Wanita Samaran Untuk Dokter
Kegelapan menyelimuti alam berpadu dengan hujan deras disertai badai. Kilatan cahaya dari langit menyambar diiringi gemuruh petir yang menggetarkan Bumi.
Malam itu, isak tangis mewarnai sebuah kamar pengantin dengan pencahayaan temaram. Aroma bunga mawar menyeruak sebagai pelengkap suasana romantis. Arumi membalut tubuh polosnya dengan selimut tebal demi melindungi diri dari dinginnya malam. Ia baru saja kehilangan hal paling berharga dalam hidupnya.
Kesucian ....
Seharusnya bukan Arumi yang ada di sini malam ini. Ia tak lebih dari seorang wanita pengganti untuk saudara kembarnya, Yuna. Seorang wanita jahat yang telah menjebaknya dengan begitu licik, untuk menggantikannya di hari pernikahan. Arumi pun harus rela kehilangan mahkotanya di tangan Rafli Dylan Alvaro.
"Hey ... kenapa belum tidur?" bisikan lembut menyapa telinga.
Arumi yang berbaring membelakang seketika terlonjak, saat merasakan sosok tangan kekar melingkar di perut. Detik berikutnya, ciuman singkat mendarat sempurna di kening.
"Aku belum bisa tidur," jawabnya gugup.
"Mau aku pijat? Kamu pasti lelah malam ini." Pria bertubuh kekar bak seorang atlet itu bangkit dan menggerakkan jemarinya di atas tubuh Arumi.
Tanpa dapat dibantah, setiap sentuhan yang ditinggalkan Rafli menciptakan rasa hangat di hati Arumi. Rafli adalah sosok pria sempurna di mata para kaum hawa. Selain parasnya yang rupawan, ia juga seorang dokter sekaligus pengusaha yang cukup terkenal.
Siapa yang tidak mengenal Keong Kembar Group?
Sebuah perusahaan raksasa yang memiliki kantor pusat di Kota Jakarta. Tidak hanya kafe, restoran, dan hotel. Keong Kembar Group juga merambah beberapa bidang bisnis lain.
"Awh!" Arumi meringis ketika Rafli meremas bagian paha kanan.
"Oh, maaf. Aku pikir tanda hitam itu noda."
"Bukan, itu tanda lahir." Mendadak pipi Arumi merona. Ini adalah pertama kali ada pria yang melihat seluruh bagian tubuhnya tanpa sisa.
Rafli mengulas senyum tipis yang sialnya mampu membuat Arumi berdebar-debar. Rasa takut perlahan menjalar ke hati. Bagaimana jika dalam masa penyamaran itu, ia akan jatuh hati kepada Rafli?
"Terima kasih, badanku sudah enakan," ucapnya malu-malu.
"Sama-sama." Rafli bangkit meninggalkan tempat tidur setelahnya.
Diam-diam, pandangan Arumi mengikuti ke mana laki-laki itu melangkah. Punggung tegap dan wajah rupawan berbalut kulit putih bersih itu menyatu sempurna dalam tubuh tingginya. Arumi begitu terpaku oleh pesona Rafli. Terlebih saat ini ia hanya menggunakan handuk untuk menutup bagian paling pribadi tubuhnya.
"Mau minum?" Rafli menyodorkan segelas air putih. Arumi memang merasakan dahaga setelah aktivitas melelahkan tadi.
"Terima kasih," balas Arumi, lalu menyerahkan gelas yang telah kosong.
Wanita itu kembali memeluk selimut di dadanya. Melewati kesunyian malam yang mencekam. Ia tak yakin akan mampu menjalani peran ini selama satu tahun dan memberikan pewaris untuk keluarga Alvaro sesuai isi kesepakatan dengan Yuna.
*
*
*
Flashback satu bulan sebelum pernikahan
"Tolong selamatkan ibu, Yuna. Hanya kau harapan kami satu-satunya." Arumi terisak-isak di hadapan Yuna.
Malam itu di tengah hujan deras ia nekat mendatangi rumah Yuna untuk meminta tolong. Ibu mereka tengah menjalani perawatan di rumah sakit dan harus segera dioperasi. Arumi yang selama ini hidup miskin bersama sang ibu tidak memiliki cukup uang untuk membiayai perawatan yang mahal.
"Aku akan membayar biaya rumah sakit dan juga menjadi pendonor untuk ibu."
"Benarkah?" Secercah harapan tumbuh di hati Arumi.
"Benar. Tapi aku punya syarat untukmu. Apa kamu bisa?"
"Baiklah, apapun yang kau inginkan akan kuberikan, asal ibu selamat." Tanpa pikir panjang Arumi menjawab cepat. Apapun akan ia lakukan demi menyelamatkan sang ibu.
