SweetNovel HOME timur angst anime barat chicklit horor misteri seleb sistem urban
INDAH LAMINATINGRUM

INDAH LAMINATINGRUM

BAB 1, KEMATIAN YANG BERUNTUN

“Sebelum meninggal anak saya tiap hari, tiap jam, tiap detik tidak pernah berhenti menyanyikan dan mendengarkan lagu berjudul ngerap dari band itu” jelas seorang ibu kepada pihak yang berwajib

Seorang pemuda yang nekat gantung diri dengan diiringi lagu yang dinyanyikan oleh band yang tidak terkenal, yang bernama BLUeKUtHUQ.

Pemuda itu gantung diri di kayu kuda kuda atap rumah, dibawahnya ada tape recorder nyala dan sedang memutar lagu yang lirikya ada kata “raimu koyok garpu”

“Waktu itu dirumah ada siapa bu? tanya petugas itu

“Di rumah sedang kosong pak, ndak ada siapa-siapa” jawab wanita setengah tua yang merupakan ibu dari anak yang gantung diri

“Saya dan suami saya sedang ke pasar , kami kulakan brambang untuk dijual di warung saya ini pak” jawab wanita yang tak hentinya menangis

 -----------------------

Aku tau seneng karo arek Mojoarum.

Dhewe’e nduwe jeneng Indah Laminatingrum.

Tiba’e dhewe’e gak kolu karo aku.

Alasane dhewe’e “Raimu koyok garpu!"

Sepenggal lirik dari lagu milik band tercemar se Indonesia, band yang tidak pernah terkenal meskipun berdiri pada tahun  90 an.

Tetapi ada sebuah misteri dari lirik lagu yang sampai sekarang membuat beberapa remaja mati bunuh diri.

“Yekopo Gel, aku dapat kabar kalok lagu kita bikin masalah lagi Gel” tanya Petro melalui aplikasi Whatsapp

“Iyo Tro, aku habis dipanggil pulisi lagi rek, dimintai keterangan lagi jeh” jawab Dogel setelah dari kantor pulisi untuk dimintai keterangan karena lagu kami.

“Kamu berangkat sama siapa Gel ke kantor pulisine, sendirian lagi ta Gel”

“Aku sama gendruo gayam.. Blewah, dia lho malah nggilani di kantor pulisi” jawab Dogel

“Ngapain Blewah disana Gel, bikin ulah gak jelas lagi ta dia” tanya Petro lagi

“Iyo Tro, lha masih dimintai keterangan, deke malah mintak makan ke pulisine, setelah makan terus deke kebelet ngising, aku sing malu c*k” jawab Dogel

“Pancet ae Blewah itu Gel, dari dulu gak berubah-berubah kelakuane” kata Petro kemudian mengakhiri chat dengan Dogel

Kejadian itu terjadi sebulan yang lalu, Saat itu aku sedang dimintai keterangan oleh pihak berwajib tentang matinya seorang pemuda karena gantung diri.

Matinya anak laki-laki dari pasangan suami istri penjual brambang di sebuah kampung yang ada di kota S.

Itu adalah kasus yang kedua kalinya, sejak kasus yang pertama beberapa bulan yang lalu, untuk kasus kedua ini terjadinya baru sebulan yang lalu.

Jadi sampai sekarang sudah dua buah kasus matinya orang dengan cara bunuh diri akibat lagu dari band kami.

Teman-teman memanggilku dengan panggilan Dogel, ndak tau kenapa mereka memanggil dengan kata Dogel, kadang mereka juga manggil aku Kotak.

Teman-temanku memang ngawur kalau bikin nama panggilan untuk kami, bahkan temanku satunya dipanggil Glewo, atau Tongky, kadang genjik.

Ada lagi yang dipanggil Pa’I, pangat, Supangat, atau Petro.

Malah vokalisku yang jarang mandi dipanggil Blewah, bekakas, kamidi, atau gendruwo gayam.

