DURI DALAM PERNIKAHAN KU
"Vina...hari ini aku pulang malam, ada rapat di kantor. Kamu tidak usah menunggu ku untuk makan malam", ucap Jodie sambil menyemprotkan parfum beraroma khas ke tubuhnya.
"Akhir-akhir ini kamu selalu sibuk mas. Bahkan kita sudah jarang makan malam bersama", kelu Vina sambil mendekati suaminya.
Wanita cantik berusia 27 tahun itu membetulkan simpul dasi dan membantu Jodie memakai blazer berwarna abu-abu tua, stelan kerja yang ia pilihkan pagi itu.
"Iya mau bagaimana lagi, aku menjalankan tugas dari atasan", jawab Jodie tanpa mengalihkan pandangannya di cermin. Menelisik penampilannya.
"Tapi weekend ini kamu bisa menemani ku ke Bandung kan, mas? Arini sepupu ku akan melangsungkan akad nikah dengan Hendro tunangannya", ucap Vina sambil merapikan seprai tempat tidur mereka.
Nampak Jodie mendecah kesal. Namun Davina tidak melihat perubahan suaminya.
"Kamu pergi dengan Bambang saja. Minggu ini aku akan dinas ke Bali. Aku harus melihat cabang di sana. Jika pekerjaan ku cepat selesai aku langsung menyusul mu ke Bandung", tegas Jodie.
Davina menghentikan kegiatan. Ia menatap suaminya. Wanita itu tidak bisa menutupi rasa kecewanya, tapi tetap memaksakan diri untuk tersenyum.
Jodie melihat arlojinya. Sudah menunjukkan pukul Delapan. "Aku pergi sekarang", ucapnya sambil mengambil tas kerja di meja sudut.
Vina menganggukkan kepalanya dan mengulas senyuman. Meskipun perasaannya kecewa. Setelah suaminya mengatakan ia pergi dengan Bambang sopir mereka ke Bandung minggu nanti.
Tiba di lantai bawah, Vina mengambil bekal untuk suaminya di atas meja makan. Jodie memang enggan makan apapun saat pagi hari, ia hanya minum segelas teh hangat saja yang sudah menjadi kebiasaannya sejak dulu.
Vina menaruh tote bag di bangku belakang dan mencium tangan suaminya.
"Hati-hati mas, semoga pekerjaan mu lancar", ucapnya lembut.
"Hem". Suara yang keluar dari mulut Jodie.
Ia masuk ke dalam mobil tanpa mengecup kening Davina seperti kebiasaannya dulu. Davina terdiam mematung sambil menatap mobil Jodie melaju meninggalkannya.
Davina hendak masuk ketika Marni pelayan mereka setengah berlarian menghampirinya.
"Ada apa Marni?"
"Handphone bapak ketinggalan, bu", jawab Marni sambil menyerahkan handphone milik Jodie pada Davina.
"Bapak udah pergi. Biar nanti aku yang antar ke kantor bapak. Kamu lanjut saja pekerjaan mu. Setelah pekerjaan mu selesai beri tahu Wati di rumah produksi agar menyiapkan katering pesanan kemarin. Sebentar lagi aku ke sana sekalian ke kantor bapak", ujar Davina melangkah masuk.
"Iya bu", jawab Marni seraya membungkukkan sedikit tubuhnya.
*
Davina memilih masuk ke kamarnya. Duduk di tepi tempat tidur. Jemari tangan wanita berambut panjang itu memutar-mutar bagian handphone Jodie.
Selanjutnya ia menekan layar. Ternyata Jodie memasang password untuk menggunakan seluler itu.
Jujur Davina tidak pernah sekali pun memeriksa barang-barang milik Jodie, entahlah sekarang ia sangat ingin mengecek handphone suaminya yang ada padanya.
Davina menerka-nerka apa password yang di gunakan Jodie. Hingga ia menekan tanggal pernikahan mereka. Seketika layar pun terbuka.
Davina tersenyum mengetahui password yang di gunakan Jodie hari istimewa mereka.
Satu persatu Davina melihat pesan-pesan terkirim. Tapi netra bening itu tertuju pada satu nomor tanpa nama yang kerap mengirim pesan pada suaminya dengan bahasa vulgar bagi Vina. Bahkan si pengirim pesan sangat perhatian pada Jodie menanyakan sudah makan atau belum hingga mengucapkan selamat malam mimpi indah pada suaminya.
