Panggil Aku Jin
enam anak remaja terlihat sedang berjalan kaki menyusuri pinggir jalan raya. pakaian mereka terlihat aneh, bukan karena terlihat seperti pengamen atau orang jalanan namun karena saat ini mereka tengah memakai pakaian sekolah seragam SMP. kalau hanya seragam sekolah saja, tidak akan terlihat lucu namun yang membuat mereka lain daripada yang lain adalah beberapa benda yang harusnya mereka tidak pakai, kali ini mereka memasang di leher. di kepala dan juga di kaki.
kalung yang terbuat dari gardus dengan tulisan nama lengkap mereka semua. topi yang terbuat dari daun kelapa membentuk kerucut. sepatu yang masing-masing sebelah berbeda bentuk begitu juga dengan kaos kaki. bukan hanya itu, ada juga kaleng susu yang berisi kelereng yang mereka kalungkan di leher. kantung plastik warna merah menjadi tas mereka untuk saat ini.
"mami mah ada-ada aja, masa di suruh jalan kaki sih, malah jauh banget juga" salah satu dari mereka menggerutu
"sabar... sabar, sabarkan hatimu keraskan kentutmu" remaja laki-laki mengelus lengan gadis itu
"ini semua gara-gara kakak tau, udah bilang kemarin kan jangan nakal kak jangan, ini malah tambah. sebel banget aku tuh sama kakak" dengan kesal gadis itu memukul remaja itu
mau tau siapa mereka....?
mereka adalah keturunan dari tim samudera. anak Adam dan Airin yang bernama Danial Zabdan Sanjaya, El-Syakir dan Seil memiliki seorang putra yang bernama Satria Ezra Sanjaya. Queen Alea, adalah anak dari Leo dan Alana, gadis itulah tadi yang menggerutu karena saat ini mereka berjalan kaki dan yang membuatnya kesal tadi adalah Danial, karena ulahnya saat ini mereka dihukum oleh orang tua mereka.
"tau nih, Danial mah memang tukang bikin rusuh. kamu tau, gara-gara kamu mama sama papa sampai memotong uang jajan aku. sebel banget" ucap gadis yang bernama Ayunda Devano. dia adalah putri dari Devano Yudharma dan Melati
"mending jalan cepat-cepat deh, keburu telat nih. bisa gawat kalau telat hari pertama MOS, diulek sama kakak kelas nanti" Satria langsung mengayunkan langkah dengan cepat
mereka adalah remaja yang akan masuk di bangku sekolah SMA. hari ini adalah hari pertama semua siswa baru akan melaksanakan MOS di sekolah.
"jangan cepat-cepat juga lah Sat, kaki aku nggak sepanjang kaki kamu" Kirana berlari kecil karena dia yang berada di posisi paling belakang, dia adalah anak Nisda dan Bara yang bernama Putri Kirana
Zain menunggu gadis itu kemudian mereka berjalan beriringan. Zain Al Fatih adalah anak dari Vino dan Starla. kenapa mereka semua bisa seusia...? itu karena tim samudera lebih memilih menikah muda seperti yang diinginkan oleh Alana. Adam dan Airin serta Deva dan Melati, menjelang satu tahun pernikahan barulah mereka memiliki keturunan, hal itu pun setelah tim samudera yang lain menyusul keduanya menuju pelaminan dan para istri mereka hamil bersamaan.
"mending ambil jalan pintas aja deh, lebih cepat sampainya" Zain memberikan usul
"emangnya kamu tau jalan pintas menuju sekolah...?" Alea bertanya
"jangan sampai nyasar ya Za, aku nggak mau terlambat" ucap Danial
"tenang aja, nggak nyampe jam 7 kita udah di sekolah. ayo ikut aku"
Zain memandu mereka memasuki gang yang dikatakan itu adalah jalan pintas menuju sekolah. gang itu terlihat begitu sepi padahal biasanya jika pagi hari semestinya orang-orang akan sibuk berlalu lalang untuk pergi bekerja atau ke tempat lain namun di situ seakan tidak mempunyai kehidupan.
