Penakluk Sang Antagonis
"Selamat kepada aktor Alaric Dewangga," riuh tepuk tangan dari penggemar berat aktor ternama itu terdengar di seluruh tempat acara penghargaan.
Senyum merekah terpancar dari wajah tampan sang aktor yang di sebutkan oleh pembawa acara sebagai pemenang aktor terbaik tahun ini.
Dia merapikan jas nya dan berjalan dengan percaya diri menuju panggung acara untuk menerima trofi nya. Semua mata tertuju padanya, bagaimana tidak, pria itu di sebut sebut sebagai aktor paling tampan seantero industri perfilman, tentu saja tidak ada yang salah dengan julukan itu karena wajahnya memang sering berlangganan masuk top 10 pria tertampan di dunia sejak awal debut akting nya, di dukung dengan kemampuan akting yang luar biasa menambah kesempurnaan dari seorang Alaric dewangga. Dia kerap menjadi aktor terbaik setiap tahunnya karena setiap film yang dibintangi nya akan selalu populer dengan rating yang sangat tinggi dan bahkan langganan memecah rekor box office.
"Selamat malam semuanya, saya Alaric Dewangga, saya sangat bersyukur karena dapat kembali memenangkan penghargaan aktor terpilih terbaik tahun ini, Tentu saja itu tidak akan saya dapatkan jika tidak ada dukungan dari para penggemar dan orang orang terdekat yang mendukung saya, sekali lagi terimakasih atas dukungan kalian," ujar Alaric dengan sedikit membungkukkan badannya lalu mengangkat trofi nya sebagai tanda keberhasilan.
Sorak sorak para penggemar kembali terdengar setelah Alaric selesai berbicara di atas panggung acara.
"Kami akan selalu mendukung mu Alaric."
"Kau memang pantas mendapatkan itu."
"Alaric yang terbaik~ kami akan selamanya menjadi penggemar mu."
"Kyaaa kau sangat tampan dan berbakat, kami semua mencintai mu."
Alaric sangat disukai oleh banyak orang, tentu saja dari sekian banyak manusia tidak semuanya menyukai seorang Alaric.
Seperti saat ini, seseorang menatap Alaric dengan tajam, matanya penuh kebencian dan kecemburuan, tangannya mengepal erat pada pahanya menyalurkan kemarahan yang meluap dari dalam dirinya karena tidak menyukai seseorang yang lebih unggul darinya.
"Lihat saja Alaric, aku akan menyingkirkan mu, berani beraninya kau mengambil perhatian dan kemenangan yang seharusnya menjadi milikku," ucapnya dalam batinnya menatap benci Alaric.
Stevan Wijaya, dia adalah aktor terkenal yang Tampan dan cukup berbakat, dia juga berasal dari keluarga kaya raya, jadi pekerjaan nya sebagai aktor bisa dibilang hanya untuk mendapatkan perhatian dan ketenaran saja, dia sangat percaya diri dengan wajah tampannya dan bakat akting yang dimilikinya akan membuat dirinya menjadi aktor paling dikenal di era ini, tetapi sayangnya pemikiran dan mimpi itu harus pupus, karena nyatanya saat ini dia selalu berada di nomor 2 di bawah bayang bayang seorang Alaric dewangga yang lebih tampan rupawan dan berbakat dari dirinya, tentu saja itu tidak membuat nya senang, dia merasa Alaric mengambil Semua hal dari dirinya, dia sudah muak selalu kalah oleh Alaric sehingga otak nya saat ini sedang merencanakan sesuatu yang buruk untuk dilakukannya pada Alaric.
Tentu saja Alaric tidak mengetahui apa yang dipikirkan Stevan, saat ini dia sedang menyapa para aktor/aktris yang memberikan ucapan selamat padanya.
•••
"Hufttt, sangat melelahkan," ujar Alaric menutup matanya bersandar pada kursi mobil dan menghela nafas lelah usai kembali dari tempat acara penghargaan.
Sang manager sekaligus sahabatnya yang melihat Alaric kelelahan memberikan sebotol minum air putih padanya.
"Kau harus tetap bersyukur bro," ucap Ezra pada Alaric dengan tersenyum tipis.
Alaric terkekeh mendengar nya, yang dikatakan Ezra sahabat nya memang benar, dia harus banyak bersyukur karena bisa mendapatkan semua ini. Alaric dan Ezra adalah anak yatim piatu yang bersama sama di besarkan di satu tempat panti asuhan, mereka berdua sudah banyak merasakan yang namanya kekurangan dan kemiskinan, jadi Ezra selalu mengingatkan Alaric untuk tetap semangat pada pekerjaan nya dan selalu banyak bersyukur. Alaric sangat beruntung karena memiliki wajah yang rupawan dan bakat ber akting yang mumpuni, karena itu dapat mengeluarkan nya dari hidup serba kekurangan.
