Penjara Cinta Uncle Elvan
Elvan Ardana Darel, Putra dari Liam Abian Darel dan Kaluna Jeinna. Pria matang yang sudah berusia 37 tahun. Memiliki wajah sempurna, tampan dan penuh wibawa, dua hal yang membuat banyak wanita begitu menginginkannya, tapi tak ada satupun yang membuat pemimpin L.A.D Group itu tertarik.
Diusianya yang seharusnya laki-laki itu sudah menikah, tapi masih tidak tertarik sama sekali membuat Kaluna khawatir akan putranya itu. Dia sudah berusaha menjodohkan putranya dengan beberapa wanita dari kalangan sosialitanya dan hal yang sama juga sudah dilakukan oleh Liam, menjodohkan sang putra pada anak rekan bisnis dahulu saat dia masih menjadi memiliki dari perusahaan yang bergerak di bidang perhotelan itu, tapi hasilnya tetap sama. Tidak pernah berhasil.
Penolakan demi penolakan terus saja dilakukan oleh Elvan membuat Kaluna sempat memiliki pirikan buruk pada putranya itu. Dia punya alasan kan untuk itu, karena putranya tak kunjung ingin menikah padahal usianya sudah 37 tahun. Usia yang seharunya sudah memberinya banyak cucu.
"Apa dia tidak tertarik dengan wanita?" Ucap Kaluna panik mengutarakan kemungkinan terburuk dalam kepalanya.
Elif dan Alyssa, langsung melepas gelak tawanya saat mendengarkan ucapan dari Mama mereka. Lalu Liam hanya menghela nafasnya kasar dengan pikiran istrinya yang sudah kelewatan batas karena khawatir. Laki-laki itu berusaha menenangkan sang istri hal yang sama di lakukan oleh Elif dan Alyssa.
"Ma, Elvan masih normal dan akan tetap normal, dia sama sekali tidak tertarik dengan laki-laki" ucap Alyssa menenangkan wanita yang sudah tidak mudah lagi itu.
Elif dan Alyssa hari ini sengaja datang ke rumah orang tua mereka guna menghibur wanita kesayangan mereka dan ini atas informasinya yang di terima oleh Papa mereka. Elif yang tinggal di luar negeri bahkan sengaja pulang demi menghibur Mamanya. Wanita itu datang sendiri tanpa ditemani suaminya, padahal Malvin sudah menawarkan untuk mengantarnya, tapi Elif menolak karena tau jika pekerjaan suaminya begitu banyak dan tidak bisa ditinggalkan.
Melihat wajah Mamanya masih dilanda rasa khawatir membuat Elif beranjak dari posisi duduknya yang semula berdekatan dengan Alyssa. Elif meraih punggung tangan yang sudah mulai mengerut. Lalu tangan satunya merangkul pundak sang Mama.
"Wanita yang akan menjadi istri Elvan dan menantu Mama itu adalah wanita seperti Mama. Jadi Elvan butuh waktu untuk menemukan wanita seperti itu. Bukankah Elvan pernah bilang jika dia mengingkan wanita yang seperti Mama," tutur Elif berusaha menenangkan.
"Tapi Valen sebentar lagi akan bertunangan," ujar Kaluna membuat Liam seketika menghela nafasnya kasar. Elif dan Alyssa menggelengkan kepalanya pelan. Rupanya sampai sekarang Mamanya masih mengharapkan Valen menjadi menantunya.
"Tapi Mama, dua orang itu tidak akan cocok. Mama ingat sendiri kan saat pernikahan aku dan Alyssa, apa yang terjadi dengan Valen sampai dia sudah tidak ingin ke sini karena tidak mau bertemu dengan Elvan," ucap Elif kembali mengingatkan kenangan buruk pada saat pernikahannya dan juga pernikahan Alyssa.
Valen, gadis kecil itu saat usianya masih 5 tahun tidak hentinya menangis karena kesalahan yang tidak sengaja ia lakukan pada Elvan membaut laki-laki itu begitu kesal padanya, membuat Valen sepanjang pesta pernikahan hanya menangis karena dimarahi oleh Elvan.
Kaluna tidak mungkin tidak ingat peristiwa itu meskipun sudah lama berlalu, membuat dia harus mengubur mimpinya membuat Valen menjadi menantu kesayangannya, tapi maksud kalimatnya tadi bukan itu. Dia hanya berfikir jika Valen saja yang usianya baru 19 tahun akan menikah, sedangkan putranya belum juga ada tanda-tanda akan menikah. Itu yang dia keluhkan.
