Ranjang Tuan Lumpuh
Pada tanggal lima bulan Mei, di selat Bosphorus, Turkey. Beberapa orang dari sebuah perusahaan terkemuka, Haley Elektronik. Menyewa sebuah kapal pesiar untuk sekedar berlibur selama empat hari, sebagai bentuk perayaan atas kemenangan sebuah tender besar.
Ada setidaknya 18 orang yang berlayar pada sore itu. Termasuk Aishe, gadis pendiam yang terkenal 'No Fashionable'. Serta tunangannya, Farhan.
Kapal pesiar dengan tiga lantai utama, telah berselancar selama satu hari penuh. Menyusuri selat Bosphorus hingga ke laut Marmara, dan kini melaju menuju laut Aegea.
Ditengah pesta meriah yang mereka adakan di malam pertama usai berlayar pagi itu. Seorang wanita memakai long dress polos dengan cardigan tipis, terlihat meninggalkan ruangan pesta. Ia berjalan sempoyongan, menuruni tangga menuju deck di lantai bawah.
Bibir berpoles lipstik matte, mata sayu setengah mengantuk, rambut digelung yang terlihat acak-acakan. Satu tangan gadis itu memegang gelas wine, sedang satunya memegang tangan Farhan, tunangannya yang sejak tadi berada di deck bawah, menikmati secangkir wine.
"Kenapa, kamu terlihat tidak bersemangat?" tanya Farhan yang menggandeng tangan Aishe yang datang menghampirinya.
"Entah, kepalaku terasa berat," keluhnya sambil memegang pelipis.
Wajah Aishe memang terlihat pucat. Lipstiknya bahkan terlihat pudar, juga tangan yang terasa dingin.
Aishe sendiri merasa seluruh sendinya menjadi kelu tidak bertenaga. Rasa pusing yang sejak tadi ia rasakan, justru semakin parah. Terutama saat kapal itu di hempas ombak, hingga goyangannya cukup terasa.
"Farhan, kepalaku semakin berat. Disini juga tidak aman, ayo kita masuk ke dalam!" ajaknya dengan suara serak.
"Emm, tidak, tidak!" Lelaki itu menggeleng pelan.
"Cuaca disini indah. Bukannya kamu sangat ingin menikmati malam berbintang di atas kapal pesiar yang sedang berlayar?" lanjutnya seakan tidak peduli akan wajah pucat tunangannya.
"Tapi, Farhan … aku tidak enak badan." Ia menyandarkan tangan yang memegang gelas ke pagar pembatas, berusaha mengokohkan tubuhnya yang mulai tidak stabil.
Farhan memincingkan mata, sudut-sudut bibirnya terangkat sangat jelas. Satu tangannya disembunyikan ke dalam saku, sedang satunya membelai pelipis sang gadis. Kakinya melangkah ke depan, membuat gadis itu semakin tersudut di pagar pembatas.
Seluruh sendi yang lemas tidak bertenaga, pun membuat gelas wine yang dia pegang, jatuh ke laut beserta isinya.
Merasa tubuhnya semakin tidak beres, Aishe berusaha mendorong tubuh Farhan agar mundur beberapa langkah. Namun naasnya, ombak besar datang dan membuat tubuhnya hilang ke seimbangan, hingga akhirnya terpelanting ke belakang dan ….
BYUR
Suara musik di kapal pesiar, seakan menyamarkan suaranya saat jatuh ke laut. Terlebih lagi, semua teman-temannya berada di lantai atas, dan hanya mereka berdua yang ada di deck bawah.
"Far … tolong!" teriaknya minta tolong, sambil melambaikan tangan, berusaha membuat tubuhnya mengambang.
Melihat tunangannya jatuh ke laut, Farhan bukannya panik. Ia justru terlihat santai, sambil tersenyum menyandarkan kedua tangannya ke besi pembatas kapal, dan melihat lambaian tangan gadis itu perlahan menjauh darinya.
