THE DAY ZOMBIE
Kehancuran dunia pada tahun 20XX mengubah cara pola pikir manusia, dimana ideologi sosialisme telah tergantikan dengan anarkisme, yaitu dimana manusia saling melukai hanya untuk bisa bertahan hidup, walaupun mereka sadar dengan apa yang mereka perbuat namun semua itu tidak tergoyahkan karena iman sudah mati pada masa itu, semua ini terjadi setelah terjatuhnya asteroid yang menghantam permukaan.
Yang telah mengubah sebagian penduduk pribumi menjadi mayat hidup, dengan kebiasaan memakan manusia untuk menyebarkan satu virus mikroorganisme ke dalam satu tubuh ke tubuh yang lain dengan harapan mempertahankan spesiesnya
Dan cerita ini merupakan sebuah karya belaka yang membahas mengenai akhir dunia manusia sejak kemunculan sebuah wabah dalam pasca darurat militer, dan virus tersebut diberikan nama ZOMBIE.
***** 3 Hari sebelum terjadi *****
Di Sebuah sekolah menengah atas atau istilah SMA, merupakan panduan untuk siswa agar bisa meraih cita-cita yang diinginkan, namun dengan catatan tidak menjamin keberhasilan di setiap individu, sehingga protagonis dalam cerita merasa Insecure dengan apa yang ada padanya, karena hasil nilai akademis selalu berada di rata-rata dan itu tidak termasuk dalam bakat
Karena ia tidak memiliki bakat kecuali bermain konsol game dan membaca novel ataupun komik yang menurutnya seru, dan lebih luar biasanya lagi, dirinya memiliki identik atau ketertarikan dengan genre Action dan itu sudah mendarah daging di dalam rutinitasnya
Nama pria tersebut adalah Beni Dictus, dia juga merupakan siswa dari SMA sehingga tak heran kalau dirinya suka menyendiri karena lebih introvert dari usianya, pada kala itu ia sedang scroll layar handphonenya dengan jari jempol sambil mulut sedikit komat-kamit, awalnya banyak sekali temannya prasangka kalau ia seorang penyihir pengucap mantra
Tetapi setelah diteliti lebih dalam ternyata Beni suka membaca dengan bibir bergerak, karena menurutnya membaca di kelas akan lebih tenang jika kita membacanya langsung daripada lewat hati
"Wah… Mentep benget, ternyata alur ceritanya benar-benar luar biasa" gumam Beni dengan senyum-senyum sendiri. "Tapi kok aneh yah,.. kenapa ceritanya seakan-akan nyata" timpalnya dengan cepat mengubah ekspresi dengan tatapan serius sambil memegang dagu, semua itu supaya pikirannya bisa lebih optimal
Setelah beberapa waktu yang terus berjalan sambil berusaha berfikir tentang keraguannya, hingga beni pun memencet tombol back dari android dan melihat judul dari novel tersebut alangkah terkejut ia membaca dari judul tersebut dimana namanya adalah 'Kematian'
Karena selama ini Beni tidak memperhatikan judul, dia jauh lebih mementingkan wallpaper dan cerita saja, walaupun lihat judulnya, ia tidak akan tahu maksudnya sebelum membaca sampai selesai, namun setelah Beni memahami cerita akhirnya ia tahu kaitannya dengan judul buku yang bernama kematian
Namun di sela lamunan ternyata tanpa diduga dirinya dikejutkan dengan seseorang yang datang langsung menepuk pundak Beni dengan bertenaga. "Hei.. Baca apa?" serunya dengan senyum sumringah sendiri
"Novel, kenapa?" menjawab sekaligus memberi pertanyaan darinya yang begitu singkat memalingkan pandangan menatap orang itu dengan tatapan lesu
Namanya Bagus Purnomo merupakan teman sekelas sekaligus merupakan seseorang yang hobi olahraga namun minus di mata pelajaran, walaupun begitu ia juga seseorang yang sering diandalkan beni yang menjabat sebagai ketua kelas jurusan IPA
"Apakah nggak bosen kamu baca itu terus?" tanya Bagus dengan mimik wajah bingung. "Nggak, karena membaca merupakan gudang ilmu" jawab beni dengan senyum sinis
"Kalau buku non-fiksi bolehlah tapi ini fiksi, apa ada pelajarannya?
"Nyindir yah.."