"Bukan itu maksud Mama Nak. Iya Mama sudah ikhlas jika bukan Valen yang jadi istri adikmu, tapi Mama hanya iri saja, Valen yang masih berusaha 19 sudah akan menikah sedangkan adikmu belum," keluhnya.
Keluhan Kaluna terdengar jelas oleh seseorang yang tengah berdiri tidak jauh dari ruangan yang mereka tempati. Elvan yang entah sejak kapan laki-laki itu sudah berdiri di situ dan belum ada yang menyadari kehadirannya. Ia lalu melangkah mendekati semua orang. Saat posisi sudah dekat Elif baru menyadari kehadiran adiknya itu.
"Putra Mama datang, jadi kita sudahi saja membahasnya," ujar Elif
Kaluna langsung mengarahkan tatapnya pada sang putra yang saat ini berjalan mendekati mereka semua. Hal yang sama pun dilakukan oleh Alyssa juga Liam. Laki-laki juga menatap kedatang putranya. Putra yang begitu dia banggakan karena mampu memimpin perusahaan yang ia bangun.
"Kamu datang sendiri?" tanya Elvan pada Elif sambil merendahkan tubuhnya untuk mengecup kening wanita kesayangannya yaitu Kaluna , wanita paruh baya itu seketika memejamkan matanya, kebiasaan yang tidak pernah putranya lupakan saat akan pergi dan kembali.
"Ya," jawab Elif singkat yang juga mendapat kecupan dari sang adik di keningnya.
Lalu yang terakhir Alyssa, Elvan juga melakukan hal yang sama. Senyum di bibir istri deri Alvaro itu seketika mengembang mendapatkan perlakuan hangat dari adiknya. Meskipun mereka bukanlah saudara kandung melainkan hanya saudara angkat tapi rasa sayang Elvan pada Alyssa tetap sama, seperti pada Elif begitupun Alyssa.
"Kau yakin suamimu bisa tahan jauh darimu?" tanya Elvan karena dia tau bagaimana karakter kakak iparnya itu.
Malvin sudah seperti lintah yang selalu menempel pada kakaknya, tidak jauh berbeda dengan yang satu lagi, Alvaro. Cih laki-laki itu juga rasanya sudah tidak bisa bernafas kalau istrinya pergi sehari saja. Ada apa sebenarnya dengan mereka, itu yang di pikirkan oleh Elvan melihat perlakuan kedua kakak iparnya pada kedua Kakaknya.
Elif tidak menjawab pertanyaan adiknya dengan kata-kata, tapi hanya dengan senyum tipis karena dia juga tidak tau apa suaminya bisa jauh darinya, tapi seperti tidak karena ini adalah kali pertama dia pergi tanpa laki-laki itu. Entah apa yang akan dilakukan oleh Malvin di sana bersama putra mereka. Elvan yang melihat ekspresi kakaknya hanya tersenyum tipis karena dia bisa menebak tidak lama lagi laki-laki itu akan menghubungi istrinya. Dari mana Elvan tau, ya karena saat di kantor dia baru melakukan panggilan telpon dengan Kakak iparnya itu membahas masalah bisnis dan pertanyaan di awal tadi hanya sekedar basa basi dan laki-laki itu mengeluh merindukan istrinya.
Tiiiinn
Benar saja ponsel milik Elif langsung berdering dan di sana tertera jelas nama suaminya. Semua mata menatap ke arah sana Elvan mendengus sedangkan yang lain tersenyum. Tidak punya pilihan lain, Elif akhirnya mengangkat panggilan itu sambil meninggalkan semua orang menuju kamarnya.
"Halo Baby," panggilan Malvin saat panggilan itu sudah terhubung.
"Iya," jawab Elif.," kamu sudah pulang?" lanjutnya lagi mengingat di sana sudah malam, pasti suaminya sudah ada di rumah.
"Em," jawab Malvin dengan suara malas.
"Putra mu merindukan mu," ujar Malvin sambil menatap layar ponselnya yang menampilkan wajah istrinya.
"Jangan menggunakan namaku Dad. Aku belum pernah menyebut nama Mommy keseharian ini!" teriak anak laki-laki yang sepertinya tidak juga dari posisi dari Malvin, dia tidak terima saat sang Dad menggunakan namanya sebagai alasan kaki -laki itu merindukan mommynya.
Bukkk
Sebuah batal baru saja melayang ke arah anak laki-laki yang saat ini sibuk dengan benda canggih ditangannya dan untung saja dia dengan cepat menghindar jadi bantal itu tidak bisa mengenainya. Tidak ingin mendapatkan lemparan kedua dia lebih memilih menjauh dari tempat itu.
