Menantu Raja Dewa Iblis
Pagi hari, seorang pemuda berusia sekitar 18 tahun berjalan di pinggiran sebuah kota Weiyang. Tiba-tiba rombongan orang berkuda berlarian melewati jalan tersebut, membuat pemuda itu tersungkur oleh terjangan kuda-kuda itu. Wajah dan badan nya penuh oleh debu dan tanah yang masih basah oleh embun pagi, namun dirinya tidak merasa sedikitpun sedih ataupun marah oleh kejadian tersebut.
\=======
Shen Long nama pemuda itu, sejak usia 8 tahun sudah ditinggal mati oleh kedua orang tuanya yang dibunuh oleh gerombolan perampok yang menyerang desa tempat tinggalnya.
Beruntung dirinya saat itu sedang pergi ke hutan mencari kayu bakar sehingga luput dari pembantaian para perampok itu. Pemandangan kematian dan kebakaran yang melanda desanya membuat hatinya terguncang. Sejak saat itu dia tidak pernah merasakan emosi apapun dari dalam dirinya,
Saat kejadian itu, seorang lelaki berkuda melihat dirinya yang hanya berdiri melihat kobaran api yang melahap desanya. Karena merasa kasihan lalu lelaki itu memungut dan mengajak ke kediamannya.
Selama 8 tahun dia tinggal di kediaman lelaki itu yang merupakan seorang tabib menjadi pembantu yang membersihkan rumah serta membantu lelaki itu mencarikan bahan obat ke tengah hutan.
Tanpa diduga kejadian serupa terjadi kembali dalam hidupnya. Ketika tiba dirumah dari mencari bahan obat di tengah hutan, dia menemukan rumah tabib itu dalam keadaan berantakan, tampak beberapa mayat pembantu lainnya yang tewas tetapi tidak dijumpainya mayat tabib tersebut.
Meskipun 8 tahun dirinya sebagai pembantu tabib di rumah itu, namun tabib itu selalu memperlakukannya dengan baik. Shen Long yang pendiam merupakan kesayangan tabib tersebut karena tidak pernah membantah apapun yang diperintahkan olehnya.
Setelah kejadian itu dia tidak tahu harus pergi kemana, dia hanya duduk di pinggir sungai memikirkan hidupnya yang penuh kesialan namun tidak pernah mengeluh karenanya.
Seorang lelaki tua menghampirinya saat melihat dirinya tengah duduk di pinggir sungai itu “Nak, kamu pergilah ke barat. Disana kamu akan menemukan apa yang kamu cari”
Shen Long menoleh melihat ke arah lelaki tua itu yang tersenyum padanya, namun Shen Long tidak terlalu mempedulikan hal itu, kemudian dia menoleh ke arah barat memikirkan, Apa yang dicarinya? Mengapa harus ke barat?.
Saat dia hendak bertanya kembali pada lelaki tua itu, dia tidak menemukannya. Lelaki tua itu sudah menghilang dari pandangannya.
“Cepat juga lelaki tua itu pergi” pikirnya
Setelah merenungkannya sejenak, Shen Long lalu memutuskan mencari peruntungannya ke arah barat sesuai petunjuk lelaki tua itu. Sepanjang perjalanannya, dia hidup dengan belas kasihan dari orang-orang yang dia bantu selama perjalanan demi imbalan makan untuknya.
Shen Long tidak pernah mengeluh dalam membantu orang lain, imbalan makan baginya sudah lebih dari cukup untuk melanjutkan perjalanannya. Selama dua tahun perjalanannya, akhirnya dia pun tiba di pinggiran kota Weiyang.
Dengan wajah dan badannya yang berdebu, dirinya lebih mirip seperti seorang pengemis berjalan menuju sebuah warung pinggir jalan yang dilihatnya. Rombongan orang berkuda yang tadi melewatinya duduk di warung tersebut sambil bersantap.
“Hei, bukankah itu pengemis yang hampir kita lindas dijalan tadi?” kata seseorang lelaki dalam rombongan tersebut.
“Hahaha.. iya benar” sahut pemimpin rombongan itu yang terlihat lebih besar dengan pakaian yang lebih mewah.
“Hei nak, sini. Kamu berikan kuda kami makan. Nanti aku berikan kamu makanan” kata lelaki itu pada Shen Long.
