Manusia Akhir Zaman
Langit biru gelap mulai memudar, matahari mendaki naik ke atas langit, menghapus semua unsur warna gelap yang menjadi background para awan. Tak ada seorang pun sejauh mata memandang, kecuali lautan zombie yang terlihat jelas diatas tower pusat penelitian Howner, yang membentang luas layaknya samudra.
Seorang dengan penampilan yang kurang sukar dipandang merenggangkan tubuhnya di lapisan beton menara pusat penelitian, setelah semalaman bertempur menembaki para Zombie yang berusaha naik menghampirinya.
"Hahh... Apakah benar hanya tersisa aku sendiri?" Ucapnya dengan suara parau, melepaskan pandangannya sangat jauh kedepan.
"Oh ayolah! Harus sampai kapan aku menggenggam revolver bergagang kayu ini?! Peluruku tak akan bisa bertahan! Apakah aku harus menunggu sampai badai sialan ini berakhir?!", Dengan keputus asaan dia meludahkan satu peluru dari mocong revolvernya kearah zombie bertubuh kekar yang melompat kearahnya.
Satu tembakan dari revolver tua sangat mampu untuk merobohkan raga gila yang siap mencabik-cabik tubuhnya.Satu tendangan menjatuhkan tubuh zombie berbadan kekar yang telah ia tembak sambil berkata,
"Dasar peneliti Sialan!, Apa gunanya kembang sebuah kembang api?, Apakah itu lebih berguna dari sejuta nyawa?. Ini namanya pemusnahan massal!.Dasar idiot!!".
Satu bom kecil dengan daya ledak tinggi yang dipicu oleh benturan, melayang kearah lautan zombie yang berada di bawah lab penelitian.
"Apa? Sialan!!." Ucapnya tak percaya ketika melihat bom yang ia lempar melesat dan tidak jatuh kedalam lautan zombie yang mengelilinginya, melainkan masuk ke dalam lab penelitian yang dipenuhi berbagai macam zat kimia.
"Tapi, ini lebih baik. Mari akhiri ini!. Selamat tinggal semua manusia pucat! Mungkin aku akan sedikit merindukan kalian" Ucapnya kemudian dengan tekad yang kuat untuk mengakhiri ini semua.
...◣◈◊◈◢...
Matahari telah lama menyingsing, dan menghadirkan diri di tengah keramaian kota. Bangunan-bangunan kokoh berjejer di sepanjang jalanan beraspal tempat para alat transportasi darat berlalu lalang, melakukan tugasnya.
Seorang pria disebuah ruangan terlonjak diatas tempat tidurnya. Tampang kebingungan terlukis jelas diwajahnya, tubuh maskulinnya dialiri keringat sebesar biji jagung, namun hal tersebut tak dihiraukannya. Dia lebih tertarik melihat dunia luar dengan menyibak gorden jendelanya.
Di balik kaca jendela, aktivitas orang-orang sibuk telah memenuhi jalanan. Sungguh pemandangan yang lazim di temui di kota-kota besar. Hiruk pikuk kendaran dan polusi yang mengalir ke udara telah biasa ditemukan. Akan tetapi hal tersebut semakin menambah kebingungan pria berbungkus selimut yang sedang mengintip dibalik jendela.
Dengan rasa sedikit tak percaya, dia mengusap kedua matanya, menganggap yang di depannya sekarang hanyalah ilusi semata. Dengan nada tak percaya dia berkata,
"Hah? Apa yang terjadi?".
Kemudian pria itu melihat sekeliling ruangan yang ditempatinya dan kembali berkata,"Hey hey! Apa ini? Sepertinya aku mengenali ruangan ini?. Tunggu! Apakah aku sekarang ada di surga?, Atau... Kiamat zombie tadi hanyalah mimpi?. Aku tak percaya ada mimpi sepanjang dan sehebat itu! Jika itu benar hanya mimpi, maka aku akan menjadi penulis naskah terbaik di negri ini!".
Orang-orang yang berlalu lalang di jalan yang ada di bawahnya, membuat dia sangat tertarik untuk memastikan bahwa orang yang ada di bawahnya bukanlah zombie yang sedang mengepungnya."Aku harap tebakanku salah!", Kedua tangan pria itu bertumpu di bingkai jendela yang telah dibuka lebar. Karena sangat penasaran, pria itu semakin membungkuk dan terus menjulurkan tubuhnya ke bawah, guna memastikan dan melihat secara jelas apa yang sedang berjalan di bawahnya.
