SweetNovel HOME timur angst anime barat chicklit horor misteri seleb sistem urban
My Alter Ego

My Alter Ego

PROLOG

14 Januari 2035

Semua petinggi-petinggi yang ada di dunia berkumpul untuk mengadakan rapat, karena semua negara sudah menandatangani perjanjian damai, itu artinya dunia sudah memutuskan untuk tidak lagi melakukan perang. Dari rapat yang berjalan selama 2 hari, telah diputuskan bahwa dunia hanya akan memiliki 4 negara yaitu Zestia, Bulzorg, Teranni, Nycrox.

13 Juli 2042

Sudah 7 tahun sejak kejadian bersejarah itu terjadi.

Namaku adalah Raphas Zctruz (kalau tidak salah), dan aku masih bingung kenapa aku bisa berakhir di sekolah ini?! hal pertama yang kulalukan adalah melihat HandPhone-ku, untuk melihat tanggal berapa sekarang? ternyata sekarang tanggal 13 Juli?! dan yang lebih anehnya lagi sekarang adalah tahun 2042!!! seingatku kemarin masih tahun 2040, dan aku masih kelas 7 SMP. Ya, tapi mungkin saja ini mimpi. Aku memutuskan untuk tidur sebentar, dan berharap bisa keluar dari mimpi ini. tapi saat tidur aku mendengar suara yang memanggilku.

"Raphas buka matamu dan lihat kau ada di mana"

suaranya terdengar tenang, aku membuka mata dan sangat terkejut, karena aku berada di tempat yang gelap gulita, dan hanya ada laki-laki berambut putih di hadapanku.

"Kamu setan ya!!!??" tanyaku

"Eeehhh...aku bukan setan, mana ada setan seganteng ini :v" jawabnya sambil tertawa

"Terus kenapa hanya ada kita disini? dan siapa kamu ??" tanyaku dengan nada orang yang bingung

"Pertama, tempat ini adalah alam bawah sadar kita. Kedua, aku adalah alter ego-mu" jawabnya sambil tersenyum.

Aku perlu sedikit waktu untuk berpikir. Dan aku sedikit kebingungan sekarang.

"Aku akan perkenalkan diriku, namaku Persoon Tweede, aku adalah orang yang mengambil alih tubuhmu selama 2 tahun ini, tapi tenang saja karena masa SMA ini akan kuberikan padamu, karena kata orang masa SMA adalah yang terbaik."

Itu menjelaskan hampir semuanya, tapi kenapa dia harus mengambil alih tubuhku??

"Aku mengambil alih tubuhmu agar kau tidak perlu merasakan penderitaan saat bersama orang tua mu. Oh iya satu lagi, aku bisa mendengar apa yang kau pikirkan."

"Yaaah, sepertinya aku harus berterima kasih padamu karena sudah menggantikanku di masa yang sulit." Aku berkata dengan nada riang

"Jika kau butuh sesuatu, berpikirlah dan kau akan menemukan jawabannya. Aku akan terus mengawasimu dari sini." Tweede berkata dengan senyum khas-nya.

Sebelum aku sempat bertanya lagi, aku sudah bangun dari tidurku. Tanpa berpikir terlalu panjang, aku langsung pergi ke kamar mandi yang ada didalam kamarku. Aku bercermin, dan aku kaget dengan warna rambutku.

"Anjai, kenapa rambutuku warnanya putih??" tanyaku dengan ekspresi kaget.

"Mungkin, itu yang disebut Marie Antoniette Syndrome, yang diakibatkan karena stress ekstrem, rasa takut dan lain-lainnya" Tweede jawab.

"Waiiiiit....Tweede kenapa aku bisa dengar suaramu??"

"Aku ada didalam pikiranmu ingat?, jadi aku bisa berbicara dengan mu, dan melihat apa yang kau lihat, jadi sebaiknya jangan lakukan yang aneh²!!!" Tweede menjawab dengan tegas.

Dengan mata sayu yang selalu kupakai, tinggi badan yang biasa, rambut putih yang turun kebawah, tangan kanan yang diperban karena banyak bekas luka, serta bantuan dari Tweede. Aku siap untuk menjalani hidupku di SMA. Tapi sebelum itu aku harus mencuci seragamku, makan, dan tidur dengan baik agar tidak terlambat besok.

To be continued...

