SweetNovel HOME timur angst anime barat chicklit horor misteri seleb sistem urban
Love U (DreamxHaechan) (Bxb)

Love U (DreamxHaechan) (Bxb)

Part 01

Seo Haechan adalah putra bungsu pasangan Seo Johnny dan Chittapon,siapa Seo Johnny? Semua masyarakat korea juga tahu siapa Seo Johnny, seorang pengusaha tambang paling besar di seluruh Asia.

Namun media dan masyarakat tidak pernah mengenal sosok Seo Haechan, masyarakat hanya tahu jika Seo Johnny mempunyai satu anak laki-laki bernama Seo Hendery yang tengah menempuh pendidikan di Amerika.

Haechan menghela nafasnya pasrah, lagi-lagi ada berita tentang keluarganya yang tengah menikmati liburan keliling Eropa yang bahkan Haechan tidak tahu, ia juga tidak diajak serta.

Tapi ini sudah biasa bagi Haechan, baik Eomma dan Appanya serta hyungnya tidak akan ada yang mengingat dirinya. Sejak kecil juga Haechan sudah terbiasa ditelantarkan.

"Hoy Haechan apa yang kau lihat sih?" Tanya seorang pemuda dari belakang punggungnya, dan pemuda ini juga yang menepuk pundaknya.

Haechan langsung menoleh pada orang yang mengajak Haechan berbicara, "tidak ada hanya melihat berita tentang keluarga Seo, lalu sudah kau beli susu kesukaan mu itu Hwang Hyunjin" jawab Haechan santai.

Pemuda yang dipanggil Hwang Hyunjin melirik layar besar di belakang Haechan, "keluarga Seo benar-benar luar biasa, pemuda bernama Seo Hendery itu juga enak sekali terlahir dengan sendok emas di mulutnya" ujar Hyunjin dengan nada iri.

Haechan terkekeh, "kau iri ya?" Ejek Haechan sembari menunjuk Hyunjin dengan jari telunjuknya.

"Ck siapa yang tidak iri dengan keadaan kita yang miskin ini siapa yang tidak mau punya keluarga sehebat itu" balas Hyunjin, "ayo pergi ke sekolah, kau tidak mau melewatkan untuk bertemu dengan pangeranmu kan" ajak Hyunjin sembari meninggalkan Haechan berdiri di belakang.

Haechan melihat berita yang masih menayangkan tentang keluarga Seo, "jika aku bisa memilih aku tidak ingin dilahirkan sebagai anak dari keluarga Seo" batin Haechan.

"Haechan, ayo cepat" teriak Hyunjin memanggil Haechan. Haechan yang tersadar segera berlari menyusul Hyunjin yang sudah jauh. Keduanya lalu berjalan beriringan menuju tempat mereka menempuh pendidikan.

Huang Hyunjin dan Lee (Seo)Haechan adalah dua pemuda yang bersahabat. Hyunjin adalah pemuda biasa dari keluarga sederhana, di tepatnya juga tidak mengetahui identitas Haechan yang sebenarnya. Mereka menjadi sahabat sejak masuk sekolah di  Korea Internasional School.

Keduanya adalah murid beasiswa, namun keberuntungan mereka berbeda. Jika Hyunjin begitu di idolakan karena ketampanan dan kepintarannya. Maka Haechan sebenarnya adalah babu sekolah. Kenapa dijuluki seperti ini karena di sekolah Haechan sering di bully dan diperbudak anak sekelasnya. Lebih parahnya ia dan Hyunjin tidak sekelas, Haechan di kelas A dan Hyunjin di kelas B.

Namun Haechan tidak pernah mengatakan apapun mengenai hal ini pada Hyunjin. Haechan hanya tidak mau Hyunjin menjauhinya karena jijik pada sifat lemah Haechan. Begini saja sudah cukup untuk Haechan.

