Petualangan Mistis
📞nomor tidak dikenal
halo Burhan, bagaimana kabarmu...?
📞 Burhan
siapa ini...?
📞 nomor tidak dikenal
humm... apakah perlu kita perkenalan dulu. oh ya istrimu ternyata cantik Juga ya.
"ayah tolong" teriak seorang wanita
📞 Burhan
bunda... bunda... kurang ajar, kamu apakan keluargaku bangsat
📞 nomor tidak dikenal
coba tebak aku akan apakan mereka. membakar, ataukah mencincang mereka dan memberikannya kepada buaya peliharaan ku...?
📞 Burhan
jangan berani-berani kamu sentuh istri dan putraku biadab. akan aku buat perhitungan denganmu
📞 nomor tidak dikenal
ya ya ya, kalau begitu maka datanglah ke rumahmu sendiri. ini akan sangat menyenangkan. aku menunggumu, hummm putramu ternyata tampan juga ya. cepat kemari, sebelum mereka ku habisi.
tuuuuut.... panggilan dimatikan
📞 Burhan
halo...halo... brengsek. bunda, Dirga, tunggu Ayah.
Burhan yang tadinya berkemudi ke arah kantor langsung tancap gas kembali ke rumahnya. ia sangat khawatir akan terjadi sesuatu dengan istri dan anaknya. beberapa menit mengendarai, dia sampai di rumahnya.
beberapa mobil yang tidak dikenalinya terparkir rapi dihalaman rumahnya.
"Bunda... Dirga" teriak Burhan mencari keberadaan istri dan anaknya
prok...prok...prok...
tepuk tangan terdengar. di lantai dua seseorang dengan wajah yang ia sembunyikan menggunakan masker dan topi sedang berdiri di tangga dengan beberapa orang yang menjadi suruhannya.
"Burhan... Burhan...kamu semakin kaya saja rupanya" orang tersebut menuruni anak tangga ada seorang wanita dan anak remaja laki-laki yang tangan mereka diikat dan mulut mereka dilakban
"Bunda, Dirga" panggil Burhan
istri Burhan dan Dirga anaknya tidak dapat berbuat apa-apa. perlahan mereka turun dan duduk di sofa ruang keluarga.
"lepaskan mereka" ucap Burhan
"tenang saja, aku akan melepaskan mereka namun dengan satu syarat"
"apa syaratnya"
"tanda tangani dokumen ini, setelah itu aku akan membebaskan kalian"
"dokumen apa itu...?"
"surat penyerahan seluruh hartamu dan juga semua asetmu"
"kau gila" teriak Burhan
"aku memang gila, aku gila dengan semua hartamu. cepat tanda tangan atau aku ledakkan kepala mereka" menodongkan pistol ke kepala istri Burhan
Burhan melihat istri dan anaknya. istrinya sudah berlinang air mata, anaknya babak belur karena tadi ia melakukan perlawanan.
dengan terpaksa, Burhan mengambilnya dokumen itu dan menandatanganinya.
"sudah ku lakukan apa yang kamu inginkan, sekarang lepaskan mereka berdua"
"bagus, hahahaha akhirnya" ia mengambil dokumen itu dan menciumnya
"tentu saja aku akan melepaskan mereka. namun bukan dalam keadaan hidup namun dalam keadaan menjadi mayat" tersenyum menyeringai
"bunuh mereka semua" ia memerintah orang suruhannya
"brengsek, biadab kau" teriak Burhan
dor...dor...
satu tembakan terdengar, istri Burhan di tembak tepat di jantungnya.
"bundaaaa" Burhan berlari dan memeluk istrinya
Dirga histeris melihat keadaan ibunya, ia dengan sekuat tenaga berusaha melepaskan tali ikatannya.
"bunda... bertahan bun" Burhan mulai menangis
"a-ayah...se....sss...s-selamatkan d-dirga" ucap istri Burhan
istri Burhan menutup mata untuk selamanya. Burhan teriak histeris. ia memeluk tubuh istrinya dengan sangat erat.