"Nggak" bagus yang terkekeh melihat ekspresi temannya
"Oh. Iya nanti pelajaran apa?" sambung bagus untuk mengalihkan arah pembicaraan
"Pkn"
"Hais,.. sudah" gerutunya dengan ekspresi jengah
"Lah kenapa?"
"Kamu gak ingat sama kejadian minggu lalu"
"Hoh…" senyum kosong beni dengan memperagakan mimik wajah mengejek, karena kejadian minggu lalu Bagus mendapat tekanan batin dari guru mapel PKN dimana rambutnya dipotong secara ngasal
"Sebenarnya aku ingin bolos tapi takut dilaporkan ke ruang BK" tukas bagus dengan lesu
"Dih… jangan sampailah, ini kan baru jam pertama masa udah bolos" setelah itu bagus termenung membisu diam seribu bahasa seakan mulutnya ditutup rapat tanpa bersuara kecuali memasang wajah sayu
Disaat suasana masih hening tiba-tiba datang satu orang lagi yang ikut join ke circle beni, walau pada waktu itu ada wanita tetapi mereka tidak terlalu bergaul dengan kaum hawa, jadinya mereka lebih sering berkomunikasi dengan sesama kaum adam, walaupun dikelasnya hanya ada 5 orang dari 20 siswa
"Hoi… Ben, kamu sudah tentang tugas kita minggu lalu!!" seru Ahmad yang datang entah dari mana tapi ia mendapati kedua temannya masih mengheningkan cipta
"Tugas apa?"
"PKN" mendengar kata itu seketika Beni dan bagus seperti tersambar petir di siang bolong karena setahu mereka jika ada hal yang bisa membuat guru PKN marah, bisa dipastikan bahwa mereka akan mendapat intimidasi dari guru mapel tersebut
"Masa sih!!" dengan kecepatan tangan Beni mulai membuka tas dan mencari buku mapel dan benar saja ketika ia membukanya lebih dalam terlihat tugas berbentuk soal dengan jumlah 10 buah
"Matilah" gumam Beni dan bagus bersamaan karena melihat hal tersebut mereka langsung putus asa, dan hanya pasrah dengan takdir akan tetapi dibalik kegelapan pasti ada remang-remang cahaya, yaitu sang Ahmad, walaupun dirinya di bidang study sering kesulitan dan kurang memperhatikan tapi jika mendapat tugas ataupun hal lainnya maka ialah orang pertama yang akan menyelesaikan tugas hingga tuntas
"Ahmad yang baik dan ganteng, tolong lah kawanmu yang sedang membutuhkan pertolongan ini!!" seru Beni dengan tampang memelas walaupun ia termasuk dalam bagian dari orang introvert, tetapi jika sedang membutuhkan ia pasti akan berubah drastis
"Bentar dulu, tapi untung saja aku sudah kerjakan kalau belum, habis nasib kita" gerutu ahmad dengan merogoh tasnya dan mengeluarkan sebuah buku bersampul dan memberikannya kepada Beni, sampai ahmad terkejut sendiri karena melihat reaksinya yang begitu cepat dan tanggap dalam mengcopy catatan
"Kamu gak ngerjain, Gus?" tanya ahmad dengan bingung
"Buat apa?"