Mereka tiba disekolah tepat waktu, saat berjalan kearah kelas Hyunjin tiba-tiba langsung disapa oleh teman sekelasnya. Namun meski begitu Hyunjin masih sempat melambai pada Haechan, "bye nanti pulang bersama ya" ucap Hyunjin tanpa suara.

Haechan hanya mengangguk mengiyakan sebelum berjalan ke arah kelasnya, ia menghirup nafasnya dalam saat akan membuka pintu kelasnya.

Buak

Sebuah penghapus papan tulis tiba-tiba terlempar ke mukanya. Tidak ada respon apapun yang diberikan oleh Haechan, Lagipula ia sudah biasa dibeginikan. Jadi Haechan hanya akan mengambil penghapus yang dilempar padanya lalu mengembalikannya ke tempatnya. Dengan langkah pelan ia berjalan menuju ke arah kursinya.

Duagh

Baru saja ia mau duduk kursinya sudah ditendang ke arah depan hingga mengenai lututnya. "Iisss" ringis Haechan kesakitan.

"Hey cupu" panggilan dari arah belakang membuat Haechan menolehkan kepalanya ke arah belakang.

"Yyyaa...Jje...Noo adda appppa" sahut Haechan gagap, jujur ini karena ia takut dengan pemuda ini.

"Belikan aku roti" ujar Jeno sembari mengulurkan tangannya yang ada uang dalam genggamannya.

Haechan baru akan meraih uang itu sebelum dengan sengaja Jeno membuangnya kelantai. "Ambil" titah Jeno.

Haechan hanya dapat menurut tanpa melakukan protes, dengan perlahan ia berlutut di dekat kaki Jeno sebelum dengan sengaja teman sebangku Jeno berjalan kearahnya dan menginjak tangannya dengan sengaja.

"Aaaakkkhh" jerit Haechan kesakitan, "sakit" lirih Haechan sembari memegang tangannya.

"Hoy Jaemin jika tangannya patah nanti tidak ada yang bisa membelikan ku roti" sungut Jeno sebal.

Jaemin hanya terkekeh, "dia masih bisa pakai mulutnya" jawab Jaemin acuh.

Haechan hanya diam dan menunduk lalu dengan perlahan ia ambil uang yang dijatuhkan Jeno. Dengan langkah pelan dan terus menunduk ia pergi keluar kelas. Tujuannya adalah kantin, namun sepanjang jalan Haechan tidak berani mengangkat kepalanya. Menjadi pusat perhatian adalah hal yang paling ditakuti Haechan.

Haechan terbiasa membelikan sarapan untuk Jeno seperti ini, jadi dia sudah hapal dengan segala pesanan yang diinginkan oleh Jeno. Jadi selepas membeli yang dibutuhkannya ia pergi dari kantin dan bergegas kembali menuju kelasnya.

Dengan perlahan Haechan menaruh pesanan Jeno di mejanya, selepas itu meski tanpa ucapan terimakasih Haechan bergegas kembali ke bangkunya.

Diambilnya tas sekolah miliknya lalu mengeluarkan empat buku dari dalam tas. Tanpa kata ia taruh keempat buku itu di meja Jeno. Jaemin yang sempat melihat segera mengambil buku di hadapan Jeno dan mengeceknya.

"Hey cupu terima kasih ya" pekik Jaemin setelah dilihat jika tugas yang dikerjakan Haechan sempurna. Haechan sempat tertegun sesaat sebelum mengangguk pada Jaemin.

Haechan duduk seorang diri dan itu sudah biasa, lagipula siapa yang mau duduk dengan anak beasiswa dan miskin(ini anggapan para siswa pada Haechan). Tapi justru ini menguntungkan Haechan, dia jadi bisa berkonsentrasi penuh pada pelajaran yang diterimanya.

Bel istirahat akhirnya berbunyi, Haechan tersenyum kecil sebelum dengan semangat mengeluarkan kotak bekal dari tasnya. Selalu begini maka karena inilah banyak mengira Haechan itu anak miskin.

