SweetNovel HOME timur angst anime barat chicklit horor misteri seleb sistem urban
Berubahnya Istri Yang Di Abaikan

Berubahnya Istri Yang Di Abaikan

Bagian: 01

(Hari ini aku memasak makanan kesukaan mu, cepatlah pulang).

Itulah pesan yang dikirimkan Deandra kepada Athar, suaminya dua jam yang lalu. Namun jangankan dibalas, dibaca pun tidak.

Berkali-kali Deandra menghela nafas, berusaha meredam lara di dalam hati. selalu seperti ini, setiap harinya meja makan terasa dingin dengan hanya dirinya sendiri dan berbagai macam hidangan yang akhirnya hanya ia makan seorang diri.

Seperti yang sudah- sudah Deandra pun memilih untuk menepikan ponsel karena percuma menunggu balasan chat dari athar yang hanya akan membuang waktu meski nyatanya status online di whatsapp pria itu sangat jelas terpampang.

Deandra kira menikah dengan seorang athar ezra danendra akan membuatnya bahagia namun ternyata dugaannya salah, setiap hari sejak awal pernikahan yang ia dapat hanyalah pahitnya saja sedangkan manis pernikahan tak pernah bisa ia cicipi.

Deandra sadar, sejak awal kehadiran nya tak pernah di anggap sama sekali oleh sang suami, mungkin bagi athar dirinya hanya sebuah patung yang tak berharga di rumah ini, dia hanyalah seorang pengganti, selama wanita yang sebenarnya ingin athar jadikan istri, kembali.

Dia kira awalnya dengan usaha dan kesabarannya bisa mencairkan hati athar yang serupa kutub es itu namun lagi- lagi ia salah, athar seolah memang ingin menjauh dari nya dengan sengaja pulang larut malam atau tak pulang selama beberapa hari mungkin demi untuk menghindari nya.

Mengabaikan nyeri di hati, deandra pergi kembali ke kamar, tanpa menyentuh berbagai hidangan di atas meja, setelah menyuruh bi Nah- asisten rumah tangga untuk membereskan semuanya.

Terkadang bi Nah ikut prihatin dengan keadaan sang nyonya, bukan sekali dua kali tuan athar seperti ini mungkin sejak awal pernikahan mereka, tuan athar selalu mengabaikan istrinya meski deandra sudah berusaha sebaik mungkin untuk menjadi istri yang sempurna.

Bi nah menghela nafas pelan melihat punggung deandra yang nampak lesu, dalam hati ia berdoa semoga akan ada hari bahagia untuk sang nyonya karena di mata para pekerja disini Deandra adalah sosok yang baik hati dan bersahaja.

Malam semakin larut, Deandra sudah mengganti pakaian nya menjadi pakaian tidur, dia langsung merebahkan diri ke kasur.

Tak lama pintu kamar terbuka menampilkan athar dengan jas kerjanya, lelaki berwajah blesteran itu nampak lelah.

Namun wajah tampan itu seketika menujukkan keheranan ketika melihat deandra hanya diam tak bersuara.

Biasanya wanita itu akan selalu heboh saat melihatnya datang, dia akan menceritakan apapun kesehariannya tanpa di minta bahkan sering athar sengaja tak mendengarkan nya, atau mengabaikan apapun yang dia lakukan namun kali ini berbeda, istrinya itu nampak dingin dan kaku.

Athar tahu alasannya pasti karena dia lagi- lagi tak membalas pesan WA wanita itu, meski terpampang jelas apa yang deandra kirimkan padanya namun athar hanya melihat sekilas tanpa mau membaca atau membalasnya karena baginya itu sama saja seperti memberikan harapan untuk deandra sedangkan ia tak bisa membalas perasaan wanita itu.

Berusaha mengabaikan sikap perubahan istrinya, athar pergi untuk membersihkan diri, sementara deandra hanya diam membaca buku jika biasanya dia akan langsung sigap memberikan handuk dan pakaian ganti untuk athar yang sudah dia siapkan sebelumnya namun kali ini tak ia lakukan itu, menambah berbagai macam pertanyaan di otak athar.

Setelah membersihkan diri dan memakai pakaian santai athar ikut merebahkan diri.

Di atas pangkuannya terdapat laptop karena setiap malam seperti ini, jika dia kembali dan deandra belum tidur, athar akan berpura-pura sibuk dengan pekerjaannya karena malas jika harus berinteraksi dengan perempuan berkulit putih susu itu.

