The Unexpected Pair : ArrabelLeo
Terlihat di salah satu universitas ternama segerombolan orang yang memakai pakaian putih hitam memenuhi lapangan. Mereka terbagi menjadi dua, dimana laki-laki dan perempuan berbeda barisan. Hari ini adalah hari pertama ospek untuk para mahasiswa/i baru atau yang biasa di singkat maba.
"Perkenalkan nama saya adalah Biantara. Kalian bisa panggil saya kak Bian. Saya menjabat sebagai ketua BEM disini." kata seorang pria berperawakan tinggi yang berdiri di hadapan semua orang.
Aura nya terlihat begitu kuat. Dengan mata tajam, hidung mancung, rahang yang tegas dan alis tebal, membuat pria itu akan disegani oleh siapa pun yang melihatnya. Namun yang cukup menarik, pria itu memiliki lesung pipi saat dia tersenyum meski hanya sebuah senyuman tipis.
Terik matahari begitu menyengat setiap orang, karena mereka yang berada di ruang terbuka.
Selain Biantara, sang ketua BEM, di samping nya juga berdiri beberapa laki-laki dan perempuan yang bertugas sebagai panitia ospek.
Biantara meminta mereka untuk memperkenalkan diri satu persatu secara bergantian. Setelah semua panitia selesai memperkenalkan diri, tiba-tiba seorang mahasiswi mengangkat tangan nya.
"Kak, maaf kepala saya pusing. Apa saya boleh istirahat sebentar?" tanya seorang gadis berambut panjang yang kuncir dua menggunakan pita serta memakai topi dari kertas koran.
"Kalau sakit kenapa tidak ijin dari awal?" tanya seorang panitia perempuan bernama Monica.
"Maaf kak, saya pusing karena nggak tahan sama cuaca panas." jawab gadis itu.
"Siapa nama kamu?"
"Arra kak."
Ya, gadis itu adalah Arrabella, si anak sulung dari keluarga Cassius. Keluarga terkaya nomor 4 di negara ini.
"Disini juga semua nya panas-panasan, bukan cuma kamu aja." ucap Monica dengan nada sedikit sinis.
Semua maba yang berada di sana terlihat menundukan kepala, karena merasa ngeri melihat ekspresi wajah kakak tingkat mereka tersebut.
"Maaf kak." Arra akhirnya mengurungkan niat nya untuk meminta ijin beristirahat meski kepala semakin merasa pusing.
Tiba-tiba seorang laki-laki dari barisan maba berdiri dan berjalan dengan santai nya menuju barisan maba perempuan.
Banyak perempuan, baik dari barisan maba dan panitia ospek yang terpesona dengan ketampanan laki-laki tersebut. Wajah nya yang terkena cahaya matahari tidak mengurangi kesempurnaan ciptaan Tuhan satu itu.
Laki-laki itu berhenti di samping Arra yang duduk di barisan paling pinggir.
"Berdiri." perintah nya pada Arra.
Arra terkejut melihat apa yang di lakukan oleh laki-laki yang sangat ia kenal tersebut. Tanpa suara, Arra meminta laki-laki itu untuk pergi dari hadapan nya, namun sayang nya tidak di hiraukan sama sekali.
"Hei kamu yang disana, siapa yang mengijinkan kamu untuk berdiri di samping gadis itu?" teriak seorang laki-laki yang bernama Renald.
Laki-laki itu yang masih berdiri di samping Arra sama sekali tidak memperdulikan teguran Renald.
"Arra, berdiri. Gue nggak mau lo pingsan disini." ucap laki-laki itu yang mulai menarik lengan Arra agar gadis itu berdiri.
"Leo, kamu ngapain sih?" protes Arra dengan suara tertahan agar hanya Leo saja yang mendengarnya.
Ya, laki-laki itu adalah Leo Rexander. Laki-laki yang selalu menjadi bayangan seorang Arrabella Cassius dimana pun gadis itu berada.
"Gue bilang berdiri, Arra. Kita istirahat sebentar sampai kepala lo nggak pusing lagi." ucap Leo yang dengan sedikit tenaga nya menarik Arra agar berdiri.
