Sistem Online Shop
Desa kecil dan kumuh yang hampir semua penduduk desa itu berprofesi sebagai pemulung dan pengemis.
Sean Walton pemuda berusia 20 tahun. hidup seorang diri alias yatim piatu sejak kecil, ia bekerja sebagai pemulung yang hidup menumpang di rumah gubuk seorang nenek tua (70 Tahun) yang hidup tidak punya siapa-siapa seperti Sean Walton.
"Nek, makan dulu, ini aku baru beli roti hasil dari memulung tadi pagi" Tawar Sean pada nenek yang sedang duduk di kursi.
Nenek mengambil rotinya dan membagi dua untuk diberikan pada Sean "Makasih ya nak, nenek akhir-akhir ini menyusahkan mu" ucap nenek.
"Tidak apa-apa nek, ini sudah kewajiban ku karena nenek juga sudah merawat ku dari kecil" ujar Sean.
Walaupun Sean dan nenek memakan roti yang dibagi dua itu mereka tetap bersyukur dan tidak pernah mengeluh sedikitpun.
Walaupun penghasilan seorang pemulung tidak menentu tapi Sean selalu membelikan makanan dan kebutuhan lainnya untuk nenek.
Sean Walton sangat menyayangi neneknya, meskipun nenek itu adalah nenek angkat tapi rasa sayangnya begitu tinggi.
"Nek aku pamit mau lanjut kerja lagi, mumpung masih siang" ucap Sean. Ia kembali memulung di tempat pembuangan sampah umum.
Desa kecil itu berdampingan dengan tempat pembuangan umum, jadi Sean tidak perlu jauh-jauh pergi dari neneknya.
"Syukurlah! Hari ini sampahnya lumayan banyak.. Semoga bisa dapat banyak uang membeli makanan enak" Ujar senang sean.
Beberapa jam kemudian. Sean membawa banyak barang untuk ia jual di tempat pengepul biasanya "Sean, ini 5 kilo kertas dan kardus, totalnya $5 ya!" ujar si paman pengepul sambil memberikan uangnya.
Sean mengambil uang itu dan memasukkannya kedalam kantong celana "Makasih ya paman"
Sean tersenyum lebar membawa uang sebanyak $5, biasanya hanya dapat $2 atau $3 saja, lalu ia akan mengunjungi tukang dagang makanan pinggir jalan "Taco atau kebab ya?"
Sean membeli kebab seharga $4 untuk dua porsinya "Pak makasih ya kebab nya" ucap Sean yang terlihat bahagia sambil membawa pulang kebab dua porsi.
Untungnya harga makanan street food itu selalu murah dan porsinya cukup banyak.
"Uang ku masih tersisa $1, syukurlah aku bisa menabung" ia kembali pulang karena hari mulai sore dan akan istirahat setelah makan kebab bersama nenek.
"Brugh!!" Sean terjatuh akibat menabrak tubuh orang didepannya "Maaf, maaf Aku benar-benar tidak sengaja" sambil mengambil kantong kebab nya yang terjatuh.
"Maaf katamu?! Kalau jalan pakai mata!" Tegas orang itu sambil menginjak kebab Sean yang terjatuh.
Sean tidak berani melawan karena orang itu bersama beberapa temannya dan juga memiliki badan besar seperti bodyguard. Mereka adalah preman penguasa daerah itu.
Walaupun kebab nya sudah di injak dan menjadi kotor, tapi Sean tetap mengambil nya karena ia sangat lapar dan menurut nya sayang jika tidak diambil.
Setelah mengambil kebab nya yang kotor itu ia akan buru-buru pulang "Maaf, Aku permisi" ujar Sean dengan sopan.
"Enak aja main pergi!" ujar preman itu sambil meremas kerah kaos baju nya. "Ampun bang! Tolong ampuni aku!" Sean memohon untuk diampuni oleh beberapa preman itu.
Sean sedang di geledah oleh para preman itu untuk diambil uangnya "Bang! Tolong jangan ambil uang ku! Aku mohon!" sisa uang Sean yang $1 itupun mereka ambil.
Lalu Sean di lemparkan oleh mereka setelah merampas uangnya.
