SweetNovel HOME timur angst anime barat chicklit horor misteri seleb sistem urban
Dark Snow In New York City

Dark Snow In New York City

PROLOG

New York, AS

Suasana New York masih ramai karena sudah memasuki musim panas. Dari balik balkon mansionnya, seorang lelaki berpakaian rapi lengkap dengan jas hitam mahalnya, memandang langit New York dengan tatapan kosong.

Tangannya menyimpan kembali senjata apinya yang sempat ia gunakan untuk membunuh seseorang yang kini telah terbujur kaku di bawah kakinya.

"Bereskan dia."

Kalimat tersebut murni perintah kepada beberapa anak buah yang berada disana. Tidak sampai menunggu lama, pekerjaan itu telah selesai dikerjakan dengan cekatan seolah mengurus mayat dengan bercecer darah sudah menjadi kebiasaan mereka.

Mereka telah pergi, meninggalkan sang pria itu seorang diri. Ia mengambil segelas wine-nya dan menyesapnya. Ia bahkan tahu, langit New York pernah menertawakan hidupnya yang begitu susah dan kelam yang ia alami beberapa tahun lalu. Dia bukanlah siapa-siapa, bahkan kekuasaanpun dia tak ada. Wanita? Cih, bahkan para wanitapun enggan menengok kepadanya, semuanya tidak menginginkan dirinya.

Sepuluh tahun lalu, ia sangat memprihatinkan. Tubuhnya kurus kering, dengan tubuhnya yang tinggi, proporsi badannya tidak mampu memikat hati wanita ketika melihatnya. Penampilannya sangat berantakan, rambutnya tidak pernah ia tata rapi. Dan parahnya, ia menghabiskan uang tabungannya untuk berfoya-foya, entah untuk mengonsumsi ganja atau mabuk-mabukkan. Hidupnya sangat hancur. Dialah Leonard Denjiro Hashimoto atau lebih dikenal dengan Leonard Denjiro, seorang mahasiswa Harvard University yang mendapatkan beasiswa dengan peringkat nilai terbaik, namun ia memilih tidak menamatkan kuliahnya. Itu adalah sesuatu yang miris namun tidak pernah disesalinya.

Seolah seperti kejadian kemarin, Leonard yang kini berusia 33 tahun itu masih ingat dengan jelas bagaimana takdir mempermainkannya.

⁕ ⁕ ⁕.

Flashback 10 tahun lalu, New York

Malam itu Leonard dan beberapa temannya tengah berkumpul di salah satu club mewah untuk menghabiskan malam mereka. Club tersebut terletak di dekat Times Square. Times Square atau Great White Way sendiri merupakan nama persimpangan jalan utama di Manhattan. Tempat yang tidak pernah sepi dan merupakan wilayah paling sibuk di NYC. Bagaimana tidak, mulai dari pagi hari orang sudah mulai lalu-lalang di Times Square, karena tempat ini merupakan salah satu pusat perkantoran dan belanja tersibuk di NY.

Makin siang, suasana makin ramai dan ketika menjelang sore, mulai bermunculan atraksi unik dengan menggunakan kostum tokoh superhero, entah tokoh spiderman atau ironman dan tokoh lainnya. Hal itu menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk berfoto. Malam hari, Times Square makin ramai, terutama di hari Jumat dan Sabtu malam. Seperti Sabtu malam ini. Leonard bisa melihat sorotan layar digital dari berbagai penjuru sisi gedung yang sekaligus disulap sebagai penerangan bagi kawasan ini. Layar digital tersebut berupa gerak gerik gambar iklan seperti lampu disko yang menerangi tempat terbuka.

Club mewah yang kini dimasukinya adalah salah satu tempat termahal. Mereka sengaja menghabiskan malam itu disana, karena Leonard menang judi. Orang yang berkunjung adalah orang-orang kaum sosialita, pengusaha kaya dan pejabat tinggi. Club ini juga terkenal dengan wiski-nya yang memiliki beragam jenis yang berasal dari Amerika-Asia. Tidak hanya itu, ada pula jenis vodka, tequila, dan anggur.

Malam itu, Leonard memesan wiski, disusul dengan kedua temannya. Club yang cukup nyaman sebenarnya, karena cahaya lampu yang temeraman dan ada balkon di lantai dua. Dari balkon tersebut tentu saja bisa melihat betapa sibuknya Times Square di malam hari.

