SweetNovel HOME timur angst anime barat chicklit horor misteri seleb sistem urban
Sistem D

Sistem D

Prolog

Kiamat melanda. Umat manusia dalam bahaya. Ketidakpastian umat menghantui rakyat seluruh dunia kala itu.

Hingga diketahui sumber virus pencemar tersebut, Dunia menyebarkan konspirasi bagaimana seseorang meneliti binatang kemudian menyebarkan virus itu tanpa rasa kemanusiaan tersiar dari radio rekaman hampir di seluruh Jepang.

Mayat hidup berbentuk manusia, binatang, dan hewan tak lepas dari pandemi ini. Mereka dikabarkan bermutasi menjadi bentuk satu sama lain.

Kabar tersebut tidak menggembirakan bagi Seiji sebab mereka sudah tertahan di tempat ini mengandalkan apapun yang dia punya termasuk sistem. Dia pun mematikan radio dan mulai memantau keadaan di lantai empat tepat dimana dia bisa memantau keadaan.

Situasinya begitu hening dan menembus dinding ketidakpastian akan keselamatan rakyat yang terisolasi dari dunia luar.

Salah satu orang yang pernah diselamatkan berusaha untuk tenang dari berbagai ketakutan dan rasa sakit yang diterimanya baik secara mental ataupun fisik.

Tubuhnya tak berdaya dan diperban hampir seluruh tubuh dan matanya kirinya. Murid P3K berusaha merawat luka pasien dewasa.

"Jangan khawatir, Bapak akan selamat."

"....."

Dia terdiam seolah dia seolah tak ingin hidup lagi. Kehilangan segalanya adalah beban bagi dirinya. Dia terus terbaring menatap cahaya rambu yang begitu terang tanpa peduli apapun di sekelilingnya.

Sementara itu, Seiji Ara tak henti memandang luar yang bagaikan kota hantu. Burung seolah mengerang kesakitan di udara dan terjatuh hening begitu saja.

Beruntung, dia sudah membuat rencana siaga apabila diperlukan. Berkat Initial D yang misterius, dia memberikan ekspektasi padanya dengan bantuan senjata yang belum pernah ada di dunia ini serta penawar virus.

Sudah beberapa orang dia selamatkan termasuk kenalan yang awalnya menganggapnya bayangan.

Meski belum dibuat nama organisasi untuk itu, mereka sangat percaya pada Seiji. Mereka sangat menganggap keselamatan mereka ada di tangannya.

Tak lama, raungan terdengar keras menyelimuti telinganya.

"kawan siaga satu!"

"siap!" Motoi dengan walkie talkie.

Sementara itu, kumpulan remaja yang awalnya lagi makan di tempat peristirahatan menyudahi begitu saja dan dengan sigap berlari ke kokpitnya mengambil senjata dari almari kemudian bergegas memasuki ranah pertahanan sekolah.

Jendela sekolah dimodifikasi seperti bunker meninggalkan lubang yang hanya bisa dimasuki dengan satu tangan. Memanfaatkan lubang itu, ranah pertahanan bersiaga secara bersamaan dengan senjata mereka masing-masing.

Tak lama, gerombolan udara mendekati. Mereka termakan dengan rasa haus dan lapar dengan ganasnya muncul dari kejauhan.

"Siaga dua, target mendekat. Siapkan senapan dan peluru khusus."

Mereka mulai bersiap diri namun tak semua pikiran sama. Semakin binatang itu mendekat, raungan yang menakutkan seolah menjatuhkan moral pasukan yang bersiaga.

Ketakutan tak luput menghantui pikiran salah satu remaja terjerumus dalam jurang ketakutan sendiri. Tangannya seolah gemetaran mengacungkan senjata ke arah lubang yang dipersiapkan untuk menerima serangan.

Dia sudah pernah terlibat dalam pertahanan ini selama kiamat berlangsung namun tak menyangka mereka semakin ganas bahkan semakin menjadi-jadi dibandingkan sebelumnya. Pertama hanyalah sebuah zombie dan sekarang apalagi?

Chika lekas menepuk pundak menyadarkan. Dia mulai berkata, "Sadarlah , ini bukan akhir dari kita."

Chika dan semuanya sama-sama berusaha mati-matian melawan mereka tiada akhir. Keadaan lama-lama semakin memburuk. Cuaca sudah terkontaminasi kuat dengan virus membuat hampir semua kegiatan harus menggunakan masker.