Sean berusaha berdiri "Ya tuhan, ringankan lah ujian hidup ku ini" bergumam sambil melanjutkan perjalanan nya untuk pulang sambil membawa kantong kebab nya yang telah rusak dan kotor.
Ia berjalan sambil meratapi langit "Ya tuhan, berat rasanya hidup ini" ia menyeka air matanya lalu kembali berusaha untuk tersenyum.
"Semoga nenek suka dengan kebab ini" ucapnya sambil membayangkan wajah nenek yang tersenyum sambil memakan kebab nya.
Sean sedikit mempercepat langkah nya karena sudah tidak sabar untuk makan bersama neneknya.
Sesampainya di rumah gubuk neneknya, Sean sedikit bersemangat untuk memanggil neneknya dengan nada sedikit keras "Nek! Nenek, ayo kita makan enak" Nenek tidak menyahut panggilan Sean tadi, lalu Sean mencoba untuk memanggil nya kembali "Nek! nek, Nenek? Apa nenek sedang tidur ya?" panggil nya sedikit cemas.
Ia mencari ke segala penjuru ruangan, tapi ia tidak menemukan neneknya "Nek! nenek dimana?!" semakin cemas. Lalu saat ia membuka kamar mandi, pandangan nya langsung shock seperti tersengat listrik melihat neneknya tergeletak di dalam kamar mandi.
Sean langsung memangku neneknya "Nek! Bangunlah! nenek aku mohon bangun!" teriaknya sambil kebingungan mencari pertolongan "Tolong! Tolong! Nenekku aku mohon tolong!"
Penduduk desa yang mendengar nya langsung berdatangan untuk membantu dan menolong Sean "Nenek kenapa Sean!?" tanya warga dengan nada khawatir.
Kemudian ada salah satu warga yang mengecek nadi leher dan tangan si nenek. Orang itu menggelengkan kepalanya "Nak Sean, Nenek sudah meninggal!"
"Tidak! Tidak! Tidak, Itu bohong! nenek!!" Tangis Sean sambil memeluk jasad neneknya.
Beberapa saat kemudian, nenek sudah dikuburkan dan Sean masih duduk didepan kuburan neneknya sendirian "Nek! Aku tidak tau harus berbuat apa setelah nenek pergi! Aku harus kemana" ucap sedu Sean.
Beberapa hari kemudian.
Sean sangat terpukul atas kepergian neneknya, ia telah berjanji untuk membahagiakan neneknya itu suatu hari nanti, namun sekarang mimpinya telah menghilang.
Sekarang rumah gubuk neneknya menjadi sepi dan sunyi, saat sedang merenung dan tiduran seperti tak mempunyai semangat hidup, tiba-tiba ia teringat omongan neneknya yang selalu mengatakan untuk tetap semangat dan jangan pernah mengeluh sedikitpun dalam keadaan apapun.
Tiba-tiba Sean terlihat kembali sedikit bersemangat dan akan tetap hidup dan akan menjalani kehidupannya seperti biasa yang akan memulung untuk bertahan hidup.
Sean membawa peralatan memulung nya dan mulai melangkahkan kakinya "Aku tidak boleh terus bersedih! aku harus tetap semangat, seperti yang pernah dikatakan oleh nenek!"
Di tempat pembuangan umum "Sean, aku turut berdukacita atas meninggalnya nenekmu" ujar teman pemulung nya sambil menepuk pundaknya. "Tidak apa-apa" balas Sean.
"Vin, kenapa kau tidak kuliah?" tanya Sean sambil memulung dengannya.
Vincent terduduk "Sebenarnya aku sudah berhenti sebulan yang lalu, karena biaya untuk menghidupi keluarga ku dan akhir-akhir ini pendapatan dari memulung hanya bisa buat makan saja, apalagi buat kuliah" ujar Vincent sambil menghela nafas.
"Maaf aku telah bertanya tentang itu" ucap sean.
Vincent kembali berdiri dari duduknya dan akan pergi "Ya sudah, barang bawaan ku sudah penuh aku harus segera menjualnya, aku duluan Sean Sampaikan salam ku pada Ben jika bertemu!"
Sean kembali sendirian untuk melanjutkan pekerjaan memulungnya.
