SweetNovel HOME timur angst anime barat chicklit horor misteri seleb sistem urban
Suami Rahasia

Suami Rahasia

Bab 1

"Ella, ini untuk jatah bulan ini," ucap Zico sambil menyodorkan amplop coklat kepada Ella. Ella hanya mengangguk dan kembali memasukkan nasi goreng ke dalam mulutnya. Untuk menjawab iya atau terima kasih. Lidahnya terasa kaku. Zico akan memalingkan wajahnya dan pura pura tidak mendengar jika Ella akan menjawabnya.

"Sayang, ini untuk kamu," kata Zico lagi. Zico meletakkan uang itu ke telapak tangan Rina. Istri keduanya. Berbeda dengan apa yang dilakukan kepada Ella. Jatah untuk Ella hanya diletakkan begitu saja. Sedangkan jatah untuk Rina, Zico harus memegang tangan Rina dan meletakkan amplop tebal itu kepada Rina. Dan juga dengan tatapan penuh cinta.

Ella menunduk, menyendok nasi goreng dan kembali memasukkan ke dalam mulutnya. Ketika bola matanya melihat amplop yang ada di tangan Karina lebih tebal dari amplop untuknya. Ella hanya bisa menarik nafas panjang. Hatinya berdenyut nyeri merasakan perbedaan itu. Dia dan Karina sama sama istri dari Zico. Tapi yang merasakan cinta dan kasih sayang Zico hanya Karina. Ella hanyalah sebagai status.

"Aku berangkat sayang," kata Zico sambil berdiri. Nasi goreng buatan istri pertama yang tidak dianggap kini ludes dan berpindah ke perutnya. Kenzo mengelus perutnya karena kekenyangan. Kemudian Zico mengulurkan tangannya untuk dicium oleh Karina. Kemudian Zico mencium kening Karina cukup lama.

"Oke sayang. Hati hati ya!" jawab Karina sambil membelai wajah suaminya. Zico mendaratkan bibirnya sebentar di bibir Karina.

"Siap cintaku."

Tanpa menoleh ke Ella, Zico melenggang keluar dari ruang makan itu. Zico seakan tidak menganggap jika Ella ada juga di ruang makan itu.

Ella. Wanita cantik berusia 25 tahun itu hanya bisa memandang punggung sang suami yang semakin menjauh. Ella adalah istri pertama dari Zico yang sudah dinikahi sejak dua tahun yang lalu sedangkan Karina adalah istri kedua yang baru dinikahi oleh Kenzo tiga bulan yang lalu dan atas persetujuan Ella karena terpaksa.

Ella kembali menarik nafas panjang dan melanjutkan serapannya. Di depannya Karina terlihat sangat senang dan bahagia. Melihat tebalnya amplop yang diberikan oleh Zico. Wanita berusia 28 tahun itu sudah menduga bahwa jatah bulanannya lebih besar dibandingkan jatah bulan Ella.

Ella beranjak dari bangku itu tanpa berkata sepatah kata pun kepada Karina. Sebagai istri pertama. Ella sejujurnya tidak menyukai Karina di rumah ini. Dia tidak ingin dimadu. Apalagi hidup satu atap bersama madunya. Dia hanyalah wanita biasa yang ingin hidup berbahagia dengan suaminya. Tapi Zico justru menginginkan hal seperti ini. Tinggal bersama satu atap dengan kedua istrinya.

Zico. Pria berusia 28 tahun itu benar benar menyadari sikapnya. Tapi dia hanya menganggap Ella sebagai benalu di rumahnya yang menumpang hidup. Dia tidak pernah membuat Ella untuk merasa nyaman tinggal di rumah ini. Puncaknya, Zico menikahi Karina. Tapi Ella masih berusaha bertahan. Zico mengetahui alasan Ella kenapa masih bersedia menjadi istrinya.

Baru saja, beberapa langkah Ella berjalan. Zico kembali masuk ke dalam rumah. Zico melewati Ella begitu saja dan melangkah menuju ke ruang makan. Ella melanjutkan langkahnya menuju keluar rumah. Jika ditanya perasaannya saat ini. Ella juga ingin segera keluar dari rumah ini. Tapi Ella tidak egois. Dia masih berusaha untuk berpikir panjang.