"Kamu pikir ini kampus bapak kamu apa?" teriak Renald lagi yang berjalan mendekati Leo dan Arra.
Arra langsung menundukan. Ini adalah hari pertama nya dan dia sudah mendapatkan masalah karena Leo.
Leo masih tidak memperdulikan teguran kedua dari Renald, sehingga membuat para maba dan panitia ospek lain nya berbisik-bisik karena keberanian laki-laki tersebut.
Dengan kasar Renald menarik bahu Leo agar berbalik menghadap kearah nya.
"Lo tuli ya? Nggak dengar gue dari tadi ngomong." bentak Renald tepat di depan wajah Leo.
Leo menatap datar kakak tingkatnya itu. Tidak ada ekspresi apapun di wajah laki-laki itu.
"Gue cuma ngerti bahasa manusia, kalau bahasa pohon gue nggak ngerti " ucap Leo dengan nada dingin.
Renald cukup terkejut melihat sikap berani Leo tersebut.
"Jadi maksud lo, gue bukan manusia?" tanya Renald yang sudah mengeraskan wajahnya karena marah.
"Bagus kalau lo sadar. Karena kalau semua panitia adalah manusia, mereka nggak akan ngelarang orang yang sakit untuk istirahat."
Renald mengepalkan kedua tangan nya. Andai saja saat ini hanya ada mereka berdua, tentu dia sudah memukul wajah maba di hadapan nya itu.
"Kamu boleh istirahat." seru Bian memecah ketegangan antara Leo dan Renald.
Arra yang sejak tadi hanya berdiri dengan menundukan wajahnya, melirik kearah Bian.
"Saya sudah nggak apa-apa kak. Maaf karena sudah membuat keributan." ucap Arra dengan wajah yang sudah memerah karena malu menjadi pusat perhatian semua orang.
Tanpa di duga, Leo menarik Arra dan berjalan meninggalkan lapangan. Arra sempat protes, namun Leo sama sekali tidak memperdulikan nya.
Sedangkan Renald, laki-laki itu meninju angin saking merasa kesal dengan kesongongan Leo tadi.
Bian memperhatikan Leo dan Arra yang berjalan meninggalkan lapangan dengan mata elang nya. Laki-laki itu cukup kagum dengan keberanian Leo.
Renald sudah kembali ke barisan para panitia. Dia terlihat menggerutu serta mengumpat dengan pelan yang tertuju untuk Leo. Bian akhirnya memutuskan untuk semua maba beristirahat sejenak, karena cuaca memang sangat panas.
"1 jam lagi semua nya berkumpul di auditorium. Mengerti?" ucap Bian pada seluruh maba yang sudah berdiri dan bersiap untuk.meninggalkan lapangan.
"Mengerti kak." jawab seluruh maba dengan serempak.
***
"Leo kamu apa-apaan sih?" protes Arra setelah ia duduk di salah satu kantin kampus nya.
Leo tidak menghiraukan protesan Arra. Dia berlalu menuju salah satu stand yang menjual makanan serta minuman dingin.
Arra menggeram kesal karena Leo mengacuhkan diri nya. Dengan perasaan kesal, Arra merebahkan kepalanya ke atas meja.
Tak berapa lama, sebuah air mineral botol dan juga susu rasa stroberi sudah berada di depan mata nya. Arra mengangkat wajahnya, lalu melihat Leo yang duduk di kursi yang ada di hadapan nya.
Leo meraih air mineral itu lalu membuka tutupnya dan menyerahkan nya pada Arra.
"Minum." ucap Leo pada Arra.
Arra yang masih merasa kesal, membuang muka kearah lain tanpa mengambil air mineral tersebut.
"Apa perlu gue bantu lo buat minum?" tanya Leo.
Arra berdecak kesal, lalu dengan kasar mengambil air mineral itu dan meneguknya hingga tersisa setengah.
Leo memperhatikan Arra dengan tangan yang terlipat di depan dada dan punggung bersandar pada kursi.
Arra meletakan botol itu dengan kasar ke atas meja. Kekesalan nya pada Leo masih sangat ia rasakan.
