SweetNovel HOME timur angst anime barat chicklit horor misteri seleb sistem urban
Aku Bukan Wanita Malam

Aku Bukan Wanita Malam

BAB 1- Kehidupan Seorang Azizah

HAPPY READING

🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷

Ballroom hotel yang dijadikan tempat berlangsungnya pesta resepsi pernikahan, sudah ramai dan semarak dengan kehadiran para tamu undangan yang terus bertambah setiap detiknya. Mereka yang baru sampai langsung menyapa dan memberikan ucapan selamat berbahagia untuk sepasang raja dan ratu sehari, yang sedang tersenyum dengan bahagianya diatas singgasana mereka yaitu pelaminan.

Azizah memasuki ballroom hotel itu bersama kakaknya, Amrita. Sama halnya dengan tamu undangan lainnya, sepasang kakak beradik itu juga menghampiri sepasang mempelai yang sedang berbahagia diatas pelaminan.

"Hai Cica!" Dengan senyum lebar yang menghiasi wajahnya, Amrita memeluk mempelai wanita yang tak lain adalah sahabat semasa SMAnya.

"Hai Amrita" Seru pengantin wanita bernama Cica yang membalas pelukan Amrita dengan sumringahnya.

"Selamat ya, atas pernikahanmu. Semoga menjadi pasangan yang bahagia, hingga maut memisahkan" Harapan Amrita yang turut merasakan kebahagiaan sahabatnya itu.

"Terima kasih Rit. Doa yang sama juga untukmu. Semoga kamu dan Tora selalu bahagia selamanya, sampai tua bersama" Balas Cica.

Tora adalah suami Amrita yang mempersuntingnya sekitar satu tahun yang lalu.

"Thank you bestie" Amrita tersenyum sumringah mendengar doa yang dipanjatkan oleh sahabatnya itu.

"Rit, suamimu tidak ikut?" Cica melirik kesekeliling Amrita. Namun dia tidak menemukan batang hidung pria yang menjadi suami dari sahabatnya itu.

"Dia sedang ada pekerjaan diluar kota. Jadi aku datang bersama Azizah. Tora hanya bisa menitipkan ucapan selamat saja untukmu" Jawab Amrita yang lantas menunjuk Azizah yang sedari tadi berdiri disampingnya.

Azizah mendekati Cica dan memeluknya.

"Kak, selamat ya atas pernikahannya. Semoga kak Cica dan suaminya menjadi pasangan yang sakinah mawadah warahmah, dan cepat diberi momongan" Azizah tersenyum tulus.

Cica membalas pelukan Azizah dengan lembut.

"Thank you sayang. Jadi kamu Azizah? Wah, sudah besar ya sekarang. Aku masih ingat, dulu aku sering datang kerumah kalian untuk belajar bareng bersama kakakmu, kamu masih kecil waktu itu, dan suka mengganggu kami belajar. Sekarang kamu cantik sekali ya setelah besar" Cica menatap Azizah dari wajah hingga ujung kaki dengan senyum kagum, sembari mengenang masa lalu mereka kala masih remaja dulu, dan Azizah masih kecil saat itu.

Namun kini gadis kecil itu sudah tumbuh menjadi gadis dewasa yang cantik, imut, anggun dan mempesona.

"Kakak bisa saja. Terima kasih Kak" Azizah tersenyum malu menerima pujian dari sahabat kakaknya itu.

"Ya sudah Ca, kami kesana dulu ya" Sela Amrita menunjuk kursi tamu.

"Oh iya-iya. Silahkan dinikmati pesta dan hidangannya" Cica mengangguk dan mempersilahkan selaku pemilik acara.

Azizah dan Amrita berlalu dari hadapan mempelai itu. Mereka beranjak menuju kursi tamu yang masih kosong. Kemudian menghenyakkan duduk diatas kursi dalam satu meja itu untuk menikmati pesta meriah yang sedang berlangsung.

"Dek, kakak ketoilet sebentar ya" Ucap Amrita yang baru saja duduk, namun sudah mau bangkit lagi untuk ketoilet.

"Iya Kak" Azizah mengangguk.

Setelah kakaknya pergi, ponsel Azizah berdering. Senyum sumringah menghiasi wajah cantik gadis berusia 19 tahun itu saat membaca nama yang tertera dilayar ponselnya. Tanpa menunggu lama, dia langsung mengangkat panggilan suara dari kekasihnya.