Haechan baru akan menyuap makannya ketika Jaemin tiba-tiba mengambil kotak bekalnya dan memandang kotak bekalnya dengan penasaran. "Makanan ini terlihat bagus, untuk kami saja ya" ujar Jaemin lalu mendekat pada Jeno dan dua temannya yang lain.

Haechan hanya dapat melongo apalagi ketika keempatnya memakan makanannya dengan lahap. "Lalu aku makan apa" desah Haechan sedih.

"Besok buat lagi" perintah salah satu dari keempatnya.

"Hay Jisung berikan dia uang, orang miskin sepertinya mana ada uang" ucap yang paling pendek diantara keempatnya.

"Mian Renjun-ah aku lupa kalau si cupu ini miskin" sahut Jisung lalu menaruh segepok uang dihadapan Haechan. Yang membuat Haechan melongo melihat seberapa tebalnya uang yang diberikan Jisung.

Haechan memandang Jisung, "aku harus membuat berapa banyak?" Tanya Haechan.

"Ya empatlah" sahut Jisung datar.

"Tapi ini terlalu banyak" jawab Haechan sembari hanya mengambil dua lembar uang, dan berniat mengembalikan sisanya.

Jisung melihat uang yang disodorkan kearahnya, "lalu buatkan setiap hari" titah Jisung sebelum pergi dari hadapan Haechan.

Haechan akhirnya hanya memasukkan uang itu kedalam tas dan menyimpannya. Tapi tiba-tiba....

"Bos, anak sekolah sebelah membuat masalah"

Itu adalah anak buah Jeno dkk, meski berada di kelas unggulan. Jeno, Jaemin, Renjun dan Jisung juga terkenal sebagai berandal sekolah. Haechan hanya memperhatikan dalam diam saat Jeno, Jaemin, Renjun dan Jisung berdiri dari kursi mereka dan segera pergi bersama anak yang memanggil mereka tadi. Setidaknya ketika mereka tidak ada Haechan dapat menikmati kelas tanpa rasa takut.

Haechan menghela nafas lega saat jam pulang sekolah berbunyi. Perutnya terasa perih akibat ia belum makan siang, mau bagaimana tadi bekal makan siangnya dirampas Jaemin dan kembali dalam keadaan kosong.

Haechan sudah akan berdiri sebelum Jeno dan teman-temannya masuk, melihat wajah marah Jeno dan yang lain seluruh teman sekelas Haechan sudah berlari keluar lebih dulu. Sedangkan Haechan yang juga akan ikut keluar di hadang oleh Renjun.

"Kau tahu jika kau tidak bisa pergi kan honey" ucap Jeno dengan nada main-main.

Haechan meremat tali tasnya dengan erat, "Je...no hhharrri inni bboolleehhkkahh kkkkauu tttiiddaaak meeemuukkuulllii kku" sahut Haechan terbata-bata. Jeno menyeringai samar sebelum.

Buaaggjj

Haechan langsung dipukul di pipinya, "cupu sialan kau berani memerintahku" bentak Jeno sembari menjambak rambut Haechan dengan keras.

Haechan hanya dapat meringis tanpa suara, karena jika dia bersuara Jeno akan memukulinya lebih parah lagi. "Sumpal mulutmu" perintah Jeno.

Dengan gemetar Haechan mengambil sapu tangan di tasnya, inilah fungsi sapu tangan yang dibawanya setiap hari. Jika mood Jeno buruk ia selalu dijadikan samsak tinju oleh pemuda tampan itu. Dengan segara Haechan memasukan saputangan miliknya di dalam mulut.

Melihat jika pemuda dibawahnya sudah menuruti perintahnya, Jeno tidak menunggu lagi dengan segera ia layangakan belasan tendangan ke tubuh ringkih itu. Tanpa belas kasihan Jeno tetap melakukannya meski badan Haechan telah terbaring tidak berdaya dilantai kelas.