"Ini pesanan nya." tiba-tiba seorang wanita yang menggunakan apron meletakan sepiring nasi goreng di atas meja.
Arra tersenyum lalu mengucapkan terima kasih, setelahnya wanita itu pergi meninggalkan mereka.
"Makan." lagi-lagi Leo memerintah Arra.
"Leo, kamu dari tadi main perintah terus ya sama aku. Nyebelin banget sih."
Leo tidak menjawab, tapi tatapan tajam nya lah yang memberikan jawaban pada Arra jika dia saat ini tidak ingin di bantah sama sekali.
Masih dengan perasaan kesal, Arra menarik sepiring nasi goreng mendekat kearahnya lalu mulai menyantap nya secara perlahan.
"Habiskan, kalau nggak, lo nggak boleh lanjut ikut ospek hari ini." ucap Leo yang juga mulai menyantap nasi goreng milik nya.
Arra tidak menyahut, namun dia mengomel di dalam hati. Dia merutuki Leo karena terus mengikuti nya kemana pun ia pergi, bahkan masuk ke universitas yang sama.
"Wah, si gadis manja lagi asik makan nasi goreng nih. Nggak sadar ya baru aja bikin kehebohan." tiba-tiba sebuah sindirin Arra dengar dari arah belakang nya.
Monica dan 2 orang perempuan yang Arra lupa siapa nama mereka, sudah berdiri di samping meja nya.
Arra langsung berhenti makan, dan berdiri.
"Maaf kak." ucap Arra seraya menundukan wajah nya.
"Kalau lo pikir karena lo anak orang kaya terus mau berbuat seenaknya, mending suruh bokap lo buat bikin kampus sendiri." seru Monica dengan raut wajah yang terlihat sinis.
Arra hanya diam, dia merasa tidak enak hati karena kejadian tadi.
"Iya kak, saya minta maaf."
Monica melirik kearah Leo yang sudah menatap tajam kearahnya.
"Lo juga, songong banget sama kakak tingkat. Emang lo pikir lo siapa disini, hah?" gertak Monica pada Leo.
Leo mengangkat sebelah alisnya, lalu melipat kedua tangan di depan dada.
"Gue akan bertindak selama itu menyangkut pacar gue. Selebihnya, gue nggak akan perduli dengan apapun." jawab Leo dengan datar.
Monica tersenyum miring, "oh ini pacar lo ya? Rendah banget selera lo mau pacaran sama cewek manja kayak dia."
"Rendah itu kalau ada laki-laki yang suka sama modelan ani-ani kayak lo."
Arra merutuki mulut tajam Leo. Bisa-bisa nya laki-laki itu berani melawan kakak tingkat di hari pertama mereka menjadi maba.
Sedangkan Monica, dia mengepalkan kedua tangan karena merasa tidak terima dengan ucapan Leo. Kedua teman nya yang berdiri disamping nya pun terkejut melihat keberanian Leo tersebut.
"Lo bilang apa? Gue ani-ani? Lo belum tau gue siapa, hah?" seru Monica dengan wajah memerah karena menahan amarah.
"Gue nggak peduli dan nggak mau tau lo siapa. Seperti yang gue bilang, gue nggak peduli sama siapapun selain pacar gue."
monica menggeram marah, lalu berjalan mendekati Leo dengan maksud menampar wajah laki-laki tersebut.
Namun baru saja mengangkat tangan kanan nya, suara bariton mengalihkan perhatian mereka semua.
"Ada apa ini? Apa perdebatan di lapangan di lanjutkan disini?"
Monica langsung menurunkan tangan nya saat melihat Biantara sudah berdiri di hadapan mereka. Biantara adalah kakak tingkatnya, terlebih laki-laki itu adalah ketua BEM, tentu membuatnya takut.
"Maaf kak, tapi dia yang duluan. Bahkan dia menghina saya." ucap Monica yang mana raut wajahnya berubah menjadi lebih tenang.
Biantara menatap kearah Leo, memberi kode agar Leo memberi penjelasan kepada nya.