"bedebah"
amarah Burhan memuncak, ia mengambil pistol yang ia sembunyikan di bajunya dan menembak anak buah orang tersebut.
dor
dor
dor
aksi saling tembak-menembak akhirnya terjadi. Dirga bersembunyi di balik sofa dan ikatan tangannya sudah terlepas.
dor
Burhan menembak lengan kiri orang tersebut, hingga ia bereriak kesakitan
"aaaaggghhhh... brengsek"
tanpa Burhan sadari, seseorang berlari ke arahnya dan menusuknya dengan belati
jleb
belati terhunus di perutnya. masih menjaga keseimbangannya, Burhan segera meledakkan kepala orang yang menusuknya hingga tewas.
"ayaaaaaah" Dirga berlari ke arah Burhan
Burhan muntah darah, Pistolnya terlepas dari tangannya.
"ayah...ayah" Dirga menahan perut ayahnya dengan tangannya
darah terus saja keluar membasahi lantai warna putih di rumah itu.
"hah...mudah sekali melenyapkan mu Burhan. harusnya dari dulu aku membunuhmu" orang tersebut berjalan mendekati Burhan dan Dirga. anak buahnya sudah tewas terkena tembakan dari Burhan
"sekarang giliran mu anak muda" orang tersebut menodongkan pistolnya ke kepala Dirga
dor
Dirga jatuh terkulai di samping ayahnya. hari itu keluarga Burhan dibantai habis oleh seseorang yang bahkan tidak dikenalnya. asisten rumah tangga, satpam serta sopir mobil dibunuh oleh mereka. mungkin orang tersebut mengenal Burhan namun tidak dengan Burhan sendiri karena orang itu menyembunyikan wajahnya dengan memakai masker dan topi. sebelum menutup matanya, Dirga sempat melihat tato orang tersebut di tangan kanannya
"hahahaha, aku kaya...aku kaya" teriaknya senang
ia berjalan mengambil dokumen yang ditandatangani oleh Burhan tadi. saat membukanya seketika senyuman diwajahnya hilang.
"Burhan sialaaaaaaaan" teriaknya
ternyata Burhan bukan menandatangani dokumen itu, tapi dirinya malah menulis sesuatu dengan dua kata 'jangan mimpi' yang artinya bahkan jika dirinya mati sekalipun, ia tidak akan pernah menyerahkan hartanya kepada orang lain lebih-lebih kepada seseorang yang tidak di kenalnya.
"aaaaa brengsek" ia merobek kertas itu dan pergi karena jangan sampai ada orang yang memergokinya
ia pergi tanpa mendapatkan apa-apa, harta Burhan masih tetap menjadi miliknya namun ternyata tanpa ada yang tau Burhan telah menulis surat wasiat kepada siapa ia akan mewariskan hartanya.
4 tahun kemudian
"sudah 4 tahun kamu belum sadar juga nak. kamu sudah koma terlalu lama. apakah kamu tidak ingin bangun...?"
ceklek
"permisi pak, aku mau memeriksakan keadaan pasien" ucap perawat
"silahkan suster"
setelah memastikan keadaan pasien normal, suster itu keluar melanjutkan tugasnya yang lain.
"om pergi dulu, nanti om akan datang lagi" ia membelai kepala seseorang yang terbaring di ranjang
pemirsa telah ditemukannya jasad seorang remaja laki-laki yang sudah tidak bernyawa di sungai. dikabarkan remaja itu meninggal karena motif pembunuhan dengan leher digorok hampir putus.
"astagfirullahaladzim, sadis sekali yang melakukannya" ucap ibu Arini
"pembunuhan berantai" ucap ayah Adnan
"Ayah kalau ngomong suka bikin takut" ucap ibu Arini
"bukan menakuti bu, mama lihat sendiri kan diberita akhir-akhir ini banyak sekali kasus pembunuhan. El-Syakir, Alana. kalian berdua kalau pulang sekolah langsung pulang, jangan singgah-singgah lagi di tempat lain" ucap ayah Adnan
"iya pah" jawab kedua anak itu
El-Syakir seorang siswa yang duduk di bangku SMA kelas XI dan Putri Alana yang biasa disapa Alana, gadis itu duduk di bangku SMP kelas IX.