Mendengar hal itu Shen Long pun bergegas mencari rumput untuk memberikan makanan kepada kuda-kuda mereka demi sesuap nasi.
Tak berapa lama, sebuah rombongan dengan kereta kuda datang dan berhenti di warung tersebut. Seorang lelaki setengah baya yang berkuda memimpin paling depan segera turun menghampiri kereta kuda itu.
“Nona, sebaiknya kita beristirahat dulu di warung ini sebelum melanjutkan perjalanan ke kota” katanya sambil menundukkan badannya.
Seorang gadis cantik berusia sekitar 17 tahun membuka tirai keretanya lalu menyahut “Baiklah paman Ji, mari beristirahat dulu di tempat ini. Biarkan kuda-kuda juga beristirahat”
Lelaki yang dipanggil paman Ji oleh gadis itu segera memerintahkan bawahannya untuk beristirahat di warung tersebut sambil memberi makan pada kuda-kuda mereka.
Seorang pelayan wanita menemani gadis cantik itu turun dari kereta kuda lalu mengantarnya ke dalam warung serta menemaninya duduk.
Kedatangan rombongan kereta itu membuat enam laki-laki rombongan pertama tersenyum melihat kecantikan gadis tersebut.
“Ketua, apakah gadis ini putri keluarga Yun dari kota Weiyang?” bisik seorang lelaki disamping lelaki yang berpakaian mewah.
“Benar, dialah Yun Mei putri dari Yun Chao kepala keluarga Yun di kota Weiyang” sahut lelaki berpakaian mewah yang dipanggil ketua itu dengan berbisik.
“Apakah kita melakukannya disini?” bisiknya lelaki disamping kembali
“Kita lihat situasi, para pengawalnya tidak sedikit. Kita hanya berenam disini. Bagaimana persiapan lainnya?” tanya lelaki berpakaian mewah
“Sepuluh anggota lainnya sedang menunggu perintah ketua di dalam kota” bisik lelaki disampingnya itu
Percakapan mereka berdua secara tidak sadar didengarkan oleh Shen Long yang sedang memberikan makan kuda-kuda mereka. Shen Long memperhatikan gadis yang bernama Yun Mei itu sebentar, kemudian dia melanjutkan mencari rumput untuk diberikan kepada kuda-kuda rombongan pertama tanpa menunjukkan ekspresi apapun.
Yun Mei, gadis cantik putri tertua keluarga Yun memperhatikan gerak-gerik Shen Long yang sedang mencari rumput untuk memberikan makan kuda. Wajahnya merona merah ketika tatapannya bertemu dengan tatapan Shen Long yang memperhatikan dirinya bekerja memberi makan kuda.
Yun Mei melempar pandangannya ke samping ke arah paman Ji lalu bertanya “Paman, apakah kuda-kuda kita sudah cukup diberikan makan?”
“Nona, jangan khawatir, bawahanku sudah memberikan makan kuda-kuda kita. Nona beristirahat saja dulu. Perjalanan kita tinggal sedikit lagi sudah sampai di rumah nona” sahut paman Ji.
“Baiklah paman, ajak juga bawahan paman beristirahat bersama disini” lanjut Yun Mei sambil meneguk teh yang telah dihidangkan oleh pelayan warung.
Setelah sekitar satu jam mereka beristirahat sambil bersantap lalu rombongan Yun Mei mulai akan melanjutkan perjalanannya.
Ketika hendak pergi, rombongan enam orang itu tiba-tiba melompat menghadang perjalanan mereka sambil mengeluarkan senjatanya.
“Jika kalian ingin hidup, serahkan gadis ini dan perhiasan kalian pada kami” teriak lelaki berpakaian mewah yang memimpin sambil mengacungkan pedangnya.
Paman Ji yang sejak awal sudah mengetahui gerak-gerik mencurigakan dari enam orang itu segera memberikan perintah pada bawahannya “Lindungi nona”
“Akhirnya kalian bergerak juga. Aku sudah mengetahui niat kalian sebelumnya” sahut paman Ji kembali sambil mengeluarkan pedang di pinggangnya.
Sepuluh pengawal bawahan Ji langsung bergerak melingkar melindungi kereta kuda.