Sedangkan Jaemin, Renjun dan Jisung hanya menonton dengan setia mengenai apa yang dilakukan oleh Jeno. Ini sudah jadi makanan sehari-hari mereka, lagipula bukan hanya Jeno yang seperti itu pada Haechan. Mereka juga sering melakukannya jika mood mereka sedang buruk atau ketika mereka bosan.

Merasa sudah puas, Jeno akhirnya menghentikan aksinya. "Kita pulang" ajak Jeno. Jaemin, Renjun, dan Jisung segera berlalu begitu saja dari hadapan Haechan yang terbaring lemah. Meninggalkan pemuda manis itu menangis tanpa suara akibat tubuhnya yang sakit, padahal baru kemarin ia dipukuli oleh Renjun dan Jaemin dan hari ini justru Jeno yang melakukannya.

"Ssshhhh" ringis Haechan pelan sembari berusaha untuk bangkit, ia usap darah yang mengalir dari sudut bibirnya. "Aku tidak pernah melakukan kesalahan apapun pada kalian, tapi kenapa kalian justru menyakiti ku seperti ini" bisik Haechan sendu.

Dengan langkah pelan dan tertatih Haechan berusaha untuk pulang ke apartemennya. Sepanjang jalan ia akan berjalan sedikit oleng akibat nyeri yang dirasakan di kakinya. Meski begitu sakit dan tubuhnya terasa lemas Haechan berusaha untuk tetap mempertahankan kesadarannya. Setidaknya ia tidak boleh pingsan di jalan, kalau tidak appanya akan marah besar padanya. Walau berjalan lebih lambat dan memakan waktu lebih lama untuk sampai di apartemennya, pada akhirnya Haechan bisa sampai juga. Baru saja ia menutup pintu apartemennya, tubuhnya terasa limbung ke depan hingga ia terjatuh di lantai dingin apartemennya. Sakit yang dirasakannya dari ujung kepala hingga ujung kaki membuat Haechan akhirnya kehilangan kesadarannya begitu saja.

T.B.C

Part 02

Haechan terbangun dengan kondisi seluruh tubuhnya yang nyeri belum lagi ia merasa jika ia melukai keningnya. "Ah ... Benjol" ujar Haechan lirih seraya meraba keningnya.

Dengan perlahan ia bangkit dan berjalan ke arah kamarnya, tanpa repot-repot menyalakan lampu di ruangan yang gelap gulita itu. Haechan mandi sebentar sebelum akhirnya terlelap lagi setelah meminum dua tablet obat anti nyeri, tanpa mengisi perutnya. Beginilah dia ketika sedang sakit nafsu makannya pasti akan menurun.

Tidak butuh waktu lama, ruang kamar Haechan yang sedikit remang, karena adanya cahaya dari kamar mandi telah menjadi sunyi. Mengabaikan telpon yang tengah berdering di dalam tas Haechan.

--------

Sedangkan keempat pemuda yang tadi siang asyik menghajar Haechan nampak baru pulang. Mobil mewah itu terparkir rapi di halaman mansion besar yang megah.

"Sebenarnya apa kau masih tidak menerima, Heejin lebih memilih Soobin dibanding dirimu karena itu kau marah saat melihat mereka berdua tadi" ucapan Jaemin tiba-tiba membuat Jeno menghentikan langkahnya.

"Apa aku tidak berhak marah, aku yang lebih dulu menyukai Heejin" sahut Jeno datar.

"Dan melampiaskan kemarahan itu pada Haechan?" Tanya Renjun ikut-ikutan.

Jeno memandang Renjun tajam, "memang kenapa, toh anak itu juga terima-terima saja" sahut Jeno acuh.

"Diam bukan berarti menerima hyung, kenapa kau nekat memukuli dia hari ini padahal kau tahu kemarin kami pun habis menghajarnya" ujar Jisung datar.