"Aku ingin kau menggantikanku di malam pertama pernikahanku dengan Rafli." Sebuah permintaan gila baru saja terlontar mulus dari mulut Yuna.
"Menggantikanmu? Tapi bagaimana bisa?" balas Arumi terbata-bata.
"Tentu saja bisa. Kau akan menggantikanku selama satu tahun dan kau juga harus bisa memberikan seorang pewaris untuk keluarga Alvaro. Tapi ingat, Rafli dan keluarganya tidak boleh tahu tentang ini."
Permintaan Yuna layaknya sambaran petir bagi Arumi. Wanita itu mematung di tempat dengan air mata yang terburai. Bagaimana mungkin Yuna meminta hal yang tidak masuk akal seperti ini.
"Apa kau sudah gila? Pernikahan itu bukan permainan. Bagaimana mungkin kau meminta saudaramu sendiri untuk menggantikanmu selama satu tahun?"
Dengan santai Yuna malah terkekeh. "Terserah kau saja. Kalau kau tidak mau, maka aku juga tidak akan mau membiayai rumah sakit dan tidak akan menjadi pendonor untuk ibu."
"Tapi dia ibumu juga, Yuna!"
"Aku tidak peduli!" bentak Yuna. "Aku hanya akan membantumu kalau kau bersedia dengan syarat yang aku ajukan."
"Aku butuh waktu untuk memikirkan semuanya," lirih Arumi.
"Tapi aku tidak punya waktu. Putuskan sekarang juga atau aku akan batalkan semua bantuanku."
Untuk beberapa saat, Arumi seperti kehilangan akal sehatnya. Menolak syarat yang diberikan Yuna sama saja dengan membunuh ibunya secara perlahan.
"Baiklah. Aku setuju."
"Kalau begitu cepat tanda tangan!" Yuna melemparkan sebuah surat perjanjian ke hadapan Arumi. Lagi, air mata Arumi tak tertahan. Rupanya niat jahat Yuna sudah disiapkan dengan matang sebelumnya.
"Lalu bagaimana dengan ibu? Kalau aku menggantikanmu siapa yang akan merawat ibu?"
"Kau tenang saja. Kau akan menggantikanku, dan aku akan menggantikanmu merawat ibu sampai sembuh."
Dalam keadaan terdesak, Arumi terpaksa membubuhkan tanda tangan di atas perjanjian tersebut.
*****
Yuna dan Arumi adalah saudara kembar yang terpisah sejak berusia 4 tahun akibat perceraian kedua orang tua mereka. Arumi tinggal bersama ibunya, sedangkan Yuna tinggal bersama sang nenek setelah ayahnya tewas dalam sebuah kecelakaan mobil.
Sejak kecil, Arumi dan Rafli sudah terikat perjodohan rahasia yang hanya diketahui oleh mendiang kakek masing-masing. Saat keluarga Alvaro datang mencari gadis yang dijodohkan dengan Rafli, Yuna memanipulasi keadaan, sehingga keluarga Alvaro mengira Yuna lah yang dijodohkan dengan rafli.
Nahas, beberapa bulan lalu, Yuna telah divonis dokter mengidap tumor rahim yang menyebabkan rahimnya harus diangkat. Sehingga tidak mungkin dapat memberikan pewaris seperti harapan keluarga Alvaro.
Khawatir keluarga Alvaro akan membatalkan pernikahan jika tahu kondisinya, Yuna pun menghalalkan segala cara untuk menjebak Arumi dan memaksa menggantikan dirinya di malam pertama pernikahannya dengan Rafli.
Atas desakan dan ancaman Yuna, Arumi pun bersedia menggantikan saudara kembarnya di malam pertama pernikahan dengan rafli.
Satu hari
Satu minggu
Satu bulan
Satu tahun ....
Arumi menggantikan posisi Yuna dengan baik tanpa kecurigaan Rafli sedikit pun. Kini wanita itu sedang terbaring di ranjang pasien di sebuah rumah sakit bersalin. Seluruh anggota keluarga Alvaro sedang menantikan kelahiran pewarisnya. Persalinan Arumi sendiri akan ditangani oleh beberapa dokter ahli.
"Argh sakit sekali!" keluh Arumi yang merasakan denyutan di perut semakin menjadi.
Rafli yang duduk di sisinya menggenggam tangan. Sesekali menciumi kening dengan penuh kasih.
"Sabar, Sayang. Sebentar lagi, tahan sedikit lagi, ya."
"Tapi ini sakit sekali, aku sudah tidak tahan!" Arumi menjambak rambut lelaki itu, hingga Rafli harus meringis. Merelakan rambutnya menjadi korban jemari halus Arumi.