Salah satu teman Leo mengeluarkan sebatang rokok dan membagikan sisa rokok di dalam bungkus itu kepada temannya yang lain, Leo mengambil satu dan menyulutnya. Tatapannya menyapu ke setiap sudut ruangan dalam pencahayaan yang temeraman.

Entah malam keberapa ia menghabiskan waktunya seperti ini. Ia bahkan enggan melanjutkan bahan tugas akhirnya di Harvard University dan meninggalkan bisnis yang telah ia rintis saat menginjak tahun kedua di bangku kuliahnya. Akhir-akhir ini pria berdarah campuran Perancis-Jepang itu merasa bosan dengan kehidupannya.

Maka, lihatlah wajah dan penampilannya. Ia tidak mengurus hidupnya selama setahun dan membuat hidup pria itu berantakan. Rambutnya tidak pernah tertata rapi, tak pernah memakai parfum dan baju ala kadarnya. Ia pergi menghabiskan malamnya bersama dengan teman-temannya, hm, sebutlah teman yang telah membuat hidupnya menjadi tidak bosan ini. Ia membeli ganja dan mengonsumsinya bersama dengan mereka. Mereka ada tiga orang, termasuk Leo. Kedua teman Leo semuanya orang asli Amerika. Hanya pria ini yang campuran Perancis-Jepang. Kedua bola mata pria ini berwarna biru, sayang tertutup oleh topi dan rambutnya yang sengaja dipanjangkan.

Alunan lagu masih memenuhi ruangan dan menghipnotis siapapun yang berkunjung. Selang beberapa menit, sang DJ mengubah alunan lagunya yang slow dengan alunan lagu dari Luis Fonsi ft Daddy Yankee yang berjudul Despacito. Beberapa orang yang tadinya enggan untuk berdansa langsung memutuskan ke dance floor.

Kedua teman Leo mencoba peruntungannya malam ini, langkah mereka menghampiri wanita incarannya disana dan berdansa di hadapannya.

Sialnya, mereka mendapat masalah dari hal tersebut. Wanita-wanita itu mendorong tubuh teman Leonard dan sedikit terjadi kekacauan disana. Leo hanya tersenyum pahit melihat aksi penolakan itu. Sesungguhnya ia tidak begitu tertarik dengan wanita. Wanita baginya sungguh tidak penting. Leo menyulut rokoknya sampai gerakannya terhenti ketika sebuah suara menyapanya.

"Hai, maukah kau berdansa denganku?"

Wanita itu hendak meraih tangan Leo sampai akhirnya Leo diserang.

Sekelompok orang berbaju hitam menyerangnya. Mereka memukul wajah dan perutnya hingga membuat tubuh Leo tumbang. Belum sempat Leo membalas perlakuan mereka, seseorang menghampirinya dan menarik tubuhnya dengan kasar, hingga tubuh yang sudah lemah itu dipaksa berdiri.

“What the fuck are you doing?! Beraninya kau sentuh wanitaku!"

Bersamaan dengan itu, sebilah pisau mengenai bagian perut Leo sebelah kiri. Darah segar langsung keluar dan membekas di bajunya.

Suasana makin histeris melihat aksi tersebut. Namun tetap tidak ada yang berani untuk ikut campur. Begitu pula dengan kedua teman Leo yang pengecut. Mereka paham betul siapa lawan Leo malam itu, salah satunya yang bernama Richard adalah pemilik club tersebut yang terkenal dengan kekejamannya.

"Chard! Richard, stop! Kau bisa membunuhnya!" Wanita itu beranjak dan mencoba melerai perkelahian tersebut.

"Oh Tuhan, lihat, kau hampir membunuhnya! Dia sekarat!"

Pria yang dipanggil Richard itu kini tampak makin emosi. Ia melihat lawannya masih bertahan hidup walau dalam kondisi sekarat. Ia kembali memainkan pisaunya dan langkahnya kembali memburu pria itu. Suara Bella menggema menyuruh Leo untuk melarikan diri.

Leo yang sekarat menyeruak kerumunan orang-orang di dalam club tersebut. Pria bernama Richard itu dan beberapa anak buahnya mulai mengejarnya dengan geram. Andai saja salah satu diantara mereka membawa pistol, tentu saja dengan sekali tembak mereka bisa memastikan kalau lawannya tersebut akan langsung mati. Leo masih beruntung, malam itu mereka tidak membawanya. Hanya sebilah pisau yang akan digunakan sebagai alat membunuhnya.