Satu lagi temanku yang bernama Hottorang malah dipanggil Ngot

Sebenarnya nama asliku adalah Agus, sebuah nama pemberian orang tuaku, karena aku lahir di bulan agustus.

Aku adalah personil Band Bluekuthuq, band yang berasal dari kota S, lagu dari band kami ini yang sudah membuat tewas pemuda jomblo dengan cara gantung diri.

Untuk diketahui selain posisiku sebagai basis dari band ini, ada juga yang bernama Petro sebagai penggebuk drum, Blewah sebagai pokalis, Glewo sebagai pemegang gitar, dan Ngot sebagai gitaris juga merangkap serba bisa.

Semenjak beberapa bulan lalu setelah kasus pertama bunuh diri dengan disertai lagu kami, aku menjadi ketakutan dan merasa bersalah.

Tetapi untungnya kasus itu akhirnya hilang dengan sendirinya setelah aku dan Blewah dipanggil pihak yang berwajib.

Kemudian sebulan lalu juga sama, ada seorang pemuda lajang bunuh diri dengan tape recorder yang  memutar lagu ini juga.

Tapi akhirnya kasus ini juga hilang dengan sendirinya, setelah pihak yang berwajib menginterogasi kami untuk kedua kalinya.

Tetapi tepat dua minggu yang lalu, ada lagi kasus yang sama seperti kasus bunuh diri bulan lalu.

Terus terang aku makin merasa takut, siapa tau arwah mereka ndak terima sama kami hihihi.

Berarti hingga kini adalah kasus ketiga dari orang yang bunuh diri akibat lagu dari band kami.

Kebetulan untuk kasus bunuh diri yang ketiga ini posisi korban ada di seberang pulau, sehingga kami tidak dimintai keterangan oleh pihak yang berwajib

Sebenarnya aku bukan takut kalau diperiksa oleh pihak berwajib, yang aku takutkan itu kalau nanti ada lagi kasus yang sama, dan itu sangat mengerikan bagi kami.

Lagu dengna jugul “NGERAP” ini diciptakan beberapa tahun lalu, sekitar tahun 95 an kalau gak salah, tetapi hingga saat ini lagi ini masih beredar di kanal Yousub, dan makin banyak saja orang yang mengcover lagu ini.

Memang sih penciptaan lagu ini cukup menguras tenaga, karena memerlukan doa dan restu orang tua, selain itu juga memerlukan bantuan ahli terapi dan psikolog juga.

Kenapa memerlukan ahli terapi, karena Blewah sempat jadi gila sejenak selama proses lagu itu, jadi ada semacam unsur energi negativ dari lagu itu.

Padahal lirik lagu itu sama sekali tidak ada  unsur horornya, yang ada hanya kata-kata lucu saja.

 ---------------------

Awal tahun 2000 an

“Gel, ayok ketemuan ngomong masalah

lagu” wa yang berasal dari Glewo di pagi yang sejuk

“Arek-arek sekalian ae Wo hubungono dulu dulu mereka”

“Blewah gimana hubungine, wong dia itu manusia yang gak jelas blas Gel”

“Gampang!, kalok kamu batin nanti lak Blewah muncul sendiri Wo”

Saat ini aku sedang berada di sebuah kontrakan kecilku di kota M, beberapa hari lagi aku berencana ke kota S untuk menemui teman-taman perihal lagu yang sudah mengakibatkan orang bunuh diri.

Aku takut kalau nantinya ada lagi korban dari lirik lagu yang harusnya biasa saja itu, tapi yang aneh itu kenapa bisa lirik lagu yang harusnya biasa dan lucu itu bisa menjadi mematikan.

Aku hilangkan dulu pikiran tentang lirik lagu kami yang membuat beberapa orang bunuh diri itu, karena nanti aku harus fokus pada pekerjaanku sebagai penjual keliling bubur kacang ijo dulu.

Saat ini aku sedang bersantai tiduran di ruang tamu rumah kontrakan, pintu rumah kontrakan kubuka lebar agar udara dingin pegunungan bisa masuk ke dalam rumah.

