nya mendengarkan lagu-lagu barat jadi terganggu.

Apalagi saat itu dia sedang menyanyikan lagu favoritnya, karena dia selalu teringat dengan Teddy Rangrang Wijaya, kekasihnya tersebut.

Teddy Wijaya, atau yang dijuluki Rangrang oleh teman temannya, langsung merespon permintaan kekasihnya tersebut, dan langsung pula mendekati Arya, lalu meninju perutnya tanpa peringatan lagi.

Arya yang tidak menyangka, bahwa temannya akan berbuat demikian, tidak bisa mengelak lagi. Lagipula dia tidak bisa bela diri. jadi dengan mudah perutnya menjadi korban.

Selama ini dia hanya sibuk sekolah dan kerja. demi untuk membiayai hidupnya sendiri. Jadi tidak sempat untuk mempelajari ilmu kanuragan atau sejenisnya.

Jadi saat teddy meninju perutnya itu, Arya hanya bisa meringis kesakitan, dan terjatuh, serta meringkuk di tanah, sambil memegangi perutnya yang sakit tersebut.

Andai kata dia bisa ilmu kanuragan, tidak mungkin dia akan diberlakukan seperti itu. tentu Arya akan melawan, dan tidak akan membiarkan perutnya ditinju seperti itu.

Tapi itulah kenyataannya. Arya yang malang tersebut, harus menerima penghinaan memalukan seperti itu. Namun dia bisa berbuat apa. Walaupun tubuhnya tinggi, tapi rada kurusan karena kekurangan gizi.

Sedangkan lawan yang meninjunya itu berbadan tegap, karena hidup serba kecukupan, yang tentunya gizinya terjaga dengan baik. Selain itu dia juga menguasai ilmu kanuragan, hingga dengan mudah membuat Arya roboh.

Itulah kondisi yang dialami oleh Arya. Tapi itu tidak lantas membuatnya menyerah. Dia bertekad akan merubah hidupnya suatu saat nanti, dengan cara bekerja keras dan tidak kenal menyerah.

Namun saat ini,dia terpaksa harus menerima segala macam penghinaan, cacian,bullyan dan sebagainya.

Walau sepahit apapun, Arya terpaksa harus terima juga, karena itulah kenyataannya.

Tapi saat Arya sedang meratapi kemalangan nya itu, terdengar sebuah suara yang cukup lantang, dan sedikit memekakkan telinga yang mendengarnya.

"Cepat pergi dari sini! Jika dalam satu menit kau masih berada di sini, maka jangan salahkan aku akan menghajar mu lagi!" Ucap Teddy mengancam Arya.

"Baiklah,aku akan pergi" Jawab Arya yang masih meringkuk di tanah itu tidak senang, lalu berusaha untuk berdiri.

Setelah berhasil, dia kembali berkata." Tapi tolong kembalikan tugas tugasku itu,aku sangat memerlukannya"

"Guru fisika yang killer itu selalu menyalahkan ku, karena menyangka bahwa aku tidak pernah membuat tugas tugasnya,padahal aku selalu mengerjakannya,tapi tugas tugasku itu selalu kau rebut, dan mendapatkan nilai tertinggi karena itu"

"Jadi mulai hari ini. Tolong jangan rebut lagi tugas tugas yang aku kerjakan. karena aku sudah tidak tahan dihukum berdiri di depan kelas, dan disuruh membersihkan halaman kelas yang kotor itu"

"Aku mohon pada mu teddy, mulai hari ini, buang lah kebiasaan buruk mu itu, dan jangan suka memanfaatkan kepandaian orang lain demi untuk kepentingan sendiri" Ucap Arya secara blak-blakan, dan tidak ada yang disembunyikannya lagi.

"Apa kau bilang? kau menuduhku meminta bantuan mu, dan merebut semua tugas-tugasmu itu?Apakah kau tidak tahu, kalau aku adalah siswa terpandai di kelas 12 saat ini?"

"Tapi kenapa kau malah seenaknya saja menuduhku merebut tugas-tugas mu itu?Apakah kau mau dihajar?" Respon Teddy merasa terganggu, dan marah ingin pelampiasan.

Kemudian mendekati tubuh Arya yang sedang berdiri sempoyongan itu, dan menendang perutnya sekali lagi.

