SweetNovel HOME timur angst anime barat chicklit horor misteri seleb sistem urban
My Regret

My Regret

First Meet

Kenalan dulu yuk...

Cast : Oh Sehun

⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️

Cast : Kim Yoon Ji / Kim Aegi.

⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️

Cast : Kim Taehyung.

⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️

Cast : Kim Sejeong.

⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️

Cast : Oh Sang Hyun

Kenalan dulu yuk...

Cast : Oh Sehun

⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️

Cast : Kim Yoon Ji / Kim Aegi.

⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️

Cast : Kim Taehyung.

⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️

Cast : Kim Sejeong.

⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️

Cast : Oh Sang Hyun

~~~~~~~~~ Happy Reading ~~~~~~~~~

"Sehun aku pasti merindukanmu kalau kau terlalu lama menetap disana. Sedangkan aku? Paling juga cuma beberapa hari saja ikut denganmu. Ck, kenapa kau bersikeras pergi ke London? Kenapa tak melanjutkan kuliah di Seoul saja? London itu jauh...."

Gadis itu memberengut kesal. Sejeong sungguh tidak rela jika kekasihnya Sehun meneruskan pendidikannya ke London, sedangkan ia sendiri berada di Seoul. Berada jauh dari sang kekasih dalam waktu yang lama membuatnya takut. Apalagi Sejeong termasuk tipe wanita pencemburu. Kekasihnya itu tampan. Kaya pula. Meski kaya dan tampan tidak pernah menjadi alasan utama Sejeong untuk mencintai Sehun, tapi bukan berarti hal yang sama akan terjadi pada wanita lain yang mencoba mendekati Sehun di kemudian hari.

Laki-laki berjaket hitam itu hanya memberikan senyuman kecil sebagai jawaban. Sejeong melirik sekilas ke arah Sehun yang terlihat tak berniat mengeluarkan sepatah kata pun untuk membalas perkataannya.

"Sehun? Sehun-ah, jika kau terus mengacuhkanku kenapa kau mengajakku ikut bersamamu?"

Sejeong menghentikan langkahnya lalu melayangkan protes kepada lelaki bertubuh tinggi yang berjalan di depannya.

"Aku tidak mengacuhkanmu, Sayang. Kalau aku berniat mengacuhkanmu... kenapa aku malah membawamu ke sana bersamaku sekarang? Kau tidak keberatan bukan menemaniku ke sana? Aku punya kejutan untukmu."

Sehun tersenyum manis sambil mengangkat dagu wanita yang memiliki postur tubuh jauh lebih pendek darinya. Iris pekat kopi milik Sehun yang sedang menatapnya tajam, membuat Sejeong terpana hingga larut dalam pusaran. Sejeong tak bisa berhenti mengagumi keindahan yang melekat dalam diri Sehun. Di matanya, Sehun adalah karya seni terindah yang pernah tercipta di muka bumi.

Perlahan, Sejeong mulai menjulurkan tangannya. Dia tak bisa menahan diri untuk tidak menyentuh rahang tegas milik Sehun. Mata Sejeong menatap intens hidung mancung milik Sehun, sebelum beralih pada kedua pasang bibir Sehun yang terlihat begitu menggiurkan. Gadis itu susah payah menenggak salivanya sendiri, ketika otaknya bergerak liar membayangkan bibir Sehun mengecup lembut bibirnya.

Setelah puas memanjakan kedua netranya melihat keindahan lukisan Tuhan yang tercermin di wajah Sehun, Sejeong mulai beralih menurunkan kedua tangannya menyentuh dada Sehun yang bidang. Entah kenapa, matanya mulai berkaca-kaca, saat dirinya membayangkan pemilik dada bidang yang senantiasa menjadi tempatnya bersandar, akan pergi jauh meninggalkannya. Sejeong menggeleng pelan. Mencoba menepis kesedihan yang datang tiba-tiba, agar suasana hatinya tetap kondusif.