Sean duduk diatas tumpukan sampah tempat pembuangan umum sambil mengipas kepalanya dengan topi karena ia kepanasan "Aduh panasnya hari ini!" tiba-tiba ia mendengar suara aneh.
"Suara apa itu? Di mana suara itu berasal?" ucapnya sambil membuka tumpukan sampah yang ia duduki itu.
Suara itu semakin terdengar jelas, setelah ia membuka-buka tumpukan sampah nya beberapa kali akhirnya ia menemukan sumber suara itu di bawah tumpukan sampah "Ponsel?! Masih bagus kok di buang sih! mungkin yang membuang ini orang kaya" ujarnya sambil mem bulak balik ponsel smartphone itu dan mengelapnya.
"Yes!! Aku menemukan ponsel yang masih bagus! Yahooo!!" seru sean yang kegirangan.
Setelah ia pegang ponsel smartphone itu berhenti berbunyi, kemudian layarnya menyala dan muncul bacaan aneh.
Walaupun Sean tidak pernah sekolah, tapi neneknya selalu mengajarkan nya membaca dan menulis saat dia masih kecil.
[Ting]
[Apakah anda ingin menjadi partner selanjutnya?]
[Tekan tombol "Ya" jika setuju]
[Tekan tombol "Tidak" jika menolak]
"Huh? ini apa? smartphone ini bertanya padaku?" ucapnya yang masih kebingungan sambil menggaruk belakang kepalanya.
Sebenarnya Sean tidak pernah mempunyai ponsel smartphone sebelumnya, tapi ia pernah sesekali dipinjamkan smartphone oleh temannya yang bernama Vincent atau Ben hanya untuk bermain game dan menonton video sosial media seperti anime, toktok dan yo-tube dll.
"Apa ini game? ya sudah aku main game dulu lah sambil istirahat sebentar" pikirnya itu hanya sebuah game.
[Anda Memilih "Ya"]
[Selamat anda menjadi partner resmi!]
[Smartphone ini ajaib]
[Tidak perlu di charge atau internet]
[Misi Harian : Level 1]
[Beli 1 Produk di aplikasi kami]
[Hadiah : $10 + Kartu kredit ajaib]
[Hadiah akan di kirim melalui kurir instan ajaib]
"Wah! Sepertinya ini bukan game, aku pernah nonton anime tentang sistem di ponselnya Vincent waktu dulu! apa ini beneran sistem?!"
[Sistem online shop level 1]
[Produk di level 1 Terbuka]
[Semua Produk dalam misi harganya $0]
[Semakin tinggi level, semakin bagus produk kami]
[Produk setiap harinya di acak]
[Misi sedang berjalan!]
[Selamat Berbelanja!]
[Jika misi gagal hadiah anda $0]
Mata Sean berbinar-binar melihat dan membaca sistem ini "Ya tuhan! Apa ini beneran sistem seperti di anime?! Jika benar aku sangat berterima kasih!" gumamnya sambil menekan tombol aplikasi sistem online shop yang bergambar atau berlogo unik. "Tap"
"Oh wow! Semua barang dan produk nya benar-benar $0 harganya, tapi jenis barang dan produk di level 1 ini tidak ada barang mahal, tidak apa-apa lah, segini juga aku sangat bersyukur karena mendapat sistem ajaib!"
-Mie instan cup 1 dus ($0)
-Kopi 1000gram ($0)
-Makanan kucing 1 dus ($0)
-Sendal ($0)
-Baju kaos ($0)
-Celana jeans pendek ($0)
-Sendal ($0)
Sean sedang melihat-lihat dan memilih satu produk yang akan ia beli, menurut misinya hanya bisa membeli satu produk saja.
"Aku sih ingin semuanya, tapi jika harus memilih satu produk, aku akan membeli mie instan cup aja deh" ucapnya dalam hati dan langsung memilih produk nya.
[Pembelian berhasil]
[Paket telah dikirim ke alamat rumah anda]
[Misi selesai!]
[Hadiah diterima]
[Sampai jumpa di misi selanjutnya!]
Setelah itu ia terlihat berjalan buru-buru pulang ke rumah gubuknya "Semoga ini beneran! Semoga ini beneran!!" seru nya.