Tubuh Leo melemah dan ia mulai kehilangan fokusnya. Entah karena efek dari wiski atau ganja yang ia konsumsi sebelumnya atau dari luka tusuk yang ia alami sekarang. Leo tidak tahu. Sungguh, ini malam yang sial baginya.

Leonard menghindari jalanan-jalanan sepi dan gang-gang kecil, karena ia tidak tahu sampai kapan dirinya bisa bertahan lari dari mereka dalam kondisi seperti sekarang. Ia bisa tumbang kapan saja, dan ia hanya dapat berharap ketika ia tumbang berada di tengah keramaian sehingga setidaknya ada yang menolongnya. Itu adalah harapannya. Realitanya, meloloskan diri di tengah keramaian di sepanjang jalan Times Square di Manhattan sangatlah tidak mudah. Ia harus berhasil menyeruak dalam kerumunan orang yang luar biasa banyak. Namun disisi lain, jika ia berhasil kabur, maka bisa dipastikan mereka akan kesulitan menemukan Leo.

Pilihannya kabur adalah menyeberang jalan. Walau ia tahu itu bukan ide bagus, tapi tidak ada salahnya ia coba. Saat itu, lalu lintas kendaraan cenderung normal. Ia merasa tertantang dan menguji kembali peruntungannya malam itu. Namun belum sampai setengah jalan, suara klakson terdengar nyaring mencegah langkah kakinya. Ia masih berjalan sempoyongan tepat disaat seseorang keluar dari Koeningsegg CCXR Terevita yang tadi membunyikan klakson untuknya.

"Oh, shit! What the fuck are you doing?!"

Malam ini, ia menerima kalimat kasar itu dua kali hanya berselang menit saja. Sempurna sekali Leo malam itu!

Dia adalah seorang pria tua yang mengatai Leonard. Umurnya mencapai sekitar 50 an tahun, namun ia memiliki fashion yang bagus. Pria tua itu mengenakan setelan jas mahal yang kini tampak berkilat oleh sorotan lampu digital gedung di sekitarnya. Leo tidak menjawab. Tangannya masih menahan luka tusuk di perutnya dan mencoba berdiri tegap agar tidak tiba-tiba pingsan. Tampaknya lelaki itu menyadari sesuatu, sampai akhirnya sekelompok orang yang tadi mengejar Leo kini berada disana.

"Rupanya ini ulahmu."

"Ah, Tuan Javier, ma-maaf, tapi dia incaran kami sekarang."

Richard yang tergagap mulai berbasa-basi. Tampaknya anak buah Richard pun mengalami hal serupa. Mereka semua salah tingkah, tertunduk dan tidak berani menatap seseorang yang kini berdiri di hadapan mereka. Leo dapat menangkap perubahan situasi yang drastis ini. Siapa Tuan Javier yang disebut mereka ini?

"Dia anak buahku. Cepat tinggalkan tempat ini, atau kupatahkan tangan kalian semua."

Orang yang bernama Javier itu menggeram dengan nada suaranya yang lebih berat dan rendah dibandingkan sebelumnya. Bahkan sorot matanya kini berubah menatap mereka lebih tajam. Sebuah ancaman yang murni perintah jika mereka tidak ingin celaka.

Richard menggiring anak buahnya pergi. Pria itu menganggap urusannya selesai dengan Leo tanpa mengucapkan sepatah ancaman padanya. Cari mati namanya jika ingin memperpanjang urusan ini. Siapa yang tidak tahu Javier Wyman. Seorang mafia besar dan terkenal kejam di dunia. Anak buahnya banyak, hingga ribuan. Bisnisnya mulai dari legal dan ilegal yang hampir tersebar di dunia. Semua orang menghormatinyalebih tepatnya takut.

"Ikut aku, kau bisa mati disini."

Nada itu murni perintah untuk Leo.

Di belakang mobilnya suara klakson sudah nyaring terdengar sejak beberapa menit yang lalu. Area yang seharusnya dilarang parkir ini mengundang perhatian petugas kepolisian yang tengah bertugas di sekitar tempat tersebut. Tanpa membuang waktu lagi, mobil berwarna silver itu melaju berbaur dengan pengendara mobil lain.

Sekilas Javier melihat ke arah spion, memastikan bahwa mereka sedang tidak diikuti. Dugaannya tepat. Rupanya mobilnya pun sudah dikenal polisi dan mereka enggan berurusan dengannya. Javier hanya menyunggingkan senyumnya.

