Azizah, Istri Rasa Simpanan
Azizah memandangi bekal makanan yang sudah Ia hias sedemikian rupa dengan wajah puas. Senyum manis tak luput dari wajah Ayu nya.
Hari ini adalah hari jadi pernikahannya dengan suaminya Axel William Djaja yang ke 4. Meskipun pernikahan mereka dilaksanakan atas perintah sang Kakek yang kini tengah menjalani perawatan intensif di RS karena penyakit komplikasinya.
Tapi Azizah sudah jatuh hati pada saat pertama kali Dia melihat Axel saat menjadi perawat pribadi Kakek dari Axel, yaitu Tuan Adhitama Djaja. Bagaimana tidak? Axel tampan, Gagah, dingin dan yang membuat Azizah semakin kesemsem adalah Axel bersedia menuruti keinginan Kakeknya untuk di jodohkan dengannya.
Itu sebabnya, selama 4 tahun ini Azizah dengan setia dan sabar mendampingi Axel, meskipun suaminya banyak berubah 2 tahun terakhir. Tapi Azizah yakin jika Axel akan kembali seperti dulu. Apalagi, jika Axel tahu saat ini Dia sedang mengandung.
Wajah Azizah mendadak murung, Dia mengingat jika terakhir mereka 'berhubungan', Axel dalam keadaan sangat marah bahkan suaminya itu juga melakukan kekerasan padanya hingga tubuhnya banyak terdapat luka lebam tapi Azizah memaklumi, Axel dalam keadaan marah dan mabuk.
Azizah tidak ingin membuang waktunya lebih lama, Dia menengok jam dinding dan waktu sudah menunjukkan jam 10 pagi. perjalanannya ke Perusahaan suaminya memakan waktu hingga 1 jam bahkan bisa lebih jika macet.
Azizah keluar dari rumah yang di sewa oleh suaminya dengan wajah berbinar-binar, hingga membuat bu Yuni dan bu Dewi yang notabenenya adalah pelanggan kue-kue buatannya menjadi penasaran.
"Mba Zizah, Masya Allah kelihatannya bahagia banget, ada apa nih?"
Sapa Bu Dewi ikut sumringah.
Azizah merona dan tersenyum malu, wanita itu kemudian menjawab,
"Saya mau ke kantor suami Bu, ngasih kejutan. Hari ini anniversary pernikahan kami"
"Aduh Aduuuh senengnya, semoga langgeng ya Mba, hati-hati dijalan ya"
Bu Yuni berkata dengan tulus. Alhamdulillah, Azizah memiliki tetangga yang sangat baik dan ramah.
"Terima kasih Bu Yuni, Bu Dewi kalau begitu saya pamit, Assalamu'alaikum"
"Waalaikumsalam"
Azizah pun berlalu dari kedua wanita itu.
"Beruntung banget ya suaminya mba Azizah, udah baik, Solehah, mandiri dan pintar berwira usaha"
"Iya, kue-kue nya enak, Saya juga ketagihan makanya sering pesen hehe"
"Saya juga hihihi, makanya melar begini"
"Hehehe yang penting sehat Bu, Ya udah Ayo pulang"
****
"Sayang...."
"Hmn" Axel yang tengah sibuk dengan pekerjaannya hanya bergumam mendengar rengekan manja dari Alexandra, kekasihnya.
"Hiih, Sayaang" Alexandra dengan genit menjatuhkan bokongnya di pangkuan Axel. Membuat pria yang tengah sibuk itu terkekeh.
"Jangan memancingku sayang, Kamu akan menyesal" ancam Pria blasteran Jerman-Indonesia itu.
Bukannya takut, Alexa malah sengaja menggoyangkan pantatnya membuat Axel menggeram rendah.
"Stop it, Sayang. Kamu membangunkan adikku yang sedang tertidur"
"Biarkan, salah sendiri kenapa Kamu mengacuhkan Aku"
"Come on Baby, pekerjaanku sangat banyak, You know that"
"Hmn... Ya,ya"
"Baiklah, Apa yang kamu inginkan saat ini, Aku pasti akan menurutinya"
"Really?" Alexa bertanya dengan antusias membuat Axel gemas dan mencubit hidung wanita Sexy itu. Pria itu pun mengangguk mantap.