"Lah" bingung Ahmad. "Baut apa ngerjain, toh nanti bolos mapel kok" timpal Bagus dengan ringannya
"Nanti kamu bisa gak naik kelas loh" kecam Ahmad, sehingga Bagus terdiam
"Coba aja, tempat ini dilanda bencana pasti sekolah diliburkan, soalnya males banget berangkat pagi pulang sore"
"Maksudmu, kematian hitam?" sela Beni sambil menulis di buku tulis
"Omongan itu doa loh" tekanan dari Ahmad untuk kedua temannya
Ketika suasana cukup hening tiba-tiba datang dua orang pria yang baru saja sampai sekolah secara bersamaan yaitu Komang dan Cahya
Komang merupakan pria yang kurang kondusif dalam mata pelajaran hanya saja dia unggul di olahraga Voli karena itu sudah menjadi identiknya dalam bersekolah, yaitu mengikuti rutinitas ekstrakurikuler voli
Sedangkan Cahya merupakan pria gendut namun jenius dalam mata pelajaran dan merupakan rival Beni dalam kelas, hanya saja jabatannya sebagai wakil ketua membuat Beni merasa resah akibat orangnya yang kurang bertanggung-jawab dengan jabatannya karena di kelas ia adalah biang ribut
Hanya saja sifat cerianya membuat suasana kelas menjadi sangat ria setiap harinya
"Heh.. Ben, kamu belum tugas, PKN?" tanya Cahya yang baru datang ke circle Beni
"Belum, kalau kamu?" tanya balik
"Belum"
"Maksudnya gimana ini, kok aku bingung sendiri" batin Beni dengan menatap cahya sebentar lalu kembali lagi ke konsentrasinya dengan agendanya
"Ini buku mu, mat?" sambung Cahya
"Iya…"
"Lihat nanti yah" jawab cahya. "Terserah kamu, tapi kalau salah jangan salahkan aku, soalnya aku lihat embah google"
"Santai aja"
"Aku juga mat" sahut Komang yang langsung nyambung kaya kabel listrik
"Oke, gantian tapi"
Singkat waktu akhirnya jam pertama telah berakhir dan bagus telah melancarkan aksinya, yaitu bolos di jam pertama, walaupun banyak omongan yang kurang mengenakan tetapi ia tak ingin ambil pusing karena memang seperti itu karakteristik bagus, tentu Beni, Ahmad, dan Komang siap untuk menjadi teman kelasnya
Pada jam istirahat suasana sangat ricuh akibat sudah waktunya para siswa untuk berkoar-koar dan menghabiskan waktu untuk ke kantin, sedangkan Beni dan yang lainnya berada di kelas kecuali cahya, karena dia lebihakrab dengan kaum hawa ketimbang adam
"Gimana ben, aku dicari ibu?!" tanya bagus yang baru kembali dari luar setelah sekian lama membolos mata pelajaran
"Iya-iyalah, gus" ketus Beni sambil membaca buku berjenis novel dihandphone
"Wee.. Dari mana aja kamu, gus?" tanya ahmad yang kebetulan duduk di dekat Beni sedangkan Komang berada di kursinya sendiri sambil main handphone di belakang
"Biasalah ngudut" jawab singkat bagus dengan cengengesan sehingga Ahmad dan Beni cuman bisa memasang tampang datar secara bersamaan
"Woi,.. Gus, kebelakang sekolah lagi?" sahut Komang yang beranjak dari tempat duduk lalu menyusul temannya yaitu bagus. "Ayo" ajaknya kemudian mereka pergi bersama-sama semantara itu Beni dan ahmad cuman bisa menatap dengan sinis
"Gak ikut?" bisik ahmad
"Nggak, terima kasih"
Usut demi usut waktu berlalu hingga sore dan hari menunjukan waktu pulang kerumah namun sebelum pulang beni masih bersih-bersih kelas karena besok hari dia dan beberapa orang akan menjalankan kewajiban seorang siswa untuk menjalankan piket kelas
Jadi karena ingin meringankan beban di besok hari jadinya beni dan teman-teman sepakat untuk membersihkan kelas terlebih dahulu sebelum pulang waktu itu hanya ada Beni dan dua gadis lain, karena satu orang lagi tidak masuk sekolah
Nama dari kedua gadis tersebut adalah Manda dan Sinta mereka merupakan teman kelas beni yang sudah bersama selama 2 tahun di sekolah, dan hubungan mereka bisa dibilang akrab walaupun sedikit terdapat konflik ringan diantaranya. "Akhir pekan kamu mau gak ben, ikut dengan kami ke lentera di pesisir pantai?" ajak Sinta yang kebetulan waktu itu masih menyapu di dalam kelas sedangkan beni membersihkan jendela dari dalam
Sementara Manda, bertugas untuk mengepel lantai dari mana yang sudah di sapu oleh sinta. "Boleh, siapa saja yang ikut?" tanya balik dari beni dengan meneruskan bersih-bersih
"Aku, Manda, Cahya, dan Ginsi, kalau mau kamu bisa kok ajak mereka (Teman beni)?"
"Baiklah, tapi aku gak bisa janji"
"Yah.. Kalau mau, kamu bisa langsung chat aku kok"
"Ehmmm…"
Setelah membersihkan kelas mereka memutuskan mengunci kelas lalu berjalan dimana kendaraan mereka terparkir, kemudian menancap gas menuju rumah masing-masing.