"ini gang apa kuburan sih, sepi banget" ucap Ayunda
semakin mereka masuk ke dalam maka semakin jauh juga mereka dengan jalan raya. karena merasa merinding, Kirana mengapit lengan Satria sementara Alea telah di rengkuh oleh Danial. gadis itu memang penakut maka dari itu Danial merengkuh bahu gadis itu untuk menenangkannya.
tepat di depan sebuah rumah yang terlihat tidak berpenghuni, Danial yang tali sepatunya terlepas langsung berhenti untuk mengikat kembali tali sepatu miliknya. Alea jelas ikut berhenti menunggu sepupunya itu sedang yang lain terus berjalan tanpa mereka tau kedua teman mereka sudah tertinggal di belakang.
ada seekor anjing hitam yang diikat oleh pemiliknya di depan rumah. Alea yang melihat anjing itu langsung gugup dan takut.
"ayo buruan kak, lama banget" Alea menggoncang bahu Danial
"apa sih Al, sabar sebentar" Danial tidak mengindahkan rengekan gadis itu
grrrr
anjing hitam itu menatap tajam ke arah Alea membuat gadis itu semakin takut. Danial yang tadinya duduk kini bangkit kembali.
"ayo" ajaknya
"kak" Alea seperti patung yang tidak bergerak sama sekali namun tubuhnya mulai bergetar
"kenapa, kamu sakit...?" Danial panik melihat tubuh Alea yang bergetar "nggak panas kok" ucap Danial lagi saat memegang kening Alea
grrrrr
"a-anjing kak, i-itu" Alea seperti orang struk yang tidak bisa menggerakkan tubuhnya dan hanya bola matanya yang terus mengisyaratkan ada sesuatu di belakang Danial
Danial berbalik pelan untuk melihat ada apa di belakangnya. tepat saat dirinya berbalik, tatapan matanya langsung bertemu tatap dengan anjing hitam itu dan bahkan anjing itu telah berada di dekat mereka. sepertinya ikatannya tidak begitu kuat sehingga anjing itu dapat dengan mudah melepaskan diri dari ikatan tali.
glek...
"mampus" Danial menelan ludah, ia membeku di tempatnya dan detik berikutnya
"aaaaaa ada guk guk"
tanpa aba-aba Danial berbalik dan menggendong Alea kemudian berlari sekuat tenaganya. untung tubuh Alea mungil sehingga Danial tidak merasakan berat saat menggendong sepupunya itu ataukah mungkin karena terlalu takut sehingga rasa berat pun tidak dirasakan olehnya.
guk...guk...guk
anjing itu terus menggonggong dan mengejar mereka berdua. keempat teman mereka yang mendengar suara teriakan langsung berhenti dan menoleh ke belakang. terlihat Danial yang sedang menggendong Alea lari terbirit-birit di kejar anjing.
"astaghfirullah, maaaa tolong Ay" Ayunda ketar ketir jingkrak-jingkrak melompat-lompat mengelilingi keempat temannya
"lari lari"
Satria dan Zain mulai mengambil langkah seribu untuk menyelamatkan diri, bahkan Kirana ternyata sudah lebih dulu mendahului mereka karena memang gadis itu memiliki skill lari yang begitu cepat. bahkan kalung kaleng susu yang berisi kelereng mengeluarkan bunyi dari mereka semua
"stop stop stop" Zain mengerem laju larinya dan terpaksa Satria ikut berhenti
"kenapa lagi Za...?" tanya Satria
"Ayunda mana...?"
keduanya menoleh ke belakang dan rupanya gadis itu masih terus melompat di sekitarnya tanpa berniat untuk melarikan diri atau lebih tepatnya dirinya tidak sanggup untuk berlari saking paniknya.
"astaga anak itu" Satria menepuk jidat
Satria kembali ke tempat mereka tadi, Danial dan Alea telah mendahului mereka. tanpa permisi Satria mengangkat Ayunda seperti karung beras dan mulai berlari.
guk... guk... guk
"cepatan Sat, aku belum mau mati. huwaaaa mama papa" Ayunda mulai menangis histeris
"diam Ay, telingaku sakit mendengar suara cemprengmu" Satria mencebik namun terus berlari
Kirana yang sudah berada di atas pohon memanggil semua teman-temannya. dengan terpaksa mereka memanjat pohon agar bisa menyelamatkan diri dari kejaran anjing itu.
"huufffttt... selamat...selamat" Danial mengelus dada
karena tidak lagi bisa menjangkau mangsanya, anjing itu kembali pulang ke tempatnya. kepergian anjing itu membuat mereka semua merasa lega dan satu persatu turun dari pohon mangga yang ada di depan rumah warga.
semua nampak sudah berada di bawah namun tidak dengan Danial. ia bahkan bingung harus turun bagaimana.
