SweetNovel HOME timur angst anime barat chicklit horor misteri seleb sistem urban
Kan Ku Rebut Suami Mu

Kan Ku Rebut Suami Mu

Pertengkaran membawa malapetaka

Prang...

Bunyi keras sebuah album foto menggema di seluruh ruangan, Diana menatap kesal pria di depannya.

Mata merah dan berkaca-kaca nya terus saja menatap Danu yang hanya bisa memalingkan wajahnya dari Diana.

"Katakan..." Teriak Diana.

"Oke.. Oke, aku selingkuh." Jawab Danu pasrah.

Plak...

Sebuah tamparan keras menggema di ruangan itu, Diana yang kesal hanya bisa melampiaskan amarahnya.

"Kau tahu, aku mengajakmu ke sini untuk merayakan Anniversary kita yang ke 3 tahun tapi ini yang ku dapat, kenyataan pahit jika kau sudah berselingkuh dari ku selama 6 bulan terakhir."

"Aku.. Aku minta maaf, sayang. Aku hilap," Ucap Danu meminta maaf.

"Hilap? Kau bilang hilap? Bagaimana mungkin hilap di lakukan selama 6 bulan dan satu lagi Danu, ada 2 hal yang tak bisa di maafkan kekerasan dan perselingkuhan karena kedua hal itu di lakukan secara sadar." Jawab Diana kesal.

Danu hanya bisa menundukkan kepalanya, dia tak berani memandang wajah istrinya.

"Karmila? Nama wanita itu kan? Namanya Karmila.." Teriak Diana yang kesal.

"Sudahlah, Diana. Aku minta maaf, kau jangan bahas itu lagi." Pinta Danu.

"Apa? Apa aku tak salah dengar, jangan bahas hal itu lagi? Apa kau pikir kesalahan mu itu merupakan suatu hal yang sepele? Bagaimana jika aku berada di posisi mu dan kau yang aku selingkuhi, apa kau akan terima dengan hal itu?" Tanya Diana.

"Lantas apa yang kau inginkan? Lagi pula aku sudah minta maaf dan aku juga bukan orang yang bisa memutarkan waktu." Jawab Danu.

"Kau..! Aku masih tak habis pikir, bahkan kau mengajak wanita itu liburan ke Jepang, salah satu negara yang sangat ingin aku datangi tapi kau malah membawa wanita sialan itu..." Teriak Diana kesal.

Dan Danu hanya bisa menundukkan kepalanya menyesal, "Dan satu lagi, kau bahkan membawa wanita hina itu ke Vila ini. Ke Villa tempat kita menikah 3 tahun lalu, Villa pemberian dari mendiang ayah ku.. Kau membawanya ke sini, apa kau gila.." Maki Diana yang semakin kesal kepada suaminya.

"Aku minta maaf, aku salah. Aku sangat-sangat bersalah." Ucap Danu pasrah.

"Dan lagi, kau bahkan membuat rekening baru dan mentransfer ratusan juta ke wanita itu, ratusan juta.... Usaha yang kita lakoni selama masa pacaran dan kini kau malah membagikan hasilnya kepada wanita rendahan ini, dan sekarang karena ulah mu perusahaan kita bangkrut." Ucap Diana yang kesal.

"Aku minta maaf, aku sungguh menyesal Diana. Ku mohon maafkan aku."

"Menyesal? Setelah kita kehilangan segalanya kau baru menyesal? Selama 6 bulan ini kau kemana, hah? Kau kemana, kau malah bersenang-senang bersama wanita itu." Ucap Diana seraya menatap suaminya dengan mata yang memerah dan berkaca-kaca.

"Aku minta maaf, Diana. Tapi aku tetap mencintaimu, kau adalah wanita yang paling ku cintai."

"Cinta? Wanita yang paling kau cintai? Jika kau mencintaiku jika kau sangat-sangat mencintai ku, kau tak akan melakukan hal itu. Kau tak akan menduakan rasa cinta dan ketulusan hati ku. Kau tak akan melakukan itu, Danu. Tapi apa? Kau malah melakukan itu yang berarti kau tak mencintaiku."

Kemudian Diana langsung berjalan keluar dari dalam Villa tapi matanya terdiam saat melihat hujan lebat tengah turun.