***
Sedangkan di laboratorium negara terlihat seluruh Profesor dan staf terus berhamburan dengan keadaan panik, itu karena seorang profesor Dicy, menemukan bahwa asteroid secara perlahan mulai mendekati bumi dengan ukuran 1:8
Karena jika diperkirakan maka benda tersebut akan menabrak bumi dalam 2 hari lagi dan itu membuat kepanikan bagi pihak ahli Astronomi dan militer ditambah jatuhnya benda luar angkasa belum bisa diperkirakan karena jarak bisa mencapai ratusan jutaan kilometer di atas atmosfer
"Prof. Dicy, bagaimana dengan asteroid tersebut apakah aman untuk bumi?" tanya sang asisten yang kebetulan duduk bersebelahan dengan Dicy
"Masih belum tahu, karena dari jarak sekarang kita tidak bisa prasangka jika itu benda berbahaya atau tidak, dan kita juga tidak tahu kalau hal tersebut bakal menimpa bumi atau hanya melesat karena setiap pergerakan pasti akan ada perubahan"
"Anda memang benar, pak" jawab asistennya sambil mengamati Dicy yang masih serius memperhatikan laptopnya
"Sebisa mungkin, tolong isu ini jangan di publik karena akan menyebabkan kepanikan bagian masyarakat, cukuplah kita dan pihak militer saja yang tahu"
"Kenapa demikian?"
"Karena jika terjadi sesuatu maka personil dahulu yang maju paling depan, dan memberi tahu mereka adalah keputusan yang tepat supaya jika terjadi sesuatu maka mereka telah lebih dulu mempersiapkannya"
"Baiklah kalau itu mau anda, saya permisi dulu" ucap asisten yang meninggalkan partnernya seorang diri di ruang kerja
"Aku tidak ingin kalau ini semua adalah sebuah petaka untuk dunia" gumam prof. Dicy sambil memijat-mijat lengan kanannya dengan cara pelan
***** 2 Hari sebelum terjadi *****
Keesokan harinya beni sudah bersiap-siap dengan seragam sekolah yang sudah rapi dan menggunakan dasi sehingga menambah kesan kharisma untuk dirinya, dan waktu itu beni mengubah pakaian berwarna Putih abu-abu, karena hari ini adalah hari selasa, dan sudah seharusnya pakaian kemarin dipakai lagi
"Cih… ternyata aku benar-benar ganteng yah" gumam beni untuk dirinya sendiri sambil berhadapan di depan cermin
Tok.. Tok… (ketukan pintu kamar yang berasal dari luar)
"Siapa?" tanya Beni kemudian menyudahi khayalan dan segera berjalan membuka pintu kamarnya
Cklek.. (Pintu kamar terbuka)
Memperlihatkan seorang adik beni yang bernama Andika, dengan seragam sudah siap untuk berangkat sekolah
Andika merupakan seorang siswa SMP kelas 3 yang sebentar lagi akan lulus dan melanjutkan jejak kakaknya ke sekolah tingkat atas, dan kepribadiannya sangat bertolak belakang, karena Adiknya jauh lebih bisa bersosialisasi dengan cepat ketimbang beni yang selalu menunggu teman, karena Andika adalah jenis orang Extrovert dan sudah memiliki pacar yang jelas kakaknya sendiri tidak mampu menyaingi
"Sudah siap?"
"Yah,.."
Mereka mulai menuju ruang makan karena disana sudah ada nenek yang memasakan sesuatu untuk sarapan mereka berdua setiap ingin berangkat, walau tidak tinggal dengan orang tua tetapi mereka tampak bahagia karena paman selalu menjadi support untuk menyemangati mereka dalam psikologis maupun sosial
Paman dan Nenek sudah tampak menunggu kehadiran mereka berdua, untuk sarapan sebelum berangkat, seperti biasa mereka selalu makan bersama sambil bercanda ria hingga mereka berangkat untuk menempuh pendidikan di setiap individu kecuali paman yang langsung ke kantor untuk bekerja.