"Kau bilang kau punya kejutan? Kejutan apa?"

"Kalau aku memberitahumu itu bukan kejutan lagi namanya."

Sehun kemudian berbalik dan meninggalkan Sejeong yang menatap punggung lebarnya dengan tatapan bingung.

"Hei Sehun tunggu aku!"

\*\*\* 

\*\*\*

 

Di tempat yang sama...

"Chagiya. Kau harus hati-hati disana. Pokoknya jangan lupakan semua pesan yang aku katakan padamu, karena aku tidak bisa menemanimu seterusnya."

Taehyung sedikit memberi penekanan pada kalimat terakhirnya. Gadis bersurai hitam panjang, dengan wajah manis berlesung pipi itu pun terkekeh pelan.

"Baiklah. Kau jangan khawatir. Aku akan menjaga diriku dan...."

Aegi menghentikan langkahnya untuk menghadap Taehyung dan memberikannya tatapan tajam.

"Berhenti memanggilku chagiya, aku bukan kekasihmu!" Taehyung mengerjap pelan.

"Aegi... agi... chagiya... Kata-kata itu terdengar mirip bukan??? Anggap saja aku sedang memanggil nama aslimu." Jawab Taehyung polos.

"Karena kau seperti ini, jadinya So Hyang salah paham. Dia bersikap dingin padaku karena menganggap kita ini punya hubungan spesial, asal kau tahu. Aku jadi merasa tidak nyaman. Dia terus saja bersikap sinis padaku."

Taehyung menatap lekat-lekat wajah gadis yang ia cintai. Ya, dia mencintai gadis itu. Bahkan sangat mencintainya. Hanya saja jiwa pengecut yang ada dalam dirinya masih sangat dominan hingga sampai saat ini pun, dia tak pernah mengatakan apapun perihal perasaanya tersebut. Banyak pertimbangan yang membuat dirinya bungkam. Salah satu alasannya adalah... Taehyung tidak ingin kalau Aegi menjadi sungkan terhadapnya jika gadis itu tahu perasaan spesial yang telah lama Taehyung pendam.

"Aku tidak peduli dengannya. Biar saja kalau dia menganggap kita punya hubungan spesial, dia jadi bisa berhenti mengejarku," ucapnya santai.

"So Hyang cantik, dia primadona di sekolah, pintar juga. Tapi kenapa kau tidak tertarik padanya? Padahal banyak laki-laki yang tertarik padanya, sayangnya dia hanya tertarik padamu. Aku bisa melihat dari gerak-gerik tubuhnya saat bersamamu. Aku yakin dia menyukaimu. Ah! Tidak hanya suka. Mungkin cinta? Benar! Cinta!" Aegi mengangguk mantap.

"Ck. Diam kau cerewet! Kau tidak tahu apa-apa."

"Tapi aku benar!" sahut Aegi tak mau kalah.

Taehyung hanya melirik malas padanya, lalu mengusap wajah gadis itu dari kening hingga dagu dengan gerakan turun yang cepat. Namun secara tak terduga...

"Aish kau... ahhh."

"Awww...."

Pekik Sejeong dan Aegi bersamaan ketika tanpa sengaja mereka saling bertabrakan. Sejeong saat itu tengah berlari mengejar Sehun dan Aegi sedang asyik mendebat Taehyung hingga tak fokus menatap jalan. Suara pekikan itu sontak membuat Sehun berhenti dan menoleh ke belakang. Begitu pun dengan Taehyung yang matanya membulat seketika saat melihat gadis yang dicintainya terjatuh. Barulah setelah sekian detik berlalu, Taehyung bergerak berusaha membantu kedua gadis itu untuk bangun.

"Gi~ya, kau tak apa apa?"

Mata Taehyung menatap Aegi penuh dengan rasa khawatir. Aegi menggelengkan kepala sebagai tanda kalau dirinya baik-baik saja sembari menyunggingkan seulas senyum.

"Sejeong?! Apa yang terjadi?"

Tanya Sehun yang sekarangsudah berdiri di belakang tubuh Sejeong dan membantunya berdiri.

"Aku tak apa, Tae," jawab Aegi.

"Tidak apa-apa Sehun."

Sejurus kemudian kedua mata gadis tersebut bertatapan dan saling melempar senyum.