"ayo Dan turun" teriak Satria di bawah sana
"moon maap nih eee...cara turunnya gimana...?" Danial menggaruk kepala
"jangan bercanda deh Dan, masa naik bisa pas turun nggak bisa" ucap Zain
"aku memang nggak bisa turun loh ini. cariin tangga kek, masa iya aku di sini terus"
"ya udah sih ya kamu jadi penunggu pohon mangga ini saja. cocok kok cocok, nanti aku datang bawakan sesajin untuk kamu" celetuk Kirana
"heh, sembarangan kalau ngomong. Sat..tolongin" Danial merengek kepada sepupunya itu
"memperherankannya, turun aja nggak bisa" Ayunda menepuk jidat
demi membantu sepupunya, Satria menuntun Danial untuk turun. sayangnya tanpa aba-aba remaja itu langsung melompat turun namun kesialan menimpa dirinya lagi. entah bagaimana sampai baju miliknya malah tersangkut di ranting pohon yang besar. jadilah Danial kini bergelantungan seperti kelelawar di pohon itu.
"tulung...tulung, huwaaaa ayaaah bundaaaa, aku terjepit. eh salah"
kelakuan Danial membuat teman-temannya terpingkal-pingkal apalagi sekarang dirinya meronta-ronta seperti ingin dihukum gantung.
Satria memutar bola matanya kemudian ia pun mengangkat tubuh Danial mencoba agar bajunya yang tersangkut dapat terlepas setelah itu ia menurunkan remaja itu.
"sial banget sih hari ini. udah dimarahi sama ayah, uang jajan di potong, di kejar anjing eh sekarang malah bergelantungan di pohon. hiks... menyebalkan" sepanjang jalan Danial terus menggerutu, bibirnya monyong beberapa centi ke depan
"maka nikmat mana lagi yang kamu dustakan" ucap Zain mengejek
"Miki nikmit mini ligi ying Kimi distikin" Danial mencebik dan menatap Zain dengan begitu kesal sementara Zain terkekeh pelan melihat kekesalan Danial
keluar dari gang yang panjang itu kini mereka telah berada di dekat sekolah SMA yang akan menjadi tempat bagi mereka untuk menuntut ilmu. setiap siswa baru yang akan melakukan MOS hari ini, mereka masih memakai pakaian seragam sekolah SMP dan akan berganti dengan seragam putih abu-abu jika MOS telah selesai dilaksanakan.
bunyi bel terdengar, pertanda semua siswa baru akan berkumpul di lapangan. dengan memakai seragam yang sama dan juga perlengkapan aneh yang mereka kenakan. enam remaja tadi berbaris dalam satu barisan yang sama. setelahnya beberapa orang yang berpakaian seragam sekolah SMA datang dan berdiri di hadapan mereka semua.
sudah pasti mereka semua adalah kakak kelas yang bergabung dalam organisasi OSIS.
"itu kak Galang" ucap Alea begitu semangat melihat Galang
"my bunny sweety-nya aku, cool banget sih" Ayunda mesem-mesem melihat Galang. saat Galang melihat ke arahnya, gadis itu langsung melambaikan tangan
Galang tersenyum dan hal itu membuat Ayunda seakan kejang-kejang tersengat listrik. Kirana langsung menggeplak kepala gadis itu agar dia sadar dari kehaluan tingkat dewanya.
"apaan sih Ki, sakit tau" Ayunda mencebik
ada tiga orang yang berada di sisi Galang. satu laki-laki dan dua perempuan.
penasaran dengan mereka...?
mereka adalah anak-anak dari ketiga pengawal andalan Sanjaya grup.
"assalamu'alaikum warahmatullahi, dan selamat pagi semuanya" sapa Galang kepada semua siswa baru
"wa alaikumsalam, pagi juga kak" jawab mereka semua
"senang sekali hari ini aku dan semua teman-teman yang berada di sini dapat melihat kalian semua secara langsung. bukan hal baru jika setiap tahun sekolah SMA xxx akan menerima siswa baru dari alumni sekolah SMP yang berbeda-beda. merupakan suatu kebanggaan bagi kami bisa dapat berkenalan dengan kalian semua nantinya"
"sebelum berbicara lebih jauh, aku ingin memperkenalkan diri terlebih dahulu dan juga teman-teman yang ada di depan kalian ini. perkenalkan nama saya Galang Pratama Sanjaya, saya adalah ketua OSIS di sekolah ini. dan cewek cantik yang berada di samping kanan saya ini, dia bernama Nagita Selvia Pramudya. dia adalah wakil ketua OSIS. di sebelahnya bernama Azka Rafandra sebagai sekretaris dan di samping kiri saya dia bernama Jihan Anggita dia sebagai bendahara"
Azka Rafandra adalah anak dari pasangan Thalita dan Randi, Nagita Selvia Pramudya adalah putri dari pasangan Pram dan Mita sedang Jihan Anggita adalah anak dari Helmi dan Sisil.