"Hallo sayang"

"Lagi dimana? Kok sepertinya ramai sekali?" Tanya pria tampan usia 25 tahun bernama Derby Aditama yang sebentar lagi akan menjadi tunangan Azizah melalui sambungan telepon.

"Lagi dipesta nih, bersama Kak Amrita"

"Kepesta tidak mengajakku? Tega sekali"

"Ini aku lagi dipesta pernikahan temannya kak Amrita sewaktu SMA. Aku hanya menemaninya, karena Kak Tora sedang keluar kota dan tidak bisa ikut. Jadi kak Amrita malas datang sendirian. Sudahlah, jangan seperti anak kecil"

"Iya deh sayangku. Aku hanya bercanda. Have fun ya disana. Tapi ingat"

"Apa?"

"Have funnya jangan sama cowok. Cukup dengan teman-teman perempuan kakakmu saja. Atau cowok-cowok itu akan merasakan tinju yang berasal dari tanganku. Ingat, kamu adalah calon tunanganku. Jadi kamu hanya milikku saja" Ancam Derby yang sebenarnya hanya candaan saja. Karena dari suaranya yang didengar oleh Azizah, pria itu tampak santai dan tidak terdengar emosi ataupun serius.

"Dasar posesif" Gerutu Azizah sembari tersenyum.

"Kalau aku dekat dengan wanita lain, memangnya kamu tidak akan marah?"

"Memangnya kamu mau dekat dengan siapa? Mau kembali pada Chelsea?"

"Enak saja kembali. Memangnya kapan aku pernah jadian dengan adik ipar kakakmu itu? Kamu kan tau, dari dulu aku sukanya sama kamu"

Azizah cekikikan mendengar perkataan Derby yang tiba-tiba jadi terdengar serius setelah mendengar nama itu.

Chelsea Pradipta, gadis cantik berusia 20 tahun yang merupakan adik ipar Amrita. Dia adalah adik kandung dari Tora Pradipta, suami dari kakaknya. Hubungan Azizah dengan adik ipar kakaknya itu tidaklah dekat. Bahkan bisa dibilang sebagai rival.

Sebenarnya Azizah sudah berusaha untuk bersikap ramah dan manis terhadap gadis itu, mengingat keduanya memiliki hubungan sebagai ipar karena kakak mereka sudah menjadi sepasang suami istri sejak satu tahun yang lalu. Namun Chelsea selalu saja bersikap cuek dan sinis terhadapnya.

Mungkin karena mereka beda kasta. Chelsea berasal dari keluarga kaya raya. Hidupnya bergelimang kemewahan dan bermanjakan harta sejak kecil. Keluarganya pemilik perusahaan transportasi dan industri tembakau terbesar di Indonesia, yang kini dikelola oleh Tora sejak ayah mereka meninggal 8 tahun yang lalu.

Sedangkan Azizah dan kakaknya hanya berasal dari keluarga sederhana. Ayahnya bekerja sebagai tukang kebun. Sedangkan ibunya hanya penjahit kecil-kecilan. Mungkin karena itulah Chelsea merasa gengsi dan malu untuk menjadi temannya. Karena dia adalah gadis yang manja, angkuh, arogan dan suka memilih-milih teman.

Azizah pun tidak pernah ambil pusing akan sikap gadis itu terhadapnya. Karena dia cukup tau diri dan sadar dengan status sosialnya. Tora bisa memilih menjadikan kakaknya sebagai istri saja, bagi Azizah dan keluarganya sudah menjadi sebuah keberuntungan besar. Apalagi kakaknya juga sangat mencintai suaminya itu.

Azizah dan Chelsea kuliah dikampus yang sama namun beda fakultas dan semester. Azizah menimba ilmu di fakultas ekonomi semester 3, sedangkan Chelsea di fakultas teknik semester 5.

"Iya deh pacarku tersayang. Aku tau kamu hanya mencintaiku. Oh ya, lagi ngapain?" Tanya Azizah.

"Lagi sibuk nih. Masih ada beberapa pekerjaan yang harus aku selesaikan dikantor"

"Oh.... Kasian sekali kekasihku. Masih harus kerja malam-malam begini"

"Tidak apa-apa, inikan memang sudah jadi tanggung jawabku. Lagipula sebulan lagi kan pertunangan kita. Jadi aku harus selesaikan semua pekerjaanku dari sekarang. Jadi nanti saat hari h, aku bisa punya banyak waktu denganmu, sambil mempersiapkan pernikahan kita setelah itu"

"Iya deh. Semangat ya kerjanya. Ingat, jangan lembur terlalu malam. Kesehatan tetap harus jadi nomor satu. Jangan sampai nanti pas hari pertunangan kita, kamu malah sakit. Kan jadi repot juga"

BERSAMBUNG

BAB 2- Perjuangan Cinta Kita

HAPPY READING

🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷

"Tidak masalah dong sayang. Kan nanti kalau aku sakit, ada kamu yang bisa merawatku"

"Enak saja. Aku inikan belum jadi istrimu. Mana bisa merawatmu?"