"Maaf agashi, saya tidak melihat jalan hingga bisa menabrak Anda," ucap Aegi sembari membungkukkan badannya tanda menyesal.

"Ah, tidak agashi, saya yang salah. Saya yang berlari dan menabrak Anda sampai sampai Anda terjatuh. Maaf."

Kedua lelaki itu hanya diam memperhatikan. Sambil sesekali melirik secara bergantian ke wajah kedua gadis yang tengah saling membungkuk meminta maaf. Sehun bergegas mengambil passport yang terjatuh milik Sejeong lalu dengan cepat ia menarik tangan gadisnya.

"Sudahkan? Ayo Sejeong, sebentar lagi kita akan berangkat. Dan kau."

Sehun melirik sinis ke arah Aegi. Tatapan Sehun yang tak ramah, membuat yang ditatap digayuti tanda tanya.

"Lain kali kalau berjalan... gunakan juga matamu untuk melihat jalan!"

Mereka berdua segera pergi dari tempat itu, meninggalkan Taehyung dan Aegi yang rasa terperangahnya belum habis akibat perkataan ketus yang dilontarkan lelaki anonim yang tak mereka kenal.

"Cih... Lelaki tadi, sombong sekali."

Gerutu taehyung. Aegi menoleh ke arah Taehyung yang sedang bersungut ria. Tangannya mengambil passportnya yang sempat terjatuh tadi dari tangan Taehyung lalu kembali melanjutkan perjalanannya.

"Kau ini belum kenal orangnya, kan? Kenapa kau bilang dia menyebalkan?"

Aegi hanya menggelengkan kepalanya saat melihat Taehyung yang terlihat begitu kesal.

"Kau lihat kan tadi? Padahal kalian berdua sama-sama tak sengaja bertabrakan. Tapi kenapa lelaki itu hanya menyalahkanmu saja?"

"Ya sudahlah. Jangan marah-marah terus. Nanti kau cepat tua."

Beberapa detik berlalu, mendadak Taehyung menghentikan langkahnya. Berbalik menatap lekat wajah sahabatnya dengan ekspresi ragu. Taehyung seperti ingin mengatakan sesuatu, namun bimbang malah merajai hatinya. Aegi mengernyit.

"Kenapa? Kau mau mengatakan sesuatu?"

"Aegi. Sebenarnya aku... aku... "

Taehyung menenggak salivanya gugup. Ingin sekali dia meneriakkan isi hatinya dengan mengatakan secara lantang bahwa dirinya sangat mencintai Aegi. Namun yang terjadi, lidahnya malah terasa kelu.

"Hem?" Aegi masih menunggu Taehyung melanjutkan perkataannya.

"Tidak. Aku hanya ingin bilang. Apapun yang terjadi, kau tak boleh melupakanku. Janji?"

Gadis itu pun menarik kedua sudut bibirnya lalu mengangguk dengan cepat.

"Janji."

"Gi, tunggulah. Aku harap kau tak lagi membuat seseorang tergila-gila lagi kepadamu seperti apa yang kau lakukan terhadap ku. Meski kau tak sadar telah melakukannya."

Taehyung menatapnya lembut. Hanya matanya yang berbicara tentang cinta. Tidak dengan bibirnya. Dan Aegi, gadis bodoh itu belum tentu bisa melihat arti dari tatapan memuja Taehyung kepadanya. Katanya dia bisa tahu perasaan So Hyang pada Taehyung hanya dengan melihat gerak-gerik So Hyang saja, tapi dia sendiri tak peka terhadap Taehyung. Dan itu membuat Taehyung kesal bukan main.

"Bagaimana bisa dia kekeh bilang So Hyang mencintaiku hanya dengan melihat gerak geriknya saja? Sedangkan dia sama sekali tak menyadari perasaanku yang sering aku tunjukkan padanya? Dasar kau gadis bodoh. Tapi ya sudahlah... Tunggu aku Yoon Ji. Aku akan mengatakannya padamu jika aku sudah benar-benar pantas dan yakin bisa membahagiakanmu." Taehyung membatin.

"Eumm, Gi. Tunggu sebentar ya, aku mau memberikan sesuatu untukmu."

Taehyung merogoh ke seluruh saku celananya. Tapi benda yang dia cari tidak kunjung ia temukan. Begitupun setelah Taehyung merogoh ke saku jaket yang ia pakai. Tetap saja dia tidak menemukan barang yang dia maksud. Setelah lama mencari, akhirnya Taehyung ingat sesuatu lalu menepuk keningnya.