Tak seorang pun bahagia akan kondisi begini.

"Memasuki siaga tiga, persiapkan formasi! Mereka datang!"

Chapter 1: The Failure

Jari telunjuknya mengetuk meja. Meski terdengar oleh sebagian murid, kelas tetap berlangsung tertib seolah itu hanyalah sebuah ilusi.

Mengecek buku catatan yang ditulisnya, dia tak lekas membaca sepenuhnya.

Seiji mengerti dalam memahami matematika bahkan trik yang menjebak dalam ujian.

Meskipun kualitas belajarnya sangat bagus namun perbedaan dirinya terhadap teman-temannya jauh dari baik.

Seiji adalah remaja yang pendiam. Dia tak mudah diajak bicara dan sibuk pada dunianya sendiri.

Pada akhirnya, dia dianggap bayangan oleh kebanyakan kawan bahkan tak seorangpun memperdulikan keberadaan dia seolah dia orang yang tak pernah disentuh.

Keheningan seolah mencekam kala itu. sekolah Kaihin Sogo begitu terkenal karena muridnya yang disiplin meski tidak semua.

Mereka sebagian bercanda ria namun tak heran sebagian siswa bolos dari kelas.

Dia tak peduli.

Seiji tetap mempelajari pelajaran baru yang penuh tantangan. Hingga akhirnya dia menyelesaikannya tanpa perlu bertanya pada guru.

Tanpa menunggu lama, dia menuliskan petunjuk dan bocoran caranya dalam buku catatan.

'matematika memang semakin lama semakin sulit. lebih bagus jika aku bisa memecahkan masalah lebih sulit lagi.'

Tiba-tiba, suara di kepalanya berbunyi seolah masuk dalam telinganya.

[Host]

Pikiran bersuara padanya seakan tak peduli dengan urusannya. Dia terbelalak seketika. Kegiatan mencatat terhenti kemudian menyisakan suara sistem yang tak berhenti bersuara. Tanpa disadari, suara muncul dari pintu kelas yang terbuka.

Memastikan Seiji merespon dengan gestur yang menjanjikan, suara itu seakan tersenyum dan berkata, "Aku senang karena kau merespon. Sistem memilihmu adalah sebuah anugerah."

"Siapa kau?"

Pria dengan tersenyum masuk menghampirinya dengan percaya diri.

"Namaku tidak penting tapi kau bisa menyebutkan aku sebagai senior."

"Aku berada di tengah pelajaran."

"Apa itu penting?"

"Aku bisa dimarahi guru, termasuk kau."

"Lalu apakah dia sedang mengajar sekarang?"

Dia seolah menyadari sesuatu ganjil di sekitarmya. Suara terhening dan tak ada tanda-tanda nafas atau ketegangan di sekitarnya. Mereka seolah membatu. Bersamaan, seseorang berjas muncul menghampiri dari pintu kelas yang terbuka.

"Apa yang kau lakukan terhadap mereka.?"

"Jangan khawatir mereka tidak mati. semua akan kembali normal setelah kita bicara."

Tak lama, sistem langsung berkata

[Host harus bersiap- siap. Initial D berpesan besok lusa akan kiamat.]

"Apa kau sedang main-main?"

[Kami tidak main-main.]

"Sesungguhnya tidak."

"Apa kau bisa berikan bukti lebih meyakinkan?"

"Ini hanyalah tawaran dariku padamu. Kau bisa menolak jika kau benar-benar tak mau."

"Lalu kenapa aku?"

"Berterimakasihlah pada initial D. Kalau tidak, kau mungkin tak diberi kesempatan." sambil tersenyum sinis padanya.

"Lalu apa kau punya bukti?"

"Kau bisa melihat di media massa. Anak muda. Mungkin itu bisa memberimu petunjuk."

Dia melihat hpnya. Yang mengejutkan, internet masih berjalan seperti biasanya dan sekejap menampilkan berita utama di Yokohama.

Tabrakan beruntun terjadi Kota Yokohama terhadap truk tangki yang berisi muatan dari LAB Seagull dan memuntahkan banyak cairan beracun yang dengan mudahnya menguap ke udara tapi tetap bertahan. Aksi cepat berusaha untuk menetralkan tempat itu namun virus menjalar ke segala penjuru.