"Harus ya. Diantar ke sampai ke depan rumah seperti ini."

Ella menoleh ke arah pintu. Karina bergelayut manja di lengan Zico. Ella paham. Zico kembali masuk kedalam rumah hanya untuk meminta Karina mengantarnya sampai ke depan pintu.

"Iya donk sayang. Mulai hari ini. Setiap aku berangkat kerja. Antar ke depan ya," jawab Zico sambil tersenyum dan membelai kepala Karina. Karina mengangguk senang.

Ella mendengar dan melihat semua apa yang dilakukan dua insan romantis itu. Ella berusaha untuk bersikap tidak perduli. Dia fokus untuk menghidupkan mesin motornya yang sepertinya tidak bisa untuk di starter.

Ella berkali kali menghidupkan mesin motornya. Tapi sepertinya electric starter pada motor itu bermasalah. Dengan susah payah. Ella menumpukan motornya dengan cagak dua. Setelah berhasil. Ella mulai mengengkol motor matic miliknya. Tapi, lagi lagi motor itu masih seperti sebelumnya. Hingga beberapa kali mengengkol sampai keringat bercucuran dari kening Ella. Motor itu masih saja mogok.

Seperti tidak mengenal. Zico melewati Ella menuju mobilnya. Kemudian menjalankan mobil. Ella benar benar sendiri. Disaat seperti ini, dirinya butuh sosok suami. Tapi suaminya tidak menganggap dirinya ada. Ella menyeka keringatnya dan kembali memasukkan motor itu ke garasi.

Ella melirik ke pintu rumah. Karina masih berdiri di sana dengan senyuman sinis. Ella tidak menanggapinya. Dia melangkah menuju gerbang.

"Ella," panggil Karina. Ella membalikkan badannya.

"Aku rasa sebaiknya kamu mundur menjadi istri mas Zico. Dia menganggap kamu tidak ada. Kalau aku di posisimu. Aku sudah lama meninggalkan," kata Karina angkuh dengan melipat kedua tangannya di dada.

"Dasar pelakor, Seharusnya kamu berkaca ke diri kamu sendiri. Apa yang kamu lakukan dengan bersedia menikah dengan laki-laki beristri. Aku juga tidak menganggap kamu sebagai manusia. Aku juga tidak menganggap kamu sebagai wanita. Aku menganggap kami sebagai hantu, iblis betina," jawab Ella tenang. Dia tidak terpancing dengan apa yang dikatakan oleh Karina. Andaikan bisa. Ella juga sudah menggugat cerai suami yang mengabaikannya hampir dua tahun.

Ella cukup bersabar. Ella masih bisa bersabar dengan permintaan Zico yang meminta untuk menikah lagi. Ella bahkan masih bersabar ketika sang madu yang tidak berperasaan itu bersedia tinggal satu atap dengannya. Entah sampai kapan Ella bisa bersabar. Karena makin hari. Sikap Zico dan Karina semakin menjadi jadi tidak menjaga perasaannya.

Karina merapatkan giginya mendengar jawaban dari mulut Ella. Ella yang biasanya diam dan tenang kini membalas perkataannya dengan tepat. Tepat bagi wanita yang membenci pelakor. Tapi tidak tepat bagi wanita yang suka merebut suami orang seperti Karina.

"Terserah kamu mengatakan apa. Yang harus kamu tahu. Mas Zico tidak akan pernah mencintaimu. Cepat atau lambat kamu akan diceraikan," kata Karina semakin angkuh dan mengangkat tangannya. Karina sengaja memamerkan jari jarinya yang berisi dua cincin. Satu cincin nikah dan satu cincin kawin.

"Oya?. Sayangnya aku menunggu waktu itu tiba. Dan aku merasa tidak memperebutkan pria yang kamu maksud," jawab Ella lagi. Pembawaannya yang tenang sanggup menyulut kemarahan di hati Karina. Karina menghentakkan kakinya dan masuk ke dalam rumah.