"kami berangkat dulu pah, mah" El-Syakir mencium tangan kedua orang tuanya dan begitu juga Alana
"assalamualaikum"
"wa alaikumsalam... hati-hati sayang" ucap ibu Arini
"iya mah" jawab keduanya
"ayah juga berangkat dulu Bu, mau antar Alana juga" ucap ayah Adnan
"hati-hati yah" ibu Arini mencium tangan suaminya
setelah berpamitan, ayah Adnan mengantar Alana ke sekolah dan El-Syakir berangkat sekolah seorang diri dengan menggunakan angkot.
keluarga mereka adalah keluarga yang sederhana, tidak berada namun juga tidak kekurangan.
ayah Adnan sudah seringkali ingin membelikan motor untuk El-Syakir namun El-Syakir menolak. ia bisa naik angkot katanya.
"kiri bang" teriak El-Syakir
"ok siiip"
angkot berhenti, El-Syakir serta beberapa siswa lainnya turun dari angkot dan mereka langsung membayar.
El-Syakir masuk ke halaman sekolah bersama para siswa yang lainnya yang baru juga datang.
"El" teriak seseorang
dua orang siswa berlari ke arahnya. mereka berdua merangkul bahu El-Syakir.
"nih buat lu" Leo memberikan secarik kertas yang dibungkus rapi kepada El-Syakir
"apaan nih...?" tanya El-Syakir
"surat cinta dari starla" ucap Leo
"elu tiap hari dapat surat Mulu, heran gue. lu pakai pelet ya. bagi tau dong resepnya apa...?" ucap Vino
"makanan kali punya resep. nggak penting banget" El-Syakir membuang surat itu ke tong sampah
"daaaan bukan cuman itu. nih, lagi-lagi ada yang kirimin hadiah buat elu. beruntung banget sih lu, birthday bukan tapi dapat kado tiap hari" Vino memberikan tiga kotak kecil kepada El-Syakir
"buat lu berdua aja" ucap El-Syakir
"dengan senang hati tuan" Leo dan Vino tersenyum lebar
bukan kali ini saja El-Syakir mendapat surat serta bingkisan namun dirinya tidak pernah menerima dan selalu memberikan kepada kedua sahabatnya.
pemikirannya, entah apa yang mereka lihat dari dirinya. ia tidak mempunyai apa-apa, bahkan untuk datang di sekolah saja dirinya harus menaiki angkot.
mungkin mereka lihat dari ketampanannya, karena dilihat dari fisik, dirinya bahkan lebih tampan dari mereka anak-anak orang kaya yang sekolah di tempat itu. mungkin itulah kenapa dirinya diteror setiap hari oleh surat dan hadiah dari para gadis-gadis cantik.
pelajaran pertama berlangsung. kali ini yang masuk adalah guru yang menurut mereka tegas dan cuek namun ia memiliki wajah yang cantik. itulah yang disukai para siswa. untuk para siswi, jelas mereka lebih ngefans kepada para guru yang tampan, apalagi kalau masih bujangan.
dasar siswa-siswi zaman sekarang......
"El, kumpulkan semua catatan teman-teman mu, hari ini kita ulangan" ucap ibu Rina
"hah ulangan, kok mendadak sih Bu" ucap Aldo
"mendadak atau tidak kalau kalian belajar, tidak ada masalah buat kalian" timpal ibu Rina
"tapi aku belum siap Bu" ucap Siska
"aku tidak menunggu kesiapanmu Siska. kamu itu sampai tahun depan juga tidak akan pernah siap" jawab ibu Rina
"El-Syakir, cepat kumpulkan semua catatan teman-teman mu"
"baik Bu"
El-Syakir mulai mengambil buku catatan teman-temannya dan mengumpulkan di meja guru.
kenapa ibu Rina menyuruh El-Syakir, karena El-Syakir adalah ketua kelas di kelas itu.
ulangan mendadak pun dimulai, semua para siswa-siswi terlihat tegang. bagaimana tidak, mereka tidak tau bahwa hari ini akan ada ulangan, kesiapan mereka sungguh benar-benar tidak ada.