"Kau kasihan padanya?" Tanya Jeno tidak percaya.

"Aku hanya tidak mau dia mati, dan pada akhirnya membuat papa marah lagi" jawab Jisung.

Jeno terdiam sebentar benar juga, jika sampai ia menghabisi anak orang dan papanya tahu yang ada dia bisa saja diasingkan ke planet lain oleh papanya. "Baiklah aku akan berbaik hati pada bocah itu besok" sahut Jeno, mereka mengangguk itu artinya besok pun mereka tidak bisa menghajar Haechan akan runyam jika mereka nekat membuat anak orang sekarat. (Sekarang juga udh sekarat itu echan)

"Kalian baru pulang" sebuah suara dengan nada datar terdengar dari arah belakang keempatnya.

Keempatnya langsung berbalik dan melihat kearah seorang pria paruh baya yang kini menatap tajam kearah mereka. "Bukannya daddy sudah bilang, tidak pulang sebelum jam 7 dan kalian baru pulang sekarang ini sudah pukul sepuluh. Kalian balapan lagi" sentak pria itu. Tapi pria itu tahu meski ia berbicara panjang lebar tidak satupun yang akan masuk ditelinga putra-putranya.

"Renjun, Jeno, Jaemin dan kau Jisung sebenarnya apa mau kalian?"

"Daddy akan mengabulkan permintaan kami, jika kami berbicara" sahut Jisung acuh.

"Kalian ingin Chenle dan Yeri pulang" sahut pria itu, namun keempatnya hanya diam.

"Kalian pikir Yeri mau pulang dan bertemu kalian setelah kematian adik kembarnya karena kalian" sahut pria itu lagi.

"Itu bukan kesalahan kami" sahut Jeno.

"Oh, benarkah" sahut pria itu dengan nada mengejek, "apa Yena akan mati jika kalian tidak membuli kakak dari pembunuh Yena, anak itu hanya membalas apa yang kalian lakukan pada saudaranya" jawab pria itu lalu beranjak pergi.

"Apa karena kami anak angkat" karena ucapan Jeno pria itu berhenti berjalan, "karena itu kau tidak terlalu peduli dengan kematian Yena" tambah Jeno lagi, "apa jika suatu saat kami sekarat karena ketidakadilan daddy akan diam saja seperti ini dan tidak menuntut apapun sama seperti apa yang daddy lakukan pada Yena' ujar Jeno dengan emosi, bahkan Jaemin dan Renjun yang ada disebelahnya harus menahan Jeno yang seolah ingin maju dan menghajar daddynya.

"Diam, itukah yang kau lihat? Jung Jeno jika aku memasukan pria itu ke penjara aku juga akan kehilangan kalian berempat" ujar pria paruh baya itu dengan nada emosi, "apa aku harus menuntut pria itu dengan balasan masa depan kalian berempat yang hancur?" tanya pria itu.

Jeno seketika terdiam, "kalian mungkin bukan berasal dari darah dan dagingku tapi sejak papa kalian membawa kalian pulang dan berkata bahwa kalian anak-anak kami maka sejak hari itu aku tidak pernah berpikir tentang apapun selain fakta bahwa kalian adalah anak-anakku" ujar pria itu sebelum akhirnya masuk kedalam rumah yang ternyata pasangan hidupnya ada disana melihat lagi pertengkaran dirinya dan putra-putra mereka.

"Tae" panggil pria itu sendu.

"Jaehyun-ah kau lelah kan? Aku sudah menyiapkan air hangat untukmu mandi setelah itu kita makan malam ya" ujar pria cantik itu seraya mengambil tas kerja dan jas suaminya.

Jaehyun tersenyum, ia tahu Taeyong-nya pasti sedih melihat ia bertengkar dengan anak-anak mereka. Keluarga mereka sudah tidak akan bisa seperti dulu lagi, luka yang ada terlalu besar untuk dapat diobati lagi.