Ella tersenyum. Sampai kapanpun dia tidak akan membiarkan Karina menindasnya. Dibandingkan Karina. Dirinya lebih segalanya daripada Karina. Tentunya lebih muda dan mandiri. Kalau cantik. Ella ragu merasa lebih daripada Karina. Dipoligami membuat Ella insecure akan penampilan dan kecantikannya.

Ella memang terlihat biasa saja. Penampilannya juga tergolong sederhana untuk wanita kerja kantoran seperti dirinya. Ella berpenampilan senyaman yang dia mau. Dia tidak ingin berpenampilan norak tapi tidak nyaman. Untuk wajah. Ella selalu serius. Tersenyum tanpa menampakan gigi adalah ciri khasnya. Mata bulat, hidung mancung dan dagu yang tidak terlalu lancip bertengger indah di wajahnya. Tapi karena wajahnya yang selalu serius membuat orang tidak menyadari kecantikan wanita itu.

Tidak ingin terlambat. Ella melangkahkan kakinya keluar. Dia harus berjalan menuju simpang untuk mendapatkan angkutan umum. Ella tidak suka naik ojek atau taksi online karena trauma.

Butuh beberapa menit untuk sampai di simpang. Rumah mereka memang masuk gang. Zico tidak terlalu kaya untuk membeli rumah di kompleks yang mempunyai satpam pengaman. Zico hanya seorang karyawan tetap baru empat bulan diangkat jadi asisten manager di perusahaan tempatnya bekerja. Tapi walau hanya asisten manager. Zico mempunyai pendapatan yang lumayan. Mungkin itulah salah satu sebabnya dia berani berpoligami. Dan sampai saat ini. Ella belum menerima penambahan dari kenaikan gaji suaminya setelah empat bulan menjadi asisten manager.

Bab 2

Ella turun dari angkutan umum itu dengan tergesa. Bahkan Ella tidak memperdulikan kembalian uang yang sudah diberikan kepada sang supir. Akibat motor mogok. Ella harus terlambat hari ini. Sesampai di kantor Ella langsung menuju ruangan briefing tanpa terlebih dahulu ke mejanya walau hanya sekedar menyimpan tas.

Benar saja. Para tenaga marketing yang butuh briefing dari Ella sudah berkumpul di ruangan itu. Ella adalah staf marketing di kantor ini. Setiap pagi dia harus memberangkatkan para tenaga marketing sesudah briefing. Dia bertanggungjawab akan target penjualan yang ditetapkan perusahaan.

Hanya lima belas menit, Ella memberikan arahan dan motivasi kepada tenaga marketing itu. Setelah itu dia masuk ke ruangan yang satu ruangan dengan para staf lainnya. Ella kini terlihat sudah sibuk dengan setumpuk kertas yang tinggi dan laptop di depannya. Ella memang termasuk karyawan yang disiplin dan berprestasi di kantor ini. Teamnya selalu mencapai target setiap bulannya.

Ella keluar dari ruangan itu setelah jam istirahat tiba. Ella menyandang tas dan menuju ruangan atasan. Dia meminta ijin sebentar dan sepertinya akan terlambat untuk masuk. Sang atasan itu hanya mengangguk. Dia menganggap ini adalah kegiatan rutin Ella setiap awal bulan. Atasan itu tidak bertanya lagi alasan Ella. Dia sudah mengetahuinya. Ella hanya ke bank di seberang kantor untuk membayar segala tagihan pengeluaran rumah tangga.

Sesampai di bank. Ella menuliskan semua tagihan yang harus di bayarnya hari ini. Cicilan kredit rumah, BPJS kedua orang tua Zico, air lampu, WiFi dan juga tv prabayar. Ella mengambil amplop pemberian Zico tadi pagi. Ella menghitung sejumlah uang yang harus dia bayar.

