SweetNovel HOME timur angst anime barat chicklit horor misteri seleb sistem urban
Becomes A Billionare With Card System

Becomes A Billionare With Card System

Pengkhianatan Dan Kesialan

Sepasang mata Yuji membelalak saat menyaksikan kekasihnya tengah bermesraan dengan sahabatnya sendiri di depan matanya.

Rasa kecewa, kesal, marah, dan merasa dikhianati tentu saja saat ini berkecamuk menjadi satu memenuhi hatinya. Sebuah pengkhianatan yang dilakukan oleh kekasihnya dan sahabatnya membuatnya merasa seperti seorang pria terbodoh di dunia ini.

"Ai ... Shoto ... aku sungguh tidak menyangka kalian tega melakukan semua ini di belakangku." ucap Yuji masih menatap tak percaya kekasih dan sahabatnya yang saat ini bermesraan di apartemen sang kekasih.

Yuji langsung memasuki apartemen Ai, karena kebetulan pintunya tidak dikunci. Dan dia mengkhawatirkan jika ada perampok yang memasukinya. Namun rupanya dia malah menyaksikan sebuah pemandangan menyakitkan seperti ini.

Aku bahkan yang sudah berpacaran selama 6 bulan dengannya sama sekali belum pernah melakukan apapun kepada Ai!! Memeluk Ai saja aku belum pernah! Tapi Shoto dengan sangat lancang mencium dan meraba-raba paha mulus dan dada Ai!! Cihhhhh ... padahal dia sangat tau jika Ai adalah kekasihku!!

Batin Yuji mengepalkan kedua tangannya dan mengeraskan rahangnya menatap 2 orang yang baru saja menyudahi kemesraan mereka ketika menyadari kehadiran Damian.

Namun bukannya sebuah penyesalan ataupun sebuah permintaan maaf yang mereka lakukan. Ai dan Shoto memasang wajah masa bodoh. Ai yang baru saja mengancingkan beberapa kancing pakaiannya, kini melenggang anggun mendekati Yuji.

"Mulai sekarang kita putus!! Kamu sangat miskin dan tak bisa memanjakan aku selama ini! Aku bosan denganmu! Kini aku sudah bersama dengan Shoto! Jadi aku harap kamu sadar diri!! Sekarang keluarlah dari apartemenku! Orang miskin sepertimu tak pantas berada di dekatku!" ucap Ai tanpa rasa bersalah sama sekali.

DUAKK ...

Gadis cantik itu melenggang menuju ruangan sebelah dan menabrak bahu lebar Yuji. Rasanya seperti tersambar sebuah petir saja. Ucapan Ai begitu menusuk dan sangat pedas.

"Apa kau dengar itu, Yuji?! Kau sangat miskin! Untuk makan dan membayar SPP sekolah saja kamu menunggak. Lalu bagaimana kamu bisa membahagiakan dan memanjakan Ai? Aku lebih pantas untuknya!! Karena aku kaya dan akan selalu memenuhi apapun keinginannya!! Tidak seperti kamu!! Seorang pecundang miskin tak berguna!! Kau jual diri saja sana sama tante-tante! Haha ..." Shoto mencibir dan memandang remeh Yuji, lalu berlalu dan menabrak bahu lebar Yuji.

DUAKK ...

Rupanya dia mendekatiku dan mau menjadi sahabatku selama ini hanya untuk merebut Ai dariku ya ... dasar bajingan gila itu!!

Batin Yuji semakin mengepalkan kedua tangannya dan mengeraskan rahangnya. Namun tak ada yang bisa dia lakukan untuk membalas mereka. Karena Ai dan Shoto adalah sama! Mereka hanya memandang dunia dan kekayaan saja sebagai tolak ukur untuk menilai seseorang.

Miskin adalah takdir hidupnya. Namun, menjadi miskin dan terlahir dari keluarga mana, bukan sebuah pilihan untuk setiap insan. Karena kita tak pernah bisa memilihnya.

Yuji, seorang pemuda yang masih duduk di bangku SMU kelas 2. Dia yatim piyatu dan hanya hidup bersama adik perempuannya yang masih duduk di bangku SMP kelas 1.

Selain menjadi seorang siswa, Yuji juga bekerja sampingan di sebuah mini market setelah dia pulang sekolah. Terkadang dia juga pulang pagi jika harus berlembur. Dan di pagi hari dia akan kembali pergi ke sekolah.

