SweetNovel HOME timur angst anime barat chicklit horor misteri seleb sistem urban
Gantian Kamu Yang Mengejarku

Gantian Kamu Yang Mengejarku

Cinta sepihak

"Savana dimana kamu? aku dari tadi menunggumu disini?"

Ucap suara ditelpon dari seberang sana yang terdengar kesal.

"Maaf Rina sepertinya aku tidak jadi datang deh, ada acara keluarga soalnya"

Ucap Savana dengan santai.

Rina adalah sahabat savana, yang berusia sama dengannya, mereka masuk Guardian universitas, karena kecerdasan tentunya.

Rina tentu saja sangat mengenal bagaimana sifat sahabatnya ini, selain manja dan sombong dia juga Pemaksa, tapi dia adalah Dewi kecantikan di universitas. banyak sekali pria yang mengaguminya. meskipun begitu, cinta matinya hanyalah Adrian Santoso,

Begitulah Savana mengatakannya, dia begitu mencintai Adrian.

"huf baiklah, aku akan menutup telpon dulu"

Ucap Rina kesal dan dibalas kekehan oleh Savana.

Akhirnya yang ditunggu-tunggu terjadi juga.

keluarga Santoso datang dan akan meminang dirinya, dia tentu saja sangat bahagia, menikah dengan orang yang dicintai adalah keinginannya sejak lama.

Tapi pernah kah dia bertanya apakah Adrian mencintainya? jawabannya adalah dia tidak peduli, yang dia tahu hanyalah aku harus menikah dengannya.

Tapi karena keegoisannya kelak menjadi penyesalan terbesarnya.

Bagaimana tidak Savana tentu saja mengetahui dengan pasti jika Adrian memiliki seseorang dihatinya, dan dia dengan jahatnya memisahkan cinta mereka. melakukan berbagai cara agar ibu Andrian berpihak padanya, dan bagaimana caranya agar Adrian meninggalkan kekasih yang sangat dicintai dan bersama dengannya.

Dan setelah satu tahun menikah, dia merasa Adrian semakin sulit untuk dijangkau, semakin jauh darinya.

berbicara seadanya itupun terkesan dingin.

Dia tidak menginginkan pernikahan yang semacam ini, dia ingin bahagia, dia ingin menciptakan Keluarga kecil. tapi mengapa semua itu terasa sulit dia capai.

Saat itu dia memohon pada Adrian agar tinggal seatap, meski tidak tidur di ranjang yang sama.

Dan Adrian menyetujui permintaannya

dia begitu takut Adrian meninggalkannya, menuruti semua keinginan Adrian termasuk keluar dari Guardian universitas.

Yang Adrian lakukan adalah karena ingin menghancurkannya, merasakan apa yang dia rasakan. Adrian berpikir, kamu ingin menikah denganku? baik! kamu akan melihat apa itu neraka. Adrian begitu kejam, tapi bukankah dia yang memulai ini. tentu saja kata itu cocok untuk dirinya.

Savana Mahesa termenung di Atas balkon kamar ditemani oleh keheningan malam.

ditangannya terdapat ponsel keluaran terbaru.

tapi apakah itu penting? tidak! yang dibutuhkan saat ini adalah seseorang diseberang sana mengangkat panggilan darinya. panggilan kedua dan ketiga masih tidak terjawab, lalu keempat.

"ada apa?"

Suara tegas dan dingin berasal dari lawan bicaranya, yah memangnya apa yang dia harapkan, basa basi pria itu menanyakan kabarnya, atau kata kata romantis lainnnya?

itu hanyalah angan angannya.

"apakah kamu sudah makan?"

Suara lirih Savana.

"kamu menelponku hanya karena ini?" cibir Adrian.

"apakah kamu akan kembali malam ini?" suara lembut Savana

"berhenti membuang buang waktuku"

Tut mengakhiri panggilan.

Meski diperlakukan dingin sekalipun, Savana tetap memaklumi.

Tapi ada apa dengannya akhir akhir ini, mudah sekali air mata lolos dan membasahi pipinya.

lelah kah?

Meremas telpon genggam ditangannya dan terisak.

pagi ini berita teratas adalah. kekasih Adrian Santoso telah kembali dari luar negeri. dan Adrian sendirilah yang menjemputnya langsung dari bandara.

Dia begitu cemburu atas perilaku Adrian pada Serly, dimulai dari cara memandangnya cara berbicaranya, tatapan lembutnya menjadi pukulan telak dihatinya.