"masih banyak anggota OSIS yang tidak mungkin saya sebutkan nama mereka satu persatu. jika itu saya lakukan maka waktu kita akan habis hanya untuk perkenalan saja. kalian akan mengenal mereka di dalam kelas nanti"
"kegiatan MOS ini dilakukan agar kalian semua siswa baru dapat berinteraksi dengan baik dan lebih jauh lagi dengan kami semua kakak kelas kalian. jika nanti ada dari kakak kelas yang menyakiti atau membuat kelakuan yang melebihi batas dan membuat kalian terluka, maka silahkan laporkan hal itu kepada saya. kalian mengerti"
"mengerti kak" semuanya menjawab serempak
"kak Galang cool banget sih" Ayunda semakin eror
"dingin maksudnya...?" tanya Danial polos
"bahlul banget itu otak" cebik Ayunda
"lah, arti dari kata cool memang dingin kan" Danial menjawab enteng
"bisa diam nggak sih kalian" Satria menegur kedua sahabatnya membuat Danial dan Ayunda sama-sama diam
Galang melihat ke arah remaja-remaja itu. Danial hanya memperlihatkan gigi-giginya yang rapi sementara Satria hanya tersenyum. untuk Ayunda...? gadis itu belingsatan seperti ulat bulu ditatap dalam oleh Galang
"memperherankannya, udah gila kamu ya" Alea geleng-geleng kepala melihat tingkah Ayunda
"rese banget sih kalian, nggak bisa apa melihat aku bahagia menatap yang bebku" Ayunda mencebik
"ada yang ingin bertanya sebelum kalian semua akan masuk ke dalam kelas dengan masing-masing gugus yang telah dibagi kelompok waktu lalu...?" tanya Galang
"kak Azka sudah punya pacar belum...?" tiba-tiba seorang gadis mengangkat tangan dan bertanya ke ranah hal yang pribadi
Azka tidak menjawab namun untuk menjawab pertanyaan dari gadis itu, ia merapatkan badannya ke seorang gadis yang berdiri antara dirinya dan Galang. ia merangkul mesra gadis itu. siapa lagi kalau bukan Nagita Selvia Pramudya. gadis itu tersenyum manis kepada semua orang terutama kepada laki-laki yang kini merangkul dirinya
banyak yang kecewa saat Azka merangkul Nagita, bahkan ada sebagian yang menatap kesal ke arah mereka berdua terlebih lagi gadis yang bertanya tadi.
"kalau kak Galang, belum punya pacar kan...?" salah seorang lagi bertanya
"maaf, saya tidak bisa menjawab pertanyaan itu. baiklah sampai di sini perkenalan kita, silahkan kalian menuju ke kelas sesuai dengan gugus kelompok kalian"
"assalamu'alaikum"
"wa alaikumsalam"
Galang dan ketiga temannya meninggalkan lapangan sementara semua siswa baru mulai sibuk mencari teman-teman gugus mereka untuk menuju ke dalam kelas.
semua siswa baru dengan gugus masing-masing, menuju ke kelas sesuai gugus mereka. di depan kelas, telah tertancap papan nama dari kayu yang bertuliskan nama gugus setiap kelas.
yang paling membahagiakan adalah ternyata keenam remaja itu satu gugus. ketiga perempuan dari geng mereka melompat girang karena mereka tidak akan terpisah.