Entah, hal apa yang membuat ia begitu tega terhadap tunangannya, dan membiarkan gadis malang itu tenggelam tanpa pertolongan.
Ingat diingat, seminggu lalu Aishe sempat mengajak Farhan untuk segera menikah. Namun, Farhan menolak dengan tegas, karena tidak ada uang dan justru mengajaknya menyewa kapal bersama teman-teman untuk berlibur.
Pernikahan, apakah itu yang menjadi faktor perlakuannya?
Seorang wanita berambut pirang, tiba-tiba datang membelai pundak Farhan, membuat lelaki itu menoleh. Melihat rekannya datang, dua sudut bibirnya terangkat tinggi.
"Bagaimana, sudah beres?" tanya gadis bernama Akila, yang juga teman sekantor mereka.
Farhan mendorong tubuh Akila hingga terpojokkan ke dinding. Tangan besar itu tanpa permisi menyingkap short dress dan meraba paha putih mulus Akila.
"Tenang saja, semua sudah beres," bisik Farhan di leher gadis itu.
"Kamu jangan lupa, dia bisa berenang!" Akila mencengkram rambut Farhan saat bibir lelaki itu menyesap leher jenjangnya.
"Obatnya sudah bekerja, dia sudah pasti mati lemas sebelum sampai ke tepi. Sekarang, sudah waktunya aku meminta bagian!" Farhan menaikkan tangannya hingga ke panggul Akila, lalu melingkar ke belakang, menyentuh benda kenyal yang terasa dingin.
"Ah … jangan disini!" Akila menghentikan tangan Farhan yang mulai menjelajah tubuhnya.
"Aku gak sabar ingin memakanmu, Sayang!"
○TBC
Malam terang benderang, lengkap dengan bulan, dan bintang. Sayup angin laut yang berhembus sepoi-sepoi, menurunkan suhu udara di luar kapal. Dentuman suara musik dari deck atas sebuah kapal pesiar yang berjalan memasuki perairan Aegea, terdengar begitu kencang.
Kemeriahan pesta yang mereka gelar selama empat hari, membuat mereka tidak menyadari akan salah satu rekannya yang menghilang.
Mereka saling menyapa saat pagi, dan berpesta saat malam. Namun, mereka lupa akan satu nama yang tiga hari ini tidak muncul di hadapan mereka.
Hingga, salah satu manager yang ikut, berlibur menanyakan keberadaan Aishe.
"Dimana Aishe?" tanya Manager saat sarapan di hari ke empat.
"Aishe? Aku pikir, dia ikut bersama kita? Aku pikir, gadis kumuh itu tidak ikut," sela salah seorang wanita muda.
"Berhenti berkata 'gadis kumuh'! Performa dia lebih baik dibanding kamu!" sindir manager.
"Iya, aku mengakui kinerjanya. Bahkan dia lebih baik dibanding Anda. Tidak perlu berpura-pura membela, Anda juga sering merundungnya dengan memberikan pekerjaan Anda padanya," jawab gadis itu ketus.
Manager menelan salivanya sambil berkacak pinggang. Melihat delapan staf yang menikmati sarapan, memandangnya sinis. Seketika, ia menghentakkan tangannya di atas meja.
"Jangan kalian kira, aku juga tidak tau. Semua yang ada di sini juga memanfaatkannya."
Seorang pria tiba-tiba menyela dan berdiri. "Sudahlah, kita sama-sama memanfaatkan dia. Jadi, buat apa ribut-ribut!"
"Benar. Dia paling-paling juga di kamar?"
"Kalau begitu, cepat panggil dia!"
Semua orang yang berada di ruangan, pura-pura tidak mendengar dan asik menikmati sarapan. Pada akhirnya, yang turun tangan tetaplah manajer, selaku penanggung jawab dalam acara kali ini.