"psssstt" leo mengkode El-Syakir
"apa...?" tanya El dengan tanpa suara
leo menunjuk handphonenya, maksudnya adalah agar El melihat handphone karena sepertinya leo telah mengirimkan pesan untuknya.
apakah ada peraturan saat jam pelajaran tidak boleh bermain handphone...?
jawabannya tentu saja ada, namun kalau sudah genting seperti ini apapun akan dilakukan agar tidak kena omel dirumah nantinya.
grup Trio kece
leo : El, bagi jawaban dong
Vino : gue juga, otak gue buntu banget nih
El : nggak
leo : ayo dong.... pliiiiiissss 🙏🙏🙏
Vino : plis plus plis 🙏🙏🙏
El : nggak, titik gak pake koma.
leo : ya elah...tega banget sih lu sama kita. gue jadi merasa tersakiti 😭😭😭 huwaaaaa
Vino : ku menangis membayangkan betapa kejamnya dirimu pada denai 😢😢
El memutar bola matanya. ia kemudian mengirimkan jawabnya kepada kedua sahabatnya itu.
mereka bersahabat sejak SMP dan sampai sekarang persahabatan itu masih awet sampai saat ini
El : itu aja, yang lain nanti kalian isi sendiri. nanti ibu Rina curiga
Leo : thanks my Hero 🤗🤗🥰 aku padamu. saranghae
Vino : makacih bebeb El cayang... ummmaach
El : jijik gue 🙄😏 udah, sekarang kerjakan soalnya
leo, Vino : siap sayang 😘😘
El : sayang pala kau 😈😈😈
Leo dan Vino terkekeh, kemudian mereka mengisi dengan jawaban yang telah dikirimkan El kepada mereka berdua.
"kira-kira nilai kita tinggi nggak ya le" ucap Vino meneguk minumannya
"tunggu, gue terawang dulu" leo menutup matanya dan jari telunjuknya ia simpan di dahinya
"abu-abu Vin" ucap Leo membuka matanya
"artinya...?" tanya Vino
"yaaa dua kemungkinan antara tinggi dan rendah" leo mengunyah makanannya
"makanya, kalau disuruh belajar ya belajar. main Mulu kerjanya" timpal El
"otak gue kalau soal pelajaran eror mulu kerjanya" ucap Vino
"elu emang suka eror biar bukan waktunya pelajaran" cibir Leo
"apakah gue harus menabrakkan diri di mobil, terus kepala gue terbentur lalu otak gue bisa normal...?" tanya Vino
"bahlul. yang ada elu malah game over Maemunah" leo menggeplak kepala Vino
"jadi almarhum" ucap El
"tau ah" Vino membuka bungkusan kacangnya dan memakannya
karena jam istrahat, mereka menggunakan kesempatan itu untuk nongkrong ditempat biasa mereka sering berkumpul.
"kalian sering nonton berita nggak akhir-akhir ini...?" tanya Leo
"gue sih nggak terlalu sering nonton berita. tapi ya kata nyokap gue berita akhir-akhir ini tentang pembunuhan berantai. ada-ada saja yang mati" jawab Leo
"motifnya apa coba sampai membunuh gitu. nggak punya hati nurani banget" ucap El
"percintaan, harta atau semacamnya mungkin. zaman sekarang banyak manusia yang dibutakan oleh cinta dan juga banyak yang tamak karena harta. kedua hal ini terkadang adalah penyebab seseorang masuk jeruji besi" timpal Leo
"cinta oh cinta, kau sungguh merumitkan" ucap Vino
"ck...harta lebih rumit bro. elu pikir nyari harta gampang apa. tanpa harta cewek mana yang mau sama cowok kere tapi coba kalau elu punya banyak uang, beuuh dijamin cewek-cewek pada namplok sama lu kawan" ucap Leo
"itu artinya dia hanya mau sama uangnya kita saja. malas gue kalau cewek modelan kayak gitu" ucap El
"terus cewek modelan yang kayak gimana yang menjadi idealmu...? tanya Vino penasaran
"banyak dan salah satunya paham agama" jawab El
"wanita solehah. hummm, si Nisa kayaknya paham agama tuh, pakai hijab, santun, lemah lembut tapi kenapa elu nggak mau sama dia...? tanya Leo
"apaan sih, jangan ngomongin orang, nggak baik" tegas El
"iya iya" jawab keduanya
jam kedua pun segera dimulai, mereka yang berada di luar kelas langsung memasuki kelas masing-masing.