Kota M tempat aku tinggal ini kalau pagi masih memunculkan hawa dingin dan sejuk, maklum di daerah pegununan, tetapi kalau siang sama panasnya dengan kota S.

Sebenarnya aku berasal dari kota S, tetapi karena di kota S bisnis jual bubur kacang ijo kurang menguntungkan atau bahkan ndak laku hehehe, makanya aku pindah ke kota M.

Pada awalnya aku harus indekos disini, tetapi karena biaya kost tinggi sekali, maka aku siasati dengan mencari kontrakan bersama beberapa teman pedagang disini.

Rumah kontrakan ini berada di daerah pinggiran kota M yang sepi dan nyaman, aku tinggal dengan tiga orang teman

sesama pedagang.

Kontrakan kecilku ini hanya mempunyai dua buah kamar yang cukup nyaman untuk istirahat dan sebuah kamar mandi yang selalu untuk rebutan di pagi hari.

Kontrakan ini terletak di perkampungan yang masih terbilang tidak terlalu padat, sehingga masih nyaman untuk ditinggali.

Di daerah tempatku ini memang banyak sekali kontrakan dan kos-kosan, biasanya yang kontrak dan kos disini itu pedagang keliling yang berasal dari beberapa kota yang dekat area kota M.

Di kontrakan ini biaya kontraknya kami tanggung bersama, sehingga akan jauh lebih murah dari pada kalau kos.

Hari ini hari senin, hari yang katanya dibenci orang, tetapi bagiku hari senin adalah hari bahagia dari pada hari minggu.

Karena di hari senin banyak pegawai kantor langgananku yang sudah mulai bekerja, kalau hari minggu daganganku malah kurang laku.

Aku menyalakan Hp yang sedari kemarin malam aku matikan, sengaja aku matikan agar tidak terganggu dengan aktifitas berita di sosial media yang isinya tidak bemutu sama sekali.

Saat kubuka aplikasi Fb, ada sebuah berita yang cukup menculek mataku, dan membuat jantungku nderedeg gak karuan, berita tentang kematian.

Seseorang atau anak dari seorang jutawan keturunan Arab bunuh diri, dengan cara gantung diri.

Dan yang mengerikan di sebelah mayat yang menggantung itu ada sebuah spiker blutut yang terus menerus menyanyikan lagi kami!

Lagu yang berjudul “ngerap”.......

Lagi-lagi kematian akibat lagu milik kami, dan yang menghebohkan jutawan kaya keturunan arab itu tidak terima dengan kematian anaknya.

Orang tua anak itu akan mencari kami untuk menuntut balas atas kematian anaknya yang dikarenakan lagu kami.

Aku berdiri dari posisi leyeh-leyeh, kucari gelas berisi air putih yang biasanya aku taruh di meja makan, kerongkongan ini rasanya kering setelah membaca berita di sosial media itu.

Keringat dingin mulai membasahi kepalaku, detak jantung pun berdetak semakin cepat, nafasku terasa semakin sesak, kedua kakiku juga menjadi lemas.

Tergopoh-gopoh aku mencari kursi, aku harus duduk secepat mungkin atau akan terjatuh pingsan.

Aku duduk di kursi makan sembari diam dan mengatur nafas agar otaku bisa memberikan ketenangan.

karena dalam kondisi panik apabila kita tidak bisa mengatur pernafasan, maka yang muncul adalah rasa ketakutan yang berlebihan.

Perlahan-lahan aku berdiri dan menuju ke ruang tamu dimana Hpku tadi kuletakan, aku masih belum tau apa yang harus dilakukan dengan keadaan seperti ini.

Apakah aku harus membaca komentar netijen tentang kematian anak jutawan kaya raya itu, atau bahkan tidak ngurus dengan kasus mereka?

Atau kuhubungi saja keempat teman bandku, tetapi ini masih pukul 06.10 pagi, mereka pasti pada belum bangun, kecuali satu orang.