Dia melakukan semua itu hanya demi melangsungkan hidupnya bersama sang adik perempuan, yang sebenarnya saat ini sedang sakit keras.

Hidupnya begitu keras dan penuh perjuangan, setelah kedua orang tuanya meninggal karena sebuah kecelakaan maut saat Yuji masih sangat kecil.

...🍁🍁🍁...

"Yuji! Kamu dikeluarkan dari sekolahan! Uang SPPmu sudah menunggak selama 2 tahun. Dan kami tidak bisa memberikan toleransi apapun lagi. Kami juga tidak bisa memberikan beasiswa, karena kamu tidak memasuki kategori cerdas ataupun genius. Bahkan nilaimu jauh di bawah rata-rata."

Sang kepala sekolah memutuskan sesuatu dan kali ini cukup membuat Yuji terkejut bukan main. Dia tak bisa melunasi tunggakan 2 tahun SPPnya saat ini, hingga akhirnya Yuji juga harus berhenti sekolah saat ini.

...🍁🍁🍁...

Malam hari Yuji bekerja menjaga mini market, tempat dia bekerja paruh waktu selama ini. Seperti biasa, dia menjaganya dengan baik sebelum beberapa pemuda mendatangi mini market dan membuat kericuhan.

Mereka mengambil beberapa wine dan rokok dan membawanya ke kasir untuk segera dibayar.

"Tolong perlihatkan kartu identitasnya." ucap Yuji dengan sopan, karena Yuji merasa curiga jika segerombolan pemuda sangar dan bergaya punk itu sebenarnya masih SMU.

"Ini!" salah satu pemuda berambut jabrik keemasan menyerahkan sebuah kartu identitas kepada Yuji.

Kening Yuji berkerut karena foto di dalam kartu identitas itu bukanlah pemuda tersebut.

"Maaf. Tapi ini bukan kartu identitas milikmu bukan? Usia dibawah 18 tahun tidak diperbolehkan untuk membeli wine. Maaf ... tapi ini sudah peraturannya." ucap Yuji dengan sopan.

Namun pemuda bertubuh dan berwajah sangat bak preman itu seketika menggebrak meja karena merasa marah.

BRAKK ...

"Ini adalah aku! Di dalam foto aku memang terlihat sedikit lebih tua!" tandasnya.

"Maaf. Tapi kamu tetap tidak bisa membelinya. Jika tidak aku akan mendapatkan masalah." ucap Yuji kembali tanpa mengurangi rasa sopannya.

"Kau mau menguji kesabaranku?! Aku paling tidak suka ditentang!! Rasakan ini!! Hiathhh ..." pemuda sangar itu meletakkan kedua tangannya di atas meja sebagai tumpuan lalu melemparkan tubuhnya ke dalam meja kasir melewati meja itu.

BUAKKK ...

BUGHH ...

Dia menghajar Yuji dengan membabi buta. Yuji sama sekali tak bisa dalam bela diri apapun. Hingga akhirnya dia babak belur karena serangan dari pemuda sangar itu.

Tak puas dengan itu saja. Pemuda itu malah mengambil beberapa barang dan semua uang di dalam mesin kasir dan membawanya pergi tanpa membayarnya sama sekali.

"Jangan bawa semua itu ... kalian tidak boleh melakukannya! Kalian harus membayar semua itu ..." Yuji yang sudah babak belur dengan wajah yang lebam dan dipenuhi darah segar, kini masih berusaha untuk membuat para berandalan itu membayar semua itu.

BUGH ...

Tanpa berkata-kata, pemuda berandalan itu malah menghantam kuat perut Yuji dan membuatnya pingsan seketika.

Keesokan hatinya ...

"Yuji kamu dipecat!!" tandas pemilik mini market itu setelah mengetahui keributan yang terjadi di mini market yang semalam. "Sebaiknya aku mencari pekerja paruh waktu yang bisa bela diri saja! Kamu sudah membuatku mengalami kerugian yang cukup banyak!!"

"Tapi bos ... ak-aku hanya berusaha bekerja sesuai prosedur. Tapi mereka malah ..."

"Aku tidak peduli apapun alasanmu! Intinya kamu sudah membuatku mengalami kerugian yang sangat besar!! Jika kamu tidak segera mengganti uang sebanyak 5 juta yen, maka aku akan melaporkanmu ke pihak berwajib!!"

"Li-lima juta yen??" Yuji melongo tak mempercayai semua itu.

