SweetNovel HOME timur angst anime barat chicklit horor misteri seleb sistem urban
WHO IS THE FEMALE LEAD??

WHO IS THE FEMALE LEAD??

Perpisahan

Seorang pria tampan tampak duduk dengan tenang di dalam restoran yang tak banyak pengunjung di saat sore hari seperti ini.

Pria itu memang sengaja memilih waktu itu karena selain kesibukannya, dia juga harus memilih waktu yang tepat agar bisa bertemu dengan wanita yang sedang ia tunggu kedatangannya.

Mata elangnya yang tajam, mengarah ke luar restoran. Di mana dia melihat seorang wanita cantik dan menawan berjalan menuju restoran yang sama tempatnya menunggu sejak tadi.

Rambut panjangnya yang tebal dan berwarna hitam itu, meliuk-liuk tertiup angin mengikuti pergerakan kakinya yang melangkah dengan anggun.

Siapapun pasti setuju kalau wanita itu sangat cantik. Bahkan hanya dengan melihatnya sekilas saja bisa membuat lawan janis yang memandangnya jatuh cinta pada pandangan pertama.

Tapi tidak dengan Theo, walau wanita itu sudah menjadi tunangannya selama dua tahun, hati Theo tetap tidak bisa bergetar untuk wanita itu. Di dalam hati Theo sudah ada satu wanita yang posisinya tidak akan pernah tergeser oleh siapapun, termasuk tunangannya itu.

Theo sendiri juga heran kenapa dia tidak goyah sedikitpun. Padahal wanita itu mendekati kriteria sempurna sebagai seorang wanita idaman. Cantik, pintar, kaya, lembah lembut dan baik hati. Juga jangan lupakan profesinya sebagai seorang dokter, tentu saja sebuah paket komplit sebenarnya.

Tapi cinta tak bisa di paksa. Theo tidak bisa membuka hatinya sedikitpun untuk tunangannya itu.

Wanita itu semakin mendekat ke arahnya dengan senyuman yang selalu mengembang di wajah cantiknya itu. Bahkan selama dua tahun, hanya ekspresi wajah itu yang selalu Theo lihat. Dia tidak pernah melihat wanita itu menunjukkan wajah marah, sedih atau layaknya manusia yang mempunyai banyak mimik wajah.

Padahal Theo selalu bersikap dingin kepadanya. Acuh tak acuh bahkan tak pernah peduli kepadanya layaknya seorang pria kepada Tunangannya.

"Maaf membuat mu menunggu terlalu lama Kak. Ada pasien yang mendadak Anfal" Suara lembut itu menyapa telinga Theo. Wanita itu duduk dengan tegak di hadapan Theo.

"Nggak masalah, aku paham profesi mu sebagai dokter"

Lagi-lagi garis bibir itu membentuk lengkungan mempercantik wajah pemiliknya. Mata besar dan bulat sebagai nilai lebih di wajahnya itu juga ikut menyempit akibat senyumannya.

"Apa hari ini sudah tiba waktunya??"

Satu hal lagi yang Theo kagumi dari wanita yang berstatus sebagai tunangannya itu. Wanita itu cerdas dan tidak bertele-tele. Wanita itu selalu bisa menebak jalan pikiran Theo.

"Hemm, kita sudah sepakat dari dua tahun lalu" Balas Theo dengan wajah datarnya. Wajah yang selalu Theo pasang di depan wanita itu.

"Apa dia juga sudah siap??"

Theo mengangguk "Sudah"

"Baiklah, aku rasa tidak ada yang perlu kita perpanjang lagi. Kamu tenang saja Kak, aku akan membantumu bicara pada Om dan Tante agar menerima Kirana sebagai menantu mereka yang sesungguhnya"

Theo mengerutkan keningnya. Sampai di saat mereka mengakhiri pertunangan mereka pun, Theo tidak melihat mimik wajah yang berbeda dari Anya, tunangannya itu. Wanita itu tetap saja tenang dengan senyum yang membuat Theo sampai bosan memandangnya.

"Apa kau nggak marah sama sekali?? Kenapa kau malah mau membantuku agar orang tuaku menerima Kirana?? Kau tidak berteriak di depan ku dan mengatakan kalau aku pria b***gsek yang hanya memanfaatkan mu??"

Kali ini Anya tak hanya tersenyum, dia malah terkekeh sambil memegangi perutnya. Wanita itu benar-benar aneh menutut Theo. Di saat pertunangannya hancur, dia malah tertawa seperti itu.

Theo jadi semakin yakin untuk mengakhiri pertunangan itu karena tidak adanya cinta di mata Anya untuk dirinya.

"Seperti katamu tadi Kak, kalau kita sudah sepakat sejak awal. Pertunangan kita akan berakhir setelah dua tahun, tepat saat Kirana siap bertemu dengan Om dan Tante. Jadi untuk apa aku marah dan memaki mu?? Dan untuk apa aku membantumu, karena percuma saja kalau kita berpisah tanpa alasan yang tepat di depan kedua orang tua kita kan??"

"Baiklah kalau itu mau mu. Aku akan sangat berterimakasih" Sebelumnya Theo sempat tersenyum mengejek pada Anya karena pikiran anehnya itu.

"Jadi, apa mulai detik ini kita susah resmi berakhir??"

Pertanyaan Anya membuat Theo terdiam untuk beberapa detik. Dia menatap dalam mata yang besar dengan bulu mata lentik itu.

Theo merasa marah karena tak bisa melihat kebohongan, kesedihan atau semacam putus asa dari mata itu.

"Bolehkah aku bertanya sesuatu??" Theo malah ingin memastikan sesuatu.

"Tentu boleh sebelum kita benar-benar berpisah"

"Apa selama ini, kau tidak pernah tertarik kepadaku?? Apa dua tahun ini kau tidak mencintaiku sama sekali??"

"S*al!!" Theo mengumpat dalam hati saat dia tak mendapatkan apa yang dia inginkan. Lagi-lagi Anya berhasil mengelabuinya dengan senyum konyolnya itu.

"Jawabanku tidak akan mengubah apapun kan Kak??"

Theo terdiam, lagipula memang benar kalau jawaban yang akan dia dapatkan dari Anya tidak akan mengubah apapun juga, termasuk berakhirnya hubungan mereka.

"Emmm, kalau begitu, selamat atas kembalinya Kirana ke sisimu Kak. Aku doakan semoga kalian menemukan kebahagiaan setelah ini. Semoga Om dan Tante juga lekas memberikan restu pada kalian"

"Terimakasih" Entah ucapan itu Theo tujuan untuk yang mana.

Apa untuk dua tahun yamg Anya korbankan demi menunggu Kirana kembali dengan menjalani pertunangan dia atas perjanjian.

Atau untuk doa yang Anya berikan untuk dirinya dan Kirana.

Anya menatap cincin yang masih melingkar di jari manis milik Theo.

"Sebelum kita berpisah, apa boleh aku meminta cincin mu itu Kak??"

Theo menatap cincin di jarinya. Walau dia tak menginginkan pertunangan itu, tapi dia tetap saja memakai cincin itu selama dua tahun ini.

"Untuk apa??"

"Sebagai bukti berakhirnya pertunangan kita. Juga karena aku suka desain cincin ini. Terimakasih karena kamu sudah menuruti keinginanku dengan mendesain cincin ini secara khusus" Theo memang seorang pengusaha sukses di berbagai bidang termasuk perusahaan yang memproduksi perhiasan dengan brand ternama.

Tanpa banyak tanya lagi, Theo melepas cincin itu. Meninggalkan bekas garis di kulit Theo karena terlalu lama memakai cincin.

"Terimakasih banyak" Ucap Anya setelah menggenggam cincin yang di berikan oleh Theo.

"Aku yang harusnya berterimakasih untuk dua tahun ini"

"Hemm, sama-sama Kak"

"Semoga kau juga lekas menemukan pria yang kamu cintai"

"Aku harap juga begitu"

"Aku harus pergi sekarang, Kirana sudah menungguku. Sekali lagi terimakasih" Theo beranjak dari kursinya, meninggalkan Anya seorang diri.

Wanita itu hanya bisa melihat kepergian Theo dari tempat duduknya. Memandang bahu lebar itu tanpa berharap pemiliknya akan berbalik lagi untuk menghampirinya.

Hubungan dua tahun yang jauh dari kata sehat itu akhirnya berakhir begitu saja. Tanpa ada drama perdebatan yang panjang dari keduanya.

Setelah ini, mereka berdua hanya akan menunggu takdir yang akan membawa mereka ke takdirnya masing-masing.

Kecelakaan

Theo melengkungkan bibirnya saat turun dari mobil mewahnya. Sebuah senyuman yang tidak pernah ia tunjukkan di depan Anya selama dua tahun ini. Theo memang sengaja menyimpan senyum dan segala bentuk perhatian dan kehangatan untuk Kirana seorang.

Wanita yang sejak dulu ia cintai namun harus terpisah karena pertunangannya dengan Anya.

Gadisnya itu pergi menuntut ilmu dan merintis usahanya sendiri sampai dia menjadi seorang notaris ternama demi membuktikan pada keluarga Theo jika dirinya pantas bersanding dengan pewaris tunggal keluarga Alison itu.

Senyum di bibir Theo semakin lebar sesat melihat Kirana keluar dari gedung Notaris milik pujaan hatinya itu.

"Sudah selesai??"

Theo tau apa yang di maksud oleh Kirana, karena dia memang mengatakan jika tadi dia menemui Anya untuk menyelesaikan hubungan mereka.

"Sudah" Theo menunjukkan jarinya yang sudah bebas dari cincin yang mengikatnya. Meski masih terlihat bekas cincin di jari manis Theo.

"Tapi aku merasa berdosa sama Anya. Kita terkesan memanfaatkan dia sayang. Dia membantu kita selama dua tahun ini, dia menutup rapat tentang perjanjian pertunangan kamu"

Kirana memang selalu dihantui rasa bersalah pada Anya. Bahkan dia pernah bertekad untuk tidak kembali ke dalam kehidupan Theo, tapi pria itu terus meyakinkannya kalau tidak pernah ada cinta di hati Anya untuk dirinya.

"Jangan pikirkan itu lagi. Dia juga bilang kalau pertunangan ini hanya sebatas perjanjian saja. Tidak melibatkan perasaan apapun. Dia tadi juga mengakhiri hubungan kita dengan wajah cerahnya. Sepertinya dia juga bahagia karena terlepas dari pertunangan paksaan ini"

Tetap saja, Kirana merasa menjadi wanita paling jahat di dunia. Seandainya posisinya di balik, Kirana belum tentu sanggup menjadi Anya.

Kirana memang pernah beberapa kali bertemu dengan Anya. Kirana tau betul kalau Anya itu wanita yang baik.

"Tapi, boleh nggak aku ketemu sama Anya??"

"Buat apa??" Theo tak suka dengan permintaan Kirana itu. Menurutnya tak perlu bagi Kirana untuk bertemu Anya saat ini, karena hubungan mereka saja sudah berakhir.

"Cuma mau bilang makasih"

"Baiklah, tapi nggak sekarang. Aku mau ajak kamu ke suatu tempat. Ayoo" Theo meraih tangan Kirana dan mengajaknya masuk ke dalam mobilnya.

"Emangnya mau kemana??"

"Ketemu sama orang tua ku. Aku udah nggak bisa nunggu lagi. Aku ingin segera menikahi mu"

"T-tapi sayang. Aku belum siap, apalagi bajuku aja masih baju kantor kaya gini"

Tepatnya Kirana masih merasa takut berhadapan dengan kedua orang tua Theo. Kirana masih ingat betul bagaimana Mamanya Theo mengatakan kalau dia sama sekali tidak pantas bersanding dengan Theo.

Hingga hinaan itulah yang membuat Kirana pergi ke luar kota untuk melanjutkan kuliahnya dan mendirikan kantor Notaris miliknya sendiri.

Kirana sadar kalau dia berasal dari keluarga biasa. Memang apa yang di katakan Nyonya besar itu benar adanya. Meski sakit, tapi Kirana ingin membuktikan pada keluarga kaya raya itu, kalau dia bisa bangkit tanpa bantuan dari Theo.

Kirana sangat mencintai Theo. Pria itu lebih dari segalanya untuk Kirana. Walaupun Theo jatuh miskin sekalipun, Kirana tidak akan pernah meninggalkannya.

"Nggak papa, kamu cantik pakai baju kerja kamu ini. Dan jangan takut lagi, kali ini aku yakin kalau mereka pasti akan merestui kita" Theo menggenggam tangan Kirana dengan erat untuk meyakinkan kekasihnya itu.

"Aku bawa oleh-oleh apa ya buat Mama kamu?? Mama sama Papa kamu sukanya apa??"

Theo yang menatap jalanan sesekali tersenyum kecil melihat tingkah Kirana yang gugup dan kebingungan karena sebentar lagi akan bertemu calon mertuanya.

"Nanti kita melewati toko kue langganan Mama. Kita beli cheese cake dulu di sana"

"Siap Pak Bos" Jawab Kirana dengan tegas membuat Theo terkekeh.

Sebenarnya dia heran kenapa orang tuanya tidak bisa menerima Kirana sebagai menantu mereka. Padahal Kirana itu wanita yang cantik, pintar dan mandiri, tak kalah dari Anya sebenarnya. Hanya karena masalah Kirana terlahir dari keluarga sederhana saja, Mamanya menolak mentah-mentah Kirana beberapa tahun yang lalu.

Theo menghentikan mobilnya di perempatan jalan karena trafik light yang menghadangnya. Theo menatap ke arah kanan, di mana jalan itu mengarah ke restoran tempat di mana dia bertemu Anya tadi.

Dan tanpa sengaja Theo menangkap mobil yang ia kenali, yaitu mobil milik Anya. Theo kira, Anya sudah pergi dari tadi, sesaat setelah kepergiannya.

Tatapan matanya terus mengarah ke mobil itu. Sekilas Theo juga bisa melihat pemiliknya yang kalau Theo tidak salah lihat, juga sedang menatap ke arahnya.

Tatapan mereka saling mengunci dari kejauhan untuk beberapa detik. Hingga suara yang begitu keras menyadarkannya dari lamunan.

TIN...

TINNNN.....

TINNNNNNN.....

"Awas ssyaannngggg!!!" Kirana yang menyadari ada truk besar menuju ke arah mereka dari belakang dengan begitu cepat. Kirana sempat berteriak, namun Theo tak ada kesempatan untuk menghindar lagi hingga...

BRAAAKKK....

Mobil Theo terpental beberapa meter ke depan karena di hantam truk dengan begitu kuat.

Kepala Theo terbentur dengan kuat karena airbag dalam mobilnya tiba-tiba tak berfungsi. Kepalanya terasa pusing dan berkunang-kunang. Badannya terjepit tak bisa bergerak. Bau anyir juga langsung tercium menyengat. Keadaannya saat ini membuatnya tak mampu bergerak lagi. Dia hanya bisa pasrah walau akhirnya ajal akan menjemputnya saat ini juga.

Dia sempat menoleh ke arah Kirana. Di mana kekasihnya itu terlihat tak sadarkan diri.

Theo kembali melihat ke arah luar. Seakan meminta bantuan karena dia tidak tau kondisinya dia sendiri bagaimana.

Tapi apa yang Theo dapat, dia malah kembali mendengar suara klakson yang nyaring seperti tadi.

TIN....

TIINNN... TINNN.....

Kali ini Theo bisa melihat truk melaju dari arah berlawanan dari mobilnya tadi berhenti. Theo kembali pasrah kalaupun dia harus tiada hari ini. Tapi kenapa harus ada dua truk yang menabrak mobilnya saat ini.

Sungguh seperti dalam drama-drama pembunu han yang telah di rencanakan. Kalau truk yang satu gagal pasti akan di susul truk yang lainnya.

Suara itu semakin keras terdengar bersamaan dengan siara teriakan orang-orang di sekitar sana yang akan menyaksikan mobil remuk milik Theo akan kembali di hantam oleh truk dari arah depan.

Theo memejamkan matanya. Memohon apapun atas segala dosa-dosanya sebelum ajal menjemputnya.

Hingga....

CKIITTTTTTTTT ......

BRAAKKKKK.....

Suara hantaman keras itu kembali terdengar. Namun Theo merasakan mobilnya bergerak hanya bergeser semakin menjauh, tak seperti tadi yang langsung terpental.

Theo pun memberanikan diri untuk membuka matanya. Hal yang pertama kali ia lihat adalah sebuah mobil yang berada di depannya. Kemudian truk yang tadi melaju kencang berada di samping mobil itu.

Theo tak menyangka jika pemilik mobil itu seakan menjadikan mobilnya sebagai tameng untuk melindungi dirinya dari hantaman yang ke dua kalinya. Mobil itu adalah milik....

An..nya...."

Gumam Theo di saat dirinya hampir kehilangan kesadarannya. Dalam pandangannya yang sedikit buram itu, dia melihat Anya yang sudah tak sadarkan diri di dalam mobilnya dengan wajah yang berlumuran da rah.