"bagus deh kalau kita satu gugus. aku malas mencari teman baru" ucap Alea yang kini sedang merangkul Danial dan Satria. gadis itu berada di tengah-tengah mereka
"punya teman baru bagus kali Al, jadi banyak teman. nanti belum tentu juga kita akan satu kelas" timpal Satria
"yah...tapi aku nggak mau pisah sama kak Satria dan kak Danial" Alea menunduk lesu
"kan ada kak Galang, tinggal minta aja sama dia untuk mengatur kelas kita nanti. biar aku yang menemuinya nanti, sekalian cuci mata" celetuk Ayunda
"pakai rinso sana kalau mau cuci mata" ucap Kirana
"ck, nggak harus pakai rinso juga kali. mataku akan kembali jernih kalau melihat senyum kak Galang" Ayunda mesem-mesem seperti orang yang tidak waras
plaaaak
"aw, Kirana" pekik Ayunda karena gadis itu menampar wajahnya
"memperherankannya, emang benar-benar udah gila lah kamu ini. malas ah dekat-dekat sama kamu, bisa-bisa aku ketularan gila" Kirana melengos pergi berlari kecil mendekati Zain yang berada di depan mereka semua
"kenapa...?" tanya Zain saat melihat Kirana datang dengan tiba-tiba
"nggak kenapa-kenapa, lagi pengen sama kamu aja" Kirana mengapit lengan Zain dan mereka melangkah beriringan
di dalam kelas peraturan pertama yang harus mereka patuhi adalah duduk bersama dengan lawan jenis. jika duduk sebangku dengan sesama jenis maka siap-siap mereka terkena hukuman.
Alea langsung menarik Danial untuk duduk di sampingnya, Ayunda menarik Satria dan tentu saja Kirana akan bersama dengan Zain. namun ternyata ada dua orang siswi yang datang menghampiri Danial dan Satria.
"hai, aku Indira dan ini teman aku Salsa" siswi yang bernama Indira itu mengulurkan tangan ke arah Danial
Danial tidak menyambut uluran tangan gadis itu. tanpa bicara, Danial hanya mengangkat papan nama miliknya yang terbuat dari gardus itu. di sana tertulis jelas nama remaja itu.
sedikit malu, Indira menarik tangannya dan membaca nama yang tertulis di depan mereka.
"Danial dan Satria. nama yang bagus, orangnya juga tampan. udah punya teman duduk nggak, kalau belum sama kita aja yuk" Salsa dengan percaya diri mendekati Satria
"kami sudah punya pasangan, jadi silahkan cari orang lain saja" ekspresi Satria yang datar tanpa senyuman membuat keduanya saling tatap menahan malu karena di tolak
Alea dan Ayunda maju ke depan dan merangkul mesra lengan kedua sahabat mereka. kedua gadis itu tersenyum manis ke arah dua siswi yang terlihat kesal dan kemudian mereka berdua kembali ketempat duduk mereka.
"centil banget, pengen ku cubit ginjalnya" ucap Ayunda
"kamu cemburu kak Satria di dekati cewek lain ya...?" Alea memicingkan matanya menatap dengan lekat gadis yang berambut sebahu itu
"enak aja, ya nggak lah...aku itu hanya kesal saja sama tingkahnya yang sok kecakepan" Ayunda balik badan dan duduk di samping Satria
salah seorang guru perempuan masuk ke dalam kelas mereka. dengan pakaian syar'i yang ia kenakan dan juga hijab panjang yang menutupi kepala dan dadanya. senyuman teduh sang guru membuat mereka semua seakan terhipnotis.
Danial bahkan terpana melihat kecantikan dan keanggunan guru itu. betapa tidak, saat wanita itu pertama masuk dia sudah menyuguhkan senyuman manisnya apalagi gingsul yang ia punya semakin membuat wanita itu begitu manis.
"masya Allah, ini bidadari apa malaikat ya" Danial menopang wajahnya dengan kedua tangannya
"itu mata tolong di kondisikan ya kak. kita ini masih sekolah, iya kali dia mau sama kakak" Alea mencebik
"aku hanya muji loh Al, siapa tau kan dia benar-benar jodohnya Danial Zabdan Sanjaya" Danial masih fokus dan senyum-senyum sendiri
"kamu aja masih bau minyak telon, udah sok-sokan bicara tentang jodoh. aku aduin sama ayah Adam nanti kalau kamu main mata sama guru" Zain berucap dengan berbisik agar dirinya dan Danial tidak di tegur oleh guru
"mulut ember kali lah kau ini Za" Danial mencebik
"bukan mulut ember, aku mulut jergen. kenapa nggak suka...?"
"nggak Ayunda nggak kakak, sama-sama nggak waras. memperherankannya" Alea memutar bola mata
"assalamu'alaikum semuanya" sapa guru tersebut
"wa alaikumsalam bu" jawab semuanya
"masya Allah ternyata siswa baru SMA xxx tahun ini cantik-cantik dan ganteng-ganteng semua. apa kabar, kalian semua sehat kan...?