"Lo percaya sama omongan dia?" tanya Leo yang sama sekali tidak merasa terpengaruh dengan kehadiran Biantara.
"Heh, lo nggak sopan banget ya sama kak Bian. Dia itu kakak tingkat dan juga ketua BEM." tegur Monica karena tidak suka dengan cara bicara Leo pada Biantara.
"Kak, maaf ini cuma ada kesalahpahaman." ucap Arra. Dia merasa jika dirinya hanya diam, suasana akan semakin memanas dengan perdebatan Monica dan Leo.
Biantara beralih menatap Arra.
"Kamu masih pusing?" tanya Bian.
"Sudah nggak kak. Maaf sudah bikin keributan di hari pertama ospek." ucap Arra dengan perasaan bersalah.
"Syukurlah kalau kamu sudah baikan. Kalau memang masih pusing, kamu bisa pergi keruang kesehatan."
"Nggak perlu perhatian sama pacar gue. Gue udah lebih dari cukup buat ngurusin dia." ujar Leo dengan tatapan tajam nya.
Bian menatap Leo. Akhirnya kedua laki-laki itu beradu tatapan tajam yang mana Arra berdiri di antara mereka berdua.
"Kenapa? Lo takut gue ngerebut pacar lo?" tanya Biantara dengan raut wajah terlihat tenang.
Leo tersenyum miring, "untuk apa gue takut? Bahkan pacar gue nggak pernah melirik cowok lain."
"Arra." panggil Biantara yang membuat Arra mengangkat wajah nya.
"Lo lihat?" ujar Biantara pada Leo.
"Tapi lo nggak perhatikan dengan baik, bro. Arra nggak ngeliat ke lo tapi kesamping lo."
Biantara mulai mengalihkan pandangan nya, dan benar saja Arra tidak menatap langsung ke wajah nya melainkan ke bahu nya.
Leo langsung menarik Arra untuk pergi. Untung saja mereka sudah sempat menghabiskan setengah nasi goreng tersebut, sehingga cukup untuk mengisi perut mereka hingga beberapa jam kedepan.
Biantara berdiri mematung. Baru kali ini seorang perempuan tidak menatap wajah nya secara langsung. Dan itu mengusik diri nya.
Sedangkan Monica dia juga terdiam, karena merasa kesal dengan apa yang terjadi barusan. Dia berjanji akan memberi pelajaran pada kedua adik tingkat nya tersebut nanti.
Suasana auditorium sudah terlihat ramai. Para maba yang tadi nya berkeliaran di area kampus, kini kembali berkumpul di tempat yang sudah di tentukan oleh panitia ospek.
Arra dan Leo juga sudah berada di auditorium. Mereka terlihat duduk di pojok ruangan sembari memperhatikan orang-orang yang bergerombolan di hadapan mereka.
Tak berapa lama, pintu auditorium terbuka dan para panitia mulai masuk. Arra langsung berdiri dan berlari untuk bergabung dengan maba perempuan yang lainnya. Sedangkan Leo dia berjalan dengan santai tanpa memperdulikan sekeliling nya.
"Ayo, semua berkumpul sesuai barisan nya. Yang perempuan di sebelah kiri, yang laki-laki di sebelah kanan." seru Renald menggunakan alat pengeras suara agar bisa di dengar oleh seluruh maba.
Dalam hitungan beberapa menit, semua maba sudah berbaris dengan rapi.
"Silakan duduk." ucap Renald.
Auditorium mendadak hening, hingga suara langkah kaki menggema di ruangan berukuran besar itu.
Semua orang menoleh kearah pintu, dan mereka mendapati Biantara sedang berjalan masuk.
Renald berniat menyerahkan alat pengeras suara yang ia pegang kepada Biantara, tapi laki-laki itu terlihat menolak lalu memberi kode agar Renald melanjutkan kegiatan hari ini.
Renald menatap ke seluruh maba yang ada di hadapan nya.
"Sekarang saya minta kalian membuat kelompok yang terdiri dari 6 orang. Kami ingin kalian memperkenalkan diri dan juga menunjukan bakat kalian. Kita akan melakukan ini selama 3 hari ke depan. Bentuk kelompok kalian sekarang juga." perintah Renald.