"Sepertinya sesuatu yang aku siapkan untukmu tertinggal di toilet. Tunggu ya, aku akan mengambilnya."

"Eh tapi, pesawat kita akan berangkat!"

"Sebentar saja tidak lama."

Bergegas laki-laki berjaket hitam itu hilang di balik kerumunan orang. Kini hanya punggungnya yang terlihat dikejauhan.

Sementara itu tak jauh dari posisinya berada...

Sejeong, gadis itu tiba-tiba saja merasa pandangannya berkunang-kunang. Semua yang ada dihadapannya kini tampak melayang dan berputar seakan kehilangan daya gravitasi.

Dengan susah payah ia berusaha mempertahankan kesadarannya sendiri dan menyimak sebisa mungkin celotehan Sehun tentang rencananya di London. Napasnya tersekat saat ia menyadari hidungnya mengeluarkan darah. Buru-buru dia seka darahnya selagi Sehun belum sadar apapun, masih asik mengarahkan fokusnya ke papan jadwal penerbangan seolah-olah ia harus meneliti sesuatu dari sana.

"Sejeong? Ada apa?"

Sehun menoleh ke belakang saat sadar gadis itu tak berjalan di sampingnya. Menanggapi Sehun, Kim Sejeong hanya menggelengkan kepalanya lalu tersenyum.

"Sehun-ah. Aku mau ke toilet sebentar ya. Sebentar saja. Ok?"

"Pesawat kita sebentar lagi akan berangkat Sejeong."

"Tapi aku harus segera pergi ke toilet."

"Ya sudah. Cepat, ya."

"Iya."

Sejeong langsung buru-buru pergi meninggalkan Sehun. Sedangkan Aegi sendiri yang sedang merasa bosan pun memilih duduk menunggu sambil memainkan ponselnya tanpa peduli siapa yang berada di sampingnya. Semenit berlalu terdengar suara pengumuman yang mengumumkan bahwa penerbangan ke London akan segera berangkat.

"Ayo."

Dasar bodoh! Sehun menarik asal tangan seorang gadis disampingnya. Dan seperti kerbau dungu gadis itu pun ikut saja saat Sehun menarik tangannya untuk bergegas naik ke pesawat. Aegi yang terus menunduk sambil sibuk chatting benar-benar dibuat tidak sadar kalau sesungguhnya bukan Taehyung laki-laki yang menarik tangannya tadi.

Dan apa yang terjadi pada Sehun? Entahlah apa yang tengah dia pikirkan hingga membuat Sehun tak menoleh sedikit pun ke arah gadis yang akan ia ajak menemui ayahnya di London. Padahal gadis tersebut bukanlah Sejeong kekasihnya. Ya, Sehun mantap untuk mengenalkan Sejeong sebagai calon menantu ke ayah kandungnya yang sekarang berdomisili di London. Itulah kejutan yang ia maksud dengan mengajak Sejeong ke London. Tidak! lebih tepatnya memaksa Sejeong ikut dengannya meski hanya beberapa hari.

Aegi memasukkan ponselnya ke bagian terkecil tasnya secara serampangan saat dia hendak menaiki tangga menuju ke dalam pesawat, hingga dia tidak menyadari kalau ponselnya belum tersimpan dengan benar kemudian terjatuh saat seseorang tak menyenggol keras tubuhnya yang mungil. Barulah ketika mereka berdua sudah hampir tiba di bangku penumpang yang mereka tuju, mereka secara utuh sadar akan situasi.

Ada yang aneh. Pikir keduanya bersamaan.

"Eh? Taehyung? Tadi bukannya dia sedang pergi mengambil sesuatu? Bukannya dia hanya akan mengantar ku saja di bandara? Tapi ini... tangan ini...."

Yoon Ji heran, sedangkan Sehun mengernyitkan keningnya.

"Gelang? Di tangan kanan Sejeong ada gelang? Aku rasa tadi dia tak memakai aksesoris apapun di tangannya? Eh? Tadi bukankah Sejeong bilang dia mau ke toilet?"

Lalu pandangan mereka perlahan tertuju ke arah tangan yang saling menggenggam lalu...