Meskipun dari sekian pesan yang di kirim, tak satu kali pun Jodie membalasnya. Laki-laki itu hanya membacanya saja.
Tidak ada foto profil maupun nama pada nomor kontak itu. Namun mendadak perasaan Davina tidak enak.
"Deg!"
"Siapa yang mengirim pesan penuh perhatian pada mas Jodie? Tidak mungkin jika keluarga atau temannya mengirim pesan-pesan intim seperti ini", gumam Vina.
"Sebaiknya nanti aku tanya langsung sama mas Jodie, pasti ia punya jawabannya", ucap Vina beranjak dari tempatnya.
Ia harus memeriksa pekerjaan karyawan katering yang ia miliki. Ya. Davina memang sangat menyukai usaha kuliner sejak di bangku sekolah. Setamat SMA ia melanjutkan kuliah di jurusan tata boga.
Mama Davina memang memiliki usaha katering sejak lama. Ketika mamanya wafat Davina lah yang meneruskan usaha itu. Davina anak tunggal. Kini kedua orangtuanya sudah meninggal dunia yang membuat wanita itu menjadi kuat dan mandiri.
Kini usaha katering Vina sudah berkembang cukup besar, bahkan sudah memiliki rumah produksi sendiri dengan mempekerjakan puluhan karyawan yang membantunya tiap hari menerima pesanan dari pelanggan tetap mau pun pelanggan baru.
Tiga tahun pernikahan dengan Jodie, belum ada tanda-tanda kehamilan Davina, meskipun keduanya sudah berusaha konsultasi pada dokter terbaik yang ada di Jakarta, namun belum juga membuahkan hasil.
...***...
To be continue
Kasih komentar dong di bab pertama ini🤗
Jodie melangkah masuk ke lobby kantornya. Berapa karyawan yang berpapasan dengannya langsung menyapa laki-laki itu. Ia merupakan salah satu direksi di perusahaan ternama yang hampir memiliki cabang di kota besar di seluruh Indonesia.
"Selamat pagi pak", sapa resepsionis di meja depan.
Jodie hanya tersenyum tipis dan langsung masuk ke lift khusus yang hanya diperuntukkan bagi orang-orang tertentu saja di perusahaan itu.
Tiba di lantai lima belas Jodie langsung menuju ruangannya. Melihat kehadiran laki-laki itu para karyawan langsung berhenti berbincang dan berlarian duduk di tempat masing-masing.
"Selamat pagi pak?", sapa wanita muda cantik memiliki rambut berwarna caramel sebahu tersenyum pada atasannya itu.
"Berikan ini pada OB", ucapnya sambil memberikan tote bag berisi bekal yang di siapkan Davina untuk dirinya. "Kemudian kau langsung keruangan ku. Aku butuh berkas-berkas yang belum selesai kemarin", perintah Jodie menatap sekertaris nya dengan tatapan intens.
Senyum manis dan penuh arti terlukis di wajah gadis seksi itu.
"Baik pak", ucapnya sambil berlalu.
*
Mobil Honda jazz berwarna putih yang di kendarai wanita cantik berkulit bening mulus, memasuki kawasan perkantoran yang berada lingkungan SCBD.
Pemilik mobil itu Davina Himawan. Sampai ke kantor Jodie, saat matahari sudah mulai meninggi dan terasa terik. Sebelumnya ia mengontrol karyawan nya yang sedang sibuk menerima banyak orderan katering dari pelanggan mereka.
Sebelum pukul sebelas pesanan pelanggan sudah harus di kirim ke alamat masing-masing. Apa lagi kota Jakarta sering macet membuat tim pengiriman mensiasati waktu yang tepat untuk mengantar pesanan pelanggan agar tidak terlambat sampai tujuan.
Davina menuju meja resepsionis. Meminta izin untuk menemui suaminya. Walaupun sebenarnya bisa saja ia langsung keruangan Jodie tapi Vina menghormati para bawahan suaminya.
Jodie bekerjasama pada perusahaan asing yang ada di Jakarta, karirnya terus menanjak hingga sekarang menduduki salah satu jabatan penting perusahaan tersebut. Sebagai direktur marketing. Jabatan strategis di sebuah perusahaan.