"Mmmm... Sebenarnya baru-baru ini temanku menawarkan Tas Hermes edisi terbatas, tapi harganya sangat mahal"
"Berapa harganya?"
Alexa memasang wajah berpura-pura tidak enak hati dan malu-malu tapi mau.
"Katakan saja Sayang, berapapun itu Aku akan memberikannya untukmu"
"Sebenarnya harga resminya $500 rb Dolar, tapi temanku mendapatkan harga khusus jadi hanya butuh $200 rb dolar saja"
"Oke, Aku akan buatkan cek untukmu"
"Are you sure? Itu sangat mahal Axel"
"Don't mind it, I'll give everything for you"
"Oh thank You Sayang. Aku pasti akan kasih imbalan yang memuaskan buat Kamu"
"Really? Tapi Aku hanya butuh dipuaskan di atas ranjang, Sayang"
Kembali, Alexa memasang wajah malu-malu tapi mau nya.
"Tentu saja, I Will wait for you tonight"
"Oh My Gosh, You're so naughty"
Axel mencium gemas bibir berlipstik merah itu.
Setelah menerima cek dari kekasihnya itu Alexa pergi dari kantor Axel untuk bersenang-senang.
Axel pun kembali berkutat dengan pekerjaannya yang sangat menumpuk.
Ting
Suara dentingan dari benda pipih berlogo apple potek itu mencuri atensi Axel. Pria itu kemudian meraihnya dan melihat pesan yang masuk.
Azizah?
Sudut bibir itu tertarik ke atas membentuk ekspresi sinis dan jijik.
[Assalamualaikum mas, Kamu sibuk? Kamu belum makan siang kan?]
"Menjijikan. Sok perhatian dan sok manis. Jangan Kamu pikir Aku nggak tahu niat busukmu! Perempuan miskin dan rendahan"
Pria itu melempar Gawainya sembarangan dan kembali menekuni berkas-berkas yang perlu Ia pelajari.
Disaat yang bersamaan pintu ruangannya di ketuk.
"Ya, Lin, masuk"
Seru Axel saat mengetahui bahwa sekretarisnya, Linda yang mengetuk pintu.
"Ada Pak Darren dan Pak Radit ingin bertemu Anda"
"Okey, Minta mereka langsung keruangan Saya"
"Baik pak"
Linda berlalu dari sana.
Tak lama kemudian, Kedua orang yang adalah sahabat baik Axelpun masuk.
"Holla Brader, How are you"
Ucap Darren yang disambut ramah oleh Axel. Pria itu meninggalkan mejanya dan memeluk kedua sahabatnya itu.
"I'm good, Duduk Bro Duduk"
"Lo tambah keren aja nih semenjak jadi CEO Djaja Group"
Puji Radit seraya menatap Axel dari atas ke bawah.
"Bisa aja Lo. Anyway kalian kapan balik dari Negara Zamrud?"
"Baru kemaren, Gua sama Darren dulu, si Vano kemungkinan besok baru pulang"
"Oh ya, Bisa kumpul dong kita..."
"That's way Gue sama Darren kesini"
ucap Radit mantap. Mereka hampi sebulan tidak berkumpul karena kebetulan Radit dan Darren membuka usaha bersama di Sydney dan mereka harus berada di salah satu kota terkenal di Australia itu sampai peresmian usaha mereka. Sementara Vano yang memang adalah penerus usaha keluarganya datang ke Negara itu untuk kunjungan bisnis.
"Alright, atur aja kapan kita bisa hangout bareng. Gue usahain pasti bisa ikutan"
ucap Axel yakin membuat kedua sahabatnya manggut-manggut.
"Anyway, barusan gue liat Alexa di loby, Lo masih berhubungan sama dia?"
Darren bertanya dengan penasaran. Karena meskipun Axel menikah karena perjodohan, hampir seluruh bagian dari keluarga Djaja Group termasuk paea sahabat Axel mengetahuinya.
"Yes, Why?"
"Why? Lo ngga takut kakek Lo tahu?"
Radit mengernyit heran, Dia memang kasihan pada Axel yang dijodohkan dengan seorang perawat lansia, Dia termasuk yang mendukung sahabatnya untuk menolak perjodohan itu.
Tapi disisi lain Radit dan yang lainnya tahu bahwa ancaman kakek Axel tidak main-main. Axel akan dicoret dari daftar satu-satunya pewaris tunggal sementa seluruh kekayaan Djaja Group akan di sumbangkan ke panti asuhan jika Axel menolak.
