SweetNovel HOME timur angst anime barat chicklit horor misteri seleb sistem urban
My Possesive Presdir Alexander

My Possesive Presdir Alexander

Ep. 1

Alexander Winterborne duduk di belakang meja besar yang terbuat dari kayu mahoni, dikelilingi oleh rak buku berisi berkas-berkas penting dan hiasan-hiasan antik yang menunjukkan kekuasaan dan kekayaannya. Pria berusia tiga puluh lima tahun itu memancarkan aura dingin namun tak terbantahkan, seperti raja yang memandang kerajaannya dari singgasana. Dengan setelan jas hitam yang rapi dan rambut hitam legam yang disisir ke belakang, Alex tampak sempurna sebagai penguasa perusahaan.

Ia melihat keluar jendela besar yang menghadap ke pegunungan Alaska yang tertutup salju. Di balik tatapan tajam dan dinginnya, ada sesuatu yang mengganjal di pikirannya. Hari ini, ia akan bertemu dengan wanita yang telah dipilih keluarganya untuk menjadi istrinya. Perjodohan yang tak pernah ia bayangkan, namun harus ia terima demi menjaga kehormatan dan bisnis keluarga.

Lara Hathaway adalah seorang gadis berusia dua puluh tiga tahun yang tumbuh di kota kecil di pinggiran Alaska. Wajahnya lembut dengan mata cokelat besar yang selalu memancarkan kebaikan. Rambut cokelat gelapnya tergerai alami di pundaknya. Lara bekerja sebagai pelayan di sebuah kafe kecil, tempat ia menemukan kebahagiaan sederhana dan mimpi-mimpi kecilnya.

Namun, hari itu, hidup Lara berubah drastis. Ia menerima panggilan dari pengacara keluarga yang memberitahukan tentang perjodohan yang telah diatur oleh keluarganya. Dengan hati yang penuh kecemasan, Lara berangkat menuju gedung megah Winterborne Industries.

Sesampainya di lantai teratas gedung itu, Lara disambut oleh sekretaris pribadi Alex, wanita berwajah tegas bernama Mrs. Collins.

"Ikuti saya, Nona Lara," Ucap Collins tanpa basa-basi, membawanya menuju pintu besar yang mengarah ke ruang kerja Alex.

Lara melangkah masuk, merasa kerdil di tengah kemewahan dan kemegahan ruangan itu. Di balik meja, Alex mengangkat kepalanya dan menatapnya dengan mata biru yang dingin namun memikat.

"Masuk," Ucap Alex singkat, suaranya dalam dan penuh wibawa.

Lara mencoba mengumpulkan keberanian, melangkah maju dengan hati-hati.

"Selamat siang, Tuan Alex," Sapa Lara dengan suara lembut.

Alex mengamati Lara dengan seksama, seolah menilai setiap inci dari penampilannya.

"Duduklah," Ucap Alex sambil menunjuk kursi di depan mejanya. Lara duduk dengan gugup, merasakan tatapan intens Alex yang tidak melepaskan pandangannya darinya.

"Apakah kau tahu kenapa kau dipanggil ke sini?" Tanya Alex dengan suara yang tenang namun tegas.

Lara mengangguk pelan, berusaha mempertahankan kontak mata meskipun hatinya berdebar kencang.

"Ya, saya diberitahu oleh pengacara keluarga bahwa kita akan menikah," Jawab Lara, dengan suara sedikit bergetar.

"Benar. Ini adalah keputusan yang sudah diambil oleh keluarga kita. Pernikahan ini adalah untuk kepentingan kedua belah pihak, baik bagi bisnis keluargamu maupun keluargaku," Ucap Alex menghela napas dan mengangguk.

"Tapi… kenapa saya, Tuan? Mengapa harus saya?" Tanya Lara mencoba mencari jawaban yang bisa menenangkan hatinya.

Alex berdiri dari kursinya dan berjalan mengelilingi meja, mendekati Lara.

"Karena hanya dengan cara ini, kedua keluarga kita bisa saling menguntungkan," Sahut Alex sambil menatap dalam-dalam mata Lara.