Yang mengherankan, berita ini bukanlah berita resmi dari kantor terkenal. Berita ini satu-satunya yang dipublikasikan kantor daerah. Entah kenapa tidak semua media menayangkan informasi ini tepat waktu.

Meski masih ragu-ragu, dia tak keberatan masuk untuk berjaga-jaga.

"Aku terima. asal kau memberiku imbalan yang sepadan."

"Bagus, sesuai dalam perjanjian. Kau masuk sebagai the failure."

"Apa kau sedang main-main?"

"Tenang, aku tidak main-main." dia memenangkan, "Sebagai The Failure, kau akan mendapatkan kesempatan mendapatkan fasilitas eksklusif kami."

"Singkatnya, kami sebuah agen berbayar yang akan mendampingi afiliasi yang akan bertahan. Karena itu, agen kami akan terus mengawasimu dan ekspektasi akan dibebankan kepadamu."

"Apa kau akan membiarkan aku sendiri?"

Pria itu tersenyum lalu berkata, "Karena Seiji merupakan bagian dari kami, maka kau akan diberikan hak istimewa dan itu sudah tercantum dalam kontrak. Kami pastikan hak anda dipenuhi apabila sesuai syarat."

Tiba-tiba, asisten sistem virtual menginformasikan, [Host dapat pesan masuk. Buka\tidak]

Meski ingin membuka, dia tahu waktu berjalan dan percakapan bersama pria berjas sama sekali belum selesai.

"Aku baru saja mengirim lembar kontrak padamu silahkan tekan setuju jika ingin menggunakan akses perpustakaan dari kami."

Pria berjas yang umurnya melebihinya tersenyum tanpa cela baginya untuk mempertanyakan lebih lanjut lalu berkata.

"Gunakanlah fasilitas kami sebaik-baiknya dan gunakan kesempatan yang kau dapat dari Kami. Mungkin suatu saat nanti kau akan terbang naik ke awan."

Setelah pria itu berpamitan, dia terdiam di bangkunya dan membiarkan catatan yang selalu dipegangnya di atas meja. Kelas berlangsung seperti biasa seolah pria itu hanyalah angin lalu.

Seiji orang yang tahu logika dan dia tahu itu namun apa yang dilihatnya adalah sesuatu yang tidak pernah dipercayainya.

'Apakah waktu bisa diberhentikan semudah itu?' gumamnya.

Semakin dia berpikir semakin banyak pertanyaan muncul di benaknya.

Dia geleng-geleng kepala, lalu kembali mengikuti pelajaran yang berlangsung.

Memasuki jam istirahat, seiji menuju ke kursi makan kosong dimana biasanya tak banyak dilihat orang. Menaruh makanannya di atas meja, dia menoleh kiri dan belakang. Memastikan tak ada seorang pun di dekatnya, dia mencoba berbicara sendiri.

"Sistem"

"...."

Tak dijawab sedikit pun.

"Apa kau nyata?"

Dia terdiam dan begitu cemberut. Pria berjas yang muncul mungkin hanya imajinasinya. Kalau sistem tidak bekerja bagaimana dia bisa dapat bekerja.

Saat mengambil sumpit dan mulai makan, dia tiba-tiba melihat sesuatu yang unik di makanannya.

[Roti]

[Nasi]

[BBQ]

Tanpa basi basi, pandangannya langsung disambut oleh sistem.

[Welcome to platfom Host. We serve you with system D for your convenience aim for our future.]

[Do you want us to change into japanese if you are incovenient?]

Tak disangka, Seiji menjawab, "Nope, it is better."

Seiji berbeda dari murid Jepang lainnya. dia sangat terbiasa dengan budaya luar sehingga dirinya bisa menikmati kesendirian. Berkat itulah , dia bisa belajar Inggris secara otodidak.

Tanda sadar, dia berbicara sendiri. Beruntung, dia berada di tempat yang sepi dari lalu lalang. Sistem lalu memperkenalkan fasilitas utama yang dapat digunakan.

[Host dapat membuat senjata sendiri bahkan merakit senjata yang dapat disediakan oleh sistem.]

"Apakah aku bisa membuat senjata original sekarang."