Bugh!

"Argh!" Keluh Arya kesakitan.

Kemudian ambruk dan berguling-guling di tanah, hingga menyebabkan pakaian dekil yang ia pakai itu semakin kotor. Lalu tak lama kemudian dia pun pingsan.

"Bagaimana ini sayang,apakah Arya mati?" Tanya Meggia ketakutan.

"Tenang saja cintaku, Dia tidak mati tapi pingsan.Aku akan menyuruh anak buah ku untuk membuangnya ke selokan, agar dia tidak berani lagi memprovokasi kita" Jawab Teddy seenaknya saja.

Tak lama kemudian apa yang dikatakannya itu memang benar-benar dilakukan. Enam orang pengawalnya tersebut, yang ke mana saja selalu menemaninya, langsung mengangkat tubuh Arya, dan memindahkannya ke tempat lain.

Setelah tempat yang mereka cari itu ketemu, langsung membuang tubuh Arya yang sedang pingsan itu ke dalam selokan, yang diperkirakan tidak ada seorangpun yang tahu.

"Mampus kau!. Untung aku pandai bersandiwara. Jika tidak, maka Megi akan tahu bahwa yang pandai itu bukan aku tapi Arya"

"Lain kali aku harus berhati-hati, dan mencegah agar dia tidak mendekati pacar ku"

"Walaupun jurusan kami itu beda. Tapi kelasnya berdekatan,tapi sama sama jurusan IPA"

"Jika Meggia tahu, mungkin pendapatnya terhadap Arya akan berubah, dan berbalik menyalahkan ku.Jadi sebelum itu terjadi, aku harus membuat mulut Arya bungkam" Batin Teddy dalam hati.

Kemudian mendatangi Meggia untuk diajaknya masuk ke rumah.

***

Sementara itu ditempat lain,tempat dimana tubuh lemah Arya dibuang, lewat seorang wanita paro baya, yang tentu saja bisa melihat keberadaan Arya, karena saat itu dia berjalan persis ditepi jalan dekat parit tidak berair,dimana tubuh Arya dibuang, yang tentu saja mengagetkannya dan langsung berkata."Tubuh siapa itu? kenapa ada di dalam parit? Apakah dia mengalami kecelakaan?" Monolog seorang wanita paro baya tersebut, yang sedang menjajakan jualannya itu penasaran.

"Tapi aku hanya seorang wanita tua,mana mungkin bisa mengangkat tubuh pemuda itu ke atas? Lebih baik aku meminta bantuan pada orang-orang yang akan lewat nanti." Guman wanita paro baya tersebut pada diri sendiri. Lalu memeriksa kondisi Arya yang ternyata masih bernafas.

Tapi setelah menunggu kurang lebih setengah jam, belum juga ada orang yang lewat. Wanita paro baya tersebut menjadi khawatir. Kemudian berusaha menjangkau tangan Arya, dan menariknya agar tidak berada di parit lagi.

Saat dia sedang berusaha tersebut, lewat beberapa orang pengendara sepeda spot yang sedang melalui tempat itu. Karena mereka orang orang kaya, yang memang suka berolahraga dengan menggunakan sepeda.

Sontak saja mereka berhenti, dan berusaha menolong Arya. Lalu menanyakan tentangnya pada perempuan tua tersebut.

"Mak tidak tahu den. Mak hanya pedagang kecil yang menjajakan gorengan ini setiap hari"

"Mak memang sering lewat sini, dan hari ini menemukan ada seorang pemuda malang, yang tercebur di dalam parit itu,jadi mak tidak tahu kejadian yang sebenarnya." Jawab Sularsih, wanita paro baya tersebut berterus terang.

"Ya tidak apa apa mak,biar pemuda ini kami yang urus.Silakan mak melanjutkan jualannya." respon orang yang bertanya tersebut terkesan tulus.

"Terima kasih den. Kalau begitu mak pergi dulu ya?" tanggapan Sularsih senang. Tapi sejujurnya dia tidak tega melihat tubuh Arya yang lemah seperti itu.

Beruntung setelah diperiksa untuk yang kedua kalinya, nafas Arya masih ada. Dia hanya pingsan saja, dan masih bisa diselamatkan.