Setelah selesai membayarkan semua tagihan itu. Ella kembali duduk di bangku tunggu tersebut. Dia menghitung jumlah uang yang tersisa dia amplop itu. Ella menarik nafas panjang. Sisa uang itu tinggal lima ratus ribu. Semua dari jatah yang dia dapat dari Zico. Ella harus mempergunakan itu untuk kebutuhan mereka di rumah. Zico sama sekali tidak menambah jatah bulanannya walau tanggungan untuk makan di rumah bertambah. Yang ada Zico mengurangi jatahnya. Jika bulan lalu, uang sisa setelah membayar semua tagihan bulanan sebanyak satu juta lima ratus. Kini hanya lima ratus ribu rupiah. Selisih satu juta dari bulan sebelumnya.

Ella sebenarnya tidak begitu mempermasalahkan sisa uang itu jika hanya dirinya dan Zico yang tinggal di rumah. Dia mempunyai pendapatan sendiri untuk menutupi kebutuhan rumah tangga lainnya. Tapi yang membuat Ella kecewa karena jatah bulanan itu dikurangi dan Karina mendapatkan jatah yang lebih banyak. Sementara jatah untuk Karina itu hanya untuk dirinya pribadi. Dengan seperti ini Ella merasa bahwa dirinya yang menanggung makan suami dan madunya.

Ella menyadari dirinya sangat bodoh sekali. Tapi Ella sadar. Inilah konsekuensi dari hidup berpoligami. Akan ada orang yang tersakiti dan merasakan ketidakadilan. Dan saat ini dia merasakan hal itu. Tidak ingin terlalu memikirkannya akhirnya Ella kembali ke kantor. Lebih baik baginya memikirkan pekerjaan yang menghasilkan uang daripada harus memikirkan rumah tangga yang semakin hari semakin tidak ada kejelasan.

Ella merasakan waktu berjalan cepat. Kalau bisa meminta. Ella ingin lebih lama di kantor daripada harus bertemu dengan dua manusia yang selalu membuat darahnya mendidih.

Dan benar saja. Ketika Ella masuk ke dalam rumah. Dia mendapat pemandangan yang tidak seharusnya dia lihat. Di ruang tamu itu. Ella melihat Karina dan Zico sedang berciuman panas. Walau pakaian mereka masih utuh tetap saja pemandangan itu menyesakan hati Ella. Wanita mana yang bisa tenang melihat suaminya berciuman di depan mata. Walaupun itu dengan madu sendiri. Tetap saja Ella merasakan hatinya tersayat melihat pemandangan itu. Dua manusia yang terbakar gairah itu tidak menyadari jika Ella sudah berdiri di depan pintu dengan menenteng dua kantong plastik besar.

Ella kesal. Dia membuka sepatunya dan melemparkan sepatu itu ke dua manusia tidak malu itu. Dan tepat sasaran. Sepatu itu mengenai tubuh sang madu. Ella tertawa dalam hati. Merasa puas karena sepatu itu mendarat di tempat yang diinginkannya. Zico dan Karina spontan melihat ke arah pintu. Ella terlihat membuka sepatunya sebelah. Kemudian tanpa merasa bersalah Ella berjalan mendekat ke arah suami dan sang madu.

"Apaan ini. Kamu melempar aku pakai sepatu?" tanya Karina marah dan melempar sepatu itu balik ke Ella. Ella mengangkat kantong plastiknya untuk menghindari sepatu itu mengenai tubuhnya. Ternyata sepatu itu. mendarat di lantai tanpa mengenai tubuh Ella atau kantong plastik itu. Karina semakin marah karena tidak bisa membalas perbuatan Ella. Sedangkan Zico memegang bahu Karina dan menatap Ella tajam. Dia juga tidak senang sikap Ella yang semakin hari semakin berani. Tidak seperti sebelum Karina si rumah ini. Wanita itu selalu menurut. Tapi sejak Karina ada di rumah. Ella selalu menunjukkan taringnya.

"Oh maaf. Ternyata kalian yang berciuman itu. Aku kira tadi anjing. Biasa kan kalau binatang yang merusak pemandangan. Wajar kalau dilempar atau dipukul pakai kayu," jawab Ella tenang. Dia melewati dua manusia itu menuju dapur.