Ya, satu orang sahabatku itu selalu bangun lebih awal dari pada lainya, dia adalah GLEWO, kucoba  hubungi pertelepon si Glewo atau bisa juga dipanggil Tonky.

Hp sudah di genggamanku kucari nomor Wa si Glewo atau Tongky di aplikasi wa, kemudian aku tekan yang bertanda telepon,… ternyata HP dia tidak aktif.

Aku semakin panik! , siapa yang harus ku hubungi dalam keadaan seperti ini, kebetulan aku disini hanya sendirian, kedua temanku sedang pulang ke kampung mereka.

Memang biasanya pada akhir minggu kami sudah biasa pulang ke rumah masing-masing.

Biasanya aku dan kedua temanku datang pada minggu malam atau senin pagi, tetapi anehnya hingga saat ini kedua temanku belum ada yang datang.

Kenapa aku tidak pulang ke kota S pada akhir minggu ini, karena kebetulan sabtu kemarin ada pesanan bubur cangjo yang lumayan, jadi aku tidak pulang ke kota S.

Aku semakin panik ketika kubaca komentar berita kematian anak jutawan keturunan arab itu  yang sudah mencapai angka ratusan di berita Fb.

Aku semakin tidak berani membuka berita maupun membaca komentar para netijen yang biasanya ngawur, kemudian kucoba membuka fb grup band kami.

Ternyata inbox sudah mencapai angka 500, padahal beberapa hari lalu ketika aku sedang memeriksa Fb Grup , inbox hanya ada 10 biji saja.

Tidak lama kemudian wa ku berdenting-denting, banyak sekali nomor asing tak bernama yang masuk ke aplikasi wa, apa yang harus kulakukan sekarang ini.

Aku biarkan saja banyak nomor asing yang masuk ke Wa, padalah beberapa bulan kemarin waktu ada yang bunuh diri juga akibat lirik lagu kami, tidak ada nomor asing yang masuk ke Wa ku.

Tetapi kenapa untuk anak jutawan yang mati ini, puluhan nomor asing masuk ke Wa, aku semakin takut mengingat adanya ancaman dari orang tua anak yang mati.

BAB 2, ANCAMAN

Aku kembali mencoba hubungi Glewo lagi, ternyata Hp dia sudah aktif, Alhamdulillah nada panggil sedang berbunyi semoga Glewo mengangkat teleponku.

“Assalamualaikum, apa Gel” tanya suara yang ada di kota S jawa tengah

“Wo, awakmu gak baca berita di Fb ta, jajal cariken berita di fb”

“Ada berita opo Gel, ada acara band band an kah”

“Ooo remek arek iki, deloken dulu ada yang mati lagi, gara-gara lagu ngerap lagi

jeh” suaraku bergetar ketika berkata ada yang mati lagi

“Sik tak liate di fb Gel, duh ada masalah apa lagi rek bikin susah ae lagu itu” Jawab temanku  dengan suara panik

Sambungan telepon dengan Glewo sudah terputus, karena aku ingin dia melihat berita di Fb tentang pemuda yang bunuh diri karena mendengar lagu kami yang berjudul NGERAP.

Aku mengambil charger HP, karena posisi baterai hp yang sudah tinggal satu kotak, kucolokan charger hp ke stop kontak di tembok ruang tamu.

Aku masih duduk sambil membayangkan

apa saja yang tertulis di lagu ngerap, berulang kali kutelaah lagu ini, berulang kali juga secara pelan-palan kunyanyikan lagu yang berjudul ngerap ini.

Tetapi meskipun sudah bolak-balik berusaha memahami lirik dan nada lagu, tetap saja tidak ada yang aneh dengan lagu ini.

Mungkin karena ada dua nama yang ada di lirik lagu, INDAH LAMINATINGRUM  dan I GUSTI LAMBAT SARI, apakah nama itu ada hubunganya dengan matinya orang-orang ini.

Aku terus berusaha memikirkan apa

yang membuat mereka sampai bunuh diri, semakin aku memikirkan lagu itu ,

semakin ada yang bergejolak dengan perutku.