Leonard menatap Javier. Itu adalah pertemuan pertamanya. Memang pertemuannya dengan Javier tidak sepenuhnya memberikan kesempurnaan, namun Leonard belajar tentang kekuasaan, kekuatan, dan kejayaan. Itu adalah tiga hal penting dalam kamus besar Javier untuk meraih keinginannya dan sebelumnya Leonard tidak mendapatkannya dari ayahnya. Auara pria itu sangat kuat, sampai akhirnya Leonard pun menyetujui untuk melepas segala masa lalunya dan bergabung bersama Javier. Menjadi bagian anggota mafia terbesar di dunia.

Leonard, Javier Wyman dan Dragon Blood

Pagi hari yang hangat di musim panas. Segelas kopi pahit mampu menemani pagi seorang Leonard untuk melangkah menuju kantor perusahaan diamond-nya yang memakan waktu sekitar satu jam dari letak mansionnya. Atau hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja jika ia menggunakan helicopter seperti hari-hari biasanya. Namun hari itu, ia memilih menggunakan mobilnya karena harus memimpin dua kali rapat di bisnis legalnya di tempat yang berbeda, perusahaan Jewelrynya dan bisnis perhotelan.

Rapat pertamanya dimulai dari perusahaan diamondnya.

Leonard harus memimpin rapat siang itu, karena menggantikan posisi Javier yang tengah berada di Roma untuk berlibur. Perusahaan Denjiro and Wyman Diamonds adalah perusahaan berlian yang dirintis oleh Javier sejak 30 tahun lalu. Sesungguhnya bersama pria itu, Leonard harus mengakui jika kini bisnisnya tidak hanya seputar perhotelan dan berlian saja, namun merambah ke bidang lainnya yang bersifat ilegal.

Contohnya saja memproduksi jenis senjata api, serta bermain dengan heroin masih menjadi bisnis yang sangat menggiurkan untuknya. Ia terkenal dengan kemampuannya melakukan penyelundupan ke beberapa negara hanya dengan menggunakan jalur udara. Saat ini, ia sudah termasuk ke dalam jajaran orang terkaya di dunia, bahkan mengalahkan posisi ayahnya sendiri! Javier memang mengubah banyak hal dalam hidupnya. Ia mengakui hal itu.

Sejak pertemuannya dengan Leonard sepuluh tahun lalu, Javier tahu, pemuda benama Leonard itu adalah seseorang yang istimewa. Dan Leonard beruntung terlahir sebagai seseorang yang memiliki insting yang bagus saat berbisnis dan punya jiwa pantang menyerah. Hal itu terbukti ketika Perusahaan Wyman Diamonds milik Javier sempat nyaris bangkrut. Namun tanpa sengaja, Leonard mampu membalikkan posisi perusahaannya seperti semula seolah hanya dengan membalikkan telapak tangannya. Padahal Leonard hanya merancang desain untuk model-model berlian milik Wyman Diamonds-nya dan dengan ilmu marketing yang tepat, semua itu menjadi awal kembalinya perusahaan Javier yang akhirnya mengganti namanya menjadi Denjiro and Wyman Diamonds atau lebih dikenal dengan D&W Diamonds. Itu adalah momentum bagi Leonard sehingga Javier sendiri telah menyerahkan sebagian besar kendali perusahaan berliannya kepada Leonard dan memposisikannya sebagai CEO.

Saat itulah, untuk kesekian kalinya Javier kagum pada Leonard. Walaupun masih terbilang muda, ia mampu mengendalikan salah satu bisnis yang ia bangun selama ini hingga ia mempercayakannya pula untuk ikut memegang kendali pada bisnis ilegalnya yang lain. Javier amat menyayangi Leonard yang sudah ia anggap seperti anak sendiri. Well, hal itu karena Javier sendiri tidak memiliki anak, jangankan anak, ia bahkan tidak pernah mau melakukan hubungan serius dengan seorang wanita ke dalam hidupnya. Namun ia memiliki teman kencan yang banyak di usianya yang nyaris mencapai 60 tahun!

Javier Wyman yang dikenal oleh Leonard adalah seorang mafia yang ditakuti di dunia. Namanya mengalahkan mafia-mafia yang tersebar di dunia, seperti di Rusia, Jepang, Meksiko dan Italia. Siapa yang tidak mengenal Javier Wyman yang kini sebagian besar kekayaannya berasal dari perjudian, perdagangan orang, narkoba dan perdagangan senjata api. Itu adalah bisnis ilegalnya, bisnis legalnya tentu tidak kalah banyak, salah satunya adalah perusahaan berlian yang diceritakan tadi. Kekayaan Wyman sekarang memang membuatnya masuk dalam jajaran orang terkaya di dunia, melebihi deretan kekayaan mafia lainnya yang ada di dunia.