Kehilangan Untuk Selamanya

Rasanya Yuji tak memiliki semangat lagi saat ini. Pagi hari itu dia memutuskan untuk segera pulang ke kontrakan kecilnya, karena saat ini dia sudah tidak sekolah lagi. Dan kepulangannya kali ini cukup membuat sang adik sangat keheranan.

"Kak Yuji kenapa sudah pulang? Bukankah ini masih hari Kamis? Seharusnya kakak masih sekolah bukan?" tanya seorang gadis yang sudah mengenakan seragam SMP dan sudah bersiap untuk berangkat ke sekolahannya. Dan entah mengapa hari ini wajahnya terlihat sedikit lebih pucat.

"Hhm? Kebetulan guru kelas kakak sedang tidak hadir karena berhalangan. Jadi kelas kakak diliburkan hari ini. Kamu sudah sarapan? Kakak membelikan sarapan untukmu dibawa ke sekolahan. Makanlah ..." Yuji memberikan sebuah bingkisan beraroma gurih dan manis untuk Yor.

"Wah. Terima kasih banyak, Kak. Apa kakak sudah makan? Kita bagi 2 saja ya kak!" ucap Yor bersemangat.

"Tidak, Yor. Kakak sudah makan dan masih sangat kenyang kok. Lagipula bekal ini kakak beli untukmu kok." ucap Yuji dengan hangat.

"Eeehh? Wajah kakak mengapa banyak lebam dan luka memar seperti ini?" tanya Yor yang baru saja menyadari jika wajah kakaknya yang saat ini penuh dengan lebam dan memar.

"Oh. Tadi kakak terjatuh dari tangga saja kok. Jangan khawatirkan kakak dan segera berangkatlah ke sekolah, atau nanti kamu bisa terlambat lo." ucap Yuji sembari mendorong tubuh sang adik menuju pintu keluar, agar tidak banyak mengintrogasinya lagi.

...🍁🍁🍁...

Hari ini Yuji hanya menghabiskan waktunya untuk membersihkan kontrakan kecilnya dan memasak sesuatu untuk dirinya dan sang adik.

Namun sudah sore sang adik juga belum pulang ke rumah. Hal ini cukup membuatnya kebingungan, karena ponsel adiknya juga sedang tidak aktif saat ini. Hingga dia tak tau kemana harus mencari sang adik.

"Kemana Yor pergi ya? Tidak biasanya dia seperti ini. Apa sesuatu telah terjadi padanya?" gumam Yuji masih terlihat sangat khawatir.

DRRTT ...

Ponsel Yuji bergetar dan dia segera mengangkat panggilan dari salah satu temannya.

"Hallo, ada apa Jin?" sapa Yuji setelah pemuda mengangkat panggilan itu.

"Yuji!! Yor sedang dirawat di rumah sakit! Kamu cepatlah datang! Aku akan mengirimkan alamatnya untukmu!"

Jin mengakhiri panggilan itu dan segera mengirimkan sebuah alamat untuk Yuji. Yuji yang sangat panik karena mengkhawatirkan sang adik kini segera bergegas untuk pergi ke rumah sakit.

.

.

.

.

.

"Nona Yor sudah menderita kanker paru stadium akhir. Kanker paru ini sudah menyebar dan berukuran cukup besar. Tindakan oprasi harus segera dilakukan. Kami akan melakukan pembedahan lobektomi untuk mengangkat sebagian paru-paru, setelah tuan Yuji mengurus administrasi." ucap seorang pria dengan almamater putihnya ketika Yuji menanyakan kondisi sang adik.

"Berapa biaya untuk oprasinya, Dok?"

"1.400.000 yen ( kira-kira 150 juta rupiah)."

Yuji mematung seketika saat mendengarkan nominal yang cukup besar itu. Tubuhnya seakan menjadi lemas. Dia kebingungan harus mendapatkan uang tersebut darimana? Sementara uang untuk makan saja pas-pasan.

"Dokter, apakah oprasi bisa tetap dilakukan jika aku membayarnya dengan mencicil?"

"Maaf, tidak bisa. Saya harus memeriksa pasien lainnya lagi. Jika sudah membayar administrasi, tuan Yuji bisa langsung memberitahu saya. Permisi." ucap sang dokter lalu berlalu meninggalkan Yuji.

Yuji memutuskan untuk mencari pinjaman kepada teman-temannya, namun tak ada satupun yang mau untuk meminjaminya. Nominal itu sangat besar, tentu saja mereka berpikiran jika Yuji tak akan pernah bisa melunasinya.