Aaaaah perut mules c*k, ternyata mikir lagu itu mengakibatkan perut mules-mules, mungkin mag ku yang sedang kumat.

Kutinggal sejenak Hp yang masih dalam keadaan diisi daya di ruang tamu kontrakan, aku fokus untuk melepaskan kotoran yang ada di dalam perut dulu saja.

menikmati kloset jongkok, dan dalam konsentrasi untuk membuang ampas yang bikin perut mules itu sesuatu sekali.

Tiba-tiba suara deringan hp kembali

berbunyi, c*K bikin hilang konsentrasi ae.

Haduuh pasti Glewo telpon lagi iki, kubiarkan suara deringan yang terus menerus bunyi, yang penting harus selesaikan hajatan ini dululah.

Kadang aku bingung dengn kata HAJAT, karena mempunyai dua arti yang bertolak

belakang antara HAJATAN dan BUANG HAJAT.

Sedangkan kata HAJAT itu sendiri artinya butuh, kebutuhan atau keinginan, halah kok malah mikir hajat sih, gak penting iku c*K!.

Setelah selesai dan beres semua, aku menuju ke ruang tamu untuk mengambil Hp yang sedang dalam keadaan proses charges  tadi , ternyata ada beberapa misscall dari petro dan hot juga

Yang pertama akan kutelepon adalah Ngot atau Hot, orang yang paling keras di band kami, tetapi dia paling kosisten dan paling aktif untuk sesuatu hal.

“Opo ngot” kataku singkat seolah

olah aku belum tau ada berita bunuh diri lagi setelah beberpa kali nad panggil

“Aku ditelpon orang gak tak kenal c*k, bolak-balik, banyak yang telpon aku Gel

jarene ada anak bunuh diri lagi gara-gara lagu kita c*k” kata Ngot

“Iyo Ngot, aku juga,banyak miscall nomer yang gak tak kenal masuk , juga banyak wa masuk juga, tapi gak tak buka semua rek” kataku

“Glewo, Petro, Blewah apa udah mbok hubungi Gel” tanya Ngot

“Glewo wis tadi pagi , sekarang deke lagi nyari informasi  dulu, sing bener itu gimana sakjane”

“Petro jangan lupa Gel, Blewah juga” kata Ngot

“Petro jam segini yo belum bangun Ngot, opo maneh Blewah, lha kamu kok dengaren bangun pagi Ngot”

“Hehehe aku lho belum tidur blas dari semalem Gel, tapi bar baca berita iki, aku wis gak bisa tidur lagi Gel”

“Yo wis gel , aku tak cari-cari berita ini lagi disik” kata Ngot kemudian menutup sambungan telepon

Aku terduduk lagi di kursi kontrakan yang keras, tapi tetap nyaman dari pada tidak ada sama sekali, perasaanku makin bingung, apa yang harus kulakukan sekarang ini.

Apakah harus ke kota S dan bertemu dengan teman-teman atau gimana, yang kutakutkan itu adalah banyak sekali pesan dari nomor asing di Wa yang masuk.

Tetapi tidak aku buka sama sekali, karena nomor dari semua pesan di wa yang masuk itu keliatanya bernada mengancam semua.

Aku ada rencana untuk mencari siapa dalang dari semua kekacauan ini, apakah ini ada hubunganya dengan ilmu ghaib, sehingga bisa membuat yang mendengar mengakhiri hidupnya?

Ataukan ini ulah dari beberapa kelompok radikal yang menggunakan lirik lagu kami untuk tujuan menteror beberapa orang yang sedang putus asa.

Aku harus menuju kota S dan kumpulkan teman-teman sesegera mungkin untuk mencari sesuatu yang mengakibatkan matinya beberapa orang.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\= 

“Gel gawat iki, banyak orang yang teror aku c*k, lewat telpon dan Wa c*k” pesan wa yang berasal dari Glewo masuk ke hangponku barusan

Haduh , kenapa harus terjadi lagi, dan gawatnya yang sekarang mati ini anak jutawan berpengaruh, apakah kami harus melaporkan kasus ini ke polisi, dan diinterogasi lagi?