Rasanya tak nyaman, untuk athar yang terbiasa mendengar ocehan Deandra meski ia selalu mengabaikan, seperti ada yang kurang untuknya.

Diam-diam athar melirik dari ekor mata, deandra nampak fokus dengan bacaannya. Pasti ada yang salah, pikir athar namun ia terlalu gengsi untuk menanyakan alasannya.

Jam menujukkan pukul 11 malam, athar melihat Deandra yang sudah tertidur dengan memunggunginya. Akhirnya athar pun menaruh laptopnya dan mematikan lampu dan ikut tertidur tanpa tahu sebenarnya deandra belum memejamkan mata.

Gadis itu menangis dalam diam, dengan air matanya yang mengalir.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Pagi hari deandra bangun lebih awal setelah menunaikan sholat subuh ia turun ke dapur dan membantu bi nah memasak seperti biasa.

Kali ini ia tak menyiapkan hidangan sarapan di atas meja, hal itu membuat bi nah keheranan karena biasanya sang nyonya akan bersemangat untuk menyiapkan segala hidangan meski akhirnya tuan athar tak ikut serta sarapan bersama dan lebih memilih untuk di buatkan bekal saja.

"Nyonya tidak menyiapkan sarapan di atas meja. "

"Tidak bi. " Deandra tersenyum lembut namun terlihat getir disana. Karena dirinya sadar untuk apa ia melakukannya jika pada akhirnya usahanya tersebut tidak terlihat di mata orang yang di tuju.

"Tolong antarkan sarapan ku di kamar ya bi, aku akan makan di kamar. "

"Baik kalau begitu nyonya. " meski di tumbuhi banyak pertanyaan di hati namun bi nah memilih bungkam tak ingin ikut campur lebih.

"Oh ya bukan di kamar itu ya bi, tapi di kamar yang satunya. "

"Maksudnya kamar tamu, nyonya? "

"Iya." jawabnya dengan senyum tipis lalu tanpa menjawab lebih, Deandra melenggang pergi meninggalkan bi nah dengan gurat keheranan.

Tak lama setelah kepergian deandra, Athar menghampiri meja makan ia lihat di atas meja bersih kosong melompong, biasanya jika sudah jam segini deandra sudah ada di meja makan sambil tersenyum manis menunggunya untuk sarapan bersama.

"Di mana sarapannya bi nah? "

"Ada tuan, tunggu saya siapkan," ujar bi nah.

"Tidak maksud saya-- bukan sarapannya. "

"Lalu apa tuan? "

" Orang yang biasa menyiapkan sarapannya. "

"Maksudnya nyonya?"

"Iya. di mana? "

Bi nah hampir menepuk jidat. Tuannya ini ternyata terlalu gengsi untuk menanyakan keberadaan nyonya sampai membuat alibi dengan menanyakan soal sarapan.

" Nyonya kembali ke kamar tuan, beliau bilang ingin sarapan di kamar saja."

Alis Athar bertaut. " Tapi tadi saya di kamar tidak ada dia. "

"Aa anu itu tuan... em. " bi nah terlihat ragu- ragu untuk mengatakan hal yang sebenarnya.

"Ada apa? katakan saja" ucap Athar sedikit mendesak sepertinya ada hal yang tidak beres.

"Nyonya bilang bukan di kamar yang di tempati nyonya dan tuan, tapi di kamar tamu. "

"Kamar tamu?! " ulang athar demi memastikan apa yang dia dengar barusan.

"Iya tuan. "

Kini seribu tanda tanya semakin terbenam di dalam otak athar. Ada apa dengan sikap Deandra sejak semalam? sepertinya istrinya itu sudah mulai berubah.

Ini tak beres, athar harus mulai berbicara dengannya.

****

Bersambung

Bagian: 02

Di kantor athar bekerja seperti biasa, Aryan rekan kerja sekaligus teman sejak kuliah,menarik kursinya mendekat karena meja kerja mereka yang berdampingan.

"Jam istirahat, kita nongkrong bareng bagaimana?" usul aryan setengah berbisik.

"Kau saja, aku masih ada pekerjaan untuk di selesaikan. " balas athar tanpa mengalihkan mata pada layar komputer di hadapan, sekilas ia melirik jam di pergelangan tangan, lima belas menit lagi memang waktunya istirahat.

"Ah gak asik kau, selalu begitu sejak dulu. " dengus aryan. "oh ya kau kan sudah pasti di bawakan bekal oleh isterimu. "

Athar menoleh. "Tidak, aku engga di bawakan bekal. "

"Hah? tumben sekali deandra tidak menyiapkan nya? "

Tak! jemari athar di atas papan keyboard seketika terhenti ketika mendengar Aryan yang menyebut nama istrinya dengan begitu akrab.