***

Satu jam kemudian. Arya sudah berada di rumah sakit, yang cukup terkenal di kota besar itu. dan segala biaya ditanggung oleh orang yang menolongnya tersebut.

Kepada pihak rumah sakit, mereka hanya mengatakan, agar merawat Arya dengan baik,karena semua biaya sudah mereka berikan.

Bukan hanya itu saja yang mereka lakukan. Masing masing dari 4 orang itu juga memberikan kartu namanya kepada perawat-perawat itu, agar disampaikan kepada Arya.

Tiga hari kemudian. Kondisi Arya pun sudah mulai membaik. Rasa nyeri yang ada di dalam perutnya sudah tidak ada lagi. Tapi luka di kening akibat dilemparkan ke dalam selokan itu masih terlihat di sana.

Tapi sayang seribu kali sayang. Pihak sekolah tidak mengetahui kejadian itu, dan menganggap bahwa Arya bolos dari sekolah.

Ditambah lagi dua kali pertemuan pelajaran fisika dia tidak ada, sehingga menambah rasa benci guru tersebut semakin melambung terhadap Arya.

Dia bertekad saat Arya datang nanti, maka dia akan memberi hukuman yang berat.dan tepat saja apa yang dia katakan itu ketika keesokan harinya Arya datang. Pak Arjun, guru fisika itu langsung memanggil Arya ke kantornya untuk diinterogasi.

Tapi saat melihat kening Arya di plester, dia mulai merasa bimbang, dan hampir berpikir jernih.

Namun karena egonya yang kelewat tinggi, plester yang menutupi luka di kening Arya tidak dia pedulikan. Pak Arjun malah menarik kerah baju Arya, dan dipaksa nya duduk di kursi yang memang ada di depan mejanya tersebut.

"Ke mana saja kau selama ini?,kenapa sudah tiga hari kau tidak datang?, dan hari ini kau datang seperti pesakitan?. Apakah kau sengaja ingin mempermainkan ku?" Tanya pak Arjun terlihat tidak senang.

"Itu dia orangnya pak! dia yang telah mencuri uangku.Saat aku kejar, dia lari, dan tidak bisa kami temukan lagi!" Ucap seseorang dari arah belakang, yang ternyata adalah Teddy Rangrang dengan suara lantang.

Pak Arjun tentu saja melongo diam. Lalu menoleh ke arah Teddy, yang notabene nya adalah murid kesayangannya,karena setiap ada tugas, dia selalu mengerjakannya dengan baik, dan tepat waktu pula,bahkan jawaban soal soal semuanya benar, hingga selalu mendapatkan nilai 100.

Jadi saat murid kesayangannya itu berkata demikian, kemarahan pak Arjun semakin menjadi-jadi.

Lalu tanpa berpikir panjang lagi, tangannya langsung melayang ingin menampar wajah Arya,beruntung dicegah oleh teman sesama gurunya,tapi sempat pipi Arya yang tidak berjerawat Itu terkena biasnya.

Kebetulan tangan yang digunakan untuk menampar tersebut salah satu dari jari jarinya, tumbuh kuku yang sedikit panjang, dan sempat menggores pipi Arya hingga mengeluarkan darah.Tapi Arya tidak berusaha melawan. Dia hanya diam, sambil menangis dalam hati.

"Karena kesalahan mu sudah fatal, ditambah lagi kau kedapatan mencuri uang,maka kau akan kami skor selama 3 hari!"

"Dalam tiga hari itu kau harus merenungkan semua kesalahanmu, dan memperbaikinya di masa yang akan datang.Jika tidak, maka kau akan dikeluarkan dari sekolah ini!" Ucap pak Arjun terkesan mengancam.

Arya jadi semakin diam. Dia tidak bisa berbuat apa-apa. Mau menjawab pun dia tidak bisa, karena apapun yang dia katakan, pasti tidak akan mereka dengar, karena di tempat itu ada Teddy yang selalu merundung serta memusuhinya, dan perkataannya selalu pak Arjun dengar, apalagi selama ini Teddy itu merupakan murid kesayangannya.

Jadi Arya terpaksa harus diam, sambil berdoa dalam hati, agar masalah itu cepat selesai.