Suasana kembali ramai, karena para maba mulai mencari teman untuk di jadikan satu kelompok. Arra yang belum terbiasa, terlihat kebingungan.
"Eh, lo belum ada kelompok kan?" tiba-tiba seseorang menegur Arra.
Arra menoleh dan mengangguk dengan canggung.
"Kalau gitu sama gue aja. Nggak apa-apa kita berdua, karna yang lain udah pas ber-enam semua." lanjut nya lagi yang merangkul lengan Arra.
Arra cukup terkejut karena gadis tersebut menyentuhnya. Dia tidak terbiasa dengan hal ini.
"Oh iya kenalin nama gue Gladys. Lo siapa?" ucap nya memperkenalkan diri.
"Arrabella, tapi kamu bisa panggil aku Arra."
"Oke Arra. Sekarang kita teman." kata Gladys dengan senyum lebar nya.
Arra ikut tersenyum. Dia merasa teman baru nya ini adalah orang yang mudah bergaul dan juga ceria.
"Semua nya, saya tanya siapa yang kelompoknya kurang dari 6 orang?" tanya Renald yang membuat suasana kembali hening.
Gladys langsung angkat tangan, sehingga perhatian Renald fokus kepada Gladys dan juga Arra.
"Kalian berdiri di sini." perintah Renald menunjuk baris terdepan.
Gladys menarik Arra untuk mengikuti perintah Renald.
"Hanya kalian berdua?" tanya Monica yang masih menatap sinis kepada Arra.
Gladys mengangguk, "iya kak. Cuma sisa kami berdua."
"Yang laki-laki siapa yang kelompoknya kurang dari 6?" tanya Renald lagi yang kini memperhatikan barisan maba laki-laki.
Tak lama Leo berjalan maju seorang diri dengan wajah datar nya.
"Mana kelompok lo?" tanya Renald.
"Nggak ada." jawab Leo dengan datar.
Arra yang mendengar itu hanya bisa menggelengkan kepala. Dia tahu bukan karena tidak mendapat kelompok, tapi Leo lah yang tidak mau berkelompok dengan siapa pun.
"Terus lo sendirian?"
"Nggak lihat di ruangan ini ada berapa puluh manusia? Udah pasti gue nggak sendirian."
Renald terlihat berusaha menahan amarahnya. Dia menarik napas lalu menghembuskan nya dengan kasar.
"Oke kalau gitu, untuk dua kelompok yang kurang ini akan memperkenalkan diri lebih dahulu. Silakan lo duluan." ucap Renald kepada Leo seraya menyerahkan mic.
Leo dengan malas mengambil mic itu lalu berdiri menghadap para maba lain nya.
"Gue Leo Rexander." setelahnya Leo menyerahkan kembali alat pengeras suara itu.
"Perkenalkan diri lo dengan benar, masa cuma nyebutin nama doang." celetuk Monica.
"Nggak ada yang perlu kalian tau selain nama gue." Leo langsung mundur dan kembali berdiri di posisi sebelum nya.
Renald menghembuskan napas dengan kasar, lalu dia beralih kepada Gladys dan Arra.
"Giliran kalian." ucap Renald seraya menyerahkan mic kepada Gladys.
"Halo semua, nama saya adalah Gladys Anindita Putri. Kalian bisa panggil saya Gladys. Saya berasal dari bandung. Dan hobi saya adalah menari." dengan rasa percaya diri yang tinggi, Gladys memperkenalkan dirinya.
Arra mulai gugup, ini akan menjadi hal pertama bagi nya memperkenalkan diri di hadapan banyak orang.
"Ok, bagus Gladys. Next." ucap Renald melirik Arra.
Dengan tangan sedikit gemetar, Arra menerima mic yang di berikan Gladys.
Arra mengedarkan pandangan nya sejenak, namun saat melihat Leo, gadis itu terfokus pada nya dan tiba-tiba dia mendapatkan ketenangan.