"Dan lagi, kau harus belajar untuk menerima keputusan ini, Lara. Mulai sekarang, kau adalah tanggung jawabku," Ucap Alex lagi.

Lara merasa seolah dunia berputar dengan cepat. Hidupnya yang sederhana tiba-tiba berubah menjadi rumit dengan pernikahan yang direncanakan ini. Namun, tatapan mata Alex yang tajam namun penuh pesona itu membuatnya sulit untuk menolak. Tanpa disadari, benih-benih perasaan aneh mulai tumbuh di hatinya.

"Apakah kau mengerti?" Tanya Alex, suaranya lebih lembut namun tetap tegas.

"Ya, saya mengerti," Jawabnya pelan Lara menunduk sejenak, kemudian mengangguk

Alex tersenyum tipis, meskipun senyuman itu tampak lebih seperti senyuman kemenangan daripada kebahagiaan.

"Bagus. Kita akan merencanakan pernikahan ini secepat mungkin. Collins akan membantumu dengan persiapan yang diperlukan," Sahut Alex.

Lara hanya bisa mengangguk, merasa seluruh dunianya berubah dalam sekejap. Ia tahu bahwa hidupnya tidak akan pernah sama lagi setelah ini. Dengan perasaan campur aduk antara ketakutan dan harapan, Lara meninggalkan ruang kerja Alex, membawa serta beban perjodohan yang telah diatur oleh takdir.

Lara pulang ke rumahnya yang sederhana dengan pikiran yang berkecamuk. Ibunya, wanita paruh baya yang selalu penuh perhatian, menyambutnya dengan senyum hangat.

"Bagaimana pertemuannya, Lara?" Tanya ibu dengan lembut.

Lara duduk di meja makan kecil, menghela napas panjang.

"Ibu, aku akan menikah dengan Tuan Alex," Jawabnya pelan.

"Aku tidak tahu bagaimana perasaanku tentang ini, tapi aku tahu ini adalah takdir yang harus aku jalani," Ucap Lara lagi.

"Kamu adalah gadis yang kuat, Lara. Apapun yang terjadi, kita akan selalu mendukungmu," Ucap Ibu meraih tangan Lara, memberinya dukungan.

"Mudah-mudahan ini keputusan yang tepat dalam hidupku bu,"Jawab Lara menitihkan air matanya.

"Iya Lara, pasti ini semua yang terbaik untuk kita semua," Sahut Ibu.

"Iya Bu,"Jawab Lara.

"Istirahatlah Lara, besok kita menemui mereka," Ucap Ibu sambil mengelus rambutnya.

"Baik bu. Ibu juga istirahatlah jangan terlalu malam," Sahut Lara.

"Iya Nak, tidurlah semoga mimpi indah,"Jawab Ibu sambil mencium kening Lara.

.

.

Sementara itu, Alex kembali ke rumah megahnya di pinggiran kota. Ia berjalan ke arah balkon, memandang keluar ke malam yang dingin. Pikirannya kembali ke pertemuan singkat dengan Lara.

"Semoga dia wanita yang tepat untuk mendampingiku. Tapi yang aku lihat dia berbeda dengan wanita lainnya dan mempunyai karakter yang begitu menantang," Ucap Alex begitu lirih.

"Lex, bagaimana pertemuan kamu dengan Lara," Ucap Papa menepuknya dari belakang.

"Lancar Pa. Doakan yang terbaik untuk misi ini Pa," Sahut Alex begitu santai.

"Tapi ingat Lex, kalau kamu harus menjaga Lara. Papa yakin dia wanita yang berbeda," Ucap Papa sambil duduk di sampingnya.

"Siap Pa," Jawab Alex.

"Jangan terlalu kaku, biar tidak kabur," Ucap Papa sambil terkekeh.

"Papa, ini apa sih. Siapa yang kaku. Aku nih cool banget," Jawab Alex.

"Iya, Papa percaya denganMu Lex. Undanglah dia di rumah ini," Ucap Papa.

"Baik Pa," Jawab Alex.