Sehun dan Aegi serempak saling melepaskan tangan masing masing. Wajah mereka memancarkan rasa keterkejutan saat melihat orang yang ada di hadapannya kini bukanlah orang yang ada di benak masing-masing.

"Kau?" Keduanya saling menunjuk.

"Kenapa berubah jadi kau? Mana Sejeong?" Wajah Sehun mulai terlihat panik.

"Ya! Bukannya kau yang menarik tanganku? Aku pikir kau Taehyung! Dan kenapa kau memakai jaket itu??"

"Jaket? Ya! Apa hakmu mengatur aku harus memakai apa? Terserah aku."

Aegi membuang napasnya kasar.

"Karena kau memakai jaket yang sama dengan Taehyung, aku mengira dirimu adalah dia! Jadi aku diam saja saat kau menarikku."

"Kau! Huh!"

"Maaf Tuan dan Nyonya, pesawat akan segera lepas landas. Silahkan duduk dengan tenang di tempat Anda dan harap memakai sabuk pengaman Anda."

Suara pramugari membuat mereka menghentikan sejenak pertengkaran mereka. Tak ingin terus menerus jadi pusat perhatian, mereka memilih menuruti apa kata pramugari untuk duduk dengan tenang.

"Sial!"

Rutuk sehun dengan wajah ditekuk. Dia sangat kesal sampai wajahnya terlihat memerah. Jelas saja dia marah, sudah dari jauh hari dia menyusun rencana untuk membawa Sejeong dan mengenalkannya kepada ayahnya sekarang malah jadi hancur total.

"Ini bukan seratus persen salahku."

Desis gadis itu. Sehun bergeming.

Ia hanya meliriknya sekilas lalu membuang pandangannya ke arah kaca. Dia lebih memilih melihat pemandangan dari kaca pesawat ketimbang melayani pertanyaan dari gadis yang namanya pun dia tak berniat untuk tahu.

"Ihh. Dasar sombong. Pantas saja Taehyung bilang dia menyebalkan."

Aegi mengedikkan bahunya melihat tingkah Sehun yang menurutnya sangat menyebalkan. Gadis bermarga Kim itu sungguh tak merasa tenang di tempat duduknya sekarang. Dia merogoh-rogoh tas miliknya dan memeriksa seluruh kantong yang terdapat di bajunya. Dia baru menyadari kalau saat ia bertabrakan tadi, mungkin bukan saja passpornya yang jatuh tapi juga ponselnya.

Aegi hanya bisa meringis. Bukan karena dia sakit tapi karena dia merasa hari ini dia sungguh sial. Juga... uang yang ada di saku bajunya sungguh pas-pasan. Dia baru akan mendapat uang saku ketika dia sudah sampai di asramanya dan mengurus segala keperluan administrasinya di Oxford. Lalu bagaimana dia harus kesana kalau dia sendiri tak punya cukup uang untuk naik kendaraan? Bagaimana dia harus menghubungi Taehyung nanti? Ini bukan Korea. Harus disadari kalau dia sedang menuju ke negeri asing yang dia tak begitu mengenalnya secara nyata. Apa dia harus berjalan kaki ke Oxford? Gadis manis itu hanya bisa menghela nafas pasrah sambil memijit kepalanya.

Aegi melirik ke arah pria menyebalkan disampingnya. Tidak ada cara lain baginya sekarang kecuali bersikap baik kepada laki-laki arogan itu. Semoga saja laki-laki yang sempat ia ketahui bernama Sehun itu mau menolongnya. Semoga!

"Baiklah... aku rasa aku butuh bantuanmu. Ponselku hilang!"

 

....My Regret.....

 

Tak ada jawaban dari pria di sebelahnya.

Uuuhhh menyebalkan! Sungguh menyebalkan kenapa ada laki-laki seperti dia di dunia ini?

Tangannya mengepal ketika hasrat ingin meninju sang pemilik wajah tampan yang sayangnya arogan, bergolak di dadanya.

"Maaf ya, karena kekasihmu yang menabrakku sewaktu di bandara. Jadi kau yang harus bertanggung jawab!" tegas Aegi.

Lost You, Find You

Biar kalian ingat nama-namanya yang katanya susah. (Nama orang Korea emang begitu Mbak/Mas 😌)

Cast : Oh Sehun

⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️

Cast : Kim Aegi/Yoon Ji (Dibaca Egi/Yonji)

⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️

Cast : Kim Taehyung.

⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️

Cast : Kim Sejeong (Dibaca: Sejong)

⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️

Cast : Oh Sang Hyun (Dibaca : Sanghyun)

⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️⬆️

"Kau gila! Kau yang membuat semua rencanaku gagal total, lalu kau juga yang meminta aku untuk bertanggung jawab? Dasar sinting."

Sehun menghujani Aegi dengan tatapan seolah berkata, "apa kau sudah gila?" pada gadis yang duduk di sampingnya. Sangat tajam dan sinis. Seandainya yang kini sedang berada disampingnya bukanlah seorang gadis, sudah bisa dipastikan akan ada adegan film action yang terjadi di dalam pesawat. Aegi memicingkan matanya. Demi Tuhan dia pun sudah sangat ingin melayangkan tinjunya saat ini juga ke wajah pria itu, hanya saja....

"Aku harus bermain cantik. Kalau tidak aku benar benar dalam bahaya. Satu-satunya yang bisa aku harapkan, ya pria menyebalkan ini. Hfffttt," pikirnya.

Semenit.

Dua menit.

Raut wajah dan sorot tajam yang memancarkan kondisi bahaya perlahan berubah menjadi raut wajah memelas. Bahkan kini matanya sudah berkaca-kaca dengan air mata yang siap siaga untuk terjatuh. Sehun yang melihat perubahan drastis dari gadis yang duduk di sampingnya kini hanya bisa menatapnya bingung.

"A- ada apa? Kenapa kau..." Aegi mulai terisak.

"Ini pertama kalinya aku keluar negeri. Aku ingin pergi ke Oxford karena aku akan mengikuti tes disana. Tapi gara-gara kejadian aku tertabrak oleh gadismu itu, sekarang lihat! Passportku tertukar, tiketku tertukar. Tidak hanya itu! Ponselku hilang! Bagaimana aku bisa menghubungi keluargaku? Aku tidak mengenal siapapun dan yang aku khawatirkan... aku tidak yakin uangku akan cukup. Dan yang lebih besar lagi adalah ... AKU TERANCAM KEHILANGAN KESEMPATAN BEASISWAKU ASAL KAU TAHU!"

Aegi sedikit melebih-lebihkan dan setengah berteriak ke arah Sehun yang sontak menutup kedua telinganya. Tak sanggup bicara saat melihat lawan bicaranya menangis, Sehun hanya bisa menghembuskan nafasnya kasar.

"Diamlah. Nanti kita cari jalan keluarnya."

Alih-alih memberi bantuan yang pasti, Sehun malah menutupi wajahnya dengan majalah, bersandar lalu tidur.

 

 

Disisi lain....

"Gi...? Apa mungkin dia sudah berangkat?"

Taehyung sibuk mengedarkan pandangannya di tempat terakhir dia dan Aegi berpisah. Cemas. Itu yang Taehyung rasakan saat dia tak juga menemukan jejak keberadaan gadis manis berlesung pipi itu.

"Apa mungkin dia sudah berangkat? Hah! Sial! Sepertinya aku yang ketinggalan pesawat."

Tak jauh dari tempatnya berada.

"Sehun? Sehun-ah. Kau dimana? Jangan bercanda!"

Sejeong tampak frustasi dan hampir menangis saat dia juga tak kunjung menemukan keberadaan sosok laki-laki bertubuh tinggi dan berjaket hitam itu. Dia ketakutan. Dia benci tempat ramai dan penuh dengan orang asing yang tak dikenalnya. Bahunya juga mulai berguncang saat Sehun tak kunjung terlihat batang hidungnya.

"Apa kau sudah berangkat? Apa kau pergi tanpa aku? Hiks." Dia mengusap matanya yang basah. Tak sengaja, Sejeong menujukan pandangannya menatap lurus ke arah dimana Taehyung berdiri.

"Sehun? Apa itu Sehun?"

Ia menyipitkan matanya mencoba fokus kepada laki-laki yang tengah berdiri di depan papan jadwal keberangkatan. Pandangannya sedikit kabur dan kepalanya terasa pening. Ia berjalan mendekati Taehyung yang ia sangka adalah Sehun, lalu tanpa ba bi bu lagi memeluknya dari belakang seolah takut kehilangan.