"Aku tau zra, aku hanya ingin sesekali mengeluh seperti ini, aku tahu kau juga lelah, cobalah sesekali untuk mengeluh di depanku," ujar Alaric pada Ezra dengan kekehan kecil. Tentu saja menjadi manager dari aktor ternama yang banyak job di dalam dan di luar negeri sangat melelahkan.
Ezra hanya menggelengkan kepalanya.
"Sudahlah... Hari ini jadwalmu sudah selesai, mau langsung pulang atau mampir ke suatu tempat terlebih dahulu?," tanya Ezra sembari menyalakan mesin mobil nya.
"Pulang saja, aku ingin istirahat," jawab Alaric dengan memejamkan matanya.
Ezra menganggukkan kepalanya dan menjalankan mobil Menuju ke apartemen milik Alaric.
.
.
.
.
.
.
.
.
Happy Reading
Tepat saat di tengah perjalanan, Ezra memperhatikan dari kaca spion ada dua mobil sedan hitam yang terus mengikuti mobil yang di tumpanginya dengan Alaric dari saat mereka pulang dari acara penghargaan itu. Awalnya Ezra tidak curiga, tetapi lama kelamaan dua sedan hitam itu semakin mencurigakan hingga dia mengetes nya dengan mengambil jalan memutar, dan ternyata memang benar dua sedan hitam itu sedang mengikuti mereka berdua.
"Sial," ucap Ezra memiliki firasat buruk.
Alaric yang sedang tertidur pun membuka matanya karena mendengar ucapan Ezra yang frontal, jarang jarang sekali seorang Ezra mengumpat seperti itu pikir Alaric.
"Ada apa?," tanya Alaric mengangkat alisnya heran.
"Ada yang mengikuti kita al, pegangan yang erat, aku akan mengebut," ujar Ezra menginjak pedal gas mobil dengan kecepatan penuh. Alaric terdiam lalu menoleh kebelakang, dan ternyata memang mobil mereka sedang diikuti oleh dua sedan hitam.
"Siapa mereka, dan kenapa mengikuti kita?," ujar Alaric bertanya tanya.
"Aku juga tidak tau, yang pasti aku merasa mereka akan melakukan hal buruk," ucap Ezra dengan serius dan fokus matanya tidak teralihkan dari jalanan.
Disisi lain di salah satu mobil sedan itu seseorang tersenyum miring karena ternyata target mereka sudah menyadari keberadaan mereka yang mengikuti di belakang.
"Target menyadari kehadiran kita, segera lakukan tugas kita," ujar salah satu orang di dalam mobil itu dengan alat komunikasi yang terhubung dengan mobil sedan satunya.
Setelah itu terjadilah peristiwa kejar kejaran antara mobil yang ditumpangi Alaric dan Ezra serta kedua mobil sedan hitam itu.
Kedua mobil itu terus memojokkan dan menghimpit mobil Alaric sehingga membuat Ezra yang sedang mengemudi kewalahan.
"Ck sialan," ujar Ezra berdecak kesal.
"Hati hati zra," ujar Alaric khawatir, saat ini keadaan mereka berdua sangat genting, sebenarnya siapa yang ingin membuat nya celaka seperti ini, ujar Alaric dalam batinnya.
Saat tengah ingin melepaskan diri dari kejaran kedua mobil itu, Ezra membelokkan mobilnya ke arah sisi sebrang jalan, dengan kecepatan tinggi, dia kira saat itu tidak ada kendaraan melintas di jalur kanan karena wilayah ini sangat sepi, tetapi naasnya ada kendaraan bermotor yang memang kurang terlihat karena minim pencahayaan dari kendaraannya dan jalan sekitar nya, sehingga Ezra kembali banting setir ke arah kiri. karena kecepatan mobil yang tinggi Ezra tidak dapat mengendalikan laju mobil dan menabrak pembatas jalan hingga terjun ke sisi jalan yang ternyata adalah jurang.
"Arghhh," teriak Ezra dan Alaric.
Brakkkk
Brughh
Brakkk
Mobil terguling hingga beberapa kali, membuat Alaric dan Ezra terbentur kesana kemari di dalam mobil.
Brakkk
Saat setelah mobil berhenti berguling di dasar jurang, Alaric menatap Ezra yang berlumuran dengan darah dan luka di sekujur tubuhnya, begitupun dirinya, yang saat ini sedang sekarat.
"Ez...ra" ujar Alaric dengan lemah.
"Apakah ini akhir hidup kita..." lirihnya lagi.
"Jika tuhan memang ada, tolong balaskan dendam ku dan sahabatku pada orang yang telah membuat kami seperti ini ya tuhan..." ujar Alaric dalam batinnya.
Tak lama terdengar suara tetesan yang terdengar dari tangki bensin yang bocor.