kriiiiiing....bel pulang berbunyi
"akhirnya pulang juga" girang Vino
mereka bertiga mengambil tas dan keluar kelas menuju parkiran. El akan diantar pulang oleh mereka.
"kita nongkrong dulu yuk, jangan dulu pulang" ucap Leo
"boleh tuh" sahut Vino
"nggak bisa. gue harus pulang sekarang, itu pesan bokap" ucap El
"yah elu nggak asik banget El. ayolah, kita kemana gitu udah lama tau kita nggak nongkrong semenjak kita di skors satu minggu" ucap Vino
"kita di skors itu juga gara-gara elu Maemunah" kesal El
"iya iya maap...tapi ayo dong nongkrong" kekeh Vino
"nggak bisa, gue harus pulang sekarang itu pesan bokap. mendingan kalian juga pulang deh, nggak usah keluyuran. nggak takut apa kalian, di luar sana lagi rawan pembunuhan" ucap El
"ok gini aja. gimana kalau nongkrongnya di rumah elu aja, sekalian kita nginap. ngomongin tentang pembunuhan gue jadi takut, dirumah nggak ada siapa-siapa selain bi Ira dan pak Adit. bokap nyokap gue lagi ke luar kota" usul Leo
"makanya le minta adik sama nyokap lu, biar lu ada teman main" ucap Vino
"udah Segede gini gue mau punya adik...ogah. jadi gimana, bisa nggak...?" ucap Leo
"ya udah ayo. tapi kalian harus tetap izin. Vino, elu telpon orang tua lu dan untuk leo elu telpon bi Ira biar dia tau kalau elu di rumah gue" ucap El
"assiaaap bos" jawab keduanya
setelah mendapatkan izin, mereka segera meluncur ke rumah El. karena tidak punya kendaraan alhasil leo membonceng El dan Vino sendirian.
di perjalan Vino mengkode kedua sahabatnya untuk berhenti karena dirinya kebelet pipis.
"nggak bisa tahan apa Vin, bentar lagi juga nyampe" ucap Leo
"nggak bisa, udah diujung tanduk nih"
Vino segera berlari ke semak-semak, untung saja tempat itu sangat sepi tidak ada seorangpun yang lewat itu karena mereka mengambil jalan pintas agar cepat sampai di rumah.
setelah selesai dengan hajatnya, Vino segera kembali ke para sahabatnya namun ia tidak sengaja bertabrakan dengan seseorang.
bruukk....
"aww...maaf bang, nggak sengaja" ucap Vino
tanpa menjawab orang tersebut hanya melihat sekilas ke arah Vino dan kemudian pergi begitu saja.
Vino melihat ada bercak darah di tangannya
(kenapa tuh orang, habis berantem kali ya. pakaiannya juga aneh banget, hitam semua) batin Vino
tanpa ambil pusing, Vino kembali ke teman-temannya.
"lama banget sih lu Vin" ucap El
"tadi gue nabrak orang jadinya lama. ayo lanjut" jawab Vino
mereka kembali melajukan kendaraan dan beberapa menit sampailah mereka di rumah El.