Namun, sebagai pria yang terbiasa mengendalikan segalanya, Alex bertekad untuk menjadikan pernikahan ini sebagai bagian dari rencana besar hidupnya. Meskipun terkenal begitu dingin dan kaku tapi dia berusaha untuk berubah.

Di tengah malam yang sunyi, dua hati yang berbeda memulai perjalanan mereka. Lara dengan ketakutan dan harapan yang terbungkus dalam cinta yang belum ia kenal, dan Alex dengan ambisinya yang besar, namun dengan perasaan yang mulai goyah.

Happy Reading Guys 🤗🤗

Dan jangan lupa juga tengok ig ku ya (@adzkia.devand)❤❤❤

Jangan lupa Like, vote nya 🤭🤭

" Setiap cinta bisa menjadi cinta yang baik, terlebih jika dilandasi dengan iman dan ketakwaan. Karena dua insan bisa saling melengkapi baik dalam urusan dunia hingga urusan akhirat."

"Jangan khawatir mengenai takdir cinta, karena Allah telah menuliskan nama pasanganmu sebelum engkau lahir ke dunia. Maka, yang perlu engkau lakukan hanyalah memperbaiki hubunganmu dengan Allah."

Ep. 2

Alex duduk di ujung meja panjang ruang rapat, dikelilingi oleh para eksekutif senior Winterborne Industries. Di hadapannya, berbagai laporan keuangan dan strategi bisnis tertata rapi. Namun, pikirannya masih tertuju pada perjodohannya dengan Lara. Ia tidak bisa menghilangkan bayangan gadis itu dari pikirannya, meskipun ia tahu bahwa ia harus fokus pada pekerjaannya.

"Semua sudah jelas?" Tanya Alex dengan nada tegas, menatap para eksekutifnya. Mereka semua mengangguk, menandakan bahwa mereka siap melaksanakan rencana yang telah dibahas.

"Jelas Tuan. Kami permisi dulu. Semoga misi ini berjalan dengan lancar," Pamit Relasi nya.

"Baik. Silahkan," Jawab Alex begitu datar.

Setelah rapat berakhir, Alex kembali ke ruang kerjanya. Collins sudah menunggunya di sana dengan setumpuk dokumen baru.

"Tuan Alex, ini adalah daftar persiapan pernikahan yang perlu Anda lihat kembali," Ucap Collins katanya sambil menyerahkan berkas-berkas tersebut.

Alex mengambil berkas-berkas itu dan mulai membacanya dengan seksama.

"Pastikan semuanya berjalan lancar, Collins. Saya tidak ingin ada kesalahan," Sahut Alex dengan tegas.

"Ya, Tuan. Semua akan berjalan sesuai rencana," Jawab Collins dengan yakin.

Sementara itu, di rumah Lara, persiapan pernikahan juga sedang berjalan. Lara duduk di kamarnya, dikelilingi oleh tumpukan gaun pengantin dan aksesoris yang dikirim oleh Collins. Ia merasa bingung dan cemas, tidak tahu bagaimana menghadapi semua ini.

"Lara, kamu sudah memilih gaun yang kamu suka?" Tanya ibunya dengan lembut.

"Aku masih bingung, Bu. Semuanya terasa begitu cepat dan tiba-tiba. Aku bahkan tidak tahu apakah aku siap untuk ini," Jawab Lara dengan suara bergetar.

"Ibu tahu ini sulit bagimu, sayang. Tapi kamu adalah gadis yang kuat. Aku yakin kamu bisa melalui ini. Pilihlah gaun yang membuatmu merasa nyaman dan bahagia," kata ibunya dengan penuh kasih," Sahut Ibu duduk disampingnya.

"Baik Bu. Doakan yang terbaik untuk Lara," Jawab Lara mencoba untuk kuat.

"Iya nak. Percayalah pasti tuan Alex, orangnya sangat baik meskipin kelihatan begitu dingin dan datar dia mempunyai sisi baik," Ucap Ibu.

"Iya bu, Lara akan mencoba untuk menerima semua ini," Jawab Lara.