Alaric yang mendengar nya tersenyum getir dan akhirnya mobil itu meledak dengan api yang berkobar membakar Ezra dan Alaric di dalamnya.
Duarrrr
Para pelaku pembunuhan aktor terkenal itu tersenyum miring atas keberhasilan misi mereka. Salah satu dari mereka mengambil ponselnya dan menelepon orang dalang sebenarnya dari pembunuhan Alaric.
"Hallo bos, misi selesai, mobil yang di Kendarainya masuk jurang dan meledak, dipastikan dia dan manager nya tewas." Ujarnya memberi laporan pada orang yang di sebut bos itu.
'Bagus,' ujarnya di seberang telepon, sambungan telepon pun terputus kembali.
"Kembali," ucap salah satu dari mereka untuk meninggalkan tempat kejadian.
Di sisi lain di sebuah apartemen mewah, seorang pria di kelilingi dua wanita yang membelainya dari sisi kanan dan kiri tertawa dengan puas.
"Hahaha, Akhirnya... Akhirnya kau enyah juga dari hidupku Alaric," ucapnya dengan bahagia. Ya dia adalah Stevan Wijaya, orang yang paling membenci atas keberhasilan yang di raih oleh Alaric, dia menggunakan kekuasaan ayahnya untuk menyewa organisasi pembunuh bayaran profesional untuk melenyapkan orang yang dibencinya itu.
"Hahh... Salahkan dirimu yang beraninya menghalangi jalanku Alaric, sayang sekali kau harus mati muda di saat puncak karir mu Alaric khehe," ucapnya dengan kekehan seperti orang gila karena efek mabuk alkohol.
Tanpa Stevan sadari salah satu wanita malam yang di sewanya menatap benci kepadanya.
"Sayang ayo minum lagi~" ucap salah satu wanita itu menggoda dengan memberikan segelas wine pada Stevan.
"Hahaha baiklah cantik, sesuai keinginan mu~" ujar Stevan genit dengan menegak wine itu sampai tandas. Suasana hatinya saat ini sangat bagus karena mendengar kabar kematian rivalnya.
Wanita itu menatap wajah Stevan dengan senyuman penuh arti.
Setelah beberapa saat Stevan terbatuk hebat dan memuntahkan darah yang begitu banyak.
"Arghh d-dadaku sa-kit sekali..." Ucapnya dengan nafas memburu.
"A-apa yang terjadi..." Lirihnya hingga dia kehilangan kesadaran.
"Kyaaa," teriak salah satu wanita yang di sewa Stevan dengan histeris karena melihat Stevan sudah tidak sadarkan diri dengan kulit yang memucat.
Sedangkan wanita satunya lagi tersenyum miring melihat tubuh Stevan yang sudah memucat.
"Dendam mu sudah ku balaskan kak," gumam gadis bernama Zara itu dengan menggertakkan giginya, mengingat sang kakak bunuh diri dengan bayi yang dikandungnya yang ternyata adalah anak dari Stevan yang tidak ingin bertanggung jawab setelah menghamili kakaknya.
"Setelah membunuh kakakku, kau juga kembali membunuh orang lain, dasar manusia biadab, mungkin neraka pun nanti tak akan Sudi menerima mu," batinnya menatap benci tubuh yang mungkin sudah menjadi mayat sekarang.
"Heyy kenapa kau diam saja, apa yang terjadi pada tuan Stevan astagaa," ujar wanita sewaan itu pada Zara.
Zara segera mengubah ekspresi bencinya menjadi kebingungan.
"Aku juga tidak tau..."
"Hey bukankah kita harus pergi dari sini, jika tidak, kita akan dituduh sebagai tersangka," ujar Zara pada wanita itu.
Wanita terbelalak menatap Zara.
"Kau benar juga, tuan Stevan sepertinya sudah meninggal, kita harus pergi dari sini," ujar wanita itu sudah terlebih dahulu pergi dari sana.
Zara tersenyum miring, dia tidak takut ketahuan karena dari awal masuk kemari dia menutupi identitasnya dengan masker dan topi, serta tidak menyentuh satu barang pun tanpa sarung tangan.
Awalnya Stevan pun bertanya tanya kepadanya, tetapi Zara mengatakan jika dirinya sedang kedinginan, dan alasan itu Stevan terima tanpa curiga. Ia juga sudah memeriksa apartemen Stevan yang ternyata di dalamnya tidak terdapat cctv satupun, mungkin karena takut kelakuan nya diketahui oleh ayahnya, jadi Zara tidak takut wajahnya terekspos saat di dalam ruangan.
Zara kembali memakai masker dan topinya dan keluar dari apartemen itu dengan menghindari beberapa cctv yang mengarah padanya.
Dan begitulah karma datang begitu cepat nya pada Stevan, yang kini telah terbujur kaku setelah beberapa menit lalu berbahagia di atas kematian orang yang dibunuhnya.
.
.
.
.
.
.
.
.