Organisasi hitam yang diberinya nama Dragon Blood ini memiliki 8 brigade dengan kekuasaan yang otonom dan terpisah. Meski demikian, semuanya diawasi oleh sebuah dewan yang beranggotakan 20 orang. Jumlah anggotanya kini telah mencapai 8.000 orang yang tersebar hampir di seluruh dunia. Leonard Denjiro adalah satu di antara mereka, namun kini ia menjadi tangan kanan, bahkan dianggap sebagai anak oleh Javier yang memegang kendali langsung atas bisnis-bisnisnya dan menjadi orang penting kedua setelah Javier di organisasi tersebut.

Leonard membaca dokumen mengenai laporan yang telah dirangkum oleh asistennya. Dokumen-dokumen tersebut tentang kenaikan grafik perusahaan berliannya dari segi pendapatan, serta grafik kinerja tim-nya selama sebulan terakhir ini. Dan beberapa laporan lainnya yang harus ia pelajari dalam satu waktu.

Para anggota rapat masih dengan sabar menunggu respon tuannya. Suasana rapat begitu hening dan mencekam. Sesungguhnya setiap anggota rapat sudah memastikan jika tidak ada yang aneh atau sesuatu data yang dapat memancing amarah seorang Leonard. Namun aura yang terpancar dari diri pimpinan mereka tersebut sudah berhasil membuat mereka menahan nafas.

Ini angka yang fantastis, ucap Leonard, akhirnya. Dan saat itulah, seluruh anggota rapat menghembuskan nafas leganya nyaris bersamaan. Itu cukup mewakili jika Leonard puas dengan laporan penjualan bulan ini.

Betul, Tuan. Penjualan kita meningkat setelah bekerjasama dengan One Star Entertainment."

Leonard tidak heran dengan penjelasan yang disampaikan oleh asistennya. Karena ia sendiri yang meminta kepada karyawannya untuk melakukan kerjasama dengan perusahaan tersebut. One Star Entertainment sendiri merupakan perusahaan agen pencari bakat, label rekaman, managemen acara dan produksi musik dan konser.

Dan yang lebih mengejutkan lagi, untuk Angel diamonds ini yang beberapa waktu lalu dipakai pada video klip salah satu artis milik One Star, semua sold out. Ini penjualan yang sangat fantastis karena terjual hanya dalam 1 hari saja.

Leonard bergeming seolah menyesap kalimat tersebut. Ini sejarah baru dalam perusahaannya.

"Siapa artisnya?"

"Dia bernama Shayna, Tuan. Dia seorang penyanyi pendatang baru di bawah naungan perusahaan One Star, namun baru dua tahun ini namanya sudah melambung dan lagunya masuk dalam chart Top 100 Billboard."

Wajah Leonard tetap datar, namun dibalik ketenangan wajah itulah, ia menyembunyikan senyumnya.

"Satu hal lagi Tuan, CEO One Star mengundang Anda untuk menghadiri pesta ulang tahunnya weekend ini."

Willy memberikan undangan party tersebut kepada tuannya. Sesungguhnya ini diluar bahasan rapat, namun sesuatu telah menarik perhatiannya sehingga Leonard tidak memarahi asistennya tersebut.

"Masukkan ke dalam jadwalku."

⁕ ⁕ ⁕

Berada di negara empat musim menjadi suatu tantangan tersendiri bagi seseorang yang terbiasa berada di iklim tropis. Seperti sebuah mimpi, seorang wanita berwajah oriental itu kembali menginjakkan kakinya di negara empat musim.

Jika sebelumnya ia melanjutkan sekolah musiknya di Inggris, kali ini ia tengah menjalani kontrak kerjasama dengan salah satu perusahaan label rekaman terkenal di New York, Amerika. One Star Record namanya, perusahaan ini merupakan anak usaha dari One Star Entertainment yang menangunginya.

Ada satu tempat yang menjadi favorit bagi wanita itu. Yaitu di atap gedung One Star Record. Agak mainstream sebenarnya, tapi hanya disinilah, ia merasa dirinya dapat menyatu dengan alam.

