SweetNovel HOME timur angst anime barat chicklit horor misteri seleb sistem urban
Dokter Tampan Dan Gadis Arogan

Dokter Tampan Dan Gadis Arogan

Tentang Fauzan

Pagi ini Fauzan sedang bersiap untuk berangkat kerumah sakit

"Selamat pagi mah, pah" Ujar Fauzan menyapa kedua orang tuanya saat hendak sarapan sambil menarik kursi di dekat papanya

"Pagi Zan.  Papa dengar kamu sedang menangani pasien penting ya?" Tanya ayah Fauzan, Adlan Stevano

"Ya, aku sedang menangani salah seorang putri pejabat, tapi dia sangat merepotkan. Papa tenang saja, aku akan melakukan usaha terbaik ku untuk menyembuhkan penyakitnya. Karena sejauh yang kulihat dia itu anak manja. Ayahnya selalu menemani dia" Jawab Fauzan dengan nada yang dingin

"Kalian ini apa tidak bosan membicarakan pekerjaan? Yang kalian bahas selalu saja pasien dan obat. Kapan kalian akan membahas calon mantu mama? Semua temanmu sudah menikah Zan, kapan kamu akan menikah?" Ujar ibu Fauzan, Renita Stevano yang sudah sangat ingin memiliki menantu

Fauzan dan Adlan saling menoleh satu sama lain. Mereka tahu betul kalau ini tidak akan berakhir

"Benar Zan kata mamamu. Kapan kamu akan menikah, papa juga ingin segera memiliki cucu" Sang ayah pun ikut menggoda Fauzan dengan senyum diwajahnya

"Haah ... Aku sudah terlambat, ada operasi yang harus ku lakukan pagi ini. Pah, aku duluan ya!. Sampai jumpa ma" Fauzan pun meraih jas dan tas kerjanya kemudian segera berangkat untuk menghindari perbincangan yang tak akan pernah ada habisnya

"Selalu saja lari. Dia itu sudah 30 tahun. Kapan dia akan menikah? Teman sebayanya semua sudah menikah" Sang Ibu terus saja menggerutu di hadapan suaminya

"Sabar lah mah, mungkin memang dia belum menemukan tambatan hatinya. Pada saatnya nanti dia pasti akan menikah" Adlan berusaha menenangkan sang istri agar tidak emosi berkepanjangan

"Tapi kapan? Fauzan selalu menghabiskan waktunya dirumah sakit kapan dia memiliki kesempatan untuk bertemu dengan gadis pujaan hatinya?" Renita terus saja mengeluhkan perihal anaknya yang gila kerja

"Sayang, aku juga harus berangkat sekarang. Ada kunjungan dari departemen kesehatan yang akan meninjau rumah sakit. Sampai jumpa sayang" Adlan mengecup kening sang istri kemudian mempercepat langkahnya meninggalkan sang istri. Dia tahu betul kalau istrinya tak akan ada hentinya mengeluhkan perihal anak mereka

"Kalian ayah dan anak sama saja. Saat aku sedang bicara kalian akan pergi meninggalkanku" Gerutu Renita kesal pada suami dan anaknya

***

 Fauzan baru saja tiba dirumah sakit. Dia melangkahkan kaki menuju rumah sakit setelah memarkirkan mobilnya. Postur tubuh yang tinggi dan tegap, kulit putih bersih. wajah tampan dan hidung mancung mampu menarik perhatian semua orang yang melihatnya. Dilengkapi dengan setelan jas rapih dan rambut yang ditata rapi membuatnya semakin terlihat gagah

"Selamat pagi dok" Sapa setiap suster yang melihat Fauzan lewat

"Selamat pagi" Fauzan menjawab mereka dengan wajah datarnya, dia lantas kembali melangkahkan kaki menuju  keruang kerjanya. Di pintu ruang kerjanya tertulis dr. Fauzan Stevano,Sp.JP

Fauzan segera melepas jasnya dan menggantinya dengan Snelli/ jas putih dokter miliknya