"Diana, kau mau kemana?" Ucap Danu seraya menarik tangan Diana.

"Lepaskan, aku ingin pulang. Aku sudah muak berlama-lama bersama mu," Jawab Diana seraya menghempas tangan suaminya.

"Tidak, cuaca sedang tidak bagus. Kita akan pulang besok."

"Apa hak mu, melarang ku? Kau urus saja selingkuhan mu itu jangan urus urusan ku."

Danu pun langsung memeluk Diana dengan lembut agar bisa meredakan amarah Diana.

"Lepaskan." Ucap Diana seraya mendorong tubuh Danu.

"Sayang ku mohon..." Pinta Danu.

"Hentikan panggilan sayang mu itu, aku sudah tak ingin mendengar nya. Setelah aku berselingkuh dari ku," Ucap Diana kesal.

Kemudian Danu langsung menarik tangan Diana untuk memenuhi permintaannya agar bisa segera pulang ke rumah.

Di sepanjang jalan tak henti-hentinya mereka berdua terus berdebat.

"Pokoknya setelah ini kita bercerai, aku tak mau menjalin hubungan pria dengan yang tidak setia seperti mu."

"Tidak, aku pokok nya gak mau cerai. Kita bisa memulai semuanya dari awal lagi, Sayang."

"Tidak, sesuatu yang sudah hancur tidak bisa di mulai lagi dari awal. Aku sudah tak mencintai mu lagi dan aku membenci mu.." Jawab Diana.

"Jangan katakan itu lagi, Diana. Aku tak ingin mendengar perkataan itu keluar dari mulut mu lagi, hubungan kita masih bisa di pertahankan. Aku sangat mencintaimu dan aku yakin kita akan bisa seperti dulu." Jawab Danu.

"Enggak, kita sudah tak bisa lagi seperti dulu dan itu semua gara-gara kamu, gara-gara kamu yang sudah menodai kesucian pernikahan kita."

Mendengar perkataan Diana, Danu semakin kesal dan stres. Dia tak ingin kehilangan Diana karena wanita itulah yang sangat Danu cintai dan untuk Karmila, Danu hanya sebatas menyukai nya tidak lebih.

"Pokok nya kita cerai..."

Mendengar perkataan yang kembali keluar dari mulut mungil Diana, seakan membuat dada Danu semakin panas dan pikirannya sudah tak bisa tertahan lagi.

"Danu, perhatikan jalan mu.." Teriak Diana.

Kemudian mata Danu langsung melihat ke depan, "Ah......."

Diana terbangun dengan kepala yang pusing, matanya kemudian melihat ke sekeliling tapi Diana tak menemukan keberadaan Danu.

Mata Diana pun melihat mobilnya yang sudah hancur menabrak pohon, dengan tangan dan kepala yang berdarah.

Diana pun mulai bangkit dari tanah, dia mencari keberadaan Danu.

Dan matanya langsung terpaku ketika melihat Danu yang masih berada di dalam mobil dengan dada yang tertuju batang pohon.

Air mata Diana langsung mengalir, dengan langkah pelan Diana berjalan menghampiri suaminya.

Nampak Diana sekuat tenaga membuka pintu mobil suaminya.

"Danu..." Panggil Diana dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

Danu yang tengah sekarat pun langsung melihat ke arah Diana, "Sayang.. Maafkan aku, maafkan ku.. A..ku sungguh sangat mencintaimu." Seraya membelai wajah Diana dengan tangan yang berlumuran darah.

"Iya aku tahu, bertahanlah, ku mohon. Danu.."

"Di saku celana ku, aku sudah menyiapkan hadiah untuk Anniversary kita... A..ku sudah menyiapkannya untuk mu hanya untukmu, Maafkan aku.."

Diana yang mendengar perkataan Danu hanya bisa menangis, dia bingung harus melakukan apa.

Tapi Diana di buat terkejut saat menyadari jika Danu sudah tidak bernafas.

"Danu.. Danu...Danu..." Teriak Diana seraya menangis.

"Ku mohon, jangan bercanda Sayang. Ku mohon, aku juga mencintaimu. Ku mohon bangunlah," Ucap Diana seraya terus menangis.