[Untuk saat ini tidak disarankan meski kami membuka peluang. Pembuatan senjata original sangat memakan waktu dibandingkan perakitan dan modifikasi senjata]

Seiji paham akan waktu. Besok lusa adalah kiamat. Bisa terjadi bisa tidak, dia sebaliknya tidak ingin ketinggalan ilmu nyata yang sangat menarik perhatiannya.

Membuat hasil dari hasil inovasi sendiri terkadang lebih memuaskan dibandingkan membuat karya tulis atau buku. Hasil yang dapat membuktikan dapat memperkuat betapa berharganya pengertahuan itu.

Meski sistem memperkenalkan fasilitas senjata tapi statusnya yang masih di bawah standar membuat dirinya susah naik ke tingkat selanjutnya.

[Host harus berupaya merahasiakan keberadaan sistem D. Maka dari itu, disarankan untuk tidak membuka platform untuk hal yang tak perlu kecuali jikalau kau dalam bahaya yang sesuai dengan persyaratan kami. Kami akan bertindak untuk membantu menyelesaikan Host tapi dalam penanganan minimum.]

"Apa itu?"

[Host akan dijemput ke tempat kami tapi jangan harap kau akan dibawa ke sana dengan status yang diimpikan karena kebanyakan yang gagal dan kehilangan nyawanya setelah menjadi guest atau pembantu sukarela kami. Dengan kata lain, kesempatanmu untuk mendapat loyalti sangat rendah.]

"Kenapa aku akan diperlakukan seburuk itu. Apa sistem D tega terhadap asosiasinya sendiri?"

[Justru itu, Host harus naik ke tingkat selanjutnya jika ingin pelayanan lebih. Tingkat The Failure merupakan asosiasi pemula yang baru saja memulai. Supaya bisa mendapatkan perhatian lebih dari sistem D Host harus membuktikan bahwa kau bisa menopang beban apa yang sistem D ajukan kepada Host.]

"Apa sistem D sudah mengajukan penawaran?"

[Tidak secepat itu, Host harus mengikuti tes sebelum membuka menu misi.]

"Baiklah" Seiji lalu bertanya, "Apa misiku?"

Layar misi muncul di penglihatannya.

[Misi 1: merakit senjata

Kiamat sama sekali tidak bertuan, tidak kenal ampun ataupun bisnis global. Mungkinkah kau dapat berdiri sendiri setiap ancaman mematikan terjadi? Ini semua hanyalah kisah awal manusia tak menyadari kesalahan diri.

Buatlah senjata sendiri. Menjadi bagian dari kami bukanlah sembarang tantangan, bagi penyuka tantangan maka Host harus berusaha bertahan hidup. Maka dari itu senjata merupakan salah satu solusi.

Ekspektasi:

merakit senjata khusus pemula

Hadiah:

mendapat akses menu misi dan bonus starter pack

Jangka waktu:

sampai dini hari.

Penalti:

Sistem ditarik dan Host akan didemosikan.

Catatan: Host dapat menemui bahan di inventori. Barang yang cacat akibat kesalahan produksi tak dapat diganti.]

Seiji membaca misi yang diberikan dan sempat menggaruk kepala.

"Ini misi yang begitu realistik."

Kali ini, sistem tidak menjawab apapun meski beberapa kali dia berusaha. Dia pun geleng-geleng kepala.

"Misi ini sangat berisiko jika dilaksanakan di sekolah. Aku butuh tempat yang sangat terpencil ataupun pribadi supaya dapat membuat senjata."

Seiji tahu apa yang akan terjadi, dan berusaha membuat solusi kepada sistem.

"Bagaimana kalau aku belajar dengan ahli rakit?"

[Host dilarang untuk melibatkan orang lain.]

"Kenapa tidak?"

[Host akan menyalahi aturan sistem D. Sanksi demosi dan jemput paksa akan dikenakan apabila Host menyiarkan sebagian pengetahuan kami dengan melibatkan pihak ketiga.]

Mendengar itu, cara utamanya berakhir sudah namun dia tak berhenti mencari cara.

Tak lama, jam istirahat berakhir. Dengan cepat dia makan lalu kembali ke kelas. Meski begitu, pikirannya selalu tak lepas dari sistem.

Mata pelajaran seolah menjadi membosankan baginya karena sama sekali tidak mengajarkan materi yang dibutuhkan. Sambil bertopang dagu mengikuti pelajaran, dia hanya mencatat isi ajaran guru sampai pulang.