Tok tok tok

"Masuk!" Baru saja Fauzan mengenakan snelli miliknya pintu sudah diketuk. Setelah dia memberikan izin masuk, terlihatlah seorang suster cantik yang membawa dokumen ditangannya berjalan mendekati meja kerja Fauzan

"Ini daftar pasien yang sudah membuat janji periksa hari ini dok. Anda juga ada operasi hari ini" Ujar suster Cindy yang merupakan asisten Fauzan

"Kalau begitu kita akan melihat sejauh mana kondisi mereka. Pasien bernama Aureli itu bagaimana? Apa konsidinya sudah mulai membaik setelah operasi sebelumnya?" Fauzan bertanya sambil memeriksa dokumen yang dibawa Cindy

"Keadaannya sudah mulai membaik dok. Jantungnya sudah mulai berdetak normal dan kemungkinan dalam beberapa hari pasien Aureli bisa dipulangkan" Jawab suster Cindy menerangkan

"Kalau begitu kita periksa keadaan mereka sekarang" Ujar Fauzan yang kemudiann berdiri dan melangkahkan kaki lebih dulu, di ikuti suster Cindy dibelakangnya

Terlihat para suster dan pasien berbisik ketika Fauzan lewat diantara mereka. Namun dia mengabaikannya dan terus melangkah menuju ruang perawatan satu persatu

tok tok tok

Fauzan mengetuk pintu dulu sebelum dia masuk

"Selamat pagi pak. Bagaimana kondisi anda sekarang?" Tanya Fauzan begitu dia memasuki ruang pasien serangan jantung

"Saya sudah mulai membaik. Dada saya juga tidak terasa sakit lagi. Dokter, kapan saya bisa meninggalkan rumah sakit ini?" Tanya pasien itu pada Fauzan

"Biar saya periksa dulu ya" Fauzan mulai memeriksa pasien dengan stetoskop milinya, sementara suster Cindy memeriksa tekanan darah, selang infus dan yang lainnya

"Sejauh ini sudah mulai membaik. Jika anda meminum obatnya secara rutin, saya yakin beberapa hari lagi, anda sudah bisa pulang" Fauzan memberitahu pasien dengan senyum tipis diwajahnya

Drrt drrt drrrt

"Kalau begitu saya permisi pak. Semoga anda lekas sembuh" Ujar Fauzan pada pasien karena dia mendapatkan panggilan telepon. Setelah keluar dari ruang pasien, Fauzan menerima telepon tersebut yang ternyata dari sang ibu

"Halo mah, ada apa?" Sapa Fauzan begitu menerima telepon dari ibunya

"Zan, nanti siang tolong kamu temui seseorang ya di restoran dekat rumah sakitmu. Namanya Anita" Ujar sang ibu pada Fauzan

"Lagi? mah, ini sudah kesekitan kalinya mama berusaha menjodohkanku dengan anak kenalan mama" Ptotes Fauzan dengan nada yang kesal

"Sayang, kamu temui saja dulu. Nanti kalau kamu tidak suka, tidak perlu kamu teruskan" Bujuk Renita pada sang putra

"Tapi mah ..."

"Tidak ada tapi-tapi. Nanti mama kirimkan fotonya!"

"Ma ma!"Fauzan berusaha menolak ibunya namun sepertinya tidak berhasil, ibunya langsung mengakhiri telepon Fauzan tanpa menunggu tanggapan darinya

"Haah..."

"Maaf dok, kita harus memeriksa pasien lain" Suster Cindy yang sedari tadi menunggu Fauzan selesai dengan teleponnya akhirnya mendekat setelah melihat dia selesai

"Ayo!" Fauzan dan suster Cindy pun kembali melangkahkan kaki menuju kamar pasien lain.