Suasana tegang yang tercipta pun berganti menjadi suasana haru saat tangisan bayi melengking memenuhi ruangan itu. Musim semi di Kota Tokyo menjadi saksi lahirnya Aika Sakura Leichira.
Jepang adalah negara yang dipilih Rafli sebagai tempat kelahiran putrinya. Laki-laki itu berdebar ketika menggendong sang buah hati untuk pertama kali.
"Hey, Sayang. Selamat datang di dunia," bisiknya lembut.
Semua orang pun menyambut dengan bahagia. Tetapi, di balik semua kebahagiaan itu, ada luka dan rasa sakit teramat yang dirasakan Arumi. Kelahiran putrinya menandai berakhirnya penyamaran selama satu tahun ini. Yuna akan kembali dan mengambil kembali posisinya.
Benar saja, satu bulan setelah kelahiran Baby Aika, Yuna telah datang dan meminta posisi yang selama ini ditempati Arumi.
Hari itu ....
Tanpa sepengetahuan Rafli, Arumi dan Yuna membuat janji temu di sebuah kamar hotel untuk saling bertukar posisi.
"Apa kamu bisa berjanji akan merawat anakku dengan baik?" Arumi mengusap lelehan air mata di pipi. Hatinya bagai disayat akan terpisah dari putri kecilnya mulai hari ini.
"Baiklah, aku janji akan merawat anakmu dengan baik. Dia adalah kesayangan di keluarga kami." Ucapan Yuna yang menekan kata 'kami' seolah mengingatkan Arumi bahwa statusnya hanyalah sebatas ibu pengganti dan tidak memiliki hak apapun terhadap Rafli dan bayinya.
Tetapi, tak ada yang dapat dilakukan Arumi selain menangisi nasib. Terlebih, setelah Yuna memberikan sebuah koper kecil berisi lembaran uang.
"Lalu bagaimana keadaan ibu? Kau merawatnya dengan baik selama satu tahun ini, kan?"
"Tentu saja aku merawatnya. Ibu sudah membaik, keadaannya sudah pulih seperti dulu."
"Baiklah."
"Sekarang pergilah dari hidupku untuk selama-lamanya! Uang itu adalah kompensasi untukmu dan kurasa itu lebih dari cukup untuk biaya hidupmu di tempat yang baru," ucap Yuna dengan entengnya.
Arumi hanya menatap lembaran uang yang diberikan Yuna tanpa menyentuhnya. Ingin marah, entah kepada siapa. Dirinya lah yang bodoh karena dengan mudah terperdaya oleh saudara kembarnya yang jahat itu.
"Ambil itu! Mulai sekarang anggap kamu tidak punya saudara kembar, dan satu hal lagi yang paling penting! Lupakan Rafli dan Aika!"
...***...
...Halo pembaca terkasih, siapa nih yang sudah lama request kisah buat si Keong Rafli?...
...Yuk, kita berpetualang di dunia Rafli, Arumi dan si kecil Aika....
...Semoga kisah ini dapat menghibur teman-teman semua di waktu santai. Jangan lupa klik tanda love ❤️ agar teman-teman dapat notifikasi jika karya ini up....
...Terima kasih. 🥰...
...Salam sayang...
...Chicha kolom langit...
Setelah pertukaran tempat dengan Arumi, Yuna segera beranjak meninggalkan kamar hotel. Seorang sopir sudah menunggunya di lobi.
Sepanjang perjalanan pulang, tak henti-hentinya Yuna mengangumi kemewahan mobil yang ditumpanginya. Sebuah mobil yang ditebaknya seharga miliaran rupiah. Yuna tak dapat membayangkan sekaya apa Rafli. Mungkin hartanya tidak akan habis tujuh turunan.
Begitu mobil memasuki halaman sebuah gedung tinggi menjulang, Yuna tercengang. Bangunan di hadapannya itu tampak sangat mewah dan megah.
"Jadi selama ini Rafli dan Arumi tinggal di sini?" Tanpa sadar Yuna bertanya, dan membuat sang sopir refleks melirik ke arah spion.
"Maaf Nyonya, Anda menanyakan sesuatu?" tanya laki-laki itu.
"Oh, tidak! Aku hanya sedang melihat-lihat sekitar gedung apartemen ini."
Yuna menarik napas dalam, lalu menggigit bibirnya sendiri. Baru saja ia mengucapkan sesuatu yang tidak seharusnya.
Ia baru ingat Arumi tadi berkata bahwa sudah dua bulan ini dirinya dan Rafli tinggal di Kota Tokyo. Selain untuk urusan bisnis, Rafli memang memilih kota itu sebagai tempat kelahiran putrinya. Dan bulan depan mereka akan kembali ke Indonesia setelah semua urusan pekerjaan Rafli selesai.
"Terima kasih," ucapnya sesaat setelah sopir membukakan pintu mobil.