#1 Hari pertama di SMA

"Nilai akhir dari proses pendidikan, sejatinya terrekapitulasi dari keberhasilannya menciptakan perubahan pada dirinya dan lingkungan. Itulah fungsi daripada pendidikan yang sesungguhnya."

-Lenang Manggala

14 Juli 2042

Aku bangun cukup pagi hari ini, tepatnya pukul 05.00 dan aku sudah mempelajari sedikit soal sekolah ini. Ternyata ini adalah sekolah asrama yang dibangun oleh negara Zestia, sekolah ini dibangun dengan tujuan khusus, yaitu melatih para pemuda-pemudi yang nantinya diharapkan untuk menjadi orang penting di negara Zestia. Sekolah ini menyediakan banyak hal, bahkan luas tananhnya mencapai 30.000 Hektar. Siswa diberikan uang setiap bulan oleh sekolah yang akan ditaruh direkening siswa, anehnya uang ini hanya berlaku didalam sekolah. Siswa juga dilarang keras untuk melakukan kontak dengan dunia luar.

-"Oh iya, gw saranin lu pake bahasa gaul kayak gini."

Tweede memberi saran dengan suara kalemnya.

-"Oke, bakal ku coba." Kataku sambi mengacungkan jempol.

Aku berangkat dengan seragam putih, celana hitam, dan mantel hitam, karena cuacanya juga cukup dingin. Negara Zestia dikenal dengan nama "Negara Musim Dingin" itu karena walau musim panas di negara Zestia suhu dinegara ini bisa dibilang dingin. Saat masuk kedalam area kampus, Para siswa langsung di arahkan ke ruang acara. Para siswa dibebaskan untuk memilih kursinya didalam ruang acara ini. Semua kursi diarahkan ke panggung, sehingga aku dapat menyimpulkan bahwa akan ada kata-kata sambutan dari kepala sekolah atau semacamnya. Aku dengan cepat mengamankan kursi yang bisa aku dapatkan, tanpa melihat sekeliling ternyata aku duduk diantara para wanita, dan ini sedikit canggung.

"SELAMAT DATANG WAHAI PARA CALON PENERUS NEGERI INI!!! Aku selaku kepala sekolah disini akan memperkenalkan diriku terlebih dahulu, namaku adalah Adari Ilu. Kalian berada disini untuk...blabla......"

Sepertinya tidak ada yang memperhatikan perkataan pak Adari.

-"Aku bisa lihat hampir 70% siswa, memainkan HP mereka. Kalau menurutku sebaiknya kau perhatikan perkataan bapak-bapak itu." Ucap Tweede.

-"Oke, thank you Tweede." Ucapku dalam hati sambil tersenyum.

"Oke apakah ada yang mau bertanya???" tanya pak Adari.

Ruangan menjadi hening saat pak Adari berhenti berbicara. Ya, itu sih karena pak Adari doang yang ngomong :v

"Jika tidak ada yang bertanya, bapak mohon undur diri dulu karena ada rapat yang sedang menunggu bapak."

Para siswa diperintahkan untuk berteman dan mengobrol dengan siswa lain yang disebelah kiri dan kanan siswa. Terpaksa aku mengobrol dengan yang ada di sebelah kanan dan kiriku. Yang disebelah kiriku memiliki nama 'Kristin Ruendukt', dan yang disebelah kananku memiliki nama 'Althea Ranner'. Kristin memiliki kepribadian yang manis dan ceria, disertai dengan keingintahuan yang tinggi tubuhnya yang relatif pendek menambahkan daya tariknya sebagai seorang perempuan, ditambah lagi dengan rambut pendek sebahu yang berwarna hitam pekat, disertai dengan kacamata bulat dengan frame warna hitam. Kalau aku pemuda biasa mungkin aku akan jatuh cinta sekarang.

Althea memiliki kepribadian yang unik, dia berbicara dengan nada datar dan seperti memiliki kesan "jangan dekati aku" sedikit membingungkan tapi pasti dia memiliki alasan untuk perilaku itu. Dengan rambut panjang lurus berwarna merah, dengan tinggi yang hampir menyamaiku, "dia cukup manis", itu yang akan kukatakan jika aku orang biasa. Kita bertiga hanya bersalaman dan berbicara sambil mengakrabkan diri

"Namaku Raphas, aku hanya siswa biasa tanpa gelar apapun, senang bisa berkenalan dengan kalian." ucapku sambil tersenyum. Kristin hanya membalas dengan senyuman, sedangkan Althea bahkan tidak menatapku.