BERSAMBUNG…
Di Sekolah seperti biasa beni selalu datang lebih pagi dari semua temannya dan itu merupakan hal kebiasaan dalam masa sekolah, namun kali ini dirinya tidak sendiri karena di sana sudah ada teman kelas yang juga datang lebih awal, yaitu Manda dengan mengenakan seragam putih abu-abu dan dasi telah terikat di kerah sambil menggunakan sweater berwarna pink sehingga menambah nilai pesona bagi orang yang melihatnya
Akan tetapi jauh berbeda dengan perspektif protagonis karena menurutnya semua wanita sama saja yaitu sama-sama merepotkan, "Selamat pagi" sapaan beni sambil melambaikan tangan kecil lalu berjalan ke kursi tempatnya duduk paling belakang yang ada di pojok kanan
Sedangkan untuk Manda, dia sendiri berada dibarisan paling kanan dekat pintu dan itupun urutan yang ke tiga dari depan. "Good morning!!" balasan dari Manda dengan senyum pagi yang bisa memikat hati pria karena pada usianya sangat lumrah jika masa-masa tebar pesona
Beberapa saat hening sejenak karena setelah duduk di kursi beni langsung membuka handphone dan mengakses aplikasi untuk membaca novel favoritnya hingga Manda hanya bisa menatap sambil merasa kalau responnya diabaikan. "Gimana, Kau ikut gak?.. " seru Manda dari tempatnya sedangkan beni hanya sibuk menatap layar handphone
"Kemana?" tanya beni dengan cetus tanpa menatap sedikitpun ke arah Manda
"Wee.. Masa lupa sih" gerutu Manda dengan kesal karena menurutnya beni jarang serius jika berkomunikasi. "Tapi aku memang lupa" bantah beni dengan senyum terkekeh tapi masih setia untuk menatap handphone
"Kamu nih, banyak bercanda ketimbang serius deh.." ucap Manda sehingga menarik perhatian beni untuk menatap Manda sejenak
"Gak tau juga sih, soalnya aku masih banyak urusan"
"Alasan saja, kamu sibuk apaan memangnya, palingan cuman buat cerita novel" sahut Manda dengan nada meledak temannya
"Kalau iya, memangnya kenapa?"
"Iya, gak apa-apa sih, cuman kan kalau mau nulis atau membuat karya baru, pasti membutuhkan ide brilian dan ide itu berasal dari imajinasi yang ujung-ujungnya merambat ke pikiran dan pikiran berasal dari otak sedangkan otak membutuhkan rangsangan, jadi kamu harus refreshing untuk mendapatkan ide baru!!" jelas Manda dengan panjang lebar sehingga beni tertohok mendengar menjelas yang detail
"Buset nih anak, niat banget jelasin!!" batin beni dengan tertegun melihat penjelasan terperinci dari temannya walaupun semua penjelasan sangat sinkronisasi
"Oke-oke, aku ikut deh tapi aku gak janji yah.." beni mulai menyerah karena perempuan sangat pantang jika ingin diajak berdebat
"Nah gitu loh, nanti kamu ajak yang lain juga"
"Hmmm…" deheman dari beni yang langsung kembali membaca novel dari balik layar digital yaitu handphone
Setelah 5 menit berlalu datang teman perempuan yang satu lagi menyapa beni dengan senyum sumringah. "Pagi ben, sudah lama kamu sampai?" tanya gadis itu dengan senyum manis
"Pagi juga, belum lama inilah aku sampai"
"Kalau kamu manda?" tanyanya kepada gadis yang duduk di kursi belakang dengan tatapan intens. "Aku juga belum lama ini kok, sin" jawab manda dengan terheran-heran akibat melihat tatapan sinta di pagi hari, awalnya ia berpikir kalau dirinya belum membayar uang kas tapi setelah dipikirkan lagi mungkin ada yang lebih parah dari hal tersebut yang tidak ia ketahui
Selama menunggu jam pelajaran dimulai beni terus membaca novel di handphone, sedangkan Sinta hanya men scroll situs fb hanya saja, konsentrasinya tidaklah full karena sesekali dirinya memandang beni dengan sekilas sehingga beni merasa risih jika ditatap seperti itu
"Sudah lama sampai ben?" tanya seseorang dengan berjalan mendekati beni
"Lumayan lah, mungkin sekitar 20 menitan" jawab beni dengan sekilas orang yang datang dan kembali lagi menatap layar
"Lain kali Jangan terlalu pagi berangkatnya lah*
"Kenapa?"