"Itu... Bukankah itu ... Cathleen?" Langkah kaki Fauzann terhenti ketika melihat seorang gadis yang cukup familiar diingatannya "Sus, kamu duluan saja, nanti saya menyusul" Fauzan langsung berlari setelah melihat gadis itu

"Tapi dok! Dok!" Suster Cindy terus berteriak memanggil Fauzan namun diabaikannnya

"Kemana perginya? Tadi dia dari ruangan itu. Disitu adalah ruangan dr Irgi. Dia seorang psikolog. Kenapa dia menemui psikolog? Apa dia mengantar rekannya?" Batin Fauzan terus bertanya-tanya mengenai Cathleen yang menemui dr Irgi

"Ah sudahlah. Lebih baik aku kembali memeriksa keadaan pasienku" Fauzan pun kembali menemui suster Cindy untuk kembali memeriksa pasiennya yang lain

Setelah Fauzan selesai memeriksa semua pasien, bayangan Cathleen kembali melintas dipikirannya. Dia terus dipenuhi rasa penasaran tentang apa yang sebenarnya gadis itu lakukan dengan psikolog

"Sebenarnya ada apa dengan Cathleen? Kenapa dia menemui psikolog? Ah Sial! Kenapa aku terus memikirkan dia?"

Tring

Saat Fauzan tengah bergelut dengan pikirannya sendiri, sebuah pesan masuk ke ponselnya. Dia segera melihatnya dan ternyata pesan itu dari sang ibu yang mengirimkan foto seorang gadis

"Fauzan, ini foto gadis yang akan kamu temui hari ini. Ingat! Kamu harus datang dan jangan sampai terlambat! Dia memakai dress pink muda" Tulis sang ibu di pesannya

"Lagi-lagi mama menjodohkanku. Mama tidak ingat apa kalau semua yang dikenalkan padaku tidak ada yang membuatku nyaman?"

Pikiran Fauzan kembali melayang mengingat semua kenalan sang ibu yang pernah ditemuinya. Mulai dengan gadis berkepang dua. Gadis dengan make up tebal. Gadis dengan pakaian seksi. Semuanya sama sekali tidak benar menurut Fauzan

"Sekarang gadis seperti apa lagi?"

Kedatangan Cathleen Ke Rumah Sakit

"Maaf bu, hari ini jadwal ibu untuk bertemu dengan dr Irgi. Dan di luar juga ada nyonya Maudy yang menunggu untuk bertemu dengan ibu" Ujar Mery, asisten Cathleen

"Ada apa lagi tante ku datang kemari? Aku harus menyiapkan penutup telinga" Ujar Cathleen dengan nada bicaranya yang dingin dan sinis

"Cathleen!" Belum kering mulut Cathleen, ternyata tantenya sudah masuk keruangannya sebelum dia memberikan izin untuk masuk

"Kamu sengaja membiarkan tante menunggu diluar?! Kenapa kamu tidak membiarkan tante masuk?!" Maudy, tante Cathleen masuk dengan putrinya dan mulai membuat keributan

"Bukankah tante sudah masuk? Untuk apa lagi memerlukan izinku?" Cathleen menjawab dengan sinis dan acuh tak acuh

"Sebentar lagi Arya akan pulang kemari, tante ingin kamu memasukkan Arya ke perusahaan ini dan menjadikan dia sebagai salah satu manajer disini!" Ujar Maudy dengan sinis dan kesal

"Arya? Si pemabuk dan suka membuat masalah itu? Silahkan buat surat lamaran dan ikuti wawancara, akan ku tempatkan dia sesuai dengan kemampuannya!" Cathleen menjawab dengan nada sinis dan senyum mencibir

"Dasar gadis gila! Kamu tidak ingin memasukkan sepupumu sendiri ke perusahaan ini? Perusahaan ini milik kakekmu dan belum diwariskan padamu. Masih ada hak kami disini!" Maudy semakin kesal dan terus berteriak pada Cathleen

"Jika mau protes, katakan pada kakek. Bukan padaku!" Cathleen tidak menggubrisnya dan tetap fokus pada dokumen ditangannya. Dia mengepal keras dokumen itu ketika sang tante mengatakan kalau dia gila.

Mery yang hanya diam di samping Cathleen terus mengawasi ekspresi sang atasan. Dia tahu betul bagaimana perasaan Cathleen

"Dasar gadis sombong! Harusnya kamu tetap diluar negri untuk menerima pengobatan! Kamu hanya mengacaukan kehidupan kami disini!"