Mendapati Aishe menghilang, lelaki paruh baya berumur 45 tahun itu panik. Ia berusaha mencari kapten kapal dan memberitahukan masalah yang terjadi.
Penyelidikan pun mulai dilakukan oleh pihak kepolisian sekitar. Mulai dari kamera CCTV di ruangan pesta, yang menunjukkan moment dimana Aishe meninggalkan ruangan dengan sempoyongan. Lalu, menanyai satu persatu teman sekantornya, termasuk Farhan dan juga Akila.
Di perusahaan, hampir tidak ada yang mengetahui hubungan antara Farhan dan Aishe. Sehingga, polisi tidak menanyai Farhan lebih detail saat penyelidikan pertama kali. Hal itu membuat Farhan lolos dengan mudah.
Namun, hal diluar dugaan terungkap dua hari setelahnya kapal pesiar itu mendarat di Bosphorus.
Polisi berhasil menemukan sesuatu yang mengganjal pada polis asuransinya. Bahwa ahli waris yang tertulis di sana, adalah nama Farhan. Polisi pun kembali memanggil Farhan untuk penyelidikan lebih rinci.
"Perusahaan melarang hubungan antar staf sekantor. Jika ketahuan, salah satu dari kami harus dipindah tugaskan. Itu sebabnya kami sepakat menyembunyikannya." Farhan terlihat sedih kala menjelaskan hal itu.
"Lalu, kenapa Anda tidak menyadari kalau dia menghilang?"
"Dia terlalu pendiam dan suka menyendiri. Pada malam itu, dia sempat bilang kalau kurang enak badan. Mungkin mabuk laut, jadi aku menyuruhnya istirahat di kamar. Pesta di kapal terlalu meriah, aku hampir tidak memperhatikan."
Polisi sedikit mencurigai Farhan pada saat itu. Namun, karena alibi Farhan cukup kuat, dan tidak adanya bukti, dia berhasil lolos sekali lagi.
Pencarian masih berlanjut selama satu minggu. Namun jasad Aishe belum juga ditemukan. Sampai pada hari ke-7 setelah Aishe diumumkan hilang, pencarian dihentikan, dan kasusnya ditutup begitu saja. Mengingat radius pencariannya mencapai ratusan kilometer.
Pada hari ke 8, pemerintah mengumumkan bahwa Aishe dinyatakan meninggal dunia.
Fahan tentu sangat senang, terutama saat ia mendapatkan panggilan dari pihak asuransi milik tunangannya. Satu juta dolar, atau setara 15 juta lira (14 M Indonesia)
Namun, hal yang tidak terduga terjadi ….
Seorang wanita dengan pakaian compang camping, sedang berdiri di pesisir pantai. Di tangannya terlihat sebatang kayu yang tak cukup besar.
SOS, tiga kata yang coba ia tulis di atas pasir putih dengan kayu yang dia pegang.
Benar, dia adalah Aishe. Gadis yang tenggelam pada malam itu. Tuhan rupanya masih melindungi gadis itu, dan membuat ya terdampar di sebuah pulau kosong yang entah berada di mana.
"Sumpah! Aku bersumpah akan membalasmu, Farhan!" teriaknya kencang.
Ingatan Aishe kembali mundur 8 hari yang lalu. Tepat saat dia jatuh di laut.
"Mati kau, wanita jelek!"
Gerakan bibir Farhan sempat terekam jelas di pikirannya. Membuat amarah gadis itu kembali meledak dan mematahkan ranting-ranting pohon yang dia pegang.
Sejak kecil, ayah Aishe telah melatihnya untuk belajar isyarat bibir. Maka dari itu, sangat mudah baginya menebak mimik bibir Farhan pada saat mendorongnya dari kapal pesiar.
Sambil memegang pipi yang terluka, Aishe bersumpah. Akan kembali dan membalas dendam pada Farhan. Lelaki yang entah karena apa, tega mendorongnya jatuh ke laut.
...-TBC-...