Sedangkan keempatnya hanya dapat diam melihat wajah terluka papa dan daddynya. Mereka tahu semua ini, semua kesalahan ini dimulai dari mereka. Namun manusia mana yang bisa menerima begitu saja kesalahan yang mereka perbuat, apalagi jika kesalahan itu berakibat sangat fatal. Renjun memilih untuk melangkah masuk lebih dulu lalu disusul Jaemin dan Jisung menyisakan Jeno yang masih terdiam dengan tangan terkepal, sebelum akhirnya mengikuti langkah saudaranya yang lain untuk masuk ke dalam mansion mereka.

--------++++++------

"Kau kenapa Ten, dari tadi kenapa sibuk mondar-mandir seperti itu" ujar seorang pria yang menyaksikan belahan jiwanya yang tengah risau.

"Aku menelpon Donghyuck sejak tadi tapi tidak diangkat" sahut Ten.

"Mungkin sudah tidur, dikorea sekarang sudah pukul tengah malam" jawab sang suami mencoba memberi pengertian.

Ten akhirnya meletakkan handphone miliknya di meja sebelahnya, "kau benar disana sudah tengah malam" jawab Ten. "Tapi dia tidak pernah mengabaikan telpon ku sebelumnya entah kenapa perasaan ku tidak enak sekarang" ujar Ten nada cemas kentara sekali keluar dari mulutnya, sedangkan sang suami hanya diam membiarkan pasangan hidupnya berkeluh kesah.

"John, akhir-akhir ini aku berpikir apa kita sudah keterlaluan meninggalkan Donghyuck sendiri di korea" ujar Ten seraya menempelkan kepalanya di bahu sang suami.

Johnny yang mendengar ucapan Ten pun sebenarnya juga merasakan hal yang sama, awal mula mereka meninggalkan Donghyuck putra bungsu mereka karena sejak kecil Donghyuck selalu susah beradaptasi dengan tempat baru, anak itu akan selalu rewel dan mengganggu pekerjaan Johnny dan Ten hingga mereka pernah kehilangan proyek besar disaat perusahaan sangat butuh proyek tersebut. Maka dari itu tepat kejadian itu Johnny dan Ten memutuskan memilih meninggalkan Donghyuk bersama dengan pengasuh di Korea. Awalnya mereka masih sering memantau keadaan Donghyuck, namun karena Donghyuck berbeda dari Hendery yang sangat jenius Johnny dan Ten akhirnya tidak pernah lagi memantau keadaan Donghyuck.

"Bagaimana jika akhir minggu ini kita pulang, kita jenguk Donghyuk mau" tawar Johnny.

Ten tersenyum senang, "tentu saja, Donghyuck pasti bahagia melihat kita pulang" ujar Ten bersemangat membuat Johnny akhirnya dapat tersenyum lega karena dapat menghibur pasangan hidupnya.

------------

Haechan terbangun dipagi hari dengan kondisi perutnya yang sakit, maklum saja ia belum makan sejak siang kemarin. Karena itu dengan perlahan ia beranjak bangun dari tempat tidurnya lalu berjalan menuju dapur. Dalam satu jam ia telah selesai menyiapkan makanan untuk sarapan dan juga lima kotak bekal, ia tidak lupa untuk menyiapkan bekal seperti perintah Jisung jika tidak bisa habis dia ditangan keempat pemuda itu.

Karena ia bangun terlalu pagi untungnya ia masih sempat mengerjakan tugas sekolah miliknya beserta milik Jeno, Jaemin, Jisung dan Renjun. Setelah selesai ia masukan buku-buku tadi kedalam tasnya. Matanya melihat handphone miliknya yang belum tersentuh sejak kemarin.