"Kau memanggil namanya seperti sudah mengenal nya dan akrab dengan nya saja, " ujar athar, terselip nada tak suka ketika ia mengatakan itu.. Entahlah hampir seharian ini nama deandra hampir menyita seluruh otaknya.

"Eh kau tidak tahu ya?" sekilas aryan tertawa membuat dahi athar mengkerut.

"Coba deh kau ingat- ingat siapa orang yang selalu deandra amanahkan untuk menitipkan bekal ketika kau sendiri lupa untuk membawanya. "

Athar mulai teringat. "Dirimu."

"Nah itu kau tau. Athar- athar, deandra itu sangat tulus padamu, ck jarang ada wanita seperti dia bro walaupun ada sangat sulit untuk mendapatkan nya, kau beruntung memiliki nya. "

Athar terdiam sejenak. Benarkah dia beruntung?

"Apa dari situ kau akhirnya akrab dengan istri ku. "

"Ya bisa di bilang begitu, " ucap aryan, untuk sesaat otaknya mengulang kembali momen saat ia di telepon oleh nomor tak di kenal yang ternyata adalah istri dari temannya itu.

Waktu itu deandra bilang jika athar melupakan bekal makan siangnya, deandra menyusul namun malu dan terlalu segan untuk masuk ke dalam kantor hingga akhirnya dia hanya menunggu di parkiran dan memilih untuk menghubungi salah satu teman athar yang dia kenal.

Mulai dari situ aryan mengenal sosok Dea. bila sewaktu-waktu athar melupakan bekal makannya maka dea akan menyusul sampai parkiran kantor dan menitipkan nya pada aryan.

Athar tidak tahu jika selama ini dea selalu menyusulnya ke kantor yang athar tahu hanya sekedar dea yang menitipkan bekal nya yang kelupaan pada aryan. Hanya sebatas itu karena dia tak mau repot- repot untuk memusingkannya.

"Eh tapi kenapa yah Dea tidak menyiapkan bekal untuk mu, apa kamu melupakannya lagi? "

"Tidak. itu memang karena dia yang enggan untuk menyiapkan. "

"Tumben." Aryan nampak berfikir sejenak. "Apa selama ini ada sikap mu yang membuatnya berubah? jujur meski dea terlihat sangat tulus padamu, tapi kalian sama sekali tidak terlihat seperti pasangan suami- istri sebagai mana mestinya. "

Athar membisu. Aryan tidak tahu saja penyebab di balik pernikahannya yang terjadi dengan deandra.

"Apa selama ini kau selalu bersikap buruk padanya? jujur athar selama ini aku selalu iba saat melihat deandra dengan wajah lesu. Meski binar cintanya selalu terlihat saat menyebut namamu dia seperti menyimpan sesuatu yang membuatnya nampak rapuh. "

Athar semakin diam. Apa iya selama ini itulah yang selalu ditunjukkan deandra setiap harinya? tapi wanita itu selalu cerewet dan banyak tersenyum setidaknya itu yang selalu athar lihat. Apa mungkin deandra menunjukan itu hanya di depan nya saja?

"Athar jika dugaan ku benar, maka kau adalah pria yang paling breng sek sebab telah menyia- nyiakan wanita sebaik dia."

Athar mulai risih dengan ucapan yang di lontarkan aryan. Itu seperti memojokkannya.

"Ucapan mu terlalu ngawur, kau terlalu banyak menonton sinetron. "

Athar mematikan layar komputer dan bangkit dari duduknya.

"Eeee kau mau kemana? " pekik aryan kala melihat athar yang hendak pergi.

"Ini sudah jam istirahat, tentu aku mau makan. " sahur athar.

Aryan segera mengikuti langkahnya.

"Ck, aku belum selesai bicara athar dengarkan aku dulu, ini benar-benar serius. "

"Apalagi? " athar berbalik dengan tatapan horor, aryan seketika cengegesan takut bercampur geli.

"Aku serius thar. Jangan sampai kau menyia- nyiakan deandra, nanti kau akan menyesal. "

Dan ucapan aryan sukses membuat athar kepikiran sepanjang hari.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Athar kembali ke rumah. Keanehan berikutnya yang ia alami, kini deandra tidak lagi menunggu kepulangan nya di depan pintu seperti yang selalu wanita itu lakukan sebelumnya, jika ia mengabarkan akan pulang setengah hari pada bi nah.