"Hei nak! Aku harap kau tak bunuh diri dengan manjatuhkan tubuhmu dari lantai 3 kamarmu!, Kau tau tempat pemakaman telah penuh. Lebih baik kau memilih hari lain, atau jasadmu tak akan dikuburkan!" Teriak seorang wanita tua dari sebrang jalan, mengarahkan tongkat bergagang cekung miliknya, menunjuk pria yang sedang menjulurkan tubuhnya kebawah, dari jendela.
"Maaf nenek, aku juga tak berharap untuk mati lagi! Tapi jika benar aku masih hidup aku harap kiamat zombie itu tak muncul lagi, atau aku akan lebih memilih mati dengan jasad tak dikubur, dari pada mati dengan jasad yang berjalan" Sahut pria itu, lalu bergerak menutup daun jendela dan menarik gorden.
"Dasar anak zaman sekarang, apakah itu tata krama yang baik ketika berbicara kepada orang tua?, Sepertinya dia mulai gila karena alat-alat masa kini?!" Gumam wanita tua itu, kemudian melangkah melanjutkan perjalanannya.
"Ahaha, apa yang tadi kukatakan kepada wanita tua itu?" Tawanya, dengan tubuh bersandar pada dinding.
" Apakah aku mulai tak waras?. Tunggu sebentar! Bukankah tadi aku mengatakan mati untuk yang kedua kalinya? Oh benar, bagaimana mungkin aku bisa melupakannya! Ketegangan yang kurasakan begitu nyata ketika ledakan bom itu membuat nyilu tulang-tulang ku. Kiamat zombie yang menghantui dunia benar-benar terasa amat nyata!. Kalau tidak salah aku berada di atas menara dan sedang dikepung oleh ribuan, tidak! Tapi jutaan atau bahkan milyaran zombie yang kelaparan dan sedang menanti daging ku! Sebantar! Kalau aku tak salah ingat kiamat itu terjadi pada tanggal..."
Dengan kening berkerut pria itu berusaha mengingat tanggal dan peristiwa lain yang berhubungan dengan dimulainya wabah zombie.
"Malam hari... Aku sedang duduk di kursi itu, menatap keluar jendela, kemudian ada kembang api... Dan aku benar-benar sendiri... Tahun baru! Ya benar itu terjadi pada malam pergantian tahun!".
Ponsel yang terletak diatas meja diambil untuk memeriksa tanggal hari ini. Tanggal yang indah tentu saja! Karena tanggal yang tertera dilayar ponselnya berhasil membelalakkan matanya. 22 Desember 20xx, tepatnya 10 hari sebelum wabah zombie melanda. Untuk beberapa saat, pria itu mematung dengan pandangan yang masih terpaku ke layar ponsel di tangannya. sampai ponsel itu bergetar dan membuat lamunanya buyar, ia bahkan hampir melemparkan ponsel miliknya karena terkejut.
Dalam keadaan yang masih sedikit panik, pria itu memencet tombol hijau di layar ponselnya, lalu bergegas menyapa lawan bicaranya,"Hallo?".
"Holla Hallo. Hey, Mike niat wawancara atau tidak?!, Aku sudah menunggu mu dari 20 menit yang lalu! Cobalah untuk sedikit lebih disiplin!" Balas seorang pria dari sebrang.
"Ah maaf, siapa ini?" Balas pria yang dipanggil Mike oleh lawan bicaranya, dengan sebuah alis terangkat.
"Hey! Jangan bercanda! Aku Zero, temanmu. Apakah kau habis tertimpa pohon?. Aku tidak mau tau! Pokoknya dalam 5 menit, batang hidungmu sudah harus muncul di hadapanku!" Teriaknya.
Sambungan terputus seketika, Pria bernama Mike masih menatap layar ponselnya selama beberapa detik, kemudian bergumam,
"Tanggal 22. Ya, aku ingat jika aku memiliki janji pergi wawancara pekerjaan, dengan temanku Zero yang memiliki yang tempramen kurang baik ini. Sebaiknya aku bergegas atau dia akan pergi ke tempat wawancara itu!".
Mike hendak berkemas untuk menemui teman yang telah menunggunya, namun sesuatu membuatnya berhenti sejenak, dia berfikir jika benar kiamat zombie itu akan terulang kembali di 9 hari lagi, maka dia harus memperingati seluruh orang di negaranya akan peristiwa besar itu. Sambil berjalan bolak balik, dia kembali berfikir bahwa mungkin orang-orang yang mendengarkan ceritanya akan menganggapnya gila atau kurang waras. 'Tak akan ada yang percaya cerita yang benar-benar seperti fantasi itu!' Pikirannya.