Sesampainya di rumah, Seiji mempelajari buku sistematika senjata pemula. Sebenarnya, buku ini sama sekali tak dijual di negaranya karena Jepang sama melarang pembuatan senjata ataupun magasin peluru.

Bagian dipelajarinya di buku hingga menghadap logam-logam yang beraneka macam untuk membuat peluru berupa Kuningan, metal, dan timah sedangkan senjata berupa pistol membutuhkan logam dan non logam yang tak sedikit.

Beruntungnya, dia bisa menggunakan alat produksi lokal buatan sistem D. Saat pertama kali melihat, dia terpana untuk pertama kalinya mengagumi alat pencetak logam yang ukurannya merangkap sebuah almari.

Menurut panduan, printer 3D ini digunakan untuk membuat kerangka dan berbagai macam kerangka dengan memasukkan eksotik ke dalamnya

Dengan platform yang disediakan sistem, dia mengidentifikasi asal usul barang ini.

[Halo Printer

Made in Star Republic

Lead designer by Hanson Corporation]

Merek printer tak dikenal justru membuatnya sedikit ragu namun sistem tak menjawab apapun tentang asal usul lengkap tentang barang itu.

Waktu seolah berlalu begitu cepat, dia tak bisa lagi main-main. wabah virus akan menyebar sampai sini meskipun pemerintah atau perusahaan pembuat masih tak menginformasikan siap siaga di media massa.

Seiji juga tak perlu membuang waktu untuk memastikan kabar itu benar atau tidak. Kalau pandemi atau kiamat akan terjadi, nyawanya bakal menjadi taruhan.

Dia tak keberatan ditertawakan bila mengucapkan berita tak masuk akal. pandemi, kiamat, atau semacamnya sangat tak mungkin terjadi gangguan di dunia nyata. Kalau ada, sebagian manusia di dunia mungkin sudah punah.

Dia memasukan bongkahan logam Kuningan dan lainnya ke dalam lubang dan mulai diproses bersamaan data ditransfer dengan kursor platform. Pada akhirnya, peluru meluncur ke ranjang dengan jumlah tertentu.

Memastikan peluru sesuai dengan ukuran dua magasin, dia berberes dan memasukkan magasin ke dalam inventori.

Peluru khusus berfokus pada pemberantasan zombie. Entah kenapa komposisi logam tidak sama dengan peluru biasa. Dia pun tak bertanya apapun.

Hari sudah gelap dan tinggal beberapa jam sebelum dini hari, dia bergegas beralih pada merakit pistol.

Karena keterbatasan waktu, dia mencari blueprint pistol serdehana namun kuat. Dia sesungguhnya tak butuh pistol yang kuat rekoilnya. Dia hanya butuh pistol yang dapat diandalkan sekaligus dimodifikasi.

Seiji memperhatikan dana poin yang diberikan, dan menyadari poinnya tinggal 450 poin. Dia tak bisa lagi membeli material tambahan.

Menyampingkan pistol yang lain, tatapannya berpaling ke pistol khusus yang berorientasi pada infiltrator dengan peredam suara.

[Jackal 71 with silencer]

Kali ini tak disebutkan nama perusahaan produksi senjata ini. Keunggulan senjata ini blueprintnya murah dan sudah lewat produksi 20 tahun. Meski begitu, Jackal sudah memenuhi apa yang dibutuhkan.

Material eksotik yang dibutuhkan lumayan rendah, itulah kelebihannya.

Dari ranjang, Seiji mengumpulkan bagian-bagian senjata seperti slide, pelatuk , dan macam-macam dan mulai merakit. Karena sistem tak mau membagikan pengertahuan, dia terpaksa mengorbankan poinnya untuk membeli buku panduan tingkat I.

Berbeda dengan buku pemula, tahap perakitan merupakan tingkat serius bagi perakit senjata.

Kali ini, dirinya seolah terpaku pada senjata yang dirakitnya tanpa kenal waktu. Wajar saja, dia tak pernah menggunakan tangannya selain menulis dan kerja ringan.

Keringatnya bercucuran di lantai dan seolah tak pernah berhenti mengalir. Deadline sangat menghantui dia saat itu. Karena itu, dia tak pernah berhenti mengecek hasil rakitannya secara bertahap.

Pada akhirnya, Jackal terbentuk wujudnya.

Terpopuler