"Tidak.. Ini semua tidak benar, Sayang ku mohon bangunlah.. Ku mohon...." Pinta Diana seraya terus menangis.

Tapi Danu sudah tak akan pernah bangun lagi untuk selamanya.

Rasa bersalah

Diana duduk dengan tubuh yang lesu, kepala dan tangannya pun masih di balut perban. Matanya menatap kosong ke arah depan, dia masih tak menyangka jika suaminya telah pergi meninggalkan dirinya.

"Jika saja... Hiks.. Hiks... Jika saja hubungan kita baik-baik saja, jika saja wanita itu tak pernah ada dalam hubungan kita. Ini semua tak akan pernah terjadi, hiks.. Jika saja aku bisa menahan emosi ku saat di dalam mobil, Mas Danu pasti masih hidup.. Hiks.. Hiks.. Hiks.."

Diana terus menangis seraya memegangi cincin berlian yang merupakan Cincin keinginannya dari dulu sampai sekarang.

Dia tak menyangka jika Danu akan membelikan Cincin ini untuk nya.

"Karmila.... Wanita sialan, jika kau tak masuk ke dalam hubungan ku, aku dan suamiku pasti.. Hiks.. Hiks.. pasti bahagia sekarang."

Keesokan harinya...

Diana dengan mata yang bengkak hanya bisa menatap kosong ke arah kuburan tempat peristirahatan terakhir suaminya.

"Yang sabar yah," Ucap Nina dengan mata yang sedih.

"Iya," Jawab Diana yang terus melihat ke arah kuburan Danu.

Nina hanya bisa diam, dia tahu bagaimana cerita perselingkuhan yang di lakukan Danu terhadap Diana.

Kini Nina pun tahu bagaimana kondisi Diana, wanita itu pasti sangat sedih dia telah di selingkuhi oleh pria yang sangat di cintai nya dan kini dia juga harus kehilangan pria itu untuk selama-lamanya.

"Ayo kita pulang, hari sudah mau hujan.." ajak Nina kepada Diana.

Diana dengan pelan hanya bisa mengikuti langkah kaki Nina, pikirannya masih melayang pada saat-saat terakhir bersama dengan Danu.

Harusnya hari itu adalah hari yang paling bahagia untuk Diana tapi Tuhan tengah bermain dengannya, seketika hari bahagia itu berubah menjadi hari yang paling menyediakan untuk nya.

Sesampainya di rumah, Nina langsung mendudukkan Diana di atas sofa.

"Ini minum dulu, Di." Ucap Nina seraya menyerahkan segelas air hangat pada Diana.

Diana dengan senyuman tipis langsung menerima air hangat pemberian Nina.

"Kamu yang sabar Di, aku tahu kau wanita yang kuat." ucap Nina.

"Iya, aku merasa bersalah Nin. Jika saja aku tak mengajak berdebat di dalam mobil mungkin Danu masih hidup sampai sekarang."

"Ini semua memang sudah takdir dari Tuhan, jadi kau tak boleh menyalahkan dirimu sendiri."

"Iya, tapi jika saja wanita itu tak ada di dalam hubungan kami berdua. Mungkin sekarang aku pasti sedang berbahagia bersama suami ku tengah merayakan anniversary kita yang ke 3 tahun."

"Iya Di, ini semua gara-gara wanita itu. Aku juga sudah beberapa kali melihat wanita itu, bahkan ketika kita mendatanginya. Dia dengan lantang dan sombong pamer kepada mu karena telah berhasil merebut Danu dari mu."

"Iya, aku tak habis pikir wanita itu sungguh tak tahu malu. Aku ingin sekali melihat nya merasakan apa yang ku rasakan, aku sangat-sangat ingin."

"Iya, semoga wanita seperti itu mendapatkan hukum karma karena telah merebut suami orang."

"Tapi ku dengar, wanita itu kini tengah dekat dengan seseorang." Ucap Nina melanjutkan pembicaraannya.

"Siapa?"

"Dia Bos di perusahaan ku, aku awalnya tak yakin. Tapi aku sering melihat wanita sialan itu keluar masuk ke ruangan bos di perusahaan ku."