Tapi percuma jugalah, setelah kami diinterogasi ya disuruh pulang, kemudian kasus ini kembali ke keluarga masing-masing tanpa ada penyelesaian seperti kasus sebelumnya.

Lagian kita juga kalah segalanya, kami cuma semut yang akan melawan raksasa, tetapi kami tidak bisa diam saja, kami harus bergerak sebelum ada lagi kasus bunuh diri lagi akibat lagu kami.

Aku harus ke kota S sekarang, harus segera bertemu ke empat teman band ku dan semua harus segera diselesaikan agar tidak terjadi kasus bunuh diri lagi.

“Aku nanti sore berangkat ke kota S, ketemu di studio rek” tulisku di wa grup yang beranggotakan hanya empat orang, yaitu aku,  Glewo, Petro, dan Ngot.

Ya hanya empat orang, karena Blewah tidak memiliki Hp, jadi agak susah juga kalau mau menghubungi dia.

Glewo sudah jawab, ”aku juga otw sekarang naik bus, sore nanti sampai kota S”,  petro belum jawab, Ngot juga belum terkirim , mungkin hp Ngot sedang mati.

Pagi ini pagi yang suram, aku siapkan sebagian bajuku untuk beberapa hari, juga kuambil uang hasil berjualan bubur yang cukup untuk perjalanan dan biaya makan selama di kota S.

Hari ini aku tidak berjualan bubur, karena kejadian tewasnya pemuda akibat lagu

kami lagi, selain itu aku juga takut untuk berangkat jualan.

Aku takut kalau dijalan nanti dihadang oleh para preman suruhan jutawan yang anaknya meninggal itu, meskipun kalau dilihat wajahku sangar, tapi masih kalah sangar kucing peliharaanku.

Atau enaknya aku jualan aja sebentar di sekitar komplek perumahan ya, karena semalam kan aku sudah masak bubur kacang ijo untuk di jual pagi harinya, sayanglah kalau harus dibuang.

Yah lebih baik aku berjualan sajalah, tetapi takut juga sih kalau ada yang menyanggong di tempat jualanku, atau lebih baik aku tidak menampakan diri di muka umum dulu pagi sampai sore hari nanti?

“Gel, aku ndak aman ini, koyoke ada yang nyanggong tempat ku kerja, ini aku baru dikabari temanku, kata temanku, ada yang cari aku kayak preman gitu” wa yang aku terima dari Glewo lagi

“Aku gak masuk kerja Gel, aku takut iki c*k” lanjut Glewo melalui aplikasi Walagi

“Iyo Wo, aku yo gak jualan iki, aku yo takut juga kalau ada yang nyanggong rek” aku balas wa Glewo

Aku duduk sendirian di kontrakan yang semakin sepi, wilayah kontrakan ini adalah pinggiran kota, penduduknya tidak seramai di tengah kota M.

Di sekitar wilayah ini banyak terdapat kos kosan dan kontrakan yang rata-rata untuk para pekerja serabutan dan pedagang keliling, sehingga kalau siang pasti disini sepi.

Aku bingung, pagi ini harus ngapain dan kemana, apakah cuma harus diam saja di kontrakan hingga sore hari, atau aku harus keluar entah kemana.

Pikiranku sedang kalut, aku takut kalau ada yang menyanggong di depan gang atau di kontrakanku, tetapi untungnya, anak –anak tempatku jualan tidak tau dimana aku tinggal.

Nilai point untuk aku, jadi tidak ada yang bisa menginfokan di mana aku tinggal saat ini, aku bisa sedikit santai.

Drrrtttt......dddrrrttttt.......ddrrrrttttt....

Hpku bergetar, nomor asing  nampak di layar hp, nomor tanpa nama yang tidak kukenal, nomor asing yang sedari pagi bergantian menelpon.