Mencoba bertahan

Sepulangnya Arya dari sekolah, tubuhnya jadi lebam-lebam,tangannya terkilir, kakinya patah dan mulutnya berdarah darah.

Teddy yang berhati jahat itu, menyuruh orang orangnya untuk memberi pelajaran pada Arya,karena dia sudah berani membongkar rahasianya pada Meggia.

Saat dihajar itu, Arya tidak bisa berbuat apa-apa. Selain dia baru sembuh dari sakit. dia juga tidak bisa membela diri, karena dia tidak menguasai ilmu bela diri.

Jangankan bela diri, mempertahankan posisinya saja dia tidak bisa. Jadi saat anak buah Teddy datang, dia hanya terpaku diam, dan saat dihajar oleh mereka, Arya hanya melindungi wajahnya saja. Tapi tanpa terduga, salah seorang dari mereka menarik tangan Arya, lalu menghentakkan nya kuat kuat, hingga membuat tangannya terkilir.

Bukan hanya itu saja yang dilakukan oleh mereka. Arya juga mendapatkan perlakuan yang tidak manusiawi. Mulutnya ditonjok berkali-kali,perutnya apalagi. Baru setelah dia pingsan, orang-orang yang menghajarnya itu pergi, dan meninggalkan Arya begitu saja.

Kebetulan tempat Arya dihajar itu, merupakan tanah kosong, yang memang sejak awal tidak jelas siapa pemiliknya. Kebetulan pula rumah Arya tidak begitu jauh dari tanah kosong tersebut,tapi kondisi rumahnya sangat memprihatinkan.

Sudah banyak atapnya yang bocor, dan dinding kayu serta buluhnya yang berlubang lubang.

Namun apa boleh buat. Arya tetap menempatinya juga, karena itulah satu-satunya rumah yang dia miliki.

Begitu dia siuman, Arya cepat cepat bangun dan bergegas pergi dari tempat itu walau dengan langkah pincang.Tapi baru saja sampai didepan pintu, Arya pun ambruk, dan menimpa pintu yang tidak dikunci itu. Tetangganya tidak ada yang melihat, karena jarak rumah mereka cukup jauh. Jadi sekitar satu setengah jam Arya pingsan. tidak ada seorangpun yang menolong. Setelah itu baru dia siuman.

"Uh kepalaku. Rasanya sakit sekali,mulut ku juga."keluh Arya sambil menahan sakit.

"Apa sebenarnya salah ku? Rasanya aku tidak pernah menganggu orang. tapi kenapa selalu dirundung,bahkan oleh orang yang sama"

"Mau sampai kapan aku terus begini? apa yang harus aku lakukan? Apakah aku harus belajar ilmu kanuragan, atau mempelajari ilmu sihir, agar mereka yang menghajar ku bisa aku hajar balik?" Guman Arya pada diri sendiri.Kemudian merangkak

masuk ke dalam rumah dan beristirahat di sana.

"Ayah, ibu! Andai kalian masih hidup, tentu aku tidak sesakit ini.Sebenarnya kalian ada dimana? Kenapa tidak ada kabarnya sama sekali?"

"Apakah kalian sudah benar benar meninggal? Kalaupun itu benar, dimana kubur kalian?" keluh Arya sambil menangis sesenggukan. Tak lama kemudian ia tertidur pulas, dan tidak tau apa apa lagi.

Enam jam kemudian Arya terbangun dari tidurnya, dan mendapati bahwa hari sudah menjelang malam.

Tapi yang anehnya. Semua luka ia derita sudah sembuh, dan tidak ada lagi bekasnya.

"Apa yang terjadi?. Dimana luka luka ku itu?" Pekik Arya penasaran.

"Eh tunggu dulu! Sore tadi tangan ku masih terkilir, dan kaki ku juga patah. Tapi sekarang sudah sembuh. Siapa yang mengobatinya?" Ucapnya lagi semakin penasaran.

Tapi pertanyaannya tentu saja tidak terjawab, karena di rumah itu, dia hanya tinggal sendiri, dan tidak ada orang lain lagi.

Menyadari itu, Arya menyudahi keheranannya, dan bangun dari tempat tidur, serta mencari makanan apa saja yang ada.