"Memangnya kenapa? Kan kamu calon istriku"

"Kan baru calon. Belum official. Sudah dulu ya. Itu kak Amrita sudah kembali dari toilet" Ujar Azizah yang kembali melihat kakaknya yang sudah beberapa menit yang lalu menghilang dari pandangannya.

Meski saat ini keberadaan wanita yang delapan tahun lebih tua darinya itu masih agak jauh dari posisinya. Namun tetap saja dia merasa malu dan tidak enak, kalau harus melanjutkan pembicaraan mesra dengan kekasihnya didepan kakaknya karena itu bersifat privasi.

"Eh, tunggu dulu" Cegah Derby saat Azizah hendak mengakhiri panggilan suara itu.

"Apalagi?"

"I love you, my future wife" Ucapan Derby terdengar lirih dan mesra.

Membuat hati Azizah berbunga-bunga dan tersanjung, meski ini bukan pertama kalinya dia mendengar kata-kata itu dari mulut Derby. Namun kata-kata itu seperti lirik merdu ditelinganya, yang tidak pernah bisa membuatnya bosan meski sudah berulang kali mendengarnya.

"I love you to, my future husband" Balas Azizah dengan nada lirih dan seulas senyum malu sebelum dia mematikan ponselnya.

Azizah menatap ponselnya dengan sumringah. Setiap kali bersama Derby selalu membuat perasaannya seakan terbang keawang-awang.

Bagaikan rakyat jelata yang mendapatkan seorang pangeran, rasanya seperti mimpi sebentar lagi dia akan bertunangan dan menikah dengan pria tampan dan kaya seperti Derby. Itulah yang dirasakan Azizah sejak awal Derby menyatakan cinta padannya, dan melamarnya untuk menjadi pendamping hidup.

Derby Aditama adalah putra tunggal dari nyonya Irma Aditama dan suaminya yang sudah meninggal sepuluh tahun yang lalu. Dan saat ini pria tampan itu sudah menjadi pemimpin Aditama group. Menggantikan posisi mendiang ayahnya.

Sebenarnya alasan Azizah menerima Derby bukan karena kekayaannya, karena dia bukan tipe gadis yang materialistis. Akan tetapi karena kelembutan dan cinta tulusnya lah yang membuatnya luluh.

Meski terlahir dari keluarga terpandang dan memiliki perusahaan terbesar, namun Derby bukanlah tipikal pria sombong, tinggi hati dan suka mempermainkan wanita. Dia adalah sosok yang punya rasa tanggung jawab dan pekerja keras, meski memiliki sifat dingin.

Namun sejak mengenal Azizah, dia mulai memiliki sikap humoris. Meski itu hanya berlaku pada Azizah saja. Karena Derby tetap bersikap dingin pada orang lain.

Keduanya bertemu sekitar satu tahun yang lalu. Saat itu Azizah baru saja menyelesaikan pendidikan menengah atasnya. Dan dia berencana untuk melanjutkan kuliahnya. Namun tentu saja hal itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Hingga dia memutuskan untuk mencari pekerjaan.

Dia tidak ingin menyusahkan orang tuanya yang memiliki penghasilan pas-pasan. Dia ingin hidup mandiri yang bisa membiayai kuliahnya sendiri. Jadi dia memutuskan untuk mencari pekerjaan. Akhirnya dia diterima bekerja diperkebunan jeruk milik keluarga Derby.

Dari situlah dia mendapatkan uang untuk biaya kuliahnya. Dan disanalah awal mula pertemuannya dengan Derby, hingga akhirnya tumbuh benih-benih cinta.

Mengingat rintangan dan lika-liku cinta mereka yang cukup berat, rasanya Azizah tidak percaya kalau mereka bisa sampai pada titik ini. Titik dimana mereka akan meresmikan hubungan mereka kejenjang yang lebih serius. Yaitu pertunangan, lalu disusul pernikahan setelah itu.

Azizah masih mengingat dengan jelas, bagaimana berulang kali dia menolak Derby karena kasta mereka yang cukup berbeda.