Getar ponsel kembali melenyapkan pikirannya, kali ini tiga pesan teks melintang di layar ponsel miliknya.
'Hei sialan!!'
'Apakah kau menyuruhku untuk menunggumu seumur hidup?'
'kemarilah! Atau aku akan membuatmu tak bisa kemana-mana!'
Mike membaca pesan dari temannya itu sekilas, kemudian mematikan ponsel dan bergegas meninggalkan kamar apartemennya, sambil mengenakan jaket dengan terburu-buru.
Sungguh kota yang ramai. Alat-alat transportasi terlihat hilir mudik di jalanan beraspal. Gedung-gedung tinggi terlihat jelas di depan mata, makian dan suara-suara kesibukan terdengar jelas di sepanjang jalanan.
Dua orang pria duduk dikursi sebuah cafetaria. Dari tempat mereka duduk, terlihat jelas orang-orang yang sedang berlalu-lalang melewati cafe. Tak ada sedikitpun suara yang dikeluarkan oleh kedua pria itu, setelah memanggil pelayan dan memesan makanan untuk mereka. Bahkan ekspresi dan tatapan mata mereka tertuju dintempat yang berbeda. Satu diantaranya, menekuk wajah dan terlihat sedikit gusar. Sedangkan yang satunya, hanya mengunci rapat mulut, dan berusaha mengontrol diri untuk tidak berkata kasar kepada orang yang sedang duduk di depannya.
Seorang pelayan cafe, melangkah menghampiri kedua orang yang sedang mematung, dengan tangan memegang nampan yang berisi pesanan dua pria itu,"Hallo Selamat siang!. Pelnggan dengan meja nomor 15. Ini adalah pesanan Anda; dua choco latte, dan dua brownies coklat panggang." Ujar wanita pelayan itu tersenyum, meletakkan pesanan yang dibawanya ke atas meja.
"Terimakasih..." Ucap Mike ramah, setelah buyar dari lamunannya. Pelayan itu membalas dengan senyuman, kemudian berlalu pergi hendak mengambil pesanan para pelanggan lainnya.
Setelah pelayan itu jauh dari pandangan, pria yang duduk semeja dengan Mike angkat suara, "Katakan!. Apa yang kamu inginkan?!".
"Aku bingung! Sungguh! Aku bingung, mau mulai berbicara dari mana dulu", ucap Mike, menghela nafas panjang.
"Oh, Ayolah! Kau menyeretku kesini, hanya untuk pembicaraan yang bahkan kau tidak mengerti harus mulai dari mana?" Decak Zero, memberi tatapan aneh kepada sobatnya.
"Tenangkan dulu diri mu sobat!" Pinta Mike.
"Tenang katamu?. Aku sungguh tidak bisa tenang untuk saat ini sob!. Hanya kerena menunggumu, aku ketinggalan kesempatan untuk menjadi karyawan perusahaan ternama NCP, sob!. Aku sungguh sudah membayangkan ketika aku telah berhasil menjadi karyawan disana!. Tapi semua hancur! Hancur! Hancur! Hancur!. Aaakkhhh!!!" Papar Zero, kesal.
"Aku paham perasaanmu, Zero!. Sungguh!. Tapi ini sungguh amat penting!" Kata Mike berusaha menenangkan sahabatnya.
"Apakah lebih penting dari pada menjadi karyawan perusahaan NCP?!. Apapun itu aku tak akan peduli!"
"Zero, kumohon dengar kan aku, sob! Ini sangat penting! Ini bahkan lebih penting dari menjadi karyawan perusahaan NCP,itu!. Dunia akan berakhir sob! Dunia akan berakhir!, Aku sungguh berani bersumpah!" Tegas Mike, berusaha meyakinkan.
Zero memasang muka selidik kearah Mike, dengan mengerutkan kening dan menaikkan sebelah alisnya. Kemudian dia tertawa melihat wajah serius Mike yang dianggapnya benar-benar lucu.
"Masa depan dunia?" Tanya Zero sedikit tertawa.
Mike mengangguk penuh keyakinan, dengan wajah serius yang tetap dijaganya. Zero kembali tertawa terbahak-bahak, hingga mengeluarkan air matanya.