"Ah malang sekali, tidak ada makanan walaupun hanya sebutir nasi. Lalu apa yang harus aku makan?" Ucapnya pelan.

Lalu mengalihkan pandangannya ke seluruh ruangan,tapi tetap tidak menemukan apa-apa. Jangankan nasi, roti kering saja tidak ada.

"Jika begini terus aku akan mati kelaparan. Nasip ku benar benar malang" Rutuknya kesal.

"Ah! dari pada mengeluh dan kesal terus terusan, lebih baik aku ke belakang, dan mencari singkong atau ubi jalar, yang kemungkinan besar tumbuh di sana."Tekad Arya di kuat kuatkan.

Kemudian di nekat nekat kan maju menerobos semak belukar, yang di sekitar situ diperkirakan ada ubi jalar atau singkong nya.

Kebetulan malam itu bulan sedang bersinar terang,jadi kondisi tanah kosong itu terlihat cukup jelas.

Namun saat Arya sedang sibuk mencari makanan, datang beberapa orang berpakaian hitam, dan langsung menuju rumah Arya.

Salah seorang dari mereka berkata. "Perhatikan bocah itu! Awasi apa yang sedang ia lakukan,jangan sampai dia melihat aksi kita. Jadi cepat lakukan tugas kalian!"

"Siram seluruh dinding bagian depan dan belakang dengan bensin itu,dan bakar setelah kita jauh"

"Eh tapi tunggu dulu! Bukankah pagi tadi dia tidak bisa berjalan. tapi kenapa tiba tiba segar seperti itu? sebenarnya apa yang terjadi?" Tanya seseorang pada lima orang temannya keheranan.

"Mana kami tau bos. Mungkin dia hanya pura pura saja" Respon teman nya memberi jawaban.

"Tidak mungkin! Kaki yang sudah patah itu bisa sembuh seketika, apalagi tangannya itu?"

"Dia pasti tukang sihir. Kalau tidak mana mungkin lukanya yang sangat parah itu bisa sembuh seketika?" Bantah ketuanya tidak percaya.

"Ah masa bodoh lah. Cepat pergi dan siram tali itu dengan bensin juga,mumpung dia sedang tidak ada kita bakar rumahnya" Respon ketua tersebut tergesa gesa.

Lalu tanpa sengaja menjatuhkan handphone nya, dan langsung masuk ke dalam celah batu yang memang banyak di sana.

Tak lama sesudah itu, mereka berenam pun kabur, dengan tidak lupa menyulut tali yang sudah dibasahi dengan bensin menggunakan pemantik api.

Beberapa detik kemudian,kobaran api pun membara, dan membumbung tinggi di angkasa. Sekejap saja api sudah membakar sebagian atap juga dindingnya.

Atap yang terbuat dari daun rumbia sangatlah mudah terbakar, ditambah kondisinya yang sudah kering. Maka pertolongan sebesar apapun tidak akan bisa mengatasinya.

Arya yang sedang sibuk mencabut batang singkong itu pun melongo tak percaya. Baru saja dia pergi, tapi rumahnya sudah terbakar.

"Ah sialan! Siapa yang telah membakar rumahku? apa yang dicarinya?" Teriak Arya geram.

Kemudian bergegas lari, tanpa memperdulikan ubi jalar dan singkongnya lagi, dia menerobos jalan yang tadi dia lalui. dan tak lama kemudian dia pun sampai.

Namun sayang, rumah yang terbuat dari kayu dan bambu itu sudah ludes terbakar, karena seluruh bangunannya disiram dengan bensin, hingga api menjalar dengan cepat.

Arya yang melihat itu menjadi terduduk diam. Dia tidak berani mendekati kobaran api yang masih membara tersebut.

Baru setelah apinya padam, Arya berusaha mendekati puing bekas rumah yang baranya masih ada.

Dia berusaha mencari benda apa saja yang masih tersisa. Tapi yang namanya terbakar. tidak ada satupun harta miliknya yang masih utuh.

Seluruh pakaiannya ludes terbakar. Perabotan yang tidak seberapa pun juga habis,yang tinggal hanya piring kaca yang bentuknya juga sudah tidak beraturan lagi. Retak dan pecah sana sini.