"sehat bu"
"Alhamdulillah, semoga Allah selalu memberikan kita kesehatan. perkenalkan nama saya Maudy Fakhira, saya di sini sebagai guru yang mengajarkan pelajaran agama. salam kenal untuk kalian semua ya"
"ibu Maudy cantik" Danial berkata tanpa beban sedikitpun
semua orang langsung menoleh ke arahnya, sementara dirinya memasang wajah coolnya. Satria dan Zain menepuk jidat, sungguh teman mereka yang satu itu rada-rada geser otaknya.
"terimakasih banyak atas pujiannya, semua wanita memanglah patut di bilang cantik. kalau ganteng berarti dia laki-laki, betul begitu bukan semuanya"
"betul Bu"
"tapi ibu memang cantik kok, boleh minta nomor ponsel nggak Bu" siswa yang lain mulai memasang jurus jitu
ibu Maudy hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah mereka. baginya semua remaja yang ada di depannya itu adalah anak-anaknya dan juga adik-adiknya yang harus ia didik sebaik mungkin nantinya.
karena telah memperkenalkan diri kini tiba saatnya satu persatu siswa baru memperkenalkan diri mereka di depan kelas sebelum mereka akan menerima materi dari ibu Maudy.
satu persatu mereka maju ke depan dan kini giliran Danial yang akan tampil. ia pun berjalan dengan santai dan berdiri di hadapan semua orang.
"perkenalkan nama saya Danial Zabdan Sanjaya. saya alumni siswa dari sekolah SMP xxx, semoga kedepannya kita bisa berteman baik"
"boleh minta nomor ponsel nggak...?" gadis yang bernama Indira bersuara
"mau mengirimkan aku pulsa ya...?" Danial bertanya dengan polosnya
pertanyaan Danial membuat Indira tersenyum kecut dan memasang wajah kesal.
"jadi cowok matre juga kamu ya" seorang siswa yang bernama Jeki di papan namanya mencemooh Danial
Danial memasang wajah datarnya dan melihat papan nama remaja itu. setelahnya tanpa menjawab cemoohan Jeki, Danial berlalu turun melangkah ke tempat duduknya karena sesi perkenalannya telah selesai.
selesai dengan perkenalan kini ibu Maudy memberikan materi untuk mereka. satu jam lamanya mereka duduk mendengarkan kini ibu Maudy keluar dan semua siswa baru mulai untuk istrahat.
"aku lapar, ke kantin yuk" ajak Kirana
"kamu tau letak kantinnya dimana...?" tanya Zain
"ya kan kita bisa tanya"
"ya sudah ayo, aku juga lapar" ajak Satria
mereka keluar kelas untuk menuju ke kantin. di depan kelas, mereka celingukan mencari kakak kelas untuk menanyakan dimana letak kantin di sekolah itu. saat itu Nagita dan Azka terlihat oleh mata mereka, dengan langkah terburu-buru mereka semua mengejar dua orang itu.
"kak Azka" panggil Satria
Azka berhenti begitu juga dengan Nagita. keduanya balik badan untuk melihat siapa yang memanggil mereka. enam remaja berlari ke arah mereka, suara kalung dari kaleng susu yang berisi kelereng saling menyahut satu sama lain. karena mereka tidak diizinkan untuk melepaskan semua atribut meskipun di luar kelas terkecuali topi yang terbuat dari daun kepala.
"jangan lari-lari" Nagita menegur mereka
"maaf kak. kakak berdua mau kemana...?" tanya Satria
"kita mau ke ruang guru, kenapa...apa kalian butuh sesuatu...?" tanya Azka
"kami lapar kak. kantin di sini dimana ya...?" Alea akhirnya mengutarakan tujuan mereka
"di arah barat, belok kanan...di samping mushola" Nagita menjelaskan dan tangannya menunjuk ke arah barat
"kak Galang mana kak...?" Ayunda menanyakan keberadaan pujaannya
"lagi sibuk dia. sudah sana ke kantin, jangan lama-lama karena waktu masuk sebentar lagi. jika kalian terlambat bisa-bisa kakak kelas akan menghukum kalian semua" ucap Azka
"ikut MOS ribet banget sih, kayak ikut pelatihan militer aja" Danial cemberut "pengen pulang. aku bolos boleh nggak kak, kangen sama dedek Ragel di rumah" lanjutnya lagi
Ragel Zabdan Sanjaya, adalah anak kedua dari Adam dan Airin. saat ini, Ragel baru berusia satu tahun. selisih usia dengan kakaknya memang sangatlah jauh.