"Berhentilah bercanda sob!. Aduh perutku,Hahahaha. Maaf kan aku, tapi ini sungguh lucu!. Sudahlah sob, hentikan semua permainan konyol yang kau ciptakan ini!", Ujar Zero berusaha menghentikan tawanya, dan bergerak mengucap bintik air yang keluar dari matanya.
"Ini bukan sebuah permainan, sob! Apalagi sebuah guyonan konyol!", Bantah Mike, tak terima.
"Apa kau serius?, Dengar Mike! Jika kau sedang luang atau bahkan tak ingin melamar kerja di perusahaan NCP, itu. Kau bisa membicarakannya dengan ku dengan baik-baik. Kau tak perlu lagi mengarang cerita atau membiarkan imajinasi liar menghantui pikiranmu!", Papar Zero sedikit khawatir.
"Baiklah-baiklah! Sekarang lupakan tentang perusahaan NCP, sialan itu! Lebih baik kau dengarkan penjelasan ku!. Hal ini bukan sebuah imajinasi belaka! Aku tidak akan membiarkan imajinasi tak beraturan menghantui otakku!". Terang Mike, sedikit kesal dengan sikap sahabatnya yang benar-benar tak bisa diajak berdiskusi tentang hal yang, memang diluar akal sehat.
"Baiklah sob, aku mendengarkan. Silahkan mulai ceritamu!", Ucap Zero mempersilahkan. Dia siap mendengarkan ucapan yang akan dilontarkan pria didepannya, dan berusaha mengontrol dirinya untuk tetap tenang.
"Baiklah, aku berharap kau tak menghina ku lagi?", Ungkap Mike.
"Itu tergantung!", Ucap Zero dengan cepat, dengan senyum tak berdosa yang diukir di bibirnya.
Mike menatap sahabatnya, Zero. Dengan sengum pahit dan Hela-an nafas. Kemudian dia mulai bercerita,"Baiklah, Aku mulai!. Sebuah kantor pusat penelitian, dikatakan berhasil membuat kembang api yang berkilauan dan menebar aroma harum ketika diluncurkan. Orang-orang benar-benar mengatakan bahwa itu adalah penemuan yang luar biasa, karena selain Kilauan dan aroma harum, dikatakan juga jika satu kembang api tersebut dapat memunculkan satu abjad. Penjualan kembang api itu sukses besar, bahkan barang yang diproduksi selalu habis setiap harinya. Kembang api itu diekspor ke berbagai belahan dunia, termasuk negara kita. Orang-orang kebanyakan membelinya untuk merayakan tahun baru", Papar Mike.
"Menarik! Sungguh sob!. Lalu? Apa yang terjadi ketika kembang api itu diluncurkan? Apakah benar-benar menebar aroma, Kilauan,dan bisa menciptakan sebuah abjad?", Tanya Zero, bersemangat.
"Ku akui 'Ya', itu benar!. Tapi yang ingin kubahas saat ini bukan tentang keindahan kembang api itu!", Jawab Mike.
"Oh? Benarkah?, Baiklah teruskan" .
Mike menyeruput minuman yang dari tadi tak disentuhnya, hingga menyisakan setengah cangkir. Kemudian melanjutkan ceritanya, "Pada tanggal 31 Desember, tepatnya 9 hari mendatang, pada saat malam pergantian tahun. Semua orang menyalakan kembang api dari pusat penelitian itu. Sungguh aneh, aku rasa?. Kembang api itu meledak diatas sana, orang orang dibawahnya bersorak gembira. Namun, tak lama kemudian semua hening. Aku pikir perayaannya telah usai. Aku merasa aneh karena keributan di liat, tiba-tiba berubah menjadi hening, Akupun menyibak gorden kamarku dan melihat keluar melalui jendela. Sesuatu yang kulihat sungguh sangat mengerikan. Semua orang berjalan dengan kaku, beberapa orang tersandar di tepian bangunan dengan pakaian lengkap, dan tanpa sedikitpun luka. Merasa janggal, aku memeriksa orang yang sedang berjalan kaki dibawah jendelaku dengan melemparinya sebuah buku. Aku menggigil ketekutan ketika aku melihat matanya, putih tak berpupil, tubunya putih pucat, dan air liurnya mengalir tak beraturan. Seekor kucing menghampirinya, dan mengusapkan kepalanya kekaki orang itu. Aku tak dapat membayangkan bagaimana kucing yang malang itu dikoyak tubuhnya, dan dimakan oleh orang yang tadi kulempari buku. Hal yang sama kulihat tak jauh dari apartemen yang kutinggali itu. Aku memiliki anggapan jika para ilmuwan bodoh yang menciptakan kembang api itu sama sekali tidak mengetahui akibat dari kembang api yang dibuatnya!", Jelas Mike.