"Ya ampun sayang kau melempar putramu dengan bantal?" terlihat raut wajah tidak terima melihat perlakuan suaminya pada putra mereka.
"Cih dia tidak bisa diajak kerja sama," jawab Malvin kesal. Elif hanya menggelengkan kepalanya melihat raut wajah suaminya. Sejujurnya dia juga merasakan hal yang sama, dia pun merindukan suaminya.
"Bagaimana, kamu sudah menemukan gaun yang mana kamu sukai untuk acara pertunangan mu nanti?" tanya Zana pada putrinya, wanita itu tengah duduk di samping sang putri yang tengah dipusingkan untuk memilih gaun yang mana yang cocok untuk dia gunakan di hari pentingnya.
Valen menggeleng, menandakan belum ada yang sesuai dengan keinginannya, padahal sudah hampir dua 2 jam dia melihat -lihat foto -foto yang sengaja sang mommy siapkan untuknya. Jika ada sekiranya yang sesuai dengan yang dia inginkan dia bisa langsung mendatangkan desainer ke mansion nya.
"Apa perlu mommy carikan yang lain?" tawar Zana pada sang putri.
Pertunangan sang putri tinggal beberapa Minggu lagi, tapi sampai hari ini pemilihan gaun belum juga diputuskan oleh Valen putrinya. Bahkan sebagian dari model yang di kirimkan melalui foto adalah dari calon menantunya. Kafin Kastara seorang pengusaha mudah rekan bisnis suaminya. Meskipun usia laki-laki itu masih 28 tahun tapi kemampuannya dalam berbisnis mampu membuat Gio, menatap kagum pada laki-laki itu. Untuk itu saat Kafin menginginkan putrinya Dia dan Gio langsung menyetujui apalagi sang putri pun tidak menolak mengingat bagaimana kebaikan laki-laki itu.
"Mom apa boleh aku mengatakan sesuatu?"
"Tentu saja, apa yang kamu inginkan sayang katakan saja, mommy akan mengabulkannya," ucap Zana lembut.
"Aku ingin gaun yang aku kenakan di hari pertunangan dan pernikahan ku nanti di buat oleh aunty Alyssa," pintanya serius.
Itu adalah salah satu keinginan dari Valen, jika suatu saat nanti dia bertunangan dan menikah, dia ingin mengenakan gaun yang dibuat langsung oleh sang aunty Alyssa, yang merupakan seorang fashion desainer kesukaannya. Zana yang mendegar keinginan purinya tersenyum, dan tentu saja dia akan mengabulkannya.
"Baiklah, jika itu mau mu, Mom akan menghubungi Aunty Alyssa langsung dan memintanya datang ke Itali," balas Zana
"No. Mom." Cegah Valen karena dia tidak ingin Aunty Alyssa yang datang ke sini, tapi dia, ya dia yang akan ke sana dan dia juga ingin mengunjungi makam sang Grand Ma, ibu dari mommy. Sudah lama sejak terakhir kali dia pulang ke Indonesia. Negara kelahiran Mommy nya, dan dia sudah tidak pernah sejak dia masih kecil. Dia selalu menolak untuk ke Indonesia jika kedua orang tuanya akan berkunjung, karena dia tidak ingin bertemu dengan seseorang. Orang yang selalu saja memarahinya.
"Lalu?" tanya Zana kembali, bingung karena sang putri pun menolak jika dia meminta Alyssa datang ke sini.
"Emm, Valen yang kesana saja Mom sekalian Valen mau berkunjung ke makam Grand Ma."
"Kamu serius sayang?" tanya Zana tidak percaya.
Tentu saja wanita paruh baya itu terkejut mendengar keinginan sang putri, karena setelah beberapa tahun berlalu Valen akhirnya berkeinginan berkunjung ke Indonesia. Mengingat bagaimana peristiwa buruk yang menimpa putrinya waktu itu. Padahal usia Valen masih 7 tahun tapi dia sudah mampu merekam memori buruk tentang dirinya. Membuat sang putri tidak pernah lagi datang ke Indonesia, sebenarnya masalah yang terjadi hanyalah masalah sepele, tapi karena Valen masih anak-anak, membuat itu menjadi besar untuk ukuran anak kecil.
Waktu itu saat pesta pernikahan Elif, putrinya bermaksud ingin membawakan minuman untuk Elvan, karena Valen melihat laki-laki itu kehausan, tapi karena tangan kecil putrinya tidak bisa dengan sempurna memegang gelas yang dia bawah membuat minuman itu terjatuh menimpa Elvan, yang membuat laki-laki kesal dan melupakan emosinya pada putrinya.