“Jangan banyak bicara, serang mereka!” perintah lelaki berpakaian mewah kepada kelima anak buah mereka.
Keenam penyerang itu bukanlah orang biasa, rata-rata kultivasi mereka sudah pada tingkat Master Kuning sedangkan pimpinannya berada pada tingkatan Master Biru Muda. Namun paman Ji tidak takut sedikitpun, dia yang berada pada tingkatan Biru Tua akhir memimpin pasukan tingkat Kuning dua orang dan tingkat Oranye delapan orang baginya sudah cukup untuk melawan ke enam orang ini.
\================================================
Tingkat Kultivasi di Dunia Manusia (dari rendah ke tinggi)
Alam Master (Merah, Oranye, Kuning, Hijau, Biru Muda, Biru Tua, Ungu)
Alam Spirit (Master Spirit, Guru Spirit, Raja Spirit, Dewa Spirit)
Alam Suci (Manusia Suci, Guru Suci, Raja Suci, Dewa Suci)
Alam Dewa (Dewa Manusia, Dewa Bumi, Dewa Langit, Dewa Kahyangan)
Alam Pendeta (Pendeta Suci, Pendeta Raja, Dewa Pendeta)
Alam Surgawi (Raja Dewa, Kaisar Dewa)
Alam Abadi (Maharaja Dewa)
Tingkat Kultivasi di Dunia Bawah
Alam Monster (Monster, Guru Monster, Raja Monster, Dewa Monster)
Alam Prajurit (Prajurit, Guru Prajurit, Raja Prajurit, Dewa Prajurit)
Alam Jendral (Jendral, Jendral Raja, Jendral Dewa)
Alam Raja (Raja, Raja Dewa)
Alam Dewa (Kaisar Dunia Bawah)
Klan biasa yang hidup di dunia bawah rata-rata berada pada level spirit di dunia manusia.
Tingkat Kultivasi di Dunia Atas/Langit
Raga Tembaga (bintang 1 – 5)
Raga Perak (bintang 1 – 5)
Raga Emas (bintang 1 – 4)
Raga Berlian (bintang 1 – 3)
Raga Mutiara (bintang 1 – 2)
Raga Bintang (Kaisar Langit)
Perbandingan kekuatan kultivasi ketiga dunia
Alam Monster = Alam Suci
Alam Prajurit = Alam Dewa = Raga Tembaga
Alam Jendral = Alam Pendeta = Raga Perak
Alam Raja = Alam Surgawi = Raga Emas
Alam Dewa = Alam Abadi = Raga Berlian
Pil Obat
Level Bumi (1-9 tingkat)
Level Dewa (1-9 tingkat)
Level Langit (1-9 tingkat)
Level Surgawi (1-9 tingkat)
Senjata Pusaka
Senjata Suci
Senjata Dewa
Senjata Langit
Senjata Dominator
Senjata Surgawi
3 Senjata Suci dapat digabungkan menjadi 1 Senjata Dewa, 3 Senjata Dewa menjadi Senjata Langit, 3 Senjata Langit menjadi Senjata Dominator dan 3 Senjata Dominator menjadi Senjata Surgawi.
Trang! Trang!
Pertarungan sengit terjadi diantara mereka, paman Ji sedikit kewalahan di keroyok oleh tiga orang termasuk ketua rombongan perampok itu.
Dua anak buahnya yang tingkat Oranye telah dibunuh oleh mereka, sisa tiga orang bawahannya yang masih hidup sedang berjuang melawan dua orang dari perampok itu.
“Cepat jalankan kereta, tinggalkan tempat ini” perintah paman Ji kepada kusir kereta sambil menghadang penyerang yang hendak menuju ke arah kereta.
Kereta pun bergerak melaju dengan kecepatan tinggi menuju ke dalam kota.
“Hentikan kereta itu” perintah ketua perampok tersebut.
Paman Ji dengan sigap segera menghadang orang yang hendak menghalangi kereta itu. Perlawanan sengit terjadi dan paman Ji berhasil membunuh dua orang penyerang itu.
“Ambil kuda, kejar kereta itu” perintah ketua perampok.
Segera salah satu anak buahnya yang tersisa mengambil kuda lalu memberikannya pada ketua tersebut, namun baru berjalan beberapa meter, kuda-kuda itu tersungkur dan pingsan di tanah.