Derby adalah pemilik perkebunan jeruk yang hasilnya diolah menjadi jus dan diekspor ke beberapa negara besar. Sedangkan dirinya hanya pekerja saja diperkebunan itu.

Ditambah lagi Chelsea juga menyukai pria itu. Alasan itulah yang membuat Chelsea semakin tidak menyukai Azizah. Bahkan menganggapnya sebagai rival dalam kisah cintanya.

Amrita juga sudah sering menasehati agar dia menjauhi Derby dan tidak mencari masalah dengan Chelsea, karena biar bagaimanapun gadis itu adalah adik dari suaminya.

Azizah sudah menurutinya. Namun dia bisa apa jika Derby terus mengejar-ngejarnya? Berulang kali pria itu mengatakan tidak pernah memiliki perasaan apapun pada Chelsea. Baginya gadis itu hanya sebatas teman, tidak lebih.

Orang tua mereka adalah sahabat sejak lama. Karena itulah Derby dan Chelsea sudah berteman sejak kecil. Bahkan keluarga sempat ada rencana untuk menjodohkan mereka. Namun Derby menolaknya, bahkan sebelum mengenal Azizah. Karena dia tidak pernah tertarik pada gadis itu.

"Habis telponan dengan Derby?" Tanya Amrita dengan senyum menggoda sembari meletakkan piring makanan dan segelas jus diatas meja. Lalu kembali duduk dikursi didepan adiknya itu.

"Iya nih Kak?" Azizah tersenyum malu.

"Heum.... So sweet sekali pasangan ini. Pasti kalian sudah tidak sabar lagi ya, menunggu hari pertunangan kalian bulan depan?" Goda Amrita.

"Iya Kak. Aku bahkan sudah tidak sabar lagi, berada diatas pelaminan itu bersama Derby, sebagai ratu dan raja sehari, seperti kak Cica dan suaminya" Azizah melirik sepasang pengantin yang baru beberapa menit yang lalu disapanya.

Senyum bahagia yang masih terpancar diwajah mereka membuatnya membayangkan dirinya dan Derby yang sedang bersanding diatas pelaminan itu. Tentunya itu adalah hari yang paling bersejarah dan membahagiakan sepanjang hidupnya. Dan hari itu akan tiba sebentar lagi dalam hitungan hari. Azizah kembali melirik kakaknya.

"Seperti Kakak dan kak Tora sewaktu menikah dulu. Pasti itu adalah masa-masa paling membahagiakan sepanjang hidup Kakak kan?"

"Tentu saja Dek. Tidak ada hari yang paling membahagiakan dalam hidup kakak, selain dihari itu. Hari dimana Tora menjadikan kakak sebagai istrinya. Pendamping hidupnya. Dan kakak akan melakukan apapun, demi mempertahankan kebahagiaan itu. Karena kakak tidak akan bisa hidup tanpa Tora, suami yang sangat kakak cintai, melebihi nyawa kakak sekalipun" Lirih Amrita dengan raut wajah yang nampak sedih. Dengan tatapan penuh arti dan nada suara yang terdengar serius.

Azizah tersenyum mendengarnya. Dia berpikir kakaknya terharu mengenang masa-masa indah kala menikah dulu. Dia berharap kakaknya akan selalu bahagia bersama suaminya. Dan pernikahan mereka jauh dari badai. Karena dia sangat menyayangi kakaknya.

"Oh ya, ini kakak sudah ambilkan makanan dan minuman untukmu. Ayo makan" Amrita mendekatkan piring makanan dan gelas minuman yang dibawanya tadi kedepan Azizah.

"Kenapa harus repot-repot sih Kak? Aku kan bisa mengambilnya sendiri"

"Tidak repot kok sayang. Hanya mengambilkan makanan dan minuman yang sudah disediakan. Yang repot itu, kalau harus memasaknya dulu. Sudah jangan bicara. Ayo makan" Amrita menyendokkan makanan dalam piring itu, lalu menyuapinya kedalam mulut adiknya.

"Iya-iya" Jawab Azizah yang harus membuka mulutnya segera karena sendok berisi makanan itu sudah berada tepat didepan bibir mungilnya. Amrita juga mengambil gelas jus dan meminumkannya pada Azizah.

Namun didetik berikutnya, Azizah merasakan sekujur tubuhnya menjadi gerah. Dengan kedua tangannya, Azizah mengibas-ngibaskan tubuhnya yang terasa panas.

BERSAMBUNG