Jika sebelumnya pertengkaran mereka akan terlihat lucu di mata semua orang, tapi waktu itu sama sekali tidak, karena Valen bukan hanya menangis tapi juga ketakutan, hingga membuat sang putri jatuh sakit. Itu adalah hari di mana Valen sudah tidak ingin diajak ke Indonesia dia tidak ingin bertemu dengan Elvan.
"Iya Mom Valen saja yang menemui Aunty Alyssa. Sekali Valen mau belajar karena kan nanti setelah menikah Valen mau kuliah dan menjadi seperti Aunty Alyssa," tutur Valen tanpa ragu.
Sesuai dengan pembicaraannya dengan Kafin, calon suaminya. Dia akan melanjutkan kuliah setelah menikah dan laki-laki itu tentu saja tidak keberatan. Itulah salah satu yang menjadi alasan Valen menyetujui untuk menikah dengan laki-laki itu, karena dia memberikan kebebasan padanya. Usianya masih sangat mudah dan baru selesai dengan pendidikan menengah atasnya dan dia tidak ingin pernikahan ini membuat dia tidak melanjutkan pendidiknya, lagi pulang calon suaminya menyetujuinya.
"Baiklah sayang, Mom akan mendukung apapun yang kamu inginkan, dan jika kamu ingin Aunty Alyssa yang merancang gaun pertunanganmu dan juga pernikahanmu maka lakukanlah, Mama Kaluna pasti juga akan sangat senang jika kamu datang ke Indonesia," tutur Zana, wanita itu Lalu mendekat dan mengecup keinginan putrinya.
***
Malam hari di kediaman keluarga Gio. Sang istri Zana tengah sibuk melayani dirinya, bukan hanya dirinya, wanita itu juga tengah melayani ibunya dan juga ayahnya dan tidak ketinggalan putrinya. Begitulah kegiatan malam keluarga itu yang tidak pernah melewatkan makan malam bersama.
"Dad dengar kamu akan ke Indonesia?" Gio memulai pembicaraan.
Kabar akan keinginan putrinya ingin ke Indonesia sudah diketahui laki-laki itu dari sang istri. Sama halnya dengan Zana, Gio pun terkejut mendegar keinginan putri semata wayangnya itu.
Mendengar pertanyaan Gio, membuat Anita ibu dari Gio menghentikan gerakan tangannya yang tengah sibuk menikmati makanan yang baru saja di siapkan oleh menantunya, hal yang sama juga dilakukan oleh Brian ayah sambung dari Gio.
"Betul sayang, kamu ingin ke Indonesia?" tanya Anita mengulang pertanyaan dari putranya.
Valen menanggung" Iya Dad . Iya Grand Ma dan aku sudah mengatakan sama Mom jika aku akan berangkat tiga hari lagi ," balas Valen.
"Apa Kafin sudah mengetahui rencanamu?" tanya Gio kembali sambil menikmati makanannya.
"Iya Dad, aku sudah mengatakannya dan dia sendiri yang akan mengantarku ke bandara nantinya," balas Valen kembali.
Gio cukup senang mendengar jawab putrinya dan juga perhatian dari calon menantunya Kafin. Hal yang sama juga dirasakan oleh kedua paruh baya itu. Kali ini perhatian Gio di alihkan pada sang istri, laki -laki juga menanyakan hal penting pada istrinya.
"Sayang apa Liam dan Kaluna sudah tau jika Valen akan datang?"
"Aku sudah menghubungi nya setelah Valen memiliki keinginan itu dan Kaluna sangat senang dan tidak sabar menanti kedatangan Valen," jawab Zana.
Sebenarnya bukan hanya Kaluna yang tidak sabar tapi, Velan pun demikian. Dia tidak sabar bertemu dengan Kaluna yang mulai dia panggil dengan sebutan Mama atas permintaan Kaluna sendiri. Wanita itu lebih senang saat Valen menggunakan panggilan itu di banding memanggilnya dengan sebutan Aunty.
***
Di lain tempat dan waktu. Di sebuah ruangan besar. Pemimpin L.A.D Grup, yaitu Elvan tengah menyadarkan kepalanya ke sandaran kursi kerja miliknya, salah satu tangannya diletakkan di atas dahinya. Matanya terpejam, tapi kaki-laki itu sama sekali tidak tertidur.
"Jadi kamu akan datang," gumamnya.
Sebuah senyum tipis terukir di bibir laki-laki itu.