“Apa yang terjadi?” teriak ketua perampok
“Bocah sialan, apa yang kamu berikan pada kuda-kuda kami?” teriaknya kembali melihat kuda-kuda mereka pada jatuh pingsan di tanah.
Kereta kuda yang sudah lari menjauh telah meninggalkan tempat mereka. Ketua perampok menggertakkan giginya lalu hendak menyerang ke arah Shen Long karena kemarahannya.
Paman Ji yang melihat serangan itu segera membantu memblokirnya hingga Shen Long terlepas dari bahaya.
“Aku lawanmu. Jangan membunuh orang lain” kata paman Ji
Ketua perampok kewalahan melawan Ji sendirian, sementara anak buah mereka sudah bergelimpangan menjadi mayat dan terluka di tanah. Hanya ketua perampok itu yang tersisa dan saat ini dia tidak bisa melayani dari Ji.
Ketua perampok itu lalu merubah serangannya menuju ke arah bawahan Ji yang hanya tinggal dua orang.
Crassh!
“Awas!” teriak paman Ji memperingati anak buahnya, namun terlambat, dalam sekali tebas kedua anak buahnya yang hanya tingkat Oranye tewas.
Ketua perampok itu segera melarikan diri sambil berteriak “Aku akan membalas kejadian hari ini”
Paman Ji merasa lega, kemudian mencoba mengatur nafasnya untuk memulihkan kondisinya. Lalu dia berjalan ke arah Shen Long.
“Anak muda, terima kasih atas bantuanmu. Bagaimana kamu bisa membuat kuda mereka tersungkur di tanah?” tanyanya
“Aku hanya memberikan mereka makan rumput hati” sahut Shen Long dengan ringan
“Rumput hati?” pikir paman Ji. Rumput hati adalah salah satu bahan obat untuk melemahkan tubuh manusia dan bisa membuat lumpuh sementara secara tiba-tiba, namun efeknya tidak terlalu berbahaya.
“Darimana pemuda ini mengetahui bahan obat seperti ini” pikirnya kembali
“Anak muda, kemana tujuanmu?” tanya paman Ji
“Aku tidak ada tujuan tuan” sahut Shen Long dengan nada datar.
“Kalau begitu ikutlah bersamaku ke kota, kami memerlukan seseorang untuk menjadi pengurus kuda” kata paman Ji mengajak Shen Long.
“Baiklah tuan, terima kasih” sahut Shen Long dengan patuh sambil membungkukkan badannya
Kemudian paman Ji mengajaknya ke tempat kediaman keluarga Yun di dalam kota. Melihat kedatangan paman Ji, Yun Mei yang sudah lama menunggu segera menghampirinya.
“Paman, kamu tidak apa-apa kan?” tanya Yun Mei.
“Terima kasih nona. Aku baik-baik saja” sahutnya
“Yun Ji, terima kasih telah menjaga anakku” sahut seorang laki-laki setengah baya yang datang menghampiri mereka.
“Salam kepala keluarga Yun Chao” sahut paman Ji sambil membungkukkan badannya.
“Syukurlah kamu tidak apa-apa, segeralah obati badanmu yang terluka dan temui aku di ruang tamu” lanjut Yun Chao.
“Tuan, aku bertemu dengan seorang pemuda yang telah membantu kita melawan perampok itu. Kalau bukan karenanya, nona mungkin telah terkejar ditangkap oleh mereka” kata paman Ji sambil memperkenalkan Shen Long.
Yun Chao melihat ke arah Shen Long “Siapa namamu anak muda?”
“Namaku Shen Long tuan” sahut Shen Long sambil membungkukkan badannya.
“Baiklah, aku serahkan pada Yun Ji untuk mengaturmu di sini” kata Yun Chao sambil pergi meninggalkan mereka.
“Terima kasih tuan” sahut Shen Long yang masih membungkukkan badannya.
Putri Yun Mei melirik ke arah Shen Long melihat wajahnya yang cukup tampan namun tampak dekil karena debu dan kotoran, lalu mengikuti kepergian ayahnya.