"Mah! Sudahlah, jangan membuat keributan disini! Ini kantor" Nura berusaha menenangkan sang ibu untuk bisa menahan emosinya

"Huh, dasar!" Maudy yang kesal pun meninggalkan ruangan Cathleen diikuti Nura dibelakangnya

"Bu Cathleen, apa anda baik-baik saja?" Tanya Mery dengan raut wajah khawatir

"Ya, saya baik-baik saja" Cathleen menjawab dengan raut wajah murung namun tangannya masih mengepal dokumen dengan keras

"Bu, sudah waktunya kita pergi kerumah sakit"  Ujar Mery mengingatkan Cathleen

"Oh, baiklah. Kita berangkat sekarang!" Cathleen pun segera merapikan barangnya dan bergegas pergi kerumah sakit menemui dr Irgi

Mery mengendarai mobilnya dan Cathleen memejamkan mata selama perjalanan. Sesekali Mery melirik Cathleen dari kaca spion. Dia hendak memastikan kalau atasannya baik-baik saja.

Tak berselang lama mereka tiba dirumah sakit. Setelah memarkirkan mobil Mery dan Cathleen langsung beranjak masuk kerumah sakit dan menuju ruang dr Irgi

Tok tok tok

Mery mengetuk pintu ruang dokter karena telah membuat janji sebelumnya

"Masuk!" Kata sang dokter mempersilahkan

"Permisi dok" Ujar Mery dengan sopan

"Oh Mery, Cathleen. Kalian sudah datang? Kemarilah! Silahkan duduk!" dr Irgi mempersilahkan Mery dan Cathleen untuk duduk kemudian dia pun mendekat dan duduk di sofa bersama dengan Mery dan Cathleen

"Bagaimana kabarmu Mer?" Dokter Irgi menyapa Mery terlebih dahulu

"Saya baik dok, terimakasih" Mery menjawab dengan lembut dan sopan

"Kamu Cathleen. Bagaimana kabarmu? Apa kamu merasa ada sesuatu yang kamu keluhkan?" Dokter Irgi bertanya dengan sangat hati-hati pada Cathleen, dia tidak ingin Cathleen merasa tertekan

"Entahlah. Aku merasa semua sama saja. Aku masih tetap tidak bisa tidur tanpa obat. Mereka selalu menghantuiku" Jawab Cathleen dengan sinis dan raut wajah panik

"Tenanglah, tenang. Kita akan mulai kembali terapinya. Aku yakin kalau perlahan, kamu akan bisa menerima kenyataan dan melupakan kenangan buruk itu" Ujar dokter Irgi dengan senyum lembutnya

"Aku tidak menjamin kalau kali ini akan berhasil. Ini sudah bertahun-tahun tapi sama sekali tidak ada perubahan" Cathleen menjawab dengan nada yang sinis dan sikap yang acuh tak acuh. Dia bahkan tidak menatap wajah dokter Irgi saat bicara.

Terlihat raut wajah sedih dari wajah doktr Irgi dan juga Mery. Mereka tidak tahu lagi harus melakukan apa pada Cathleen. Setelah beberapa lama akhirnya percakapan mereka selesai.

"Kalau begitu kami permisi dok" Mery pamit dengan sopan

"Ya, kalian hati-hati di jalan dan Mery jangan lupa untuk memberikan obat padanya!" Pinta dokter Irgi pada Mery

"Jangan perlakukan aku seperti anak kecil. Kalian bertingkah seperti keluargaku saja" Ujar Cathleen dengan sinis yang kemudian beranjak pergi dari ruang dokter Irgi

"Maaf dok. Permisi" Mery dengan langkah cepat mengejar Cathleen yang telah meninggalkan ruang dokter Irgi lebih dulu

Cathleen dengan langkahnya yang elegan berjalan menyusuri lorong, sesekali dia menoleh kesana kemari, dan dari balik kerumunan pasien dia seperti melihat seseorang yang dikenalnya