"Ya.. Gak apa-apa, cuman apa nggak bosen kamu nunggunya"
"Aslinya sih bosen, tapikan lebih bagus jika datang lebih awal daripada terlambat"
"Yah.. Jangan sampai terlambat lah" cetus bagus dengan datar
"Haha… " beni hanya bisa tertawa kecil setelah melihat sahabatnya mulai kesal
Tidak lama datang Ahmad yang selalu menemani beni dalam masa sekolah, karena hanya dia yang peduli kepada beni ketika sedih ataupun senang, mereka sudah selayaknya dipanggil bestie jika di zaman now walaupun ahmad berpikir demikian tetapi menurut beni itu adalah hal yang paling menggelikan
Karena sifatnya yang memiliki kepribadian ganda yaitu sisi gelap dan sisi terang, semua itu karena masa lalu yang meninggalkan trauma amat dalam di hati beni dan selama hidup ia tidak mendapatkan healing dari manapun kecuali sisi gelap
Begitu menyedihkan tetapi memang seperti itu beni yang selalu menyembunyikan rasa luka dan sakit didalam hati dengan topeng harmonis dimuka umum
"Tumben siangan?" celetuk beni dengan cengengesan. "Aku lagi males berangkat pagi-pagi" jawab temannya dengan angkuh
"Kamu tuh dicariin tahu!!"
"Sama siapa?" tanya ahmad penasaran. "Fatimah" jawab beni dengan terkekeh yang membuat Ahmad salting sendiri. "Bohong?!" tanya Ahmad sekali lagi namun kali ini dengan wajah seperti badut yang dirias merah walau sebenarnya didalam hati mengharapkan hal tersebut
"Memang"
"Bangsa*t!!" umpat Ahmad yang membuat Bagus dan beni cekikikan melihat sifat Ahmad langsung berubah drastis, candaan mereka berlangsung sampai bel masuk berbunyi dengan suasana kelas telah berubah dimana awalnya sepi kini langsung ramai dan ricuh karena diisi dengan murid yang sekelas
Hingga waktu telah berlalu dimana jam pertama sudah selesai dan berganti ke jam istirahat yang sudah berbunyi. Disaat semua anak-anak keluar untuk menuju kantin, beni hanya diam di kursi dengan membaca novel di handphone
"Kamu nggak ke kantin?" tanya Manda yang berdiri berada di ambang pintu sambil menatap beni karena dikelas hanya beni seorang yang belum pergi dari kursi
"Nanti aku nyusul"
"Okelah" Manda pun pergi keluar bersama dengan temannya yang lain ketika beni masih termenung dalam membaca seakan-akan dirinya terjerumus di dalam ruang lingkup cerita yang dibacanya dengan seksama
Sehingga dirinya tidak sadar akan ahmad yang datang setelah berbelanja di kantin. "Kamu gak ke kantin, ben?" tanya Ahmad yang mengejutkan beni dengan kedatangannya.
"Hmm.. Tumben kamu tanya"
"Lah!!, aku loh sering omong kaya gitu, kamu nya aja yang balasannya kalau nggak, 'Nanti' pasti 'Belum lapar" seru Ahmad dengan beberapa kata penuh penekanan
"Masa sih?, kok aku gak sadar yah dan bisa-bisanya aku bilang kaya gitu ke dia" batin beni dengan rasa bersalah
"Ya.. Maaf" balasan beni yang tatapannya penuh rasa memelas. Sehingga dibalas dengan satu kata dari Ahmad yaitu "Dasar" umpat Ahmad yang seperti sudah kenal dekat dengan beni
Disela pembicaraan mereka datang satu gadis dengan rambut panjang yang di kuncir kuda dengan pakaian siswi SMA lainnya dia datang menghampiri beni dan Ahmad lebih tepatnya didepan meja beni. "Permisi, apa Kalian lihat, kak Manda?" tanyanya dengan lembut bagaikan bidadari karena tutur dan kulit putihnya bisa membuat pria terjebak genjutsunya
Dan hal itu memang apa adanya, karena Ahmad bisa terkesima dengannya, walaupun baru pertama kali bertemu. "Tadi aku lihat dia pergi ke kantin" celetuk beni yang menghentikan rasa pesona Ahmad ke gadis tersebut
"Oh.. Makasih" balasan gadis tersebut yang keluar dari kelas dan pergi ke kantin dimana sebelumnya beni ucapkan
"Siapa nama cewek itu?" tanya ahmad dengan wajah terpesona
"Mana kutehe, lagian dia adik kelas jadi urungkan saja niatmu untuk PDKT"
"Lah kenapa?"