"Mungkin hanya ada urusan,"

"Mungkin, tapi entahlah. Dan sekarang yang terpenting adalah dirimu, kau harus berusaha untuk mengikhlaskan semuanya. Suami mu dan juga kesalahan suami mu, kau harus memaafkan nya."

"Aku sudah memaafkannya, dari awal sebelum kematiannya. Ketika dia mengatakan perasaan cinta nya, aku sangat senang tapi aku ingin dia membujukku lebih dari itu. Dan itulah kesalahan ku karena gara-gara hal itu, semuanya terjadi... Hiks.. Hiks.. Kecelakaan itu, semuanya gara-gara ulah ku."

"Sudah, Diana. Ini semua bukanlah salahmu, kematian dan kelahiran semuanya sudah di tentukan oleh Tuhan. Meski saat itu kalian tidak bertengkar pun, jika sudah waktunya Suami mu meninggal dia akan tetap di panggil oleh Tuhan."

"Hiks... Iya, tapi aku sangat merasa bersalah."

"Tidak, ini semua bukan salah mu."

Setelah mendengar perkataan Nina, Diana hanya bisa menangis di pelukan sahabatnya.

Dia masih tak bisa melupakan momen terakhir ketika suaminya sekarat, pria itu terus membelainya dengan tangan yang berlumuran darah dan mulutnya terus meminta maaf dan mengungkapkan rasa cintanya kepada Diana.

"Sekarang kau tidur dan tenangkan dirimu, aku yakin kau pasti bisa melewati semuanya." Ucap Nina.

Kemudian Nina langsung membantu Diana untuk pergi masuk ke dalam kamar tidur nya.

Diana nampak berbaring di atas ranjang dengan selimut yang menutupi sampai bagian mulut, matanya terus berkaca-kaca.

Tangannya meraba-raba ranjang di sampingnya, tempat dimana Danu sering tertidur.

"Aku minta maaf.." Gumam Diana.

kemudian tangisan Diana pun kembali pecah, dia tak bisa membayangkan jika hal itu adalah kenyataan.

Kehilangan Danu untuk selamanya seperti sebuah mimpi buruk untuk nya dan dia ingin segera bangun dari mimpi itu, tapi meski puluhan kali Diana coba untuk bangun tetap tak bisa karena ini adalah kenyataan yang tak bisa dia ubah.

Kenyataan jika suaminya telah berselingkuh dan juga telah meninggal dunia.

***

Karmila tengah duduk dengan tangan yang sedang memegangi majalah dan di depannya ada seorang waria tengah melakukan perawatan terhadap kakinya.

"Heh sis, kamu tahu gak?" Ucap Siska.

"Apa?" tanya Karmila.

"Itu loh, Bos Danu pemilik perusahaan katering itu."

"Iya, memang nya kenapa?" Tanya Karmila.

"Perusahaan nya bangkrut dan lagi yah, Pak Danu nya itu meninggal karena kecelakaan."

"Hah? Meninggal? Kapan?"

"Katanya sih 2 hari yang lalu, aku jadi kasihan sama istrinya. Perusahaan nya udah bangkrut sekarang dia jadi janda."

Mendengar perawatan Siska, tak membutuhkan Karmila menjadi iba. Tapi sebuah senyuman kepuasan ada di benaknya, "Bodo amat deh, mau dia mati atau enggak yang terpenting aku udah dapat uang miliknya, lagi pula sekarang aku akan pokus kepada Leon, pria itu adalah pria yang cocok untuk di jadikan suami ku. Dan untuk mu Danu, semoga kau bahagia di Neraka."

"Eh? Kok Nona senyum-senyum, ada apa sih?" Tanya Siska heran ketika melihat wanita yang tengah di layani sedang tersenyum sendiri.

"Enggak kok, cuman ada beberapa kabar yang membuat aku bahagia aja dan satu lagi, kau harus membuat ku sangat cantik hari ini karena ada pertemuan yang sangat penting untuk ku datangi jadi aku harus tampil cantik."

"Oke, Nona. Aku pasti akan membuat mu menjadi yang paling cantik."

Mendengar Jawa dari Siska, Karmila pun langsung tersenyum puas. Dengan uang kini dia bisa membuat dirinya semakin cantik dan orang-orang pun akan memuja-muja dirinya.