"kakak baru pulang...?" tanya Alana yang berada di teras rumah
"iya. kamu pulangnya diantar ayah kan...?" ucap El
"nggak, Lana naik angkot. soalnya ayah lagi sibuk di toko
"hai Lana" sapa Leo
"hai juga kak Leo" sapa Lana balik
mereka semua duduk di kursi yang ada di teras rumah.
"terus ibu mana...?" tanya El
"biasalah, ibu lagi ngurus laundry" jawab Alana
keluarga mereka mempunyai minimarket, menjual apapun untuk kebutuhan masyarakat terlebih lagi untuk kebutuhan para ibu-ibu.
karena tidak ingin santai di rumah, ibu Arini mendirikan laundry dan alhamdulihnya banyak orang yang menjadi langganannya.
"kamu kok nggak bantuin ibu...?" tanya El
"Lana mau ke rumah Meri kak, mau kerja tugas kelompok" jawab Alana
"biar Kakak antar" ucap El
"nggak usah, Meri mau jemput Lana kok. nah itu dia udah datang" Meri datang dengan sepeda motornya
"ayo Na" ajak Meri
"Alana jalan dulu ya kak" assalamu'alaikum
gadis itu mencium tangan kakaknya dan juga tangan Leo dan Vino. Meri pun berpamitan kepada mereka kemudian pergi meninggalkan halaman rumah.
"masuk yuk" ajak El
ketiga remaja itu masuk ke dalam rumah. karena belum melaksanakan sholat dzuhur, mereka sholat terlebih dahulu di mushola yang di sediakan di rumah itu untuk tempat mereka beribadah.
orang tua El-Syakir menyediakan ruang khusus untuk tempat mereka beribadah.
kruuuk.... kruuuk
setelah sholat tiba-tiba perut Vino berbunyi, kedua sahabatnya itu melihat ke arahnya.
"hehehe" Vino cengengesan dengan menggaruk kepalanya yang tidak gatal
"penghuni perut gue udah demo nih minta jatah" ucap Vino
"kalau gitu ayo kita makan, gue juga udah lapar" ucap El
segera mereka beranjak menuju meja makan. di atas meja sudah tersedia berbagai macam lauk.
dengan lahap mereka menyantap makanan itu. terlebih lagi Vino, ia makan seperti orang yang tidak makan seharian.
"pelan-pelan Vin, elu makan kayak anak kecil saja" tegur Leo
"abis gue lapar banget Le" jawab Vino
"masakan tante Arini emang the best, gue harus sering-sering ke sini nih" ucap Leo
"kalau kalian sering ke sini yang ada kita malah bangkrut karena elu berdua makannya banyak" cibir El
"tenang aja, gue akan bawa beras satu karung...kalau perlu dengan tokonya gue bawakan sekalian" jawab Leo
"bagus...bagus...dan gue hanya bawa diri saja" ucap Vino
selesai makan mereka menonton televisi di ruang tengah. rumah keluarga El sangat sederhana, dengan halaman luas di depan, dan juga di belakang rumah.
laundry ibu Arini tidak jauh dari rumah mereka, hanya beberapa meter saja sudah sampai. terkadang El dan Alana membantu ibunya mencuci bahkan menyetrika pakaian langganan ibunya.
untuk toko minimarket mereka lumayan jauh karena ayah Adnan mendirikannya di tempat yang mudah dijangkau oleh masyarakat dan tentu saja dengan keadaan yang strategis ramai pengunjung.
**pemirsa, hari ini ditemukan lagi mayat seorang wanita di sebuah kebun pisang para warga. mayat itu memiliki luka bacok yang sangat banyak.
tempat kejadian berada di jalan xxx, di tempat itu memang jarang orang yang berlalu lalang membuat sang pelaku dengan sangat mudah menghabisi korban**.
"lah loh...itu kan tempat tadi kita lewat" tunjuk Vino di televisi
"benar-benar, astagaaaa....kita kok nggak dengar ya kalau ada suara yang minta tolong" ucap Leo
"benar-benar biadab orang yang membunuhnya" geram El
seketika Vino teringat dengan seseorang yang ia tabrak tadi.