"Sehun? Kemana saja kau! Aku takut! Aku tidak suka leluconmu kali ini."

Sejeong mengeratkan pelukannya di tubuh Taehyung yang menegang, karena tiba-tiba saja ada seorang gadis yang datang memeluknya lalu memanggilnya dengan sebutan Sehun.

"Maaf nona, tapi sepertinya kau salah orang."

Perlahan Taehyung melepas pelukan gadis asing dibelakangnya kemudian berbalik. Sejeong terbelalak syok melihat yang dipeluknya bukanlah kekasihnya melainkan orang lain.

"Bu-bukan Sehun??" bisiknya lemah.

Dunia Sejeong seolah berputar-putar. Pandangan matanya semakin kabur hingga akhirnya dia pun limbung. Dengan cekatan Taehyung menahan tubuh gadis asing yang hampir terjatuh. Sejeong semakin lemah, sekelilingnya semakin gelap, lalu... Sejeong kehilangan kesadaran dirinya dalam rengkuhan Taehyung.

"Agashi!"

London.

Sehun terus mempercepat langkah meninggalkan Aegi, yang terlihat kepayahan mengikis jarak agar dia tak terlalu tertinggal dari Sehun. Tentu saja Aegi tak mau ambil resiko hilang di kota besar ini tanpa perbekalan uang yang cukup.

"Hei!"

"Ya! Sehun! Tunggu aku!"

Sambil mengangkat kopernya yang berat, ia kerahkan seluruh tenaganya untuk mengejar Sehun walaupun sedikit tergopoh-gopoh.

"Sehun!"

Ia meraih lengan sehun kemudian menarik paksa lelaki itu untuk berhenti. Sehun hanya bisa menghadiahi tatapan glare-nya yang mematikan pada gadis itu karena merasa terganggu.

"Ada apa lagi? Berhenti menggangguku." Bentaknya.

"Ck. Hei pria sombong! Kau lupa di dalam pesawat tadi kau bilang apa? Kau bilang akan mencari jalan keluarnya, kan?"

"Aku sedang melakukannya." Jawab Sehun enteng tak peduli.

"Melakukannya? Maksudnya dengan cara meninggalkanku sendiri begitu? Kau jahat!"

"Pintar!"

Sehun kembali memutar tubuhnya tak menghiraukan celotehan gadis pengganggu yang sudah menghancurkan mood-nya hingga porak-poranda.

"Kau bisa ke kantor polisi untuk menolongmu. Jangan menyusahkan aku! Masih untung di tempat pemeriksaan tadi aku mau menolongmu agar kau tidak di deportasi kembali ke Korea."

Untung saja ayahku cukup berpengaruh di London dan petugas tadi mantan pegawai ayahku jadi mereka mau meloloskan gadis ini.

"Setidaknya biarkan aku ikut denganmu dan memberi kabar ke keluargaku! Hei!"

Seakan tuli, Sehun benar-benar tak memberikan gadis itu kesempatan berbicara lebih banyak. Setibanya di pintu keluar, seorang laki-laki berjas hitam langsung membuka pintu mobil sembari menyunggingkan senyum kepada Sehun.

" Selamat datang Tuan Sehun."

Sapa pria paruh baya itu ramah. Sehun hanya membalas dengan senyum dan anggukan kecil lalu merangsek masuk ke dalam mobil yang sudah disediakan untuknya. Tak menyia-nyiakan kesempatan itu, Aegi pun ikut menyerobot masuk dan mendorong Sehun agar memberikannya tempat disisinya.

"Siapa yang mengizinkanmu masuk? Keluar sekarang juga!"

"Ya! Tuan sombong! Bisakah kau bicara lembut terhadap wanita? Kau benar-benar tidak sopan. Aku tidak mau tahu, aku akan selalu mengikutimu sampai setidaknya kau membantuku ke tempat tujuanku. Dan jangan lupa!! Kau harus mengganti ponselku yang hilang karena ulah kekasihmu itu. Titik."

Gadis itu nekat melimpahkan semuanya ke Sehun, dan memaksa laki-laki itu membantunya padahal dia sendiri tahu ponselnya hilang kemungkinan besar karena keteledorannya sendiri. Ah masa bodoh! Pikirnya. Yang jelas dia harus pergi ke tempat tujuannya sesegera mungkin tanpa menghiraukan tatapan benci dari Sehun. Gadis itu tersenyum miring. Sehun pun hanya tersenyum sinis menanggapinya.