Hingga akhirnya Yuji memberanikan diri untuk menemui pamannya yang juga tinggal di prefektur Yokohama. Adik dari sang ayah dan satu-satunya keluarga yang masih ada, namun selama ini mereka selalu menjaga jarak dengan Yuji dan Yor, karena khawatir akan merasa direpotkan.

"Ada apa kamu datang ke rumahku?! Apa kamu mau meminjam uang?! Tidak ada!! Aku tidak punya uang!!" tandas seorang pria dewasa yang tak lain adalah paman Yuji seolah sudah bisa membaca niat Yuji datang ke rumahnya hanya untuk meminjam uang saja.

"Pa-paman ... paman benar. Aku ... sedang membutuhkan uang. Dan aku sedang kebingungan saat ini. Aku membutuhkan uang sebesar.1.400.000 yen. Bolehkah aku meminjamnya dari paman? Aku berjanji, aku akan segera mengembalikannya. Aku membutuhkan uang itu untuk oprasi Yor, Paman. Tolong, Paman ... sekali ini bantulah kami." ucap Yuji penuh harap.

"Apa?! 1.400.000 yen??! Kamu pikir uang hanya tinggal memetik saja dari pohon ya?! Tidak ada!! Kami tidak punya uang sebanyak itu!!" tandas sang paman terlihat sangat emosi.

"Sudahlah!! Jika memang tidak punya punya uang, janganlah memaksakan diri!! Sampai kapanpun kamu tak akan pernah bisa mendapatkan uang sebanyak itu!! Mau kamu meminjam kepadaku, kamu tak akan pernah bisa untuk menggantinya!! Karena kamu sangatlah miskin!!" tandas sang paman seolah tak berhati.

"Tapi, Paman ... Yor harus segera dioprasi. Tolonglah sekali ini saja, Paman ..." ucap Yuji memohon.

"Sudah! Sudah!! Sebaiknya kamu segera meninggalkan rumahku!! Kami ingin segera istirahat!!"

BLAMMM ...

Sang paman mendorong tubuh Yuji dan menutup pintu rumahnya dengan sangat keras.

Yuji semakin merasa kebingungan untuk mencari uang tersebut, tak ada satupun dari teman maupun keluarganya yang bersedia untuk meminjamkan uang sepeserpun untuknya.

Dia kembali ke rumah sakit dengan perasaan tak karuan. Namun betapa mendapatkan sebuah cambuk terkuat di sepanjang hidupnya, ketika dia sudah kembali ke rumah sakit dia mendapati adiknya yang sudah meninggal karena tak segera mendapatkan penanganan.

Karena sebenarnya oprasi itu seharusnya segera dilakukan karena kondisi Yor yang sudah memburuk. Meskipun sebenarnya oprasi itu tak menjamin sepenuhnya kesembuhan untuk Yor, namun setidaknya oprasi itu akan memperlambat kematiannya.

"Yorrrrrrrrr!!" Yuji merasa sangat terpukul atas kepergian adiknya, satu-satunya orang yang paling berharga untuknya saat ini, teman hidupnya, dan semangat hidupnya.

Hanya karena semua orang yang tidak mempercayainya dan tidak meminjamkan uang untuknya, sekalipun itu adalah pamannya sendiri, kini Yuji telah kehilangan Yor untuk selama-lamanya!

Seakan tak mampu lagi untuk menopang tubuhnya sendiri, tubuh Yuji ambruk tak bertenaga. Dunianya seakan menjadi ambruk dan hancur seketika. Dunianya menjadi gelap seketika setelah kepergian Yor.

Lelehan air mata hangat itu mulai terjatuh membasahi pipinya. Dan dia masih terduduk di sebelah brankar dimana sang adik sudah terbujur kaku di atasnya.

Ini semua gara-gara kalian!! Kalian semua orang tamak dan brengsek!! Gara-gara kalian aku kehilangan adikku!! Gara-gara kalian aku kehilangan Yor!!! Kalian manusia tak memiliki haati nurani!! Menyandang sebagai ketua perlindungan anak, tapi pada kenyataannya sangat busuk dan tidak berhati!!

Batin Yuji merasa sangat frustasi dan memaki pamannya. Dia menghantamkan tinjunya tepat di tembok di hadapannya hingga buku-buku tangannya terluka dan berdarah.