Yuna lantas melangkah masuk. Awalnya ia agak bingung saat memasuki lobi, sebab ini adalah pertama kali ia menginjakkan kaki di tempat itu. Yuna hanya ingat, Arumi memberitahu bahwa mereka menempati unit penthouse, yang ada di lantai teratas gedung apartemen super mewah itu.
"Ada apa, Nyonya?" tanya sang sopir.
"Kepalaku agak pusing. Bisakah kamu mengantarku ke atas?"
Sang sopir hanya mengangguk pelan, lalu menuju sebuah lift khusus yang akan membawa mereka ke lantai teratas.
Begitu masuk, Yuna kembali terpukau melihat kemewahan yang tersaji di depan mata. Ia hampir tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Setiap bagian ruangan terlihat sangat menarik dan memanjakan mata.
"Selamat datang, Nyonya." Seorang ART tampak menyambut kedatangan Yuna dengan penuh hormat.
"Terima kasih," balas Yuna dengan senyum seadanya. Ia masih terpaku dengan beberapa fasilitas super mewah di sana. "Apa tuan sudah pulang?"
"Belum, Nyonya. Bukankah tadi tuan bilang akan pulang malam karena akan menghadiri pembukaan kafe baru bersama Tuan Azkara?"
"Ah, iya. Aku lupa," jawabnya sedikit gugup, lalu memasang senyum sambil berusaha mengingat nama pelayan ini. "Akane, bisakah kau buatkan jus untukku?"
Wanita berseragam biru navy itu mengerutkan dahi. "Nama saya Lisa, Nyonya."
Yuna semakin gelagapan. Ia sampai lupa membedakan nama pelayan. Padahal Arumi sudah memberikan foto berikut nama-namanya. Arumi juga sempat menjelaskan bagaimana suasana rumah itu dan kebiasaan-kebiasaan orang-orang di dalamnya. Terutama Rafli.
"Iya, maksudku kau, Lisa. Buatkan aku jus apel!"
Sebisa mungkin Yuna berusaha untuk bersikap normal. Meskipun memiliki bekal diary yang ditulis Arumi berisi kesehariannya selama tinggal dengan Rafli, tetapi segalanya tetap saja terasa asing bagi Yuna.
"Baik, Nyonya. Segera saya buatkan." Lisa segera beranjak menuju dapur.
Sementara Yuna kembali mengedarkan pandangan ke setiap sudut. Berusaha menerka-nerka di mana letak kamar yang selama ini ditempati Arumi dan Rafli.
"Ternyata hunian ini sangat mewah." Yuna cukup menyesal, mengapa harus mengidap tumor yang mengakibatkan rahimnya harus diangkat. Hal yang memaksanya meminta Arumi menggantikan posisinya selama satu tahun agar mampu memberi keturunan untuk keluarga Alvaro.
Tangisan bayi melengking membuat Yuna terlonjak. Ia melirik ke arah sebuah kamar di mana suara itu bersumber. Ya, itu adalah suara Baby Aika. Yuna refleks menutup daun telinga dengan jari. Demi apapun ia tidak pernah tahan mendengar tangisan bayi yang terasa menyiksa telinga dan membuat kepalanya berdenyut.
"Apa bayi itu tidak punya baby sitter? Kenapa dia terus menangis?" gerutu Yuna dalam hati.
Dengan menahan kesal, Yuna melangkah ke kamar yang kebetulan pintunya terbuka setengah. Dari ambang pintu, ia melihat seorang wanita sedang berusaha menenangkan Aika yang terus menangis.
"Nyonya ... untunglah Anda cepat kembali. Sejak tadi Nona kecil terus menangis dan gelisah," ucap sang baby sitter yang tampak kewalahan.
"Memangnya apa yang terjadi dengannya? Kau ini bisa kerja atau tidak? Menidurkan bayi saja tidak bisa!" kesal Yuna.
Elina, sang baby sitter itu tersentak. Ini adalah pertama kali sang majikan membentaknya. Yang ia tahu majikannya itu sangat lembut bahkan terhadap pelayan sekalipun.
"Maaf, Nyonya. Saya tidak tahu ada apa dengan Nona kecil. Ini pertama kalinya dia rewel seperti ini."
Bukannya menjawab, Yuna malah mematung di ambang pintu dan terpaku menatap bayi kecil itu.
"Apa yang harus kulakukan? Aku tidak tahu cara menggendong bayi."
...*...
...*...
...* ...
...Hai sayang-sayangkuhhh karena berhubung karya ini masih baru dan masih bayi banget, jadi aku minta man teman rajin komentar donk. 🥰🥰...
...Biar apa? Biar karya ini cepat naik dan makin banyak yang baca....
...Hahaha edisi malak!!!...