"memangnya cuman kakak aja yang kangen Ragel. Alea juga kangen tau, apalagi sama baby Samudera" Alea menimpali
Samudera Ezra Sanjaya adalah adik dari Satria Ezra Sanjaya, anak kedua dari El-Syakir dan Seil yang masih berumur empat bulan. untuk Alea, dirinya saat ini masih seorang diri belum mempunyai saudara yang lain. Zain memiliki seorang adik perempuan yang duduk di kelas tiga SD yang bernama Zafirah Hanida. Ayunda memiliki adik laki-laki yang juga masih duduk di kelas tiga SD yang bernama Ali Muttaqin. sementara Kirana, gadis itu sama dengan Alea, mereka berdua untuk sekarang masih anak tunggal.
"kira-kira kalau kamu bolos, om Adam kayaknya akan menggantung kamu di pohon mangga. kamu tau kan om Adam seperti apa kalau menyangkut pendidikan" Azka menatap ke arah Danial
"iya iya, kenapa sih semua orang pada mau melapor sama ayah, heran banget" Danial menggerutu dan berjalan meninggalkan mereka namun langkahnya terhenti tatkala Satria memanggil namanya
"mau kemana woi, kantin itu di sana bukan di situ" ucap Satria
"hiks... menyebalkan"
dengan menghentakkan kakinya Danial berbalik dan melangkah lagi. ia melewati semua orang dan mereka hanya geleng-geleng kepala.
"kami ke kantin dulu ya kak" Kirana berpamitan
"iya, makan yang banyak biar tetap kuat menghadapi MOS" Nagita menjawab dengan senyuman hangat
mereka berpisah dengan kedua kakak kelas itu. mereka menyusul Danial yang sudah jauh melangkah di depan sana. tiba di kantin rupanya sudah di penuhi oleh para siswa baru yang lain. tidak ada lagi tempat duduk, padahal kantin itu begitu luas namun rupanya tempat duduk masih kurang untuk menampung siswa yang datang.
"yah udah penuh" Alea terlihat kecewa
"makan di luar aja yuk, di depan sekolah ini kalau nggak salah ada warung bakso sama Indomaret. sebelum bel masuk berbunyi sebaiknya kita pergi sekarang" Ayunda memberikan usul
"bolehlah, daripada nggak makan sama sekali. tapi bakalan di izinkan nggak" Zain terlihat ragu
"coba aja dulu, ayo. penghuni perutku sudah demo minta menurunkan harga barang" Danial melengos pergi mendahului mereka
"apa hubungannya coba cacing perut sama harga barang" ucap Kirana yang ikut melangkah bersama yang lain
"lagi eror dia" timpal Ayunda tertawa kecil
keenamnya melangkah mendekati pagar sekolah. namun sebelum keluar dari lingkungan sekolah, mereka mencari kakak kelas untuk meminta izin. harusnya mereka meminta izin kepada guru namun karena mereka tidak melihat satu orang guru pun, mereka akhirnya memutuskan untuk meminta izin kepada kakak kelas.
dua orang remaja laki-laki yang berpakaian seragam SMA, terlihat sedang melangkah untuk keluar dari pagar sekolah. melihat mereka berdua, dengan cepat Danial bergerak berlari menghampiri keduanya.
"kak...kakak" panggil Danial kepada dua orang itu
keduanya menoleh dan mengerutkan kening tatkala Danial sudah berada di samping mereka.
"ada apa...?" tanya salah satunya yang bernama Haikal karena terlihat dari papan nama yang ada di baju sekolahnya
kelima kawanan Danial menghampiri teman mereka itu dan berdiri di belakangnya. dua siswa tadi nampak melihat ke arah mereka semua sebelum akhirnya kembali menatap Danial.
"kakak berdua mau keluar pagar sekolah ya...?" tanya Danial
"iya, memangnya kenapa...?" tanya Aqil, teman dari Haikal
"kami boleh ikut nggak kak. kami mau pergi makan di warung bakso yang ada di depan sana" Danial menunjuk tempat tujuan mereka "di kantin sekolah udah penuh sama siswa yang lain" lanjut Danial
"30 menit lagi kalian akan masuk ke dalam kelas. kami izinkan tapi kalian harus cepat jika terlambat maka siap-siap di hukum. kalian mengerti...?" Haikal berucap tegas
"mengerti kak, kami akan kembali tepat waktu" Danial mengangguk cepat
"kalau begitu ikut kami" ucap Haikal
keenamnya mengikuti langkah kaki kakak kelas mereka itu. Haikal mendekati satpam sekolah dan dengan sigap satpam itu berdiri dan membukakan gerbang sekolah. setelah berada diluar lingkungan sekolah, mereka berpisah di tempat itu. Danial dan teman-temannya menuju ke warung bakso sementara kedua kakak kelas mereka pergi ke tempat lain.