Meskipun dia telah memisahkan mereka, saat ini terlihat mereka telah kembali bersama.

hatinya teriris,

Dua tahun pernikahan

Pukul dua belas malam Adrian belum juga terlihat batang hidungnya,

apakah mereka menginap di hotel?

Pikir savana.

hari ini adalah tepat dua tahun Pernikahan mereka, Savana ingin merayakan bersama Adrian, tapi Adrian belum juga pulang ke rumah. sudah berapa kali dia menghubungi nomor Adrian tapi tidak dapat dihubungi. dia yakin Adrian me nonaktifkan ponselnya.

Makanan di atas meja menjadi dingin, sudah tidak sedap untuk disantap.

Tapi meskipun begitu dia tetap mengunyah perlahan meski sangat sulit untuk ditelannya.

Semacam menelan duri, air matanya berkeliaran disekitar pelupuk matanya.

Sekali berkedip maka akan menetes di pipi.

Mendongak mencegah air mata itu terjatuh, berpikir aku tidak ingin menangis lagi. aku harus kuat.

Hingga pukul dua dini hari terdengar pintu apartemen terbuka, Savana berbalik. dan Adrian yang terlihat lelah melangkah masuk, penampilannya yang acak acakan, tapi itu tidak mengurangi ketampanannya.

melangkah akan naik kekamarnya, tapi dihentikan oleh suara Savana.

"Adrian kamu kembali? sudahkan kamu makan?"

"HM"

Berjalan menaiki tangga.

Yah jawabnya sangat singkat, seakan jika berbicara panjang akan membuat dirinya mati saja.

Savana menatap punggung dingin itu dengan tatapan nanar, sudah dua tahun ini berlaku dan tidak ada kebahagiaan yang dia dapat dari pernikahan ini.

Diperlakukan sebagai angin lalu.sudah jadi makanan sehari-harinya.

Melihat makanan diatas meja dan kembali membereskannya.

Dia melakukannya pekerjaan rumah sendiri.

Meski dia merasa lelah, tapi dia tidak menyewa pembantu.

Setelah membereskan makanan, dia masuk ke kamarnya.

Berbaring dan memejamkan mata, tapi ponsel di atas nakas bergetar. mengulurkan tangan dan membuka ponselnya,

(aku kembali)

Dari nomor asing.

kemudian membuka video yang dikirim namun belum sempat dia buka.

Tubuhnya membeku, tangannya bergetar atas apa yang dilihatnya dilayar itu, itu adalah Video yang memperlihatkan punggung seorang pria yang familiar sedang menindih wanita, seperti sedang bermesraan di atas ranjang.

Napasnya memburu dadanya sesak.

"sudah cukup, sudah cukup, ini sudah cukup"

Gumamnya disertai gelengan kepala, matanya memerah menahan isak tangis,

Yang paling parah adalah, Vidio itu terkirim dari nomor suaminya sendiri beberapa jam yang lalu. miris.

Menangis terisak, kemudian ponsel ditangannya berdering menandakan panggilan masuk. angka angka itu asing namun tetap menjawab panggilan tersebut.

"halo Savana, apa kabar? aku telah kembali bagaimana menurutmu?"

Terdengar suara manis diujung disana.

"apa yang kamu inginkan? bukankah satu milyar sudah cukup?"

Balas savana dingin.

"oh, itu karna aku berpikir uang itu tidak seberapa jika aku bersama dengan Adrian, aku akan mendapatkan lebih"

"kamu tidak berubah" cibir Savana

"lalu kenapa? Adrian tetap mencintaiku"

"bukankah sudah waktunya kamu menyerah? aku telah mengalah saat itu, jika Adrian membalas perasaanmu maka dia milikmu tapi jika dia tidak, maka dia tetap milikku"

"Tapi Savana ini sudah dua tahun berlalu, jika dia mencintaimu maka tidak mungkin dia menghabiskan malam denganku hahaha Savana kasihan sekali dirimu"

Savana mengepalkan tangannya hingga kuku jarinya menebus kulitnya.

Memutuskan panggilan lalu membanting ponsel itu Kedinding kamar.

Membenci keadaan membenci nasibnya.

melempar semua peralatan yang ada dimeja hias hingga menciptakan suara yang nyaring bunyinya. duduk disudut kamar memegang lututnya meringkuk penuh kesedihan.

inikah neraka yang Adrian maksud.

Setelah lama menangis, menghapus air matanya dan melangkah kearah balkon kamar, angin malam menerpa kulit putihnya dan rambutnya yang terurai indah bergoyang karena semilir angin.

Terpopuler