"Hai semua nya. Nama saya Arrabella Calista, kalian bisa panggil saya Arra. Saya berasal dari kota ini, dan hobi saya adalah menyanyi." ujar Arra seraya mata nya terus fokus kepada Leo. Karena hanya dengan melihat laki-laki itu kegugupan nya sedikit berkurang.
"Ok. Kalau gitu kalian bertiga bergantian untuk menunjukan bakat yang ada dalam diri kalian. Yang pertama Gldys, silakan." ucap Renald.
Gladys mengangguk, "kak maaf apa boleh pakai musik?" tanya Gladys.
Renald mengangguk, "boleh. Mau pakai lagu apa, biar saya setelkan."
Gladys pun mendekat pada Renald seraya menerima ponsel yang yang di berikan oleh laki-laki itu. Jari-jari lentik Gladys bergerak lincah mencari lagu yang ia inginkan.
Setelah berhasil menemukan lagu yang ia cari, Gladys kembali menyerahkan ponsel Renald.
Gladys langsung berjalan ke tengah dan bersiap untuk menari.
Suara musik mulai menggema, dan ternyata ini adalah lagu yang berasal dari girl group Korea Selatan.
Gladys mulai bergerak mengikuti irama lagu. Tubuh nya yang ramping meliuk dengan indah nya. Banyak pasang mata yang terlihat kagum dengan kemampuan Gladys. Bahkan gadis itu terlihat seperti seorang idol yang sedang membawa kan karya nya sendiri.
Beberapa menit kemudian, lagu telah berakhir begitu pula Gladys yang sudah menyelesaikan tarian nya. Suara riuh tepuk tangan memenuhi auditorium, termasuk Arra yang langsung mengacungkan kedua jempol nya kepada Gladys.
"Kamu keren banget." seru Arra ketika Gladys kembali berdiri di samping nya.
Gladys tersenyum walau napasnya tidak beraturan.
"Makasih, gue emang suka banget nari. Apalagi lagu yang itu, tiap hari gua praktekan."
"Next, Arra silakan."
Tiba-tiba tubuh Arra menegang, dia mendadak kembali gugup. Dia belum pernah bernyanyi di hadapan orang banyak, bahkan yang pernah mendengarnya bernyanyi hanyalah mommy nya dan juga kedua adik kembar nya.
"Arra." seru Renald karena Arra masih diam di tempatnya.
Tiba-tiba Leo maju ke depan. Membuat semua orang menatap ke arahnya.
"Nama lo Arra?" celetuk Monica.
"Gue yang main gitar, dia yang nyanyi." jawab Leo dengan datar.
Leo menatap Arra, dengan sorot mata nya dia meminta Arra untuk maju dan berdiri di samping nya.
Gladys yang tau Arra merasa gugup, memberikan semangat untuk teman pertama nya itu.
Seorang panitia memberikan gitar kepada Leo dan juga kursi juga standing mic. Sedangkan Renald menyerahkan mic kepada Arra.
Arra melihat kearah Leo. Wajah nya benar-benar menunjukan jika dia sangat gugup saat ini.
"Ada gue disini, kalau lo gugup, cukup liat gue." ucap Leo yang mulai menyetel gitar nya.
Arra menarik napas nya dalam-dalam lalu menghembuskan nya secara perlahan. Dia memberikan semangat untuk diri nya sendiri, jika ia bisa melakukan ini.
Arra membisikan lagu yang ia ingin nyanyikan pada Leo. Laki-laki itu mengangguk dan mulai memainkan gitar nya.
Baru petikan pertama, semua orang sudah tersihir dengan permainan gitar Leo. Arra menikmati alunan melodi yang di mainkan Leo, lalu ia mulai bernyanyi. Dan Arra benar-benar hanya melihat kearah Leo.