baru menginjakkan kaki di dalam warung bakso itu, mata Danial serta semua teman-temannya langsung menangkap tiga orang siswa baru yang sama seperti mereka. salah satunya adalah Jeki, salah satu siswa yang satu gugus dengan mereka semua.
Jeki melihat mereka semua dengan tatapan sinis terlebih lagi Danial. namun Danial tidak menanggapi tatapan remaja itu, ia mengajak semua teman-temannya untuk duduk di pojokan sebelah kanan tidak jauh dari tempat duduk Jeki dan dua orang temannya.
mereka memesan bakso yang sama karena waktu makan mereka tidak banyak.
"itu si Jeki ngapain liatin kita begitu banget sih" ucap Zain yang risih karena Jeki terus melihat ke arah mereka
"begitu banget gimana maksudnya...?" tanya Satria
"ya begitu, matanya udah mau lompat aja dari tempatnya" timpal Zain
"dia katarak mungkin" Alea menjawab tanpa dosa
"orang yang katarak nggak bisa melihat loh Al, kamu kalau jawab suka ngasal deh" Kirana menimpali
"biarkan saja, nggak penting juga kan buat kita" ucap Danial
pesanan bakso mereka datang. dengan lahap mereka menyantap makanan itu sampai habis tak tersisa bahkan kuahnya pun tidak tersisa di mangkuk.
"Alhamdulillah kenyang" Ayunda mengusap perutnya
belum bernafas lega dan mencerna dengan baik makanan yang telah masuk ke dalam perut, suara bel masuk berbunyi. mereka semua kelimpungan dan gelapan. dengan perut yang kekenyangan, terpaksa mereka harus berdiri untuk segera ke sekolah.
"ini uangnya bu, terimakasih" Satria memberikan uang dua lembar warna merah dan bergegas keluar
jarak antara warung bakso dan sekolah bisa dikatakan sedikit jauh. mereka semua berlari dengan cepat untuk segera sampai di gerbang sekolah. rupanya Jeki dan kedua temannya berlari sama-sama dengan mereka. melihat Ayunda yang tertinggal di belakang, Jeki tersenyum licik dan mempercepat larinya. saat tiba di dekat Ayunda, Jeki mengait kaki gadis itu hingga Ayunda jatuh di aspal.
bugh
"aw" Ayunda jatuh ke aspal
"upsss... maaf, aku sengaja" Jeki tersenyum mengejek
"gila kamu Jek, masa cewek kamu begituin sih" teman Jeki merasa kurang suka dengan perlakuan Jeki
teman Jeki itu mengulurkan tangannya untuk membantu Ayunda berdiri. gadis itu menerima uluran tangan teman Jeki itu dan berusaha untuk berdiri. lutut dan siku Ayunda terluka.
sementara Danial dan yang lainnya sudah berhasil masuk ke dalam sekolah. namun ketika merasa ada satu teman mereka yang kurang, semuanya berbalik dan melihat Ayunda sedang di kerumuni oleh tiga orang siswa baru tadi.
"kurang ajar, mereka apakan Ayunda" Satria mengepalkan tangan dan berlari keluar dari gerbang
yang lain mengikuti Satria, pak satpam bahkan meneriaki mereka semua namun tidak membuat mereka berhenti.
"Ayunda, kamu kenapa...?" Satria menarik Ayunda untuk dekat dengannya
"aku jatuh, dan semuanya karena dia" Ayunda menunjuk Jeki
"apa yang lo lakuin sama temen gue bangsat" Satria tersulut emosi dan mendorong Jeki dengan keras
"memangnya apa yang aku lakukan. dianya saja yang lemah dan jatuh setelah di senggol sedikit" Jeki sama sekali tidak merasa bersalah
"kamu dicelakai sama dia Ayunda...?" tanya Danial memastikan
"dia mengait kakiku" Ayunda menjawab dan meringis sakit
buuaak
tanpa aba-aba Danial melayangkan bogem mentah di wajah Jeki. remaja itu tersungkur di aspal dengan bibir yang robek karena berdarah.