Sesampainya di depan gubuk rumahnya ia benar-benar terkejut dan shock melihat ada kotak dus paket di depan pintu rumahnya.
Sean langsung membawa kotak dus paket nya kedalam rumah yang akan ia buka "Wah! Ini beneran terjadi, terima kasih ya tuhan!" ia langsung bersujud sukur dan menangis bahagia.
Uang sebanyak $10 dari dalam paket hadiah tadi telah ia masukkan kedalam saku celananya bersama kartu kredit itu.
"Kartu kredit untuk apa gunanya?" ujarnya sambil memegang dagunya. Lalu ia membawa beberapa mie instan cup yang ia beli untuk ia bagikan pada temannya dan tetangganya.
"Vin! Vincent! Apa kau di rumah?" teriak Sean di depan rumah Vincent. Kemudian pintu rumahnya dibuka, "Ada apa Sean? silahkan masuk" saut Vincent.
"Tidak usah, aku hanya ingin membagi rezeki lebih saja, ini ambilah" timpalnya sambil memberikan kantor berisi mie instan sebanyak 10 pcs.
"Wah! Makasih banyak Sean, Ini sangat membantu, tapi dari mana kau mendapatkan uang sebanyak itu?" tanya Vincent.
"Oh, lagi ada rezeki aja kok, tidak usah dipikirkan, ya udah aku mau lanjut ke rumah Ben" ujarnya yang langsung pergi.
Sesampainya di depan rumah Ben, Sean langsung memanggil nya untuk keluar "Ada apa sih berisik banget lu Sean! aku lagi lapar nih jangan ngajak nongkrong dulu lah" ucap Ben.
"Nih makan kalau lapar" jawab Sean sambil memberikan kantong berisi mie instan cup beberapa pcs.
"Omg! lu beneran ngasih ini?! Kau benar-benar dewa penyelamat ku!" seru Ben sambil memeluk Sean dengan erat.
"Oi! lepasin! Aku engap nih astaga!" balasnya.
Iapun kembali membagi-bagikan sisa beberapa mie instan cup itu pada tetangga lainnya "Akhirnya selesai juga sekarang saatnya aku makan mie instan cup juga!"
Sisa mie instan cup nya tinggal 3 pcs saja, tapi ia tidak merasa rugi ataupun semacamnya malah ia merasa sangat senang telah berbagi.
"Wah! Enaknya! sudah lama aku tidak makan seenak ini!" ucapnya sambil mengusap-usap perut kenyang nya.
"Dengan uang sebanyak ini, apa besok aku harus tetap memulung atau istirahat saja ya?" gumamnya sambil rebahan kekenyangan.
Hari sudah malam iapun tertidur.
Sean terbiasa bangun pagi, ia sudah bersiap untuk pergi memulung "Tapi sepertinya aku libur dulu deh, lagipula aku masih punya uang untuk makan" ucapnya yang menaruh kembali peralatan memulung nya.
Sean langsung mengambil smartphonenya yang bergetar di saku celananya "Ada misi baru kah?" gumamnya.
[Misi harian level 1]
[Beli 5 Produk di aplikasi kami]
[Hadiah : $50 + Saldo $50]
"Kenapa produk hari ini beda dari yang kemarin? tapi yah apa boleh buat" ia kembali melihat-lihat jenis produk di sistem online shop ini, ia agak pelupa karena sebelumnya sistem telah memberitahukan bahwa produk di acak setiap harinya.
-Sembako 20kg ($0)
-Satu set pakaian ($0)
-Minuman Soda 100pcs ($0)
-Parfum ($0)
-Topi ($0)
-Kacang 1kg ($0)
-Makanan kucing 1kg ($0)
Setelah di cek jenis barangnya hanya ada 7 produk saja "Dari 7 produk hanya nomor urut 1 dan yang paling ku butuhkan dan kenapa makanan kucing selalu ada ya?"
[Beli sembako 20kg (5x) \= 100kg]
[Misi selesai]
[Pembelian berhasil]
[5 Produk telah terkirim]
[Hadiah telah diterima]
[Sampai jumpa di misi selanjutnya!]