"jangan-jangan pelakunya orang yang gue tabrak tadi" ucap Vino
"emang yang lu tabrak itu gerak-geriknya mencurigakan...?" tanya El
"banget. malah gue lihat ada bercak darah di tangannya terus ya pakaiannya serba hitam semua" jawab Vino
"elu liat mukanya nggak...?" tanya Leo
"nggak, soalnya ia tutupi dengan topinya, terus dia pakai masker" jawab Vino
"fix...pasti orang itu pelakunya" ucap Leo
"gue jadi khawatir sama Alana. udah sore gini dia belum pulang juga" El melihat jam tangannya
"assalamualaikum"
"wa alaikumsalam"
"ibu udah pulang...?" tanya El
"udah, loh ada nak Vino sama nak Leo" jawab ibu Arini
"iya, apa kabar tante" Leo mencium tangan ibu Arini diikuti oleh Vino
"Alhamdulillah tante baik" ibu Arini tersenyum lembut
"maaf ya Bu, El nggak bantuin ibu tadi" ucap El
"nggak apa-apa, lagipula ada Sinta dan Dian" ucap ibu Arini. Sinta dan Dian adalah pegawainya
"adik kamu mana El...?" tanya ibu Arini
"tadi dia izin pergi kerja tugas Bu sama Meri tapi sampai jam segini dia belum pulang juga"
"ya Allah ini sudah sore, sebentar lagi magrib. kamu pergi susul dia, ibu khawatir kalau dia pulang sendirian" ucap ibu Arini
"baik Bu"
"kami ikut El" ucap Leo
"ayo" ajak El
setelah berpamitan mereka segera pergi menyusul Alana. beberapa menit mereka sampai di rumah Meri.
"assalamualaikum"
"wa alaikumsalam"
pintu rumah di buka dan pas sekali Meri sendiri yang membuka pintu.
"loh kak El, ada apa...?" tanya Meri
"Alana ada...?"
"Alana sudah pulang kak. tadi aku mau antar tapi dianya nolak dan katanya mau singgah di minimarket sekalian dia pulang sama-sama dengan om Adnan" jawab Meri
"ya udah, makasih ya Mer"
"iya kak"
mereka segera berbalik haluan menyusul Alana.
Alana berjalan sendirian menuju minimarket ayahnya namun ia merasa ada yang mengikutinya di belakang.
Alana sengaja mengambil jalan pintas karena jalan itu cepat sampai di minimarket dan dia selalu melewati jalan itu saat dari rumah Meri. bahkan ia pernah melewatinya bersama El.
hari sudah malam, magrib menghampiri. dengan perasaan was-was Alana berjalan cepat namun ia seperti mendengar suara langkah kaki yang mengikutinya.
Alana menoleh ke belakangnya dan ia melihat seseorang memakai serba hitam berdiri tidak jauh darinya.
segera saja Alana berlari sekuat tenaganya, orang itu mengejarnya dengan pisau tajam berada di tangannya.
"aaaa ayah...kak El" teriak Alana saat orang itu berhasil menggapainya
"woi... lepasin adik gue brengsek" teriak El dari kejauhan
mereka segera berlari menghampiri Alana, orang tersebut melarikan diri.
El segera mengejarnya bersama Vino, sedangkan Leo membawa Alana ke minimarket ayahnya yang sudah berada di depan gang.
"berhenti woi, gue habisi lu" teriak El dengan emosi
orang itu tetap saja berlari hingga ke jalan raya dan ia menyebrang secara paksa.
El mengejarnya, Vino tertinggal di belakangnya karena menunggu lampu merah. di saat El terus mengejar, sebuah mobil yang sangat cepat datang menabrak dirinya.
braaakkk....El melayang di atas mobil itu dan
bruukk...ia jatuh di belakang mobil
"El-Syakir" teriak Vino
Vino segera berlari menghampiri El yang sudah bermandikan darah. orang-orang mulai berdatangan dan mobil itu dihentikan oleh massal.
perlahan mata El tertutup hingga akhirnya ia tidak sadarkan diri.