Kenapa dia malah mengatakannya pada bi nah? jawabannya simpel saja karena athar tak ingin sampai deandra tahu karena bisa menebak gadis itu pasti akan menanti kepulangan nya dan pastinya athar akan berhadapan dengannya. Dan itu bukanlah sesuatu yang dia inginkan namun terkadang bi nah tak tega hingga memberitahukannya juga pada deandra.

Tapi kali ini athar memberitahukan nya langsung pada deandra namun wanita itu tak menunggunya.

Athar masuk ke dalam rumah berlantai dua yang ia beli dengan hasil kerja kerasnya itu. Melihat bi nah dia segera memanggil.

"Tolong bawa tas dan jas kerja saya ke kamar. "

"Baik tuan. Oh ya apa tuan mau di siapkan air panas untuk mandi? "

"Tidak usah. Oh ya di mana nyonya? "

"Nyonya sedang ada di halaman belakang tuan. Sedang menyiram tanaman. "

"Baiklah. Tolong sebelum pulang bibi cek gudang belakang. "

"Baik tuan. "

Sehari- hari bi nah memang bekerja dari pagi hingga jam tujuhmalam lalu setelahnya wanita yang sudah Sepuh itu pulang ke rumahnya yang tak terlalu jauh dari lingkungan sini.

Bi nah adalah wanita sebatang kara dia sudah mengabdi pada keluarga besar athar sebelumnya lalu semenjak athar menikah dia ikut membawa bi nah sebagai asisten rumah, pernah athar menawarkan tempat tinggal untuk wanita berusia senja itu namun bi nah menolak dengan alasan rumahnya masih dekat dengan rumah sang majikan, selama ini dia masih sanggup tinggal sendirian di gubuk reyotnya itu karena makam suaminya yang ada di sana.

Athar menyusul dea ke halaman belakang. Benar saja perempuan berambut hitam sepinggul itu sedang merawat tanamannya.

Dea memakai dress rumahan berwarna hijau muda dengan motif kembang- kembang, rambutnya di jepit asal dengan jedai, kalung pemberian almarhum nenek athar masih terpajang manis di leher putih jenjangnya, sepertinya dia habis mandi karena saat athar mendekat tercium wangi shampo dan harum mawar yang menyegarkan.

Sepertinya untuk pertama kalinya athar mengamati penampilan istrinya itu.

"Deandra."

Di panggil namanya membuat deandra yang awalnya sedang memunggungi athar seketika menoleh.

"Aku ingin bicara dengan mu. " athar bicara lugas namun entah kenapa ada gelenyar yang saat ini di rasakanya.

Deandra menghentikan aktivitas nya, ia taruh kembali peralatan untuk merawat tanamannya.

"Ada apa?"

Athar sedikit terlonjak karena mendengar deandra yang baru kali ini berbicara dengan nada dingin padanya.

"Apa kau marah padaku? "

Deandra diam, mata bulatnya seperti menyimpan banyak perasaan yang selama ini ia pendam.

"Menurut mu? " Dea balik bertanya.

"Kau marah. Apa itu karena kemarin aku mengabaikan pesan mu?"

Dea tersenyum kecut.

"Aku tidak marah. Untuk apa? aku juga tidak berhak untuk marah."

"Tapi nada bicara mu menunjukkan hal yang sebaliknya, " ucap athar.

Dea diam menunduk untuk sesaat lalu kembali menatap wajah athar.

"Kau tahu mas? selama ini aku sudah sebaik mungkin berperan sebagai istri yang sempurna untuk mu, tapi kau seakan tak pernah melihat usaha ku ini. Apa kau tau seberapa lelah nya aku? yang sangat berharap setidaknya kau bisa menghargai setiap usaha ku? "

Kini giliran athar yang terdiam. Ini seperti dia sedang berada di meja hijau dan pendakwah sedang membaca tuntunan untuknya.

Kejahatan yang dia lakukan memang tidak di sengaja namun sukses menorehkan luka yang sangat dalam untuk sang istri.

"Ingat mas, seseorang yang berkali-kali di acuhkan juga akan lelah, akan ada masanya dia akan menyerah. "

"Maksud mu? "

Dea tersenyum lembut. "Kau tahu pasti apa maksud mu mas. "

"Jangan sampai ketulusan seseorang yang kau abaikan ini akan habis pada akhirnya karena kau sama sekali tak pernah melihat perjuangannya untuk mu"

****

Bersambung....