“Shen Long” gumamnya dalam hati
“Ayo bersihkan badanmu Shen” kata paman Ji mengajaknya menuju ketempat tinggalnya.
Setelah selesai membersihkan dirinya, Shen Long diberikan tugas oleh paman Ji untuk mengatur dan mengurus kuda-kuda milik keluarga Yun. Lalu setelah itu paman Ji segera menuju ke ruang tamu untuk menemui Yun Chao yang sudah menunggunya.
“Siapa menurutmu yang melakukan serangan itu Ji?” tanya Yun Chao.
“Melihat dari tehnik pedang mereka, aku menebak mereka berasal dari sekte pelepas arwah tuan” sahut Yun Ji.
“Sekte Pelepas Arwah?” Yun Chao tertegun mendengarnya.
Yun Chao adalah keturunan dari seorang tabib terkenal dalam ilmu pengobatan. Ayahnya Yun Guo adalah tabib kaisar yang diberi gelar tabib kerajaan oleh Raja Liu. Ilmu pengobatan Yun Chao juga tidak kalah dari ayahnya, di usia muda dia telah menembus kultivasi alam master biru tua dalam beladiri dan pengobatan. Kini dia telah berada di alam Spirit tingkat master sebagai seorang tabib yang berbakat dan sekaligus menjadi alkemis dengan tingkat 3.
Banyak musuh yang iri dan dendam kepada keluarga Yun karena ketenarannya dan berkeinginan untuk mengalahkan mereka termasuk salah satunya adalah Sekte Pelepas Arwah.
“Kamu harus meningkatkan kultivasimu Ji. Musuh yang mengincar keluarga kita tidaklah sedikit.” sahut Yun Chao sambil menyesap tehnya.
“Aku yang kurang berbakat tuan. Aku berjanji akan meningkatkan kembali kultivasiku untuk menembus ke alam spirit” sahut Yun Ji sambil mengepalkan tangannya ke depan.
Yun Ji adalah kerabat jauh dari keluarga Yun yang sejak kecil sudah diajak dan dilatih oleh Yun Guo dalam bela diri, namun sayang bakatnya kurang dari Yun Chao, sehingga jauh tertinggal darinya.
“Bagus. Bagaimana dengan anak itu? Apakah kamu sudah mengaturnya?” tanya Yun Chao.
“Sudah tuan. Saya menyuruhnya untuk mengurus kuda-kuda keluarga kita” sahut Yun Ji.
“Baiklah. Katamu dia telah membantu dalam pelarian hari ini. Ceritakan apa yang terjadi?” tanya Yun Chao.
Yun Ji kemudian menceritakan kejadian penyerangan tadi siang kepada Yun Chao dengan singkat.
“Rumput hati? Bagaimana anak itu bisa mengetahui bahan obat seperti itu?” kata Yun Chao.
“Itulah mengapa aku mengajaknya kemari tuan. Sekaligus sebagai rasa terima kasihku atas bantuannya” sahut Yun Ji.
“Kakak, benarkah ada perampok yang menyerang ponakanku dijalan?” tiba-tiba terdengar suara yang datang mendekati mereka
Yun Ji merasa sedikit tidak senang dengan kedatangan orang ini namun dia tidak berani memperlihatkannya.
“Yun Li, siapa yang memberitahumu?” tanya Yun Chao melihat kedatangan adik laki-lakinya.
“Aku mendengarnya sendiri dari mulut ponakanku Yun Mei saat mereka berbicara dengan anak-anakku” kata Yun Li mendekati mereka.
“Ah, duduklah dulu Yun Li” lanjut Yun Chao sambil memegang janggutnya yang panjang.
“Ji, ajak pemuda itu kemari. Aku ingin bertanya padanya” kata Yun Chao.
“Baiklah tuan” sahut Yun Ji sambil berlalu dari mereka.
“Pemuda? Siapa pemuda itu kak?” tanya Yun Li.
Yun Chao lalu menceritakan kembali apa yang telah diceritakan oleh Yun Ji tentang kejadian siang itu pada adiknya.
“Sialan, berani sekali Sekte Pelepas Arwah menyerang kita” sahut Yun Li dengan geram.
“Tenangkan dirimu Li, ayah masih di ibukota. Kita tunggu ayah untuk mendiskusikan masalah ini” sahut Yun Chao.