"Sekarang Gue udah ngga perduli"
****
Azizah sudah sampai di Lobby perusahaan Suaminya itu. Dia kemudian menuju meja resepsionis. Seperti biasa, seluruh karyawan perusahaan ini tidak ada yang pernah menganggapnya ada dan penting meskipun tahu Ia adalah istri dari pimpinan perusahaan ini.
"Halo mbak, mas Axel ada di ruangan?"
Hening, tidak ada yang menjawab.
"Maaf mbak?"
"Pak Axel sedang ada rapat penting Bu, jadi tidak bisa di temui"
"Mmm begitu ya, kapan rapatnya selesai mbak? Saya ngga lama kok, hanya mau nganterin ini"
Mendengar ucapan Azizah dua resepsionis itu saling berbisik Kemudian salah seorang dari mereka berkata.
"Silahkan Bu, tapi kalau pak Axel marah kami tidak bertanggung jawab"
"Iya mba, Insya Allah saya janji ngga akan bikin Dia marah"
Azizah pun tersenyum ramah kepada mereka yang hanya di balas dengan sinis.
"Palingan nanti di tendang sama Bapak"
"Iya, ngimpinya ketinggian. Pembantu aja sok-sokan mau jadi Nyonya"
"Paling pake dukun dia biar Pak Adhitama luluh ama dia"
"Kayaknya sih iya"
Azizah hampir sampai ke lantai 28 tempat ruangan suaminya berada, Dia menuju ke meja sekretaris dan seperti biasa mendapatkan perlakuan yang sama.
Wanita lemah lembut itu hanya menghela nafas. Dia datang ke sini hanya untuk bertemu dengan suaminya, bukan ada niatan lain jadi Dia berusaha untuk tidak memasukkan ke dalam hati semua perlakuan para karyawan kepadanya.
***
"Tapi Lo pernah tidur sama Dia kan?"
"Off course, and she's still virgin. lumayan lah. Lo boleh coba kalo Lo mau. Gratis"
Ucap Axel dengan nada mencemooh.
"Jadi selama ini Lo bener-bener nggak cinta sama dia?"
"Ya enggak lah. Gue harus akting sedemikian rupa biarpun gue udah muak banget sama Dia supaya kakek percaya dan Gue berhasil, Dua tahun pernikahan Gue Kakek ngasih Semua kekayaannya ke Gue"
"Gila! Loe emang ciamik"
"Harus"
"Tapi gimana kalo sampe perempuan itu hamil? Yaa bisa jadi kan Loe kelepasan"
"No way! Ngga akan pernah. Gue ngga sudi punya keturunan dari wanita rendahan seperti Dia. Kalau Dia sampai hamil nanti, Gue sendiri yang akan nyingkirin bayi sialan itu. Lagipula perempuan itu pernah hamil dengan cara licik! Untungnya nyokap gue dan Alexa berhasil bikin Wanita sialan itu keguguran!"
Kalimat kejam itu keluar dengan lincah diri bibir Axel membawa pedang yang menusuk hati Azizah.
Klontang!!!
Suara benda jatuh itu mengejutkan Axel dan kawan-kawannya yang tengah serius berbincang.
"Siapa!" Axel berseru. Kemudian segera berjalan menuju pintu.
ceklek!
Pria itu melongok, tidak ada siapapun disana. Axel mengernyitkan dahinya kemudian kembali masuk ke ruangan.
Sementara itu, Azizah yang mendengar semua pembicaraan suaminya masih setia menutup rapat-rapat bibirnya, kedua tangan wanita itu memeluk tubuhnya sendiri yang tengah bergetar.
Jadi selama ini, pernikahan yang dia agung-agungkan itu hanyalah kepalsuan??
Azizah menarik nafas dalam-dalam. Hatinya terluka parah tapi Dia tidak ingin menunjukkannya pada siapapun.
Wanita berambut panjang itu berjalan dengan cepat keluar dari gedung itu. Ia mengabaikan segala tatapan sinis yang mengarah kepadanya.
Azizah memandangi rantang makanan yang Ia bawa jauh-jauh untuk dia berikan kepada suaminya karena yang Ia tahu Axel sangat menyukai masakannya. Tapi, semua itu ternyata hanya pura-pura. Bahkan mereka semua yang telah membunuh janin dalam kandungannya 3 tahun lalu?
"Aku ngga nyangka ya Allah, suami yang aku anggap seperti malaikat ternyata hanya iblis berwujud manusia"
Azizah mengusap kasar air matanya, Dia kemudian memberikan bekal makanan itu kepada satpam disana. Hanya satpam-satpam itu yang ramah kepadanya.
"Pak..."
"Iya Bu..." Satpam berbadan tegap dengan wajah hormatnya menghampiri Azizah dengan segera.
"Ini buat Bapak. Tadi saya bawa ke dalam tapi ternyata suami... Em maksud Saya Tuan Axel sudah makan"
"Ini ngga apa-apa Bu Azizah?"
"Nggak apa-apa pak...ambil aja sekalian tempatnya buat Bapak"
"Waduh... Terima kasih banyak Bu"
"Sama-sama pak, Saya pamit, Assalamualaikum"
Azizah beranjak dari sana, namun baru beberapa langkah Ia kembali menoleh ke belakang.
'Aku ngga akan pernah menginjakkan kakiku di sini lagi'
Wanita itu mengusap pelan perutnya yang masih rata. Kasihan sekali calon anaknya.
"Jangan khawatir nak, Ibu akan jaga kamu dan jadi orang tua terbaik untukmu nak"
Azizah memantapkan langkahnya, pergi dari sana menuju rumah sakit tempat Kakek Axel dirawat. Dia harus pergi tapi tak ingin meninggalkan penyesalan di hati Tuan Adhitama. Azizah akan meyakinkan pria itu bahwa kepergiannya adalah keputusan terbaik.
Sesampainya di Rumah Sakit, ternyata ibu mertuanya juga ada disana, bersama dengan adik iparnya. Kedua orang itu bahkan dengan terang-terangan menunjukkan ketidaksukaannya pada Azizah.
Azizah tidak ingin membuat keributan, jadi Dia memilih bersembunyi dan akan menemui kakek Adhitama seusai mertua dan iparnya pergi dari sana.
Sekian lama menunggu akhirnya kedua orang itu pergi dari ruangan kakek. Setelah dirasa aman, Azizah segera melangkah menghambur ruang perawatan VVIP itu.
"Lho mba Zizah?"
"Iya Sus... Kakek masih bisa di jenguk nggak?"
"Bisa... Tapi jangan lama-lama ya, soalnya Tuan Adhitama perlu istirahat"
"Iya Sus, terima kasih"
Azizah membuka pelan pintu ruangan itu.
"Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam... Zizah? Kamu datang nak?"
"Iya kek..."
Azizah menghampiri ranjang pasien itu kemudian duduk di kursi yang tersedia di samping ranjang.
Tak lama kemudian mereka berdua sudah terlibat dalam perbincangan yang seru hingga diselingi canda tawa yang meriah.
Melihat kakek Adhitama seperti itu, Azizah merasa tidak tega jika harus menceritakan semuanya padanya.
"Zizah... Ada apa hmn?"
"Ngga apa-apa kek, Zizah mungkin akan jarang menjenguk kakek"
Adhitama tampak terkejut, Dia kemudian bertanya,
"Lho memangnya kenapa?"
"Zizah ngga bisa melakukan perjalanan jauh karena Zizah beberapa hari ini banyak pesenan terus kek, Alhamdulillah"
"Alhamdulillah, tapi jangan terlalu ngoyo. Kalau butuh apa-apa kakek siap bantu"
"Iya kek makasih, tapi selama Zizah bisa berusaha sendiri, izinkan Zizah mandiri kek"
"Masya Allah, Nggak nyesel kakek nikahkan Axel dengan Kamu. Dia benar-benar beruntung punya istri seperti Kamu"
'Sayangnya cucu kakek menganggap Aku hanyalah sampah' tentu saja Zizah hanya tersenyum dan mengangguk.
Melihat wajah lelah Adhitama, Azizah pun pamit pulang agar kakeknya itu bisa beristirahat. Dia juga harus segera pulang untuk mengemasi seluruh barang-barangnya.
Sesampainya di Kontrakan, Azizah mengemasi seluruh pakaiannya yang Ia bawa saat menikah dengan Axel. Hanya itu, Ia sama sekali tidak membawa benda berharga lainnya seperti Handphone, perhiasan mas kawin berikut cincin pernikahan Azizah masukkan ke dalam kotak. Ia berencana menitipkannya pada Bu Willy pemilik rumah ini sekaligus Istri ketua RT di sini, Azizah yakin Bu Willy yang sangat mengenal Axel akan bisa memberikan kotak ini pada Pria itu.
Bersyukur karena 1 tahun terakhir kue buatannya laris manis menerima pesanan, jadi Azizah masih memiliki tabungan untuk pergi meninggalkan kota ini dan memulai hidup baru bersama dengan bayinya.
Azizah tersenyum miris seraya memasukkan pakaiannya ke dalam tas jinjing usang yang Ia bawa saat pindah ke rumah ini.
Wanita itu baru menyadari betapa cinta buta telah benar-benar membodohi dirinya.
Seharusnya Dia sudah tahu jika pernikahannya tidak normal apalagi bahagia.
Axel hanya mengunjunginya saat sedang mabuk, Pria itu bahkan tidak lebih dari 1x 24 jam di rumah yang Ia sewa ini. Setiap bulan pria itu memberi nafkah hanya 1.5 juta dengan alasan Dia tidak memiliki anak dan tidak memerlukan banyak kebutuhan, padahal Suaminya itu bukankah seorang pengusaha kaya?
Tapi Azizah sama sekali tidak keberatan. Baginya uang seberapapun itu yang suaminya nafkahkan padanya, Ia mensyukurinya meskipun pada akhirnya Dia harus mencari penghasilan sampingan karena tentu saja jumlah segitu belumlah cukup.
Ironis memang, Dia baru menyadari bahwa selama ini Dia hanyalah seorang istri yang diperlakukan tidak lebih baik dari pembantu. Mirip simpanan lebih tepatnya. Pernikahan seperti ini tidak akan bahagia sampai kapanpun.
Maka pergi adalah keputusan terbaik.
Wanita itu kembali mengingat betapa Dia sangat bodoh dan naif. Dia berfikir bahwa Axel menempatkannya di rumah kontrakan ini agar mereka mandiri dengan memisahkan diri dari keluarga. Ternyata yang sebenarnya adalah Dia dibuang dan diasingkan.
Saat pertama kali datang ke tempat ini, Azizah begitu bersemangat, membersihkan rumah, memasak kesukaan suaminya yang Ia tahu dari pembantu di rumah Kakek Adhitama dulu, menunggunya dengan sabar saat pulang kerja, tapi Axel tidak pernah pulang, Pria itu hanya datang sesekali untuk melampiaskan entah itu nafsunya atau apa. Lebih banyak dalam keadaan mabuk.
Tapi, Azizah bukan tipe wanita yang suka mengadu, meskipun Dia yakin jika Dia melaporkan semua kelakuan Suaminya pada Kakek Adhitama, Dia yakin Axel pasti akan di hukum.
Tapi lagi-lagi, cinta yang tulus namun dianggap kotoran oleh Axel tetap memilih untuk diam dengan keyakinan bahwa suaminya akan berubah suatu saat nanti. Dan semuanya sia-sia. Sama sekali tidak berguna.
Azizah menatap lekat foto pernikahannya yang berukuran besar yang tertempel di dinding kamar. Betapa bahagianya Dia dulu. menganggap bahwa pernikahan ini akan bahagia hingga akhir hayatnya.
Di foto itu hanya Dia yang tersenyum. Sementara Axel, wajahnya sangat muram dan dingin. Sangat jelas jika Pria itu tidak bahagia.
Azizah merasakan matanya memanas lagi, tapi tidak Ia biarkan air mata itu kembali menetes. Sudah cukup perjuangan bodohnya mempertahankan pernikahan konyol ini. Azizah menyerah dan menghapus semua cintanya untuk Pria itu.
Dia memantapkan hati, kemudian meraih setiap potret pernikahannya yang banyak di dinding, melepaskannya dari bingkai kemudian memasukkannya ke dalam sebuah Box besar yang sudah Ia siapkan.
Azizah Lalu membawa semua foto-foto itu berikut albumnya ke halaman belakang dan... membakarnya.
Foto-foto itu mulai hangus menjadi abu. Seperti itu pula, cintanya. Hangus tak berbekas.