Lara mengangguk pelan, mencoba menguatkan hatinya. Ia tahu bahwa pernikahan ini adalah takdir yang harus ia jalani, dan ia harus menghadapi semua ini dengan kepala tegak.

.

.

Tujuh Hari kemudian, keluarga Winterborne dan keluarga Hathaway mengadakan pertemuan resmi untuk membahas detail pernikahan. Pertemuan itu diadakan di mansion megah milik keluarga Winterborne, yang terletak di pinggiran kota.

Lara tiba bersama ibunya, merasa gugup dan canggung di tengah kemewahan rumah itu. Mereka disambut oleh Mr. Winterborne, ayah Alex, yang memancarkan aura kekuasaan dan kewibawaan.

"Selamat datang, Nyonya Hathaway, Lara. Kami senang kalian bisa datang," kata Mr. Winterborne dengan senyum tipis.

"Terima kasih, Mr. Winterborne. Kami merasa terhormat bisa berada di sini," Jawab ibu Lara dengan sopan.

Mereka dipersilakan duduk di ruang tamu yang luas, dengan dekorasi klasik dan elegan. Tidak lama kemudian, Alex muncul dari balik pintu, mengenakan setelan jas hitam yang membuatnya terlihat semakin berwibawa. Matanya segera tertuju pada Lara, yang duduk dengan canggung di sofa.

"Selamat sore, Lara," sapa Alex dengan suara dalam yang membuat jantung Lara berdebar.

"Selamat sore, Tuan Alex," Jawab Lara dengan suara pelan, mencoba mengendalikan kegugupannya.

Mr. Winterborne memulai percakapan dengan membahas rencana pernikahan, dari tanggal, tempat, hingga tamu yang akan diundang. Lara hanya bisa mendengarkan dengan seksama, merasa seolah-olah hidupnya sedang direncanakan tanpa ada masukan darinya.

Namun, di tengah pembahasan itu, Alex tiba-tiba menghentikan percakapan.

"Maaf, Ayah, tapi aku ingin mendengar pendapat Lara tentang rencana ini. Bagaimanapun juga, ini adalah pernikahannya juga," Ucap Alex dengan tegas.

Mr. Winterborne terkejut sesaat, tetapi kemudian mengangguk setuju.

"Tentu, Alex. Lara, apa yang kau pikirkan tentang semua ini?" Tanyanya, menatap Lara dengan penuh harap.

Lara merasa terkejut dan tersentuh oleh perhatian Alex. Ia mengumpulkan keberanian untuk berbicara.

"Terima kasih, Tuan Winterborne, Alex. Saya… saya hanya berharap pernikahan ini bisa berjalan dengan baik dan sesuai dengan keinginan kita berdua," Jawab dengan suara lembut.

Alex tersenyum tipis, merasa senang dengan jawaban Lara.

"Itu tujuan kita, Lara. Aku ingin pernikahan ini menjadi awal yang baik untuk kita," Kata Alex dengan penuh keyakinan.

"Baiklah, kita akan memastikan semua persiapan berjalan lancar. Jika ada sesuatu yang kau inginkan atau butuhkan, jangan ragu untuk memberitahu kami, Lara," Ucap Papa Alex dengan ramah.

"Terima kasih, Tuan Winterborne. Saya menghargai perhatian Anda," Jawab Lara.

"Sayang kami jangan takut, pasti akan mencintai dan menyayangimi," Sahut Mama Alex.

"Iya Nyonya," Jawab Lara tersipu malu.

"Jangan Panggil nyonya sayang, panggillah Mama, biar semakin akrab," Sahut Mama.

"Iya Nyo..eh maaf iya Ma," Jawab Lara begitu gugup.

"Tuh, lihat Lex mama kamu suka banget dengan Lara," Ucap Papa sambil menyenggol lengan Alex.

"Iya Pa," Jawab Alex tersenyum.

Setelah pembahasan detail pernikahan selesai, Alex dan Lara memiliki momen pribadi di taman belakang mansion. Taman itu dipenuhi dengan bunga-bunga indah dan pohon-pohon besar yang memberikan suasana tenang dan damai.