"Jika sudah selesai berkenalan, silahkan cek HP kalian masing-masing untuk mengetahui tempat tes kalian, terima kasih." Ucap seorang guru dipanggung.

Aku mengecek pesan yang baru saja masuk, dan di pesan itu tertulis:

[Raphas Zctruz, silahkan pergi ke perpustakaan di bagian selatan daerah kampus, Tes akan dimulai dalam 10 menit. Diharapkan untuk hadir tepat waktu. Bagi yang terlambat tidak diizinkan untuk mengikuti tes. Terima kasih]

Seketika banyak siswa-siswa yang ada diruangan langsung berlari ke tempat ujian masing-masing, agar tidak terlambat. Aku pun membuka peta di HP dan bersiap untuk berlari, tapi tiba-tiba

-"JANGAN BERLARI!!! kalo kamu lari nanti kamu gak diperbolehkan masuk perpustakaan, karena nanyi pasti berkeringat kalau lari. Jadi lebih baik jalan, karena hanya membutuhkan waktu 8 menit jika berjalan." Ucap Tweede.

-"Bagaimana kamu tau Tweede? kamu kan juga baru pertama kali ke perpustakaan disini." Tanyaku.

-"Aku sudah menghitung jaraknya saat kamu buka peta tadi." Ucap Tweede.

Anjai cepet bener si Tweede ngitung, Aku pun jalan ke perpustakaan dengan santai. Saat sampai perpustakaan ternyata benar saja, banyak orang yang tidak boleh masuk karena sangat berkeringat. Waktu tersisa 1 menit dan aku hendak masuk, tapi lagi-lagi...

-"Menurutku kau perlu menunggu 1 menit agar jadi tepat waktu." Kata Tweede

-"Anggapan macam apalagi itu?? Tweede" Tanyaku lagi

-"Buka pintunya sekarang!!!" Tweede bilang dengan tegas.

Akupun membuka pintunya dengan spontan, karena Tweede berkata cukup keras. Tiba-tiba guru pengawas melihat kearahku.

"Kerja bagus, aku tidak tau apakah itu kebetulan atau tidak, tapi kerja bagus." Ucap guru pengawas

Aku memperhatikan sekitarku, dan ternyata cukup banyak yang bisa masuk kedalam perpustakaan.

"Berikut adalah nilai yang kalian dapatkan berdasarkan 'waktu masuk kedalam ruang tes'."

*menit ke-1: 90

*menit ke-2: 80

*menit ke-3: 70

*menit ke-4: 60

*menit ke-5: 50

*menit ke-6: 40

*menit ke-7: 30

*menit ke-8: 20

*menit ke-9: 10

*menit ke-10: 100

*terlambat: tidak boleh ujian

-"Eeeeeeeh... waktu masuk juga dihitung???" Tanyaku dalam hati.

-"Kamu harusnya memperhatikan pesan yang ada di ponselmu tadi :v" Ucap Tweede dengan nada meledek.

Meskipun mengetahui fakta yang mengejutkan, tetapi perpustakaan tetap hening, aku pun duduk di kursi yang tersisa. Ada selembar soal di atas meja. Kita harus menyelesaikan soalnya dalam 6 menit.

"Sekarang kerjakan soal itu dalam 6 menit, dan tidak ada penilaian terhadap waktu pengumpulan." Guru pengawas bilang seperti itu.

Aku menyelesaikannya dalam waktu 4 menit dengan bantuan dari Tweede. Yang lain menyelesaikannya dalam waktu 6 menit. Setelah selesai mengerjakan tes, aku mendapatkan pesan untuk keluar dari ruang ujian. Ternyata masih jam 4 sore. Jadi, aku memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar, untuk mencari udara segar. Cuaca yang semakin dingin memaksaku untuk kembali ke apartemen di wilayah kelas 10.

-"Hei Raphas, bagaimana hari pertama mu??" tanya Tweede

-"Cukup melelahkan, dan aku tidak ingat sekolah bisa sangat melelahkan." Ucapku sambil tersenyum.

-"Jangan khawatir, kau pasti akan terbiasa."

Aku hanya membalasnya dengan senyuman, sambil berjalan kembali ke apartemen.

Terpopuler