Menyapa matahari walau terasa lebih terik dari biasanya ketika di musim panas dan menikmati sebuah alunan musik yang tercipta dari gesekan antara udara dengan angin. Semua itu adalah harmoni yang sangat sempurna.

Shayna memainkan dawai gitarnya, lalu mencatatnya di sebuah partitur. Semalam ia menulis sebuah lirik lagu namun ia belum menyelesaikannya menjadi lagu yang utuh, karena ia belum menentukan struktur lagu dan nada dasarnya sendiri. Entah sudah berapa lama ia terlalu asik dengan dunianya, sampai tidak menyadari kehadiran seseorang disana.

"Shayna!"

Suara yang terdengar cempreng itu menyapanya. Suaranya bertabrakan dengan suara angin yang bertiup kencang disana. Tanpa aba-aba, wanita tersebut berlari dan langsung menarik tangan Shayna dengan kuat.

Shayna yang awalnya tengah duduk di bawah sana, sontak langsung mengimbangi gerakan dari wanita tersebut hingga akhirnya keduanya berdiri berhadapan. Sedetik kemudian, ia dipeluk dengan erat walau hanya sekilas.

"Ada apa Emma?"

"Lagumu! Lagumu masuk dalam 100 Chart Billboard! Ini suatu hal yang sangat mengejutkan! Ini fantastis, Shayna!"

Shayna bisa memastikan jika Emma menjelaskan dalam satu tarikan nafas. Lalu sekarang Emma kembali memeluknya dengan erat.

"Sekarang bereskan semuanya. Sebentar lagi rapat akan dimulai. Apa kau lupa?"

Suara Emma kembali terdengar. Padahal Shayna sendiri belum menyesap dengan sempurna kalimat pertamanya tadi, namun kini Emma sudah mengambil alih gitarnya. Ia mengalungkan dan menempatkannya di punggungnya. Tangannya menggandeng Shayna dan berjalan dengan irama yang cukup cepat untuk meninggalkan tempat favoritnya tersebut.

Kebiasaanmu memang aneh. Padahal di gedung ini ada studio musik yang bisa kau pakai!

Emma adalah manager Shayna semenjak dua tahun lalu, atau lebih tepatnya ketika ia resmi menandatangani kontrak dengan perusahaan One Star Entertainment. Sebelumnya ia telah berkarir dan memiliki manager di Indonesia, namun sayang manager lamanya tidak dapat ikut bersama dengannya karena ia single parent. Namun memiliki manager seperti Emma tidaklah buruk.

Emma memiliki kepribadian yang ceria, bahkan bisa dibilang cerewet. Namun dalam hal pekerjaan dia cukup profesional. Ia bahkan selalu memberikan ide segar untuknya dalam hal karir dan mengatur jadwalnya. Baginya Emma tidak hanya sebagai manager, tapi sudah seperti kakak sekaligus Ibu pengganti untuknya. Baiklah yang terakhir agak sedikit berlebihan, hal ini dikarenakan Emma selalu mengurus segala hal tentangnya mulai dari membuka mata hingga Shayna tidur. Mengenai usia, keduanya hanya berjarak sekitar sepuluh tahun. Shayna tahun ini berumur 27 tahun, sementara Emma antara 35-37 tahun an. Entahlah.

Kadang Shayna merasa ini seperti mimpi yang akan lenyap ketika ia terbangun. Namun berkali-kali ia mencubit lengannya dan terbangun dari tidurnya, semuanya masih sama. Ini nyata.

Sejak kecil Shayna sudah suka menyanyi. Ia beruntung memiliki sosok ayah yang sangat mendukung hobinya dan memfasilitasi setiap kebutuhan anaknya, termasuk mendatangkan guru musik khusus untuk mengajarinya olah vokal dan beberapa instrument musik. Hingga akhirnya ia dapat meneruskan sekolahnya di salah satu sekolah musik bergengsi di Inggris.

Baginya ini suatu perjalanan yang sangat luar biasa. Ia tidak bisa mengatakan bahwa apa yang ia capai saat ini adalah suatu yang instan. Karena bagaimanapun Shayna berjuang selangkah demi selangkah. Ia hanya ingin terus menyanyi, ia ingin memberi banyak lagu untuk orang-orang. Karena Shayna tahu bagaimana rasanya sebuah lagu dapat mengubah mood seseorang. Karena sebuah lagu pula, Shayna merasa kuat, bahkan tanpa kehadiran sosok Ibu tercintanya.