"Bagaimana perasaanmu tentang semua ini, Lara?" Tanya Alex sambil berjalan di sampingnya.

Lara menatap ke arah bunga-bunga di sekelilingnya, mencari kata-kata yang tepat.

"Aku masih merasa canggung dan tidak yakin, Alex. Semua ini terjadi begitu cepat. Tapi aku akan mencoba menjalani semua ini dengan sebaik mungkin," Jawab Lara dengan jujur.

Alex menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap Lara.

"Aku mengerti perasaanmu. Percayalah, ini juga tidak mudah bagiku. Tapi aku yakin kita bisa menjalani ini bersama-sama. Kita hanya perlu saling mendukung dan memahami satu sama lain," Ucap Alex dengan suara lembut namun tegas.

Lara tersenyum tipis, merasa sedikit lega mendengar kata-kata Alex.

"Terima kasih, Alex. Aku akan berusaha untuk mempercayaimu dan menjalani ini bersama," Sahut Lara.

"Baiklah, kita akan melangkah bersama dalam perjalanan ini. Mulai sekarang, kau adalah bagian penting dalam hidupku, Lara," Ucap Alex sambil meraih tangan Lara dan menggenggamnya dengan erat.

"Iya Lex," Jawab Lara.

Mereka berdua berjalan kembali ke mansion, merasakan angin sejuk Alaska yang membawa harapan baru bagi mereka.

.

.

Namun, malam itu, ketika Lara kembali ke rumah, ia menemukan sebuah surat misterius yang diselipkan di bawah pintu. Surat itu berisi ancaman yang tidak menyenangkan: "Tinggalkan Alexander, atau kau akan menyesalinya."

Lara terkejut dan ketakutan, tidak tahu siapa yang mengirim surat itu dan apa yang harus ia lakukan. Ia menyadari bahwa menikahi Alex tidak hanya membawa kemewahan dan keamanan, tetapi juga bahaya yang tak terduga. Lara merasa bingung, apakah ia harus memberitahu Alex tentang surat itu atau menyimpannya sendiri.

.

.

Keesokan harinya, Lara memutuskan untuk menemui Alex di kantornya dan memberitahunya tentang surat ancaman tersebut. Ketika ia tiba di kantor Alex, ia langsung diterima oleh Mrs. Collins.

"Selamat pagi, Nona Lara. Tuan Alex sedang menunggu di dalam," Ucap Collins sambil membuka pintu ruang kerja Alex.

"Pagi. Baik," Jawab Lara begitu ramah.

"Langsung saja masuk," Sahut Collins begitu sopan.

"Baik," Jawab Lara.

Lara masuk ke dalam dan melihat Alex sedang sibuk dengan berkas-berkas di mejanya. Ia merasa gugup, tetapi tahu bahwa ia harus memberitahu Alex tentang ancaman itu.

"Selamat pagi, Alex," Ucap Lara dengan suara pelan.

Alex mengangkat kepalanya dan tersenyum melihat Lara.

"Selamat pagi, Lara. Ada apa? Kau terlihat khawatir," Tanya Alex dengan nada perhatian.

Lara mengeluarkan surat ancaman dari tasnya dan menyerahkannya kepada Alex.

"Aku menemukan ini di bawah pintu rumahku tadi malam. Aku tidak tahu siapa yang mengirimnya atau mengapa," Sahut Lara dengan suara gemetar.

"Ini tidak bisa dibiarkan, Lara. Aku akan memastikan keamananmu. Siapapun yang mengirim surat ini akan menyesal," Ucap Alex dengan nada tegas.

Lara merasa sedikit lega mendengar kata-kata Alex, tetapi ancaman itu masih menghantui pikirannya.

"Apa yang harus kita lakukan, Alex?" Tanya Lara dengan cemas.

"Kita akan menghadapi ini bersama-sama, Lara. Aku akan menyewa pengawal pribadi untukmu dan memastikan bahwa kau selalu aman. Jangan khawatir, aku tidak akan membiarkan apapun," Jawab Alex menggenggam tangan Lara.

Happy Reading 🥰🥰🥰