"Why?, Bagaimana kau bisa beranggapan begitu?", Tanya Zero penasaran.
"Ya, pada saat kembang api menyala, semua orang yang menghirup gas beracun itu seketika akan seperti dirasuki sesuatu, dan mereka akan memakan orang atau hewan lainnya yang ada di sekitar mereka. Aku berfikir mungkin ada sejenis zat-zat tertentu yang terkandung didalam kembang api itu, yang jika dihirup berlebihan akan berakibat fatal. Mungkin racun itu, ketika masuk ketubuh seseorang, akan berevolusi menjadi virus yang bisa dijangkitkan melalui gigitan. Dengan kata lain virus ini, selain dapat menyebar lewat asap, dia juga dapat menyebar lewat air liur dan darah orang yang sudah terjangkit." Tambahnya.
"Apakah sudah selesai?", Ucap Zero, setelah mendengarkan cerita Mike dengan seksama.
"Sudah", Jawab Mike, sedikit bingung dengan ekspresi temannya, yang sedang menatapnya tanpa berkedip dan memasang wajah serius, dengan kepala ditumpu dengan tangan kanannya.
"Apa kau sehat?", Tanya Zero kemudian.
"Apa?", Kali ini Mike benar-benar bingung dengan sikap Mike.
"Tunggu sebentar sob!" Ucap Zero, serius. Dia bergerak mendekat ke temannya yang berada di sebrang meja. Zero mengangkat tangan kanannya, kemudian menempelkan punggung tangannya ke dahi Mike, dan punggung tangan kirinya diletakkan di dahinya sendiri. Dahinya terlihat mengkerut untuk beberapa detik, kemudian dia tarik kembali tangan nya dari dahi Mike dan dahinya. Mike benar-benar kebingungan dengan tingkah temannya yang satu ini.
Zero kembali duduk ke kursinya, dan berkata, "apa kau yakin itu bukan mimpi?".
Untuk kesekian kalinya, Mike menghela nafas panjang kemudian berdecak kesal. "Bukan! Itu nyata!. Apakah penjelasan ku belum cukup untuk meyakinkan mu?!", Ucap Mike resah.
"Tenanglah Mike!. Aku hanya ingin memastikan!. Lalu bagaimana kau bisa tau itu nyata dan bukan bunga tidur?", Ucap Zero.
"Zero, ku harap kau percaya. Yang kuceritakan kepadamu ini adalah sebuah kebenaran!. Saat ini, aku telah kembali dari dunia mengerikan itu!, Aku kembali ke 10 hari sebelum kiamat Zombie itu terjadi!", Papar Mike.
"Dengan kata lain, kau saat ini baru saja kembali dari masa itu. Kau terbangun dari tempat tidurmu pagi ini, dengan tubuh berkeringat dan nafas tak beraturan?. Dan kau bertanya-tanya, apakah kau sedang berada di akhirat atau kiamat zombie itu hanya mimpi?. Kau bingung dengan ruangan yang kau diami saat kau pertama kali bangun dari tidurmu itu?", Terka Zero.
"Binggo! Itu benar sekali!. Dimana kau belajar meramal seperti itu?", Ujar Mike, sedikit kagum. Karena ucapan Zero memang benar adanya.
"Hahah hanya hal biasa!", Ucap Zero merendah. "Yaa. Sebenarnya itu adalah alur yang sering terjadi di cerita-cerita novel bertema kiamat yang aku baca. Ha-ha-ha-ha", Batin Zero.
"Aku sungguh lumayan beruntung!, Tidak-tidak! Lebih tepatnya aku sungguh amat tidak beruntung. Aku harus bertahan hidup dari serangan monster kanibal itu selama kurang seperempat tahun lamanya. Rasa sakit, lapar, kesepian, dan kekesalan, benar-benar menyiksaku!. Menurutku lebih baik menjadi zombie, yang tidak punya hati dan pikiran, dari pada memiliki pikiran dan hati, namun disiksa secara psikologis!", Ungkap Mike, mengepal kuat tangannya, yang berada di atas pahanya.
"Kedengarannya menyedihkan. Apakah hanya kau sendiri?. Apakah tak ada manusia lain yang selamat dari wabah zombie itu?", Tanya Zero, penasaran.
"Ya! Aku tak yakin apakah masih ada satu atau dua manusia yang masih memiliki akal sehat. Namun, sejauh mata memandang, yang kulihat hanyalah lautan zombie bermata putih yang bergerak kaku", Jawab Mike.
"Aku punya sebuah pertanyaan, Mike. Apakah kau kembali karena mati di saat terjadinya wabah itu?, Atau kau menemukan pintu waktu, dan kau memutar waktunya ke saat ini?", Ucap Zero, penuh selidik.
"Hahahah pintu waktu?. Jika aku benar menemukan sebuah pintu waktu maka aku akan memutar waktu jauh sebelum kiamat ini terjadi, dan menghentikan pembuatan kembang api pembawa musibah itu, bagaimana pun caranya!", Ujar Mike, sambil tertawa.
"Lalu?"
Mike menghentikan tawanya, kemudian menghela nafas. Lalu berkata,"Aku mati. Ini sungguh memalukan!, Aku mati karena kecerobohanku sendiri!".
"Ho..., Sepertinya menarik. Ceritakan saja jika— kau tidak keberatan?!", Ujar Zero, menanti cerita dari mulut Mike.
Mike mengambil brownies coklat yang tergeletak diatas piring, dihadapannya, kemudian memaknnya dengan lahap. Zero yang benar-benar sedang tak sabar mendengar kisah bagaimana sobatnya, Mike meninggal di saat itu.
Di dalam pikiran Zero, Mike mati karena tak sengaja tergigit zombie yang menerkamnya dari belakang. Dia membayangkan bagaimana Mike melepaskan tubuhnya dari zombie itu, kemudian lari tunggang langgang. "Sungguh memalukan", Batinnya.
"Jika kau sungguh amat penasaran, maka akan aku ceritakan!. Sebuah bom berukuran kecil, yang kulemparkan kearah kerumunan zombie yang berusaha mendaki menara tempatku berada, meleset target yang seharusnya, dan bom itu malah melesat masuk ke sebuah laboratorium kimia yang berada di sebelah menara, karena berbagai reaksi zat, ketika bom yang kulemparkan berbenturan dengan lantai Lab bom itu meledak dengan daya ledak yang jauh lebih kuat dari yang seharusnya, menara yang aku tempati terkena ledakan itu dan membuatnya benar-benar menjadi butiran abu, termasuk diriku", Terang Mike, dengan sedikit tertawa mengingat kejadian yang menimpanya itu.
"Lalu, aku?", Ucap Zero.
"Hm?, Kau?, Apa?", Tanya Mike tak mengerti.
Zero menghela nafas kasar,"Oh ayolah, sob!. Kau tak mengerti maksudku?. Kau dari tadi hanya membicarakan tentang dirimu!. Bagaimana dengan ku?".
"Baiklah!, Tentang dirimu, Pada saat gelombang zombie pertama kali terjadi, kau dan aku berada di kamar apartemen masing-masing. Kemudian tak lama kemudian kau mengirim pesan padaku untuk menemui mu di taman kota. Aku sempat panik, melihat orang-orang yang telah berubah menjadi zombie berkeliaran dijalanan. Aku bergegas pergi sebisaku. Aku benar-benar sangat ketakutan ketika berhadapan langsung pertama kali dengan para zombie itu, sungguh mengerikan!. Singkat cerita, aku berhasil melihatmu dalam keadaan normal. Kau berjalan santai mengitari taman kota seorang diri. Sebelum aku bergerak menghampiri mu, seorang zombie berlari kearah mu dengan tangan menjulur ke depan. Aku bergegas menarikmu ke sebuah gudang kayu yang ada di dekat taman. Sungguh sebuah keberuntungan, gudang itu tak terkunci sama sekali. Kau dan aku bersembunyi di gudang kayu itu untuk beberapa saat. Saat aku tak lagi mendengar langkah kaki dan suara geraman zombie itu, aku keluar dari gudang dan memeriksa di sekitar. Saat aku kembali masuk ke gudang kayu, aku mendapati kau telah manjadi salah satu monster pemakan manusia itu. Dengan terpaksa aku mengurungmu kedalam gudang kayu, dan pegi meninggalkan mu, dengan berat hati" Ucap Mike, menjelaskan dengan detil, musibah yang menimpa Zero pada saat itu.