Beruntung benda benda berharga seperti surat surat penting dia titipkan di rumah sahabatnya, termasuk surat tanda tamat belajar dari SD dan SMP. Jadi untuk sementara surat surat itu masih tetap aman di sana.

Kini Arya tidak tau lagi apa yang harus ia lakukan,ditambah lagi perutnya yang semakin keroncongan, makanan tidak ada apalagi simpati dari orang orang.

Mereka hanya melihat saja dari jauh, tanpa berusaha menolong. Padahal itu bukan sampah tapi rumah,namun mereka tetap tidak memperdulikannya. Sungguh keterlaluan mereka.

Mentang mentang Arya miskin, lalu mereka tidak memperdulikannya. Entah apa yang mereka pikirkan? Padahal selama ini Arya tidak pernah membuat masalah dengan mereka.

Bahkan dia selalu menolong orang-orang tersebut jika mereka membutuhkan bantuan. Arya di lokasi itu terkenal ringan tangan, dan suka membantu siapa saja yang meminta bantuannya.

Tapi saat dia mengalami musibah, tidak ada seorangpun yang mau membantu, apalagi mengucapkan ucapan prihatin padanya.

Sungguh keterlaluan mereka!

"Ah masa bodoh! Toh rumahnya pun sudah tua,buruk lagi,jadi wajar kalau terbakar. mau diapakan lagi?" Ucap beberapa orang yang sempat melihat kobaran api yang cukup besar itu tanpa berperasaan.

Maka dengan kondisi yang tidak menentu, Arya meratapi nasib nya yang buruk tersebut. Mau menangis pun tiada guna.Yang bisa ia lakukan saat ini hanya termangu diam. Tapi tangannya terus menerus menekan perutnya yang kelaparan.

"Mumpung bara api masih ada, lebih baik aku ambil ubi jalar dan singkong itu untuk aku bakar. Hitung hitung untuk mengganjal perut ku yang keroncongan." Ucap Arya pada diri sendiri.

Kemudian kembali lagi ke tempat semula, dan mengambil benda-benda yang dia dapatkan tadi. Tak lama kemudian. beberapa buah ubi serta singkong sudah Arya letakkan di atas bara api, tinggal menunggu matang saja.

"Setelah ini apa yang harus aku lakukan? lalu dimana aku akan tidur?Tidak mungkin tidur disini.ditambah kondisinya yang masih berantakan"

"Lebih baik aku berteduh di bawah pohon itu saja, atau ah! bukankah masih ada gudang?walaupun kondisinya kurang bagus, tapi masih bisa digunakan untuk tempat berteduh" Pekik Arya kegirangan, sambil mengunyah ubi bakar yang ada di tangannya tersebut.

***

Sementara itu ditempat lain. Orang yang menyuruh untuk membakar rumah Arya sedang tertawa kegirangan. Dia puas karena sudah bisa membalas dendam pada Arya, walaupun harus membunuhnya, tetap akan ia lakukan, yang penting hatinya puas.

Namun karena otaknya masih dibutuhkan, Teddy masih belum mau menghabisi Arya. Buatnya Arya itu seperti sapi perahan. Kapan mau diambil susunya baru di kenang.

"Untuk sementara aku biarkan ia hidup dulu. Nanti setelah aku tamat, baru dipikirkan mau dibuat apa si Arya itu?"

"Untuk saat ini, biarkan dia bersenang senang dulu. Mumpung masih ada kesempatan, maka aku akan menangguhkannya"

"Tunggulah kau Arya! Gara gara kau! nilai pelajaran ku jadi anjlok. Tugas tugas dari guru lain tidak bisa aku serahkan, karena kau tidak ada"

"Kalau kau datang nanti, aku akan membuat perhitungan dengan mu!" Ucap Teddy geram. kemudian meninju dinding tanda kesal.

Beep! beep!

"Meggia! kenapa malam malam begini dia meneleponku?ada apa ya?" Reaksi Teddy penasaran.

Kemudian menekan tombol terima di layar hp-nya. Tak lama kemudian dia pun berkata. "Halo sayang? ada apa malam malam begini menelepon ku, apakah kau belum tidur?" Ucap Teddy setelah mengangkat telepon dari Meggia itu pura-pura bertanya.