Sekitar tiga puluh detik, getaran hp sudah berhenti, aku tidak akan mengangkat nomor yang tidak kukenal untuk saat ini .

Lebih aman aku hanya mengangkat nomor yang sudah ada namanya di hp, parno rasannya kalau ada nomor asing menelpon.

Dddrrrtttt.....

Satu kali getaran adalah tanda pesan wa masuk ke hp, aku intip pesan itu, tanpa kubuka pesan itu di aplikasi wa.

“Nyawa dibalas nyawa..... ”

begitu yang tertulis di pesan singkat wa, kemudian aku cocokan nomor wa ini dengan nomor yang telah menelponku beberapa kali.

Ternyata benar, pesan singkat itu berasal dari nomor yang barusan menelponku.

Sebuah ancaman yang mengerikan, ancaman untuk membunuh ku, atau bisa juga ancaman itu ditujukan kepada keempat temanku juga.

Siang hari yang panas di kontrakan dan telah puluhan kali nomor asing menteror, tetapi tidak ada satupun panggilan itu yang  kuangkat.

Aku duduk di meja ruang tamu, kemudian aku buka laptop aku cari berita tentang kematian anak jutawan yang katanya akibat dari mendengarkan lagi kami.

Satu buah headline dari portal berita yang terkemuka, memberitakan kematian anak jutawan akibat gantung diri, dan dengan lagu band kami yang teputar di mp3 nya.

Diberitakan juga, jutawan itu tidak ingin polisi campur tangan dalam penyelidikan kematian anaknya, dengan alasan agar nyawa anaknya tenang di alam sana.

Kalau polisi tidak diinginkan untuk ikut campur tangan berarti akan jadi gawat, karena jutawan itu akan mengerahkan anak buahnya untuk mencari aku dan temanku.

Dan hasilnya, mereka berhasil menteror kami dengan wa dan telepon yang bernada mengancam.

Apakah kami bisa melaporkan ancaman ini kepada aparat penegak hukum?

Tentu bisa, tetapi nanti pasti aparat penegak hukum akan melakukan penyidikan kepada kami dan kepada jutawan itu, akibatnya kami akan

semakin terteror.

Lagi pula selama penyidikan kami harus ada di kota, tidak boleh meninggalkan kota, akibatnya apa?

Ya semakin gampang para suruhan jutawan itu untuk mendapatkan kami.

Bukanya kami tidak percaya dengan penegak hukum disini, tetapi yang aku takutkan adalah apabila suruhan jutawan itu lebih cepat bergerak dari pada penegak hukum.

Akhirnya kami semua akan menjadi korban yang sia-sia atas apa yang tidak kami lakukan.

Atau lebih baik kami melarikan diri, mencari tempat terpencil dari pada di kota.

Aku rasa itu lebih baik, lebih baik kami melarikan diri dan tinggal di desa untuk sementara waktu.

Kuambil Hp, kemudian aku telpon Petro yang ada di kota S, panggilan ke hp petro masih berlangsung hingga beberapa kali, tetapi akhirnya terdengar suara dia juga.

“Gel, kondisinya kok makin bahaya Gel, apa gak sebaiknya  kita menghindar ae

gel ke desa mana gitu, sambil nunggu kasus yang ini mereda Gel” kata suara

Petro

“Kamu masuk kerja gak Tro” tanyaku

“Ndak Gel, tamenku tadi pagi ngabari, mereka bilang ada yang cari aku Gel, koyok preman gitu yang cari aku”

“Lho Glewo yo sama koyok kamu Tro , dia juga gak berani keluar rumah”

Petro saat ini kerja sebagai tenaga ahli poles mobil di sebuah salon mobil di kota S, selain itu dia juga punya bisnis jual beli mobil.

Akibat dari adanya terror ini aku, Glewo dan Petro terpaksa tidak bisa mencari rejeki.

“Aku sore nanti ke kota S, kita ketemu nang studio ae Tro, nanti kita bicarakan apa yang harus kita lakukan berikutnya Tro” kemudian aku mematikan sambungan telepon