"Pak Jodie baru saja selesai meeting bu, sekarang ada di ruangannya".
Vina tersenyum ramah. "Terimakasih Nancy. Aku langsung keruangan suamiku", ujar Vina.
"Iya bu".
Davina menuju lift umum. Sekarang jam istirahat tentu banyak karyawan yang akan mengunakan lift. Hingga netra Davina menatap seorang OB berdiri di depan pintu lift sambil menjinjing tote bag miliknya.
Ob itu langsung masuk lift begitu pintu terbuka. Davina ingat betul tote bag itu yang ia bawakan untuk Jodie pagi tadi berisi menu sarapan suaminya. Tote bag itu bertuliskan
*Davina catering*
Jadi pengelihatan Vina tidak akan salah.
Vina sampai di lantai lima belas tempat ruang kerja Jodie. Kursi karyawan banyak yang kosong karena sekarang jam istirahat tentu banyak yang sedang keluar mencari makan siang. Di kantin kantor ataupun di restoran terdekat.
Davina hendak membuka pintu ruang kerja Jodie, tetapi pintu itu terbuka dari dalam.
Wanita cantik berambut coklat sebahu, keluar dari ruangan Jodie. Tampak jelas gadis itu gugup melihat kehadiran Davina di depan pintu. Gadis itu merapikan rok kerjanya. Tersenyum kaku.
"Selamat siang bu. Saya Lolita sekertaris baru bapak", sapanya dengan suara lembut. Ia tahu siapa Davina melalui pigura yang ada di meja kerja bos-nya.
Davina menelisik gadis di hadapannya. "Apa suamiku ada–"
"Vina...ada apa kamu datang? Lolita kau kirimkan berkas yang sudah aku tandatangani keruang HRD", perintah Jodie pada sekertaris nya.
Lolita segera mengambil map yang di berikan Jodie. "Baik pak. Saya permisi".
*
Jodie duduk di kursi kebesarannya. Sementara Davina mengedarkan pandangannya ke penjuru ruang kerja Jodie. Parfum Jodie dan sekertaris nya bercampur di ruangan sejuk itu.
"Ada apa kau datang. Aku sangat sibuk Vina", ujar Jodie fokus pada berkas-berkas di atas meja nya.
"Handphone mu tinggal, mas. Aku baru sempat mengantarkan nya karena harus ke tempat katering", ucap Davina sambil menaruh handphone Jodie ke atas meja kerja.
"Kenapa kau menyulitkan hidup mu, kau bisa menyuruh Bambang yang mengantarnya kan?"
"Tidak apa-apa sekalian jalan saja", jawab Davina pelan. Ia ingin langsung bertanya tentang pesan di handphone Jodie. Tapi sepertinya Jodie sangat sibuk sekarang. Bahkan untuk menatapnya saja laki-laki itu tidak ada waktu. Sejak tadi hanya fokus pada pekerjaan di atas meja.
"Apa sekretaris mu, baru? Di mana Kamila?"
"Kamila cuti melahirkan. Lolita hanya sementara saja menggantikannya. Lolita dari kantor cabang Bali", jawab Jodie.
"Apa kamu ke Bali dengannya mas?", tanya Vina spontan.
Mendengar pertanyaan istri membuat Jodie menghentikan pekerjaan nya. "Apa kau tidak lihat suami mu sedang sibuk Vina. Jangan berpikiran yang tidak-tidak. Kalau aku pergi dengan sekertaris ku itu hal wajar karena kami sebuah tim kerjasama", ketus Jodie.
Hingga terdengar dering handphone milik Davina. Davina melihat nama Wati di layar handphone. Vina langsung mengangkat nya. "Iya aku ke sana sekarang!", jawab Vina.
"Mas, aku pulang sekarang. Aku harus ke rumah produksi lagi ada yang harus aku kerjakan. Sampai jumpa di rumah", ucap Davina lembut, beranjak dan menghampiri suaminya. Mencium tangan Jodie yang nampak dingin padanya.
"Oh ya mas, aku membawakan makan siang mu". Davina menunjuk meja sofa.
"Hem. Kau tidak usah menunggu ku, aku pulang malam hari ini, Vina".
Sesaat Davina menatap Jodie. Kemudian menganggukkan kepalanya dan langsung keluar.
...***...
To be continue