"Itu ... wajahnya terlihat familiar. Siapa ya? Sudahlah, tidak penting juga" Sesaat Cathleen saling bertemu pandang dengan seorang pria yang ternyata itu Fauzan, namun Cathleen tidak menyadarinya sama sekali dan kembali melanjutkan langkahnya meninggalkan rumah sakit

"Setelah ini kita memiliki rapat dengan perusahaan Darma" Mery mengingatkan Cathleen selagi mereka berjalan menyusuri lorong rumah sakit

"Lupakan itu untuk sekarang! Kita cari restoran dulu. Sepertinya aku ingin meminum coklat panas" Ujar Cathleen dengan acuh tak acuh

"Tapi bu ... "

"Ini diluar kantor. Berhenti memanggilku seperti itu!" Mery hanya tersenyum menanggapi Cathleen. Meskipun nada bicaraya sinis namun Mery cukup senang melihat Cathleen yang seperti itu

***

Direstoran saat makan siang.

Fauzan baru saja tiba di restoran untuk menemui gadis yang akan bertemu dengannya hari ini. Dia memasuki toko dengan memegang ponselnya untuk mencari seorang gadis yang mirip dengan foto yang ada di ponselnya dan mengenakan dress pink muda, sesuai dengan apa yang dikatakan sang ibu.

Mata Fauzan menyapu setiap sudut restoran mencari gadis tersebut. Kemudian, pandangannya terkunci pada seorang gadis yang duduk di satu sudut restoran dan menatap ke jalan. Fauzan langsung melangkahkan kaki mendekatinya

"Permisi. Anda nona Anita Hara?" Fauzan bertanya dengan sangat sopan namun sikapnya terlihat dingin karena tidak ada senyum sedikit pun di wajahnya

"Benar, saya Anita. Anda dokter Fauzan?" Anita balik bertanya pada Fauzan dengan senyum lembut diwajahnya

"Benar. Boleh saya duduk?" Tanya Fauzan sebelum dia duduk

"Ya, ya. silahkan duduk!" Anita mempersilahkan Fauzan duduk kemudian melambaikan tangan untuk memanggil pelayan restoran dan memesan makanan

Disudut lain restoran, Cathleen sedang duduk bersama Mery. Mereka sedang menikmati makan hingga terdengar suara keributan

Golombreng

Sebuah nampan yang dibawa pramusaji jatuh bersama dengan minuman dan makanannya

"Kamu bisa bekerja dengan baik tidak sih?! Membawa ini saja tidak becus! Lihat sepatu dan gaun ku jadi kotor karena kamu!" Salah satu pelanggan restoran berteriak kesal karena roknya terkena ciparatan dari jus yang tumpah

"Maaf, maafkan saya. Saya tidak sengaja. Biar saya bersihkan!" pegawai restoran itu hendak memberiskan rok gadis itu namun ditepisnya

"Ah!" karyawan restoran itu terhempas hingga dia terjatuh ke lantai dengan sedikit luka karena pecahan gelas

Cathleenn yang sebelumnya tenang dengan makanannya kini mulai terusik. Dia berdiri dan berjalan mendekati sumber keributan itu

"Cathleen. kamu mau kemana?" Tanya Mery dengan wajah bingung

Cathleen berjalan seakan hendak melewati tamu itu namun kemudian dia menyenggolnya

"Oh, maaf aku tidak sengaja. Apa sakit?" Tanya Cathleen dengan senyum tipis

"Kamu! Apa-apaan kamu?!" Teriak gadis itu semakin kesal

"Aku hanya ingin kamu tahu rasanya jatuh. Apa itu sakit? Kamu kelihatannya orang yang sangat kaya, sampai kamu memperlakukan pelayan itu begitu rendah. Dia juga merasakan hal yang sama seperti kamu saat dia jatuh. Sama-sama sakit" Cathleen berkata dengan senyum sinis di bibirnya

"Kamu tidak kenal aku? Aku Thalita Aditama, putri dari pemilik perusahaan Aditama" Ujar si gadis itu dengan sangat sombong

"Oh, kamu putri pak Aditama? Kalau begitu sampaikan salamku padanya. Aku Cathleen Safaniya Gazelle"

Terpopuler