"Jaga bicara kamu Ella," bentak Zico juga marah. Ella mengumpamakan dirinya seperti binatang membuat Zico membentak wanita yang menjadi istri pertamanya.

"Apa yang harus aku jaga. Seharusnya kalian yang menjaga sikap. Kalian tidak tinggal berdua di rumah ini. Kalau ingin menyalurkan hasrat harusnya di kamar. Bukan di ruang tamu. Harusnya kalian bisa mengerti arti dan fungsi ruang tamu."

Ella berhenti dan membalikkan tubuhnya hanya untuk menjawab bentakan Zico. Zico terlihat terdiam setelah mendengar perkataan itu. Entah karena tidak ingin semakin marah atau membenarkan perkataan Ella. Pria itu kini mengelus bahu istri keduanya. Tidak ingin membuang kesempatan, Karina semakin berlaku mesra terhadap Zico.

"Bilang saja kamu cemburu karena tidak pernah mendapat belaian dari mas Zico. Wanita dekil seperti kamu. Tidak akan pernah ada laki laki yang melirik atau tertarik dengan kamu. Jika ada pun pasti pria itu sudah rabun," kata Karina sambil membelai dada suaminya. Ella hanya tersenyum sinis mendengar perkataan madunya.

"Oya. Kamu beranggapan seperti itu. Aku jadi tertantang untuk mencari pria melebihi suamimu itu," jawab Ella. Perkataan itu spontan membuat raut wajah Zico berubah. Zico melepaskan pelukannya dari Karina. Apalagi Ella menyebut dirinya hanya sebagai suami Karina. Pria itu tersinggung.

"Aku akan makan kotoran aku sendiri jika itu terjadi," jawab Karina pasti.

"Ingat perkataan kamu. Mas Zico saksinya."

Ella melanjutkan langkahnya ke dapur. Cepat atau lambat. Ella bertekad akan membuat Karina membuktikan ucapannya. Dia membuka kantong plastik itu. Mengeluarkan isinya satu persatu. Tanpa mengganti pakaian kantornya. Ella mencuci ikan ikan mentah itu dan kemudian memasukkan ke dalam kulkas. Begitulah rutinitas Ella tiap minggu. Belanja mingguan untuk keperluan dapur.

"Jangan pernah mencoba untuk mencari pria lain sebelum kita bercerai."

Suara itu menghentikan tangan Ella menyusun beberapa belanjaan ke dalam kulkas. Dia menarik nafas panjang.

"Tenang saja mas. Aku tidak serendah itu menjatuhkan harga diriku," jawab Ella pelan. Jika situasinya memungkinkan baik Zico dan Ella sudah menyudahi pernikahan ini. Mereka hanya menunggu waktu yang tepat untuk mengakhiri pernikahan ini. Tapi Zico tidak sabaran seperti Ella. Zico sudah membawa wanita dan menikahi wanita itu. Sedangkan Ella masih tetap setia menunggu waktu itu tiba. Waktu yang belum diketahui pasti kapan mereka bercerai.

"Bagus kalau begitu. Kamu harus berpikir panjang sebelum bertindak," kata Zico lagi. Dia sudah duduk di meja makan sambil melihat Ella menyusun belanjaan itu. Dia tidak menyadari jika kata kata itu harusnya ditujukan untuk dirinya

"Baiklah mas. Aku mengerti posisiku. Mas, jatah yang kamu kasih. Sisanya tidak mencukupi untuk belanja harian selama satu bulan ini. Setelah membayar tagihan bulanan. Sisanya hanya lima ratus ribu. Itu tidak cukup untuk makan kita bertiga selama sebulan," kata Ella.

"Terus fungsi kamu di rumah ini apa. Kalau aku semua yang menanggung semua kebutuhan. Bukankah kamu hanya benalu di rumahku?. Tidak ada yang gratis di dunia ini Ella. Termasuk dirimu yang tinggal di rumah ini dan menikmati semua fasilitas yang ada. Jadi seharusnya kamu sudah perlu ikut menanggung kebutuhan di rumah ini. Ada Karina yang menjadi tanggung jawabku."

Terpopuler