"Adik kelas: cantik+imut+ramah+sopan+wakil ketos+populer+dikenal banyak guru+circle cantik/ganteng+cerdas dan pintar, sedangkan ahmad berkulit coklat+kumuh+no ganteng+no pintar+setia++++ jadi kesimpulannya modal setia gak cukup" begitulah isi pikiran beni terhadap ahmad yang tidak bisa diutarakan secara langsung
"Kenapa diam?" tanya Ahmad sekali lagi karena melihat temannya melamun
"Nggak ada kok, tapi menurut ku Fatimah juga oke" jawab beni dengan senyum masam
"Walaupun Fatimah gak secantik adik kelas yang tadi tapi aku juga sakit hati masa sih, bisa-bisanya dia tolak aku sebelum nembak" gerutu Ahmad
"Haha.. Aku juga tidak tahu" tawa kecil beni yang sudah tidak tahu harus membalasnya dengan ucapan seperti apa
"Menurutmu!, apakah aku bisa punya pacar?" gumam Ahmad namun terdengar dengan jelas di telinga lawan bicara sehingga beni mematikan ponselnya dan menatap ahmad dengan lekat yang duduk di kursi samping
"Kenapa bicara seperti itu?" tanya beni. "Ya.. Kamu enak ganteng dan pintar jadi mudah untuk mendapatkan pacar, nah kalau aku ini gimana coba?"
Celetuk…
Suara dari Jitakan beni di kepala Ahmad dengan tatapan kesal. "Kamu kira jadi aku mudah gitu" ketus beni walaupun hatinya merasa iba tetapi dengan keadaannya yang sekarang beni sama sekali tidak bisa membantu temannya
"Humm.." bising Ahmad dengan memegangi kepala yang terkena pukulan telak dari sahabatnya
"Terkadang hidup itu sulit, tapi bukan berarti kita harus merana setiap saat, karena dibalik kegelapan pasti ada cahaya, begitu juga denganmu dimana sisi gelap mu pasti ada sisi terang hanya saja masih remang dan orang lain belum bisa melihat sisi terangmu, sehingga mereka tidak tahu seberapa berharganya kamu"
Kata-kata beni membuat Ahmad terbelalak ketika mendengar ucapan sahabatnya, berbeda dengan sudut pandang lain. "Sialan, kenapa aku bicara seperti itu dan lagi kenapa aku harus mengambil cuplikan tersebut dari novel juga, kalau ketahuan bisa malu" gerutu beni didalam batin dengan memasang mimik wajah yang tersenyum kecut
"Makasih buat kata-katamu" ujat Ahmad hingga beni terkejut tapi harus kuat membalas ucapan dari teman walau tak enak hati. "Sama-sama" beni menyuguhkan senyum tulus dari hatinya tapi menyimpan rasa resah karena sudah maling cuplikan novel yang dibaca
Ketika sedang haru datang lagi Bagus dan Komang yang baru masuk kelas setelah nongkrong di gedung belakang sekolah, jika untuk membahas ngapain mereka, pasti kalian sudah tahu. "Dari mana kalian?" tanya beni
"Biasalah" seru bagus yang mendekati beni. "Hmm… Okelah" dari dulu beni ingin sekali menghentikan aksi berandalan temannya hanya saja itu berbuah nihil karena tidak ada obat untuk mereka kecuali kesadaran diri
"Bahas apa kalian?" tanya Bagus
"Nggak ada"
"Bok*p yah!.." sindir komang dengan wajah tak bersalah yang berkata abnormal ke beni. "Ndasmu!!" balasan beni dengan nada tinggi seakan-akan sedang menahan amarah
Pada waktu itu suasana hati beni kembali normal sehingga ia mau bergaul dengan teman-temannya sampai seluruh wanita yang lain datang berbondong-bondong karena bel jam kedua telah berbunyi walaupun beni tidak jajan tetapi dirinya tidak merasakan lapar akibat suasana hati berubah secara signifikan dari sebelumnya
****
Waktu berlalu hingga jam menunjukkan waktunya pulang, di sore hari beni bertemu dengan Sinta di parkiran motor terlihat dirinya sedang mengengkol motornya karena penasaran beni datang menghampirinya. "Ada apa, sin?" tanya beni dengan menatap motor Sinta
"Gak tahu juga, tapi motor ini tiba-tiba ngadat dan gak mau hidup, jadinya aku bingung harus apa?"