🎶🎶🎶
If I had to live my life without you near me
The days would all be empty
The nights would seem so long
With you I see forever, oh, so clearly
I might have been in love before
But it never felt this strong
Our dreams are young and we both know
They'll take us where we want to go
Hold me now, touch me now
I don't want to live without you
Nothing's gonna change my love for you
You oughta know by now how much I love you
One thing you can be sure of
I'll never ask for more than your love
Nothing's gonna change my love for you
You oughta know by now how much I love you
The world may change my whole life through
But nothing's gonna change my love for you
🎶🎶🎶
Semua orang terpana dengan suara merdu Arra termasuk Leo. Ini pertama kali nya ia mendengar Arra bernyanyi. Dan tanpa sadar Leo terus tersenyum sepanjang Arra bernyanyi.
Beberapa maba perempuan yang melihat Leo tersenyum, berbisik-bisik karena ketampanan laki-laki itu semakin bertambah. Bahkan Monica juga sempat terpesona melihat senyuman Leo.
Akhirnya lirik terakhir sudah selesai Arra nyanyikan. Suara tepuk tangan kembali menggema, membuat Arra tersenyum lebar. Dia merasa lega karena bisa bernyanyi tanpa melakukan kesalahan.
Arra langsung kembali berdiri di samping Gladys yang mana gadis itu memeluk diri nya dan memuji suara Arra yang sangat merdu.
"Lo masih mau disitu?" tegur Renald karena Leo masih duduk di kursi sambil memegang gitar.
"Gue mau nyanyi satu lagu untuk pacar gue." ucap Leo.
Renald menaikan sebelah alisnya, "ini bukan kafe, yang lain juga harus gantian maju."
Tiba-tiba Biantara menepuk pundak Renald, dan memberi kode agar memberikan kesempatan untuk Leo. Dengan kesal Renald akhirnya memperbolehkan Leo bernyanyi.
Arra yang melihat itu, hanya bisa menundukan kepala nya menahan malu. Dan Gladys sejak tadi sudah menggoda nya yang membuat pipi Arra semakin memerah.
Suara petikan senar gitar mulai terdengar, membuat suasana auditorium kembali syahdu.
🎶🎶🎶
Trails of smoke trapped in a two by two
Wasting the night feels right when I'm with you
It's the shimmer in your eyes
And the way you let down your disguise
I feel like I've known you for ages
I feel like with you I'm going places
Ahh, ahh
The same song on repeat
"You can call me anything you want"
It's fine by me
Number two out of three
He says that it's his favorite
And I can't disagree
🎶🎶🎶🎶
Arra mulai menatap ke arah Leo. Lagu yang ia bawakan adalah salah satu lagu favorite nya. Hati Arra berdebar saat melihat Leo bernyanyi dengan suara beratnya yang sesekali terdengar serak.
🎶🎶🎶🎶
We talk about everything
The important and the mundane
You know I think you know everything
But the night's still young
And there's still so much to gain
I feel like I've known you for ages
I feel like with you I'm going places
Ahh, ahh
The same song on repeat
"You can call me anything you want"
It's fine by me
Number two out of three
He says that it's his favorite
And I can't disagree
The same song on repeat
"You can call me anything you want"
It's fine by me
Number two out of three
He says that it's his favorite
And I can't disagree
The same song on repeat
"You can call me anything you want"
It's fine by me
Number two.......
🎶🎶🎶🎶
Leo sudah menyelesaikan nyanyian nya. Semua orang bertepuk tangan, kecuali Renald dan Monica. Kedua orang itu seperti nya masih menyimpan dendam pada Leo, sehingga tidak bisa ikut menikmati lagu yang di bawakan oleh Leo.
Leo berdiri dan meletakan gitar di atas kursi. Sebelum ia kembali ke barisan nya, Leo mengerlingkan mata nya kepada Arra yang membuat para maba perempuan menjerit histeris.
Sedangkan Arra dia hanya bisa diam dengan wajah yang memerah. Sungguh, hari ini jantung nya bekerja lebih keras dari biasanya, dan itu membuatnya ingin menghilang dari bumi.
"Wah, pacar lo keren banget, Ra. Udah ganteng, so sweet lagi. Aa.. jadi pengen punya pacar juga." seloroh Gladys pada Arra.
Arra tersenyum tipis, "tapi kalau kamu tau gimana asli nya dia, aku yakin kamu nggak akan mau punya pacar kayak dia."