Matanya membulat saat ia lihat nama mamanya menelpon, perasaan Haechan langsung membaik ada rasa senang karena sang mama ternyata masih ingat padanya. Jadi dengan segera Haechan menelpon balik nomor mamanya, namun sayang ternyata nomor sang mama tidak aktif. Wajah Haechan perlahan tersenyum sendu seraya menatap Handphone ditangannya.

"Apa yang kau harapkan Seo Donghyuck" ujar Haechan lirih seraya menghapus setitik air mata yang mengalir dari matanya.

Haechan memilih menaruh Handphone miliknya di meja dan bergegas untuk mandi, baru saja ia beranjak ia mendengar notifikasi pesan. Haechan segera meraih handphone miliknya, namun ternyata Hyunjin yang menghubungi karena tidak dapat berangkat bersamanya.

...Hyunjin ...

...Haechan, pagi ini aku harus berangkat lebih pagi, maaf tidak dapat menunggu mu... Dan kemana kau kemarin saat pulang kau meninggalkanku 😠😠😠😠...

...Haechan...

...Maaf kemarin aku ada kerja kelompok, tidak apa aku akan pergi sendiri hari ini...

Selesai membalas Haechan bergegas masuk kedalam kamar mandi, ia harus segera jika tidak mau terlambat. Karena ia berangkat seorang diri jadi Haechan sedikit terlambat dan akhirnya tertinggal oleh Bus. Ia tidak bisa menunggu bus berikutnya jika tidak ia akan terlambat datang kesekolah. Karena itu Haechan berniat untuk naik taksi namun entah hari sial apa hingga ia tidak nampak satu taksi pun yang lewat.

Melihat jam ditangannya dimana jika ia menunggu lebih lama maka akan benar-benar terlambat jadi Haechan memutuskan untuk berlari saja menuju sekolahnya. Haechan berlari dengan sekuat tenaganya meski kakinya masih terasa sedikit nyeri namun apa boleh buat, ia tidak boleh membolos jika tidak akan berpengaruh pada beasiswanya.

Ckit...

Haechan terlalu bersemangat untuk berlari sampai ia tidak melihat lampu lalu lintas telah berubah menjadi warna merah. Haechan terdiam mematung saat ia melihat ada mobil yang berhenti hanya satu senti saja dari kakinya.

"Hah...hah..hah.." desah Haechan sembari mencengkeram dadanya.

"YAA KAU MAU MATI HAH" bentak sebuah suara yang amat dikenal Haechan.

"Jaemin" panggil Haechan lirih.

Jaemin pun baru tersadar jika orang yang hampir ditabraknya adalah Haechan. "Hey cupu mata sudah empat pun kau masih tidak bisa lihat dengan benar hah" omel Jaemin, "kenapa masih disitu minggir aku mau lewat" bentak Jaemin lagi.

Haechan yang terkejut segera menyingkir dari hadapan mobil Jaemin, ia bisa lihat dari kaca depan mobil jika didalan mobil ada Renjun, Jeno dan Jisung yang menatapnya dengan acuh. Setelah sampai di pinggir kaki Haechan seketika lemas dan ia terduduk di trotoar sembari masih dalam keadaan tubuh yang bergetar.

"Nak, kau tidak apa?" Tanya seorang wanita dewasa padanya. Dan Haechan hanya dapat menganggukkan kepalanya pelan.

"Kau sekolah di Korea Internasional School kan, ayo naik ke mobilku akan kuantar" tawar wanita itu namun Haechan hanya dengan sopan menolak. Melihat bahwa Haechan enggan diantar olehnya wanita itu hanya mengangguk dan tidak memaksa lagi. Setelah Haechan merasa bahwa kakinya sudah tidak terasa lemas ia mulai berdiri dan akan segera beranjak pergi setelah sebelumnya mengucap terima kasih pada wanita yang menolongnya.

T.B.C

Wow... Ini aq blum kapok nyiksa Haechan malah masih tak lanjut lagi ... Yang udh mampir tolong tinggalkan Vote dan komennya ya