"Kau sudah gila ya ted? Kenapa kau menyuruh anak buah mu untuk membakar rumah Arya?Apakah kau tidak berpikir, kalau sekarang dia tidak punya apa apa?"

"Apakah kau juga berpikir kalau buku bukunya semuanya bisa habis, akibat kebakaran itu?Dimana otak mu sih?" Reaksi Meggia terdengar kasar.

"Kau tenang saja sayang! justru dengan membakar rumahnya, Arya bisa kita tekan?Dengan cara itu kita bisa membuatnya menjadi orang suruhan kita!"

"Dengan cara itu pula kita bisa mempermalukan serta merendahkan Arya dimana pun dia berada." Jawab Teddy tidak berperasaan.

"Tapi dimana dia akan tinggal? apakah dikolong jembatan?" Protes Meggia tidak terima.

"Hellow!Kenapa kau malah bersimpati pada si Arya itu? apakah kau sudah mulai jatuh cinta?" Respon Teddy tidak terduga.

"Ih apaan sih? amit amit!. Aku cuma berpikir dimana malam ini dia mau tidur, kalau rumahnya sudah terbakar? Apakah harus tidur di rumah mu?" Reaksi Meggia merasa jijik.

"Enak saja!. Biarkan ia tidur di gubuk yang memang sengaja tidak dibakar,biar dia tau bagaimana susah nya hidup"

"Kalau ia sudah tidak tahan. pasti akan mendatangi kita dan memohon belas kasihan"

"Nah!, disaat itulah kita akan memainkan peran!.Kita bisa menyuruhnya untuk mengemis, atau melakukan tugas tugas yang memalukan,bukankah itu rencana yang keren?" Jawab Teddy semakin gila gilaan.

"Ah terserah kau sajalah!,yang penting orang orang tidak tau bahwa itu hasil dari perbuatan anak buah mu! Jika ketahuan, mungkin hidup mu tidak akan tenang! "Respon Meggia memberi peringatan.

"Kau tenang saja sayang! anak buah ku kerjanya rapi,tidak ada bukti kalau mereka yang melakukannya." Jawab Teddy mencoba menenangkan.

Tapi ternyata dia berbicara sendiri, Karena Meggia sudah memutuskan sambungan teleponnya, sesaat setelah memberi peringatan itu.

"Huh dasar perempuan jhalang!" Reaksi Teddy tidak senang.

"Awas kau ya!. Setelah aku mendapatkan mu, kau akan aku campakkan!"

Kau pikir aku benar benar mencintai mu.Jangan harap. Aku hanya ingin mendapatkan tubuh mu, setelah itu akan aku buang" Guman Teddy penuh dendam.

Kemudian memutuskan untuk tidur. Tapi belum juga dia rebahan. Masuk sebuah panggilan dari salah seorang anak buahnya dengan berkata. "Gawat bos! Joni menjatuhkan handphonenya di lokasi kebakaran! tapi dia dia tidak sengaja. Lalu apa yang harus kami lakukan bos?" Tanya anak buahnya meminta saran.

"Dasar orang orang bodoh! Bisa-bisanya kehilangan handphone disaat lagi kerja?"

"Kalau Arya menemukan handphone itu. Pasti kita akan celaka.Jadi cepat kesana, cari handphone itu. Aku tidak mau terlibat!" Jawab Teddy tidak senang.

"Tapi kalau kami kesana, apa alasannya bos, tentu Arya akan curiga?" Protes anak buahnya tidak tenang.

"Aku tidak mau tau! Gunakan kepandaian kalian dengan berpura pura meminta maaf atas kejadian siang tadi, dan tulus memberikan perhatian"

"Saat sampai itu, kalian pura pura terkejut. karena melihat rumah Arya yang sudah terbakar"

"Nah disaat itulah kalian pura pura memeriksa kondisi rumah yang sudah terbakar itu,sambil mencari keberadaan handphone tersebut"

"Kalau handphone itu masih aktif, berarti Arya belum menemukannya, dan untuk sementara posisi kalian masih aman.Jadi cepat lakukan. Aku tidak mau mendengar ada kegagalan!"

"Kalau kalian tidak bisa menemukan handphone itu, maka aku akan menghukum kalian!" Jawab Teddy dengan suara lantang.

Terpopuler