"Dasar gadis gila!"

"Sebentar Paman. Tolong berhenti di supermarket sana." Sehun menunjuk supermarket yang terletak kurang lebih lima puluh meter lagi.

"Ya, disini saja Paman. Aku saja yang menyeberang jalan. Kau bisa tunggu disini."

" Baik Tuan." Paman itu mengangguk patuh.

Tanpa Sehun ketahui, Aegi ikut mengekor di belakang Sehun, lalu masuk ke dalam supermarket. Sehun mengambil dua buah minuman kaleng dan beberapa bungkus roti untuk dia makan di tengah perjalanannya menuju rumah. Aegi yang terus memperhatikan Sehun dari posisinya sekarang, sedikit memiringkan kepalanya mengintip apa yang akan Sehun beli, kemudian menengadah menatap Sehun dengan tatapan memelas.

"Kau membeli beberapa minuman dan makanan. Apa kau berniat memberikannya untukku?" Suara Aegi membuat Sehun terkesiap.

Ya Tuhan gadis ini lagi.

Aegi hanya memberikan senyuman innocent-nya begitu melihat tatapan jengkel dari Sehun.

"Ck. Kau ini, shameless! Jangan harap kau dapat apapun dariku, walau hanya sekedar ini." Sehun menunjuk ke botol yang tengah ia pegang kemudian lanjut berjalan.

"Huh! Dasar pelit!"

"Dan satu lagi."

Dukk.

"Awwwhhh!"

Sehun melakukan manuver mendadak hingga kening Aegi terbentur dada kokoh milik Oh Sehun. Lelaki itu perlahan memajukan wajahnya tepat di hadapan wajah Aegi yang meringis kesakitan, lalu menatapnya penuh telisik.

"Kau. Berhentilah mengikutiku. Dan solusi yang aku janjikan padamu adalah aku akan meninggalkanmu di-si-ni." Dengan langkah cepat, Sehun berlari meninggalkan Aegi. Tak sadar dengan situasi, Aegi malah diam mematung melihat punggung lebar Sehun yang kian lama kian menjauh.

" Eh?? H- heiiii! Kau tak bisa meninggalkan ku. Ya! Berhenti!." Tak ingin membuang waktu, Aegi pun berlari mengejar Sehun yang sedang menyeberangi jalan. Sedikit lagi dia sampai di lokasi tempat mobil hitam yang tadi dia naiki menunggu. Ia takut Sehun benar-benar akan meninggalkannya sendirian di tempat asing ini. Sehun sempat melirik ke arah Aegi yang berlari mengejarnya di belakang dengan napas tersengal.

"Lihat wajahnya. Dia lucu sekali," gumam Sehun.

Dia tahu gadis itu takut dia tinggal di tempat ini. Sehun pun tidak sungguhan berniat meninggalkannya. Hanya saja, mengerjainya seperti sekarang membawa kesenangan tersendiri untuknya. Tepat saat Sehun berlari menyeberang jalan, Aegi melihat dompet yang ada di saku celana Sehun terjatuh.

"Hei tuan sombong! Dompetmu jatuh! Hei tunggu!" Aegi semakin mempercepat langkahnya setelah dia memungut dompet itu dan memasukkannya ke dalam tasnya. Belum sampai Sehun sempat membuka pintu mobilnya, suara berdecit dari mobil sudah menggema disertai jerit klakson.

BRAK!

"AAHHHH." Jeritan seorang gadis mengundang pejalan kaki yang tengah berlalu-lalang di jalanan berkerumun mendekat.

"Ya Tuhan gadis itu!" pekik Oh Sehun.

Dadanya bergemuruh dan dia pun berlari secepat mungkin menerobos kerumunan orang yang berkumpul dan merangsek ke depan. Matanya membulat melihat gadis yang baru saja ia kerjai sudah tergeletak dengan darah yang mengucur dari kepala dan bagian tubuhnya yang lain.Tanpa basa-basi lagi, diangkatnya gadis yang tergolek lemah itu dalam rengkuhannya dan berlari ke arah mobilnya sendiri.

"Siapapun kau, bertahanlah. Aku minta maaf. Sungguh aku minta maaf."

. . .

Terpopuler