"Hmm… coba aku lihat bentar" tawar beni dengan jongkok di samping motor dan membuka dimulai dari tangki oli, vakum untuk udara hingga busi motor semua tampak aman hanya saja di gusi terlihat sangat kotor sehingga beni membukanya menggunakan kunci-kunci yang ia bawa dari rumah walau diletakkan didalam jok motor
Setelah beberapa saat motor pun kembali hidup, sesudah beni mengotak-atik motor tersebut, dan terlihat tangan beni mulai berlumur oleh kantoran mesin motor hingga baju putihnya harus ikut kena
"Sudah beres" seru beni dengan mengelap keringat dan memperhatikan motor secara seksama
"Terimakasih banget karena kamu sudah mau membantuku, kalau nggak ada kamu aku gak tahu harus apa"
"Santai aja, lagian kita teman" jawab beni dengan senyum lebar sehingga Sinta salting sendiri
"Kamu kenapa?" tanya beni melihat Sinta menundukkan kepala
"Ah.. Tidak apa-apa kok, yasudah aku pulang dulu takut dicari ibu"
"Hmm.. Aku antar saja"
"Gak usah, aku takut ngerepotin kamu" balasan Sinta yang menolak tawaran beni secara halus
"Lagian kita ini teman dan sudah tugasnya bagi teman untuk saling membantu, terlebih aku mau membantu sampai tuntas dan tak ingin setengah-setengah"
"Tetap saja"
"Sudahlah ayo pulang, tapi sebentar aku mau ambil motorku di sana" ajak beni sehingga sinta sudah tidak memiliki alasan untuk menolak tawaran beni dan mau tak mau harus menuruti kemauannya
Sesampainya di rumah sinta, beni menghentikan motornya karena Sinta sudah mencapai alamat rumah sehingga ia harus putar balik untuk kembali kearah asal karena jalur rumah Sinta dan rumahnya sangat berlawanan namun sebelum itu, sempat mereka saling bercakap-cakap beberapa hal
"Terimakasih yah ben, karena sudah mau membantu jika tadi nggak ada kamu mungkin aku juga tidak tahu harus berbuat apa"
"Sama-sama, lagian aku juga selama ini selalu merepotkan kalian"
"Maksudnya?" bingung lawan bicara beni Karena tidak mengerti maksud dari ucapannya
"Karena sikapku yang seperti sekarang pasti membuat kalian merasa risih ataupun tidak senang akibat notabene ku yang tidak mencerminkan ketua kelas"
"Ah.. Tidak kok, aku sama sekali tidak pernah berfikir seperti itu, dan kamu tidak perlu menjadi orang lain, cukup perhatikan saja apa yang ada di dalam hatimu karena dengan begitu orang akan menyukaimu secara tulus apa adanya, bukan dari kebohongan semata" ucapannya sehingga beni tertegun sejenak sebelum sinta mengarahkan stang motor ke halaman rumah
"Haha.. Sialan, kata-kata itu adalah hal yang paling aku tunggu" seru beni dengan merona dan langsung menancap gas agar bisa kembali ke rumah sebelum jam makan malam
Setelah sampai di halaman rumah dan memasukkan motor ke gerbang, Beni melihat sang adik sedang berlatih bela diri bersama angin, dengan santai beni turun dari motor dan berjalan masuk rumah akan tetapi disaat beni baru sampai teras ia dipanggil oleh Andika
"Kak, mau duel dengan ku?" tanyanya dengan lantang sehingga beni menghentikan langkah sambil berpaling ke arah adiknya yang berdiri tanpa busana bagian atas sehingga dirinya telanjang dada, tetapi yang membuat nilai plus adalah badan yang bidang dan bahu lebarnya membuat kesan kharisma bagi pria
"Tidak, aku lelah" ketus beni dengan angkuh kemudian sang adik melontarkan pertanyaannya. "Takut kah?" sindiran dari sang adik membuat beni ingin naik darah
"Heeh.. Apa kamu tidak puas kalah terus?" seru beni dengan membalas sindiran. "Ck.. Gak seru" gerutu Andika, memang benar apa adanya kalau Andika selalu kalah dengan kakaknya, walaupun badan Andika cukup mewadahi ketimbang beni tetapi soal ilmu bela diri, maka beni lah pemenangnya semua itu karena ia mempelajari satu jurus untuk waktu yang amat lama jauh lebih efisien ketimbang mempunyai bela diri cukup beranekaragam tapi semua itu belum di perdalam.
BERSAMBUNG…