SweetNovel HOME timur angst anime barat chicklit horor misteri seleb sistem urban
Blossom With You

Blossom With You

Chapter 1 : Malaikatku [Sio]

Sebelum memulai cerita ini Saya sebagai Author ingin mengingatkan sesuatu kepada para pembaca tercinta :

Biarkan ikan berenang dilaut,biarkan burung terbang dilangit, biarkan cacing menggeliat di dalam tanah, itu

adalah dunia milik mereka, takkan ada hari dimana semua itu akan bergabung dengan dunia kita. biarkan sebuah cerita berakhir menjadi cerita, biarkan hidupmu mengalir seperti yang kau pilih, jangan pernah menggabungkan hal - hal dalam cerita fiksi dalam kehidupan kalian karna kedua hal itu adalah sesuatu yang tak sesuai.jika ikan dipaksa hidup didarat tanpa air ia akan mati sama hal nya hidup kita, jika dicampur oleh suatu karya fiksi maka hanya kehancuran yang ada. nikmati sebagai hiburan bukan contoh suatu kehidupan, ambil sisi positif untuk dijadikan landasan bukan sebagai alasan dalam tindakan. Stay Read And Happy!

--------------------------------------------------------------------------------------------------

Aku adalah Sio seorang anak SMA kelas 1, lelaki dengan tampang tampan rupawan, tinggi, cool, tidak sombong, berhati lembut selembut uang 100 ribuan, membenci hal – hal berbau kasar sekasar uang 500 perak. Walau hidupku dipenuhi oleh kejaran dan jeritan wanita tapi aku tak pernah sakalipun berfikiran untuk menghabiskan waktuku untuk melayani mereka semua karena aku punya target yang harus ku capai di tahun pertama SMA ini. Tapi ini bukanlah cerita tentang anak populer dengan puluhan wanita yang mendekatinya tapi tidak ada satupun yang menjadi kekasihnya sampai tamat, ini adalah kisah tentangku dan malaikatku dalam melewati rintangan bersama – sama.

Pada suatu ketika aku menemukan surat di dalam tasku, dalam surat itu tertulis setelah selesai aku harus pergi ke taman dihalaman belakang sekolah.

“Haaah.” Ku hela nafas panjang

Mungkin jika orang lain yang mendapatkan surat seperti ini pasti akan senang bahagia gunda gundala,  tapi tapi tapi bagiku hal ini adalah kebalikannya dan juga

(Kenapa bisa ada didalam tasku? Kapan dia memasukkannya? Toh aku selalu disisi tas ini sampai kapanpun dan tidak pernah lengah.)

Saat semua urusanku selesai,

(Ahh percuma mikir ini itu setidaknya pergi dan pastikan saja)

Diantara bunga – bunga mawar yang indah, dibawah pohon besar terlihat sosok wanita cantik melihatku dengan serius sambil menyembunyikan kedua tangan dibelakangnya, mata birunya yang mempesona, rambut panjang hitam lurus serta bando berwarna pink dengan pita kecil yang terselip di antara rambutnya yang indah membuatku yakin, dia adalah Silia teman sekelasku.

“Si- Sio! Sebenarnya aku menyukaimu, mau kah kau menjadi pacarku?”

pengakuan cinta tak pernah lepas dalam kehidupan, namun karena aku adalah sosok yang di percaya baik sebaik malaikat dilangit tidak pernah ingkar janji serta ber aura pemimpin dan dapat dipercaya mereka pasti berfikir pasti mudah meluluhkan hati orang yang baik itu dan orang sebaik itu tidak mungkin punya kekuatan untuk menolak permintaan dari orang lain apalagi dengan wanita.

Tapi hal itu salah!

Dengan lembut ku elus rambut panjangnya sambil tersenyum lembut dan berkata.

“Maaf, aku tidak bisa, aku sudah memiliki malaikat dihatiku. Jadi jangan bersedih ya, aku yakin wanita secantik dirimu akan mendapatkan orang yang lebih baik dariku.”

Dibalik wajahnya yang menunduk tertutupi rambut itu terlihat tetes demi tetesan air mata membasahi tanah,

Dengan sigap aku melepas jaket favoritku dan ku tutupi wajanya dengan jaketku sambil melirik kanan kiri

“Disini tidak ada orang, aku akan meminjamkan punggungku untukmu untuk menghargai keberanianmu sekaligus bentuk permintaan maafku. Aku akan disini menemanimu sampai kamu puas lalu kita bisa kembali ke keadaan seperti semula.”

Aku pun berbalik dan membiarkannya menangis serta mendengarkan curahan hatinya.

“Aku sudah berusaha padahal!”

“Aku selalu melihatmu setiap saat aku selalu berharap bisa menjadi orang spesial bagimu aku ingin selalu bersamamu!”

Untuk sekarang aku hanya perlu diam dan mendengarkan setiap curahan hatinya keluar semua tidak perlu melakukan sesuatu yang tidak diperlukan

“Aku suka dengan mata mu, caramu duduk, cara mu menulis, cara mu berbicara, caramu berjalan, cara mu bersih – bersih, cara mu memasak, cara mu tidur, saat kamu memakai piyama ataupun memakai kaos biru kesayanganmu itu aku bener – bener suka semua darimu!“

(Tunggu dulu kenapa lama – lama jadi aneh ya?)

“Aku selalu mengoleksi semua foto tentang dirimu saat kamu belajar di kamar – “

(Ini mah sudah pasti stalker! haruskah ku telpon polisi sekarang?)

Setelah bertahan menahan fakta mengejutkan sekaligus menyeramkan itu akhirnya Silia mulai tenang,

“Kenapa kamu mau menemaniku seperti ini?”

“Hmm….setidaknya biarkan aku bertanggung jawab, yang membuat mu sedih juga aku.”

“Aku iri pada malaikatmu Sio. Dia pasti bahagia memilikimu.”

Aku dengan senyum kecut bergumam dalam hati

(Aku harap bisa seperti itu.)

“Bagaimana denganmu? Apa sudah mendingan? Aku antar pulang ya sudah sore ini.”

“Ah, tidak usah aku sudah merepotkanmu dari tadi. Ngomong – ngomong terima kasih ya Sio, sampai jumpa besok! ”

Dengan cepat ia melesat pergi sampai aku tak sempat membalas ucapannya,

“Haaaah.” Kuhela nafas panjang sambil memandang langit

"Aku melakukannya lagi, lagi – lagi aku membuat wanita menangis." Terdengar suara laki – laki berasal  di atas pohon tepat di atasku

“Pasti itukan yang kau pikir, tuan perfect?”

“Fero, sudah kubilang jangan se enaknya membaca pikiran orang lain kok. lagian apa yang kamu lakukan diatas sana?”

Iyap, dia adalah Fero sahabatku sejak SMP yang mengetahui sifat asliku. Sifat yang hanya kutunjukkan saat di rumah saja, dan tidak pernah ku perlihatkan didepan umum apalagi dikawasan sekolah karena itu sangat berbahaya bagi kesehatan mentalku jika sampai informasi itu bocor ke muka publik.

“Apa tidak capek menjadi orang perfect seperti itu?”

“TIDAK! Semua ini demi malaikatku!” dengan bangga dan lantang kukatakan padanya

“Hmmm, memangnya kamu yakin berdiam diri disini terus?”

Ku periksa jam tangan pink ditangan kiriku sudah pukul 4:50 sedangkan perjanjiannya tidak boleh pulang telat melebihi jam 5 sore, dengan jarak sekolah ke rumah mungkin akan memakan waktu 10 menit an kalau berjalan tapi kalau berlari -

“Dasar bodoh! kenapa tidak bilang dari tadi! AKU DATANG MALAIKATKU! ~~~  ”

Dengan semua stamina yang kumiliki, ku menerjang setiap rintangan dan godaan penjual makanan sambil meneteskan air liur.

“HIYAAAH!!!”

Ayam goreng! Ayam goreng!

Tidak! Tidak! Tidak! Aku harus menahannya

Kue – kue manis!

Tidak boleh boros! Bentar lagi masuk tanggal Tua!

Sate – sate!

Kenapa sekarang muncul dulu – dulunya saat dibutuhkan tidak pernah muncul!

Pizza!

Arrrghh! Banyak sekali godaan astaga aku tidak boleh lengah sedikitpun dilarang khilaf demi malaikatku

Jus stroberi, jeruk, mangga, pisang, singkong, bayam, terasi ,glukosa, NaCL, Sianida semua toko berjajar didepanku tapi dengan samangat juang tinggi layaknya prajurit yang hendak menjemput kemenangan aku berfokus menemui malaikatku tepat waktu.

“PASTI BISAAAAAAAA~AAAAA”

Setelah itu,

“Fiuh, akhirnya sampai juga dirumah tepat waktu.” Ku lap keringat di wajahku dengan tangan yang sudah penuh dengan kantong berisikan makanan.

Dengan wajah penuh kebahagian didepanku nampak sebuah malaikat mungil imut nan menggemaskan dengan pipinya yang tembem, matanya yang besar dan indah, rambut silver pendek yang lembut bagai kapas dengan pita merah menunduk di kepalanya seakan memberitau bahwa dia sedang sedih. Berdiri tepat di depan pintu seperti menungguku pulang.

Dengan wajah penuh kesepian perlahan ia menatapku layaknya tatapan anak kucing yang terlantar yang butuh kasih sayang, mata besarnya mulai berkaca – kaca saat melihatku sepenuhnya

“Ada apa Pio?! Siapa yang membuatmu seperti ini?! Biar kakak lawan!”

Ia pun memalingkan wajahnya menunduk menahan air matanya sambil menarik – narik kaos yang dipakainya kebawah. Apakah dia mencoba menyembunyikan rasa malunya?

“Ka-Kakak dari mana aja, adik kesepian dirumah sendirian.”

Ugh….. seketika dadaku serasa tertusuk oleh sesuatu yang tajam, yang jelas itu bukan panah pedang maupun kematian, tapi rasa bersalah sekaligus keimutannya sudah cukup membuat dadaku sakit.

“Maafkan kakak, kakak telah khilaf. Kakak akan berjanji tidak akan khilaf lagi dan selalu bersamamu.”

Wajahnya mulai terangkat dan berlari sambil menangis membuka lebar tangannya seakan meminta pelukan dariku

“Kakak!~”

Akupun melepaskan kantong berisi makanan dan langsung berlari dengan tangan terbuka lebar mengarah padanya

“Pio!~”

“Kakak!~”

“Pio!~”

Pio pun meloncat kearahku dengan manjanya sampai mata kami sejajar. Disaat itulah aku menyadari sesuatu yang janggal,

“AaaaaaAAAAAAA!” Pio menerkam kepalaku dan terus menggunyahnya

“Pi-Pio berhenti,

kakakmu kesakitan ini.” Kucoba melepasnya dari kepala ku namun gigitannya semakin kuat hingga ada sesuatu yang mengalir dari kepalaku.

“Darah! Pio Kakakmu berdarah! Tolong berhenti! Iya  - iya aku salah aku minta maaf!”aku pun mencoba melepaskan kepalanya dengan kedua tanganku

Tapi entah mengapa,

Pio Tiba – tiba melepaskan gigitannya dan pergi menjauh dari ku dengan langkah mungilnya

“Pio? Kenapa Pio marah pada kakak? Apa karena kakak terlambat?”

“Terserah kakak! Adik enggk mau tau lagi soal kakak pokoknya! Adik benci kakak!” Pio pun pergi meninggalkan ku terbaring dengan keadaan terkena luka fatal pada jiwa dan raga dari adik kesayangannya.

Setelah itu aku lihat jam tangan pink ku menunjukkan pukul 4:50 ,tidak berubah

(oh iya, ini kan jam tangan sudah rusak.)

Kucoba melihat jam dinding di atas pintu, disana menunjukkan pukul 4 sore

(Loh? Jam 4? Artinya aku tidak melanggar peraturan, terus kenapa Pio marah? Wanita sungguh membingungkan.)

Pio menuju ruang keluarga menonton idol Lio favoritnya di TV, aku pun terkejut. Tapi kali ini bukan karena idol apalah itu tapi aku terkejut melihat meja di depan pio penuh makanan tersaji dan yang paling penting ada 2 mangkok penuh nasi disana, seketika jiwa dan ragaku kembali tersembuhkan melihat adikku untuk pertama kali berjuang keras memasak demi kakaknya, yah karena selama ini aku yang biasanya mememasak.

Pio hanya duduk memalingkan wajahnya ke TV dan tidak menyentuk makanan sedikitpun, nampaknya ia menunggu untuk makan bersamaku. Apakah ini tanda – tanda bahwa ia mulai menyayangiku lagi?! Dengan bahagia aku langsung menuju kursi kosong disebelah Pio.

Saat aku mendekat, Pio langsung menendang kursi disebelahnya menjauh darinya dan wajahnya tetap tidak berpaling dari TV.

Walau merasa agak kesepian dengan tingkahnya yang dingin itu padaku tapi aku tidak menyinggungnya dan hanya menghela nafas dalam dan duduk memakan telur dadar buatannya.

Tidak terasa pipiku sudah di basahi oleh air mata dan teringat akan kejadian bulan lalu.

Kami sekeluarga pindah kesini karena tugas dari pekerjaan ayah dan harus menetap sampai urusan ayah selesai . setelah 2 tahun berlalu urusan bisnis ayah sudah selesai dan berniat untuk kembali ke inggