Putra Naga
Jurang kematian
Langit dipenuhi dengan awan hitam dan petir yang bergemuruh, dentingan dari pedang yang beradu terdengar menggema ke seluruh langit. Lubang lubang besar yang mengeluarkan asap bertebaran di mana mana, di sekitar lubang lubang besar itu tergeletak banyak mayat yang mengenakan
zirah perang yang dipenuhi dengan darah yang sudah mengering.
Di atas langit dimana lubang lubang besar itu berada, terlihat enam orang sedang mengepung satu orang sembari mengarahkan senjata mereka pada orang yang terkepung. "Yexiu, menyerahlah dan tunduk pada kerajaanku!" Ucap pria
berambut putih sambil mengacungkan pedangnya. "Lebih baik aku mati daripada harus tunduk pada orang seperti kalian, terlebih lagi pada orang seperti dirimu!" "Yexiu, pikirkan sekali lagi dengan baik pilihanmu. Kamu bisa ikut bersama kami dan menjadi salah satu jendral besar kerajaan." Bujuk salah satu
orang yang mengepung. "Cukup Lauhe! Kamu sudah mengkhianati ku, dan aku tidak akan mempercayai perkataan mu lagi!" Teriak
Yexiu dengan marah.
Sekeliling tubuh Yexiu mengeluarkan asap hitam dan melahap seluruh tubuhnya, asap hitam itu terus membesar dan membesar hingga membuat gumpalan yang sangat besar.
"Aku sudah mencapai batasku, sebelum aku mati, aku akan membawa kalian semua bersamaku!"
Asap hitam itu semakin besar dan semakin besar lagi, sampai energi yang terkandung dalam asap itu sangat besar dan tak terkendali, yang mana itu bisa meledak kapan saja.
Pria berambut putih merasakan ada yang aneh pada Yexiu dan
langsung terima, "Sial,
dia ingin meledakkan dirinya bersama kita.
Cepat lar!"
Ke enam orang yang mengepung Yexiu langsung bergegas terbang meninggalkannya, namun mereka sudah terlambat untuk lari dari ledakan yang akan dibuat oleh Yexiu,
BOOOM
Asap hitam yang menggumpal itu meledak dan daya ledakan itu mencakup area yang sangat luas, dua dari enam orang yang mengepung langsung menghilang karna ledakan, sedangkan empat orang lainnya masih bisa bertahan dengan tubuh terluka parah.
Kawah besar tercetak di atas tanah dimana ledakan
itu terjadi, ditengalh kawah
Besar itu terdapat pedang hitam yang digunakan oleh
Yexiu untuk bertaruh.
Ketiga orang yang terluka parah itu langsung bergegas meninggalkan kawah besar tersebut untuk mengobati luka di tubuh mereka. Sedangkan
Wuji yang mencoba untuk membujuk Yexiu sebelumnya melihat ke arah kawah besar itu, dia
menggelengkan kepalanya dan berbalik mengejar tiga orang yang sudah pergi lebih dulu. 100 tahun kemudian..
Dua orang mengenakan pakaian hitam dan penutup wajah berlarian di tengah hutan, salah satu dari orang berpakaian hitam itu membawa karung besar yang tidak diketahui isi di dalamnya.
"Kakak, kita sudah masuk hutan terlalu dalam.
Bukankah di dalam hutan ini ada tempat terlarang, akan sangat berbahaya jika kita masuk ke dalam sana." Ucap orang yang membawa karung. "Kau benar, saat sampai jurang yang ada di depan sana, kita akan membuangnya di sana saja!"
Dua orang berpakaian
hitam itu terus berlari menyusuri hutan, dan setelah cukup lama berlari di dalam hutan, mereka berhenti di sebuah tepi jurang besar yang tidak diketahui kedalamannya.
Orang yang membawa karung itu menurunkan bawaannya itu ke tanah. "Kakak, apakah kita akan membuangnya di sini?" "Jurang ini sepertinya tidak terlalu buruk, buang
dia ke dalam jurang ini!"
Pria yang membawa karung itu mengangkat karung dan melemparkan nya ke jurang di depan mereka. Sekilas terlihat sebuah tangan keluar dari karung yang dilemparkan ke jurang itu. "Kak, apa semua ini akan baik baik saja? Jika kepala keluarga mengetahuinya, maka nasib kita akan dalam bahaya.
Bagaimanapun juga dia tetaplah seorang tuan muda!" Ucap pria yang membuangnya karung tadi dengan nada khawatir. "Tenanglah, tuan muda
Wuling akan melindungi kita." "Ya, jika ada tuan muda
Wuling kita bisa aman dari
Kepala keluarga." "Benar, lagi pula sampah sepertinya tidak akan
dipikirkan oleh kepala keluarga. Baiklah, kita pulang saja." "Baik kak."
Kedua orang itu berbalik dan meninggalkan jurang yang gelap itu menuju hutan lebat.
Dalam jurang yang gelap dan dingin itu, tergeletak karung yang dilemparkan oleh berpakaian hitam sebelumnya. Tepat di
samping karung itu terdapat sebuah pedang hitam yang menusuk tanah. Tangan yang keluar dari dalam karung tanpa sengaja menyentuh pedang hitam itu, darah yang menempel di jari tangan terhisap ke dalam pedang hitam dan membuat pedang itu bergetar sesaat.
Setelah cukup lama pedang hitam itu kembali
bergetar dan mengeluarkan asap hitam seperti api yang membara, dengan cepat asap hitam itu menyebar dari tangan yang menyentuh pedang yang menjalar ke seluruh tubuh yang berada di dalam karung.
Setelah satu jam berlalu, asap hitam itu menghilang dan karung yang melapisi tubuh orang di dalamnya juga ikut menghilang,
karna asap hitam yang menjalar ke seluruh tubuh orang di dalam karung.
Seorang pemuda berambut hitam adalah sosok di dalam karung tersebut.
Perlahan dirinya membuka dan melihat sekelilingnya, wajahnya nampak kebingungan karna disekelilingnya hanya ada kegelapan-kegelapan dan saat melihat ke atas hanya
dipenuhi langit malam rang penuh bintang. "Ada di mana aku ini? Apa aku sudah mati? Apakah tempat ini neraka?"
Kepala pemuda itu tiba tiba sakit dan seketika ingatan dari beberapa jam sebelumnya kembali memasuki pikirannya lagi. "Aku sudah mati oleh anak buah adikku sendiri. Tapi kenapa aku masih hidup
sekarang?"
Sebelumnya, dirinya sedang minum teh dan tiba tiba seseorang menyerang dirinya dari belakang dan membuat kesadarannya menghilang, saat berada di dalam karung dirinya bisa samar samar mendengar suara orang yang membawanya dan itu adalah suara dari anak buah adiknya sendiri.
Jingsy melihat kembali ke
sekelilingnya dan baru
Menyadari ada sebuah pedang hitam tepat disampingnya. Saat menatap pedang itu, Jingsy merasakan pikirannya terhisap ke dalam pedang.
Jingsy kembali sadar dan langsung merangkak mundur dari pedang itu. "P- pedang apa itu?"
Tiba tiba Jingsy merasakan tubuhnya menjadi aneh dan gumpalan asap hitam
keluar dari dalam tubuhnya seperti sebuah api yang membara. "Benda apa ini? Dia terlihat seperti api tapi tidak membakarku. Aku juga merasakan perasaan yang nyaman saat ini muncul,"
Jingsy tidak sengaja menyentuh batu di dekatnya dan seketika asap hitam itu menyelimutinya dan
mengubahnya menjadi 'abu dalam sekejap. "A- apa itu? Kenapa batu itu berubah menjadi abu?
Apa itu karna apin hitam ini?"
Jingsy melihat sekelilingnya dan menemukan batu lain, segera Jingsy mendekati batu itu dan menyentuhnya lagi dan dengan cepat asap hitam menyelimuti lagi dan membuatnya menjadi
debu. "Ini benar benar karna api hitam ini! Apa ini adalah kekuatan yang aku miliki?"
Jingsy langsung kembali merenung karna kehidupan sampah yang dirinya jalani benar benar mengerikan. Semua orang memandang rendah dirinya, bahkan keluarganya sendiri mengucilkannya sebagai
orang asing. Jingsy susah
Menjadi seperti angin malam, bahkan kematiannya tidak akan diketahui oleh keluarganya atau bahkan keluarganya tidak ingin tahu sama sekali tentang kehidupannya, semua itu terjadi padanya karna dirinya tidak memiliki elemen untuk menjadi seorang pendekar. "Setelah mereka
mengetahui aku tidak memiliki elemen untuk menjadi seorang pendekar, mereka langsung mengucilkan aku dan sekarang aku sudah memiiki elemen san ini bukan elemen biasa."
Panji melihat tubuhnya yang dipenuhi dengan asap hitam, alisnya menekuk ke bawah. "Tapi bagaimana caraku untuk menghilangkan
benda ini?"
Jingsy mengibaskan tangannya terus menerus dan asap itu tetap menempel pada tangannya seperti sebuah lem.
...... BERSAMBUNG......
Benua Bintang timur, merupakan benua besar yang terdiri dari tiga kerajaan dan satu kekaisaran, Hu, kerajaan
Wang, kerajaan Ming, dan kekaisaran Seribu Bintang.
Dari keempat kekuatan itu, Kekaisaran seribu
Bintang lah yang memiliki kekuatan terbesar dan merupakan penguasa sebagian dari benua ini.
Selain dari keempat kekuatan itu juga ada beberapa sekte yang menguasai sebagian benua lain, beberapa di antara beberapa sekte tersebut terdiri dari beberapa aliran dan tingkatan, seperti sekte aliran putih, sekte aliran hitam, dan sekte netral. Dan tingkatan yang terdiri dari bawah, menengah dan atas.Untuk bisa masuk ke dalam sekte harus memiliki elemen dalam tubuh mereka. Elemen merupakan hal dasar yang harus dimiliki oleh seorang pendekar dan jika tidak memiliki elemen mereka hanya akan menjadi orang biasa untuk selamanya.
Eelemen sendiri memiliki lima jenis yang biasa disebut elemen dasar yaitu, Api, Air, Angin,Tanah, dan Besi. Selain dari lima jenis elemen dasar itu terdapat juga empat elemen lanjutan yang hanya bisa dimiliki oleh seorang jenisu, yaitu,
Es, Petir, Cahaya, dan
Kegelapan.
Setiap Pendekar sendiri umumnya hanya bisa memiliki satu elemen dalam tubuh mereka, tapi ada juga beberapa orang yang bisa memiliki lebih dari satu elemen dalam tubuh mereka, dan mereka merupakan seorang jenius dari yang jenius yang sangat langka.
Pendekar sendiri juga memiliki tingkatan kekuatan yang terdiri dari, pendekar tubuh, pendekar inti, pendekar roh, pendekar raja, pendekar bumi, pendekar langit, dan pendekar suci, dari pendekar tubuh sampai
pendekar inti memiliki sepuluh lapisan, dan untuk pendekar roh sampai seterusnya hanya memiliki tga tingkat lapisan yaitu, awal, menengah, dan atas.
Benua Bintang Timur sendiri hanya memiliki pendekar Raja tingkat menengalh sebagai pendekar terkuat mereka, pendekar tersebut dimiliki oleh kekaisaran yang memiliki sumber daya terbesar di Benua.'''
Jingsy sedang duduk di atas batu, matanya terpejam dan asap hitam di sekelilingnya masilh ada.
Setelah cukup lama, Jingsy baru membuka kembali matanya. "Sialan, kenapa api hitam ini masih saja keluar? Aku sudah bermeditasi dan masih saja api ini keluar
dari tubuhku!"
Jingsy melihat ke atas langit dan merasa dirinya sangat jauh dari dataran atas, sangat tidak mungkin untuk dirinya keluar dari dalam jurang tersebut, ditambah dirinya yang terus menerus mengeluarkan asap hitam dari tubuhnya. "Argh, aku memang hidup tapi aku tidak mungkin bisa keluar dari
tempat ini. Ditambah api hitam ini yang tidak mau menghilang dari tanganku!"
Asap hitam di tangan jingsy langsung menghilang seketika. "Huh! Api itu menghilang?!"
Jingsy memutar balik tangannya dan tidak lagi melihat asap hitam yang keluar. Namun tiba tiba tubuhnya menjadi lemas dan pusing, dengan cepat
Jingsy kehilangan kesadarannya dan terletak di atas tanah.
Jingsy kembali membuka matanya dan melihat sekelilingnya masih gelap seperti sebelumnya, saat melihat ke atas tidak ada lagi langit malam penuh bintang dan hanya ada kabut tebal yang tidak tahu sampai mana batasnya. "Sudah berapa lama aku pingsan? Tubuhku masih lemas karna tidak memiliki energi lagi!"
Jingsy mencoba kembali berdiri dengan sekuat tenaga. Setelah berhasil berdiri, Jingsy berjalan menuju pedang hitam dan memegang gagangnya, lalu mencabut pedang itu dari tanah dengan mudah.
Setelah itu Jingsy berjalan
menyusuri dalam jurang tersebut untuk mencari sesuatu yang bisa ia makan.
Setelah menyusuri jurang cukup lama, Jingsy tidak menemukan satupun tumbuhan yang hidup dan hanya melihat bebatuan saja.
Di saat kesadaran Jingsy akan memudar, dirinya melihat cahaya yang tidak terlalu jauh dan segera Jingsy mengumpulkan sekuat tenaga untuk mendekati cahaya itu.
Ketika akan sampai ke cahaya itu, Jingsy terjatuh karna tidak memiliki tenaga dan saat menghadap ke depan,
Jingsy melihat buah berbentuk apel tapi berwarna biru tepat di depan wajahnya.
Tanpa pikir panjang Jingsy langsung membuka mulutnya dan menggigit buah itu dengan gigitan besar. Jingsy mengunyah dan menelan buah itu,
Jingsy merasakan tubuhnya menjadi panas dan energi dalam tubuhnya kembali lagi terisi dengan cepat. "Buah ini sangat luar biasa, tenagaku kembali pulih hanya dengan satu kali gigitan saja!"
Jingsy duduk dan memetik buah biru itu dan
memakannya lagi, buah biru itu memiliki tekstur yang mirip seperti apel dan rasanya juga sama persis. Namun buah biru itu mengandung banyak energi di dalamnya yang membuat tubuh orang yang memakannya menjadi panas. "Satu buah ini sudah membuatku sangat kenyang, sayangnya aku hanya bisa menemukan
satu saja!"
Jingsy berbalik untuk mengambil pedang yang terjatuh sebelumnya dan saat dia melihat apa yang ada di belakangnya, Jingsy langsung terkejut karna buah biru yang barusan dia makan ada sangat banyak dan ada beberapa buah lain yang tumbuh selain buah biru. "Aku tidak menyangka akan ada banyak tumbuhan seperti itu di dalam jurang ini. Tapi dengan ini aku bisa bertahan hidup!"
Jingsy melihat ke atas langit yang dipenuhi dengan kabut tebal yang menghalangi cahaya masuk. "Tapi tujuan utamaku adalah keluar dari tempat ini secepatnya!"
Tiba tiba tanah yang di pijak oleh Jingsy bergetar hebat dan dari dalam tanah muncul seekor cacing besar yang memiliki mulut penuh dengan gigi tajam.
Tubuh Jingsy langsung terjatuh gemetar, untuk pertama kalinya dia melihat seekor monster nyata yang sangat menakutkan.
Monster cacing itu mendekat ke arah Jingsy
dan membuka mulutnya dengan lebar, giginya yang sangat banyak dan runcing terlihat di mulutnya yang terbuka lebar itu.
Jingsy yang ketakutan menggenggam erat pedang di tangannya dan menegaskan secara acak.
Asap hitam keluar dari dalam pedang dan menyelimuti cacing monster hingga membuat monster itu menjadi debu.
Jingsy melepas pedang miliknya dan langsung jatuh ke tanah. Apa yang barusan dia lakukan menghabiskan semua kekuatan dalam tubuhnya, hingga membuatnya kehilangan kesadaran.
Beberapa jam kemudian...
Jingsy kembali membuka matanya dan merasakan tubuhnya kembali kehilangan energi seperti sebelumnya. Segera Jingsy
berlari mendekati buah biru dan memakannya, dengan cepat energi di dalam tubuhnya kembali pulih setelah memakan buah biru. "Tempat ini ternyata memiiki monster di dalamnya, untung saja aku memiliki pedang ini di tanganku, jika tidak mungkin aku sudah mati oleh monster cacing tadi, huh! Monster tadi?!" Jingsy melihat sekitarnya dan tidak melihat tubuh dari monster yang ingin membunuhnya. "Apa aku berhasil mengalahkannya? Lalu ke mana tubuhnya pergi?"
Jingsy berlari ke tempat dia sebelumnya dan melihat lubang di mana monster cacing itu keluar, Jingsy melihat sekeliling lubang dan menemukan bola hitam berukuran kecil.
Jingsy mengambil bola hitam itu dan melihatnya dari dekat. "Benda apa ini? Terlihat seperti bola, tapi di dalamnya seperti ada yang bergerak. Coba kita lihat isinya!"
Jingsy mengambil pedang dan membelah bola hitam itu dengan menggunakan pedangnya. Pedang hitam itu membelah bola hitam itu seperti memotong tahu.
"Bola hitam itu mengeluarkan asap!"
Bola hitam yang dibelah oleh Jingsy mengeluarkan asap hitam dan dengan cepat asap hitam itu masuk ke dalam pedang, hanya dalam hitungan detik semua asap itu masuk ke dalam pedang. "Apa itu? Pedang ini menghisap asap?"
Jingsy ingin mencoba membuktikan kembali, namun dia tidak menemukan lagi bola hitam seperti sebelumnya. "Di mana aku harus mencari bola hitam seperti tadi?"
Saat Jingsy sedang memikirkan cara mendapatkan bola hitam lagi. Tanah di bawahnya kembali bergetar dan kali ini muncul dua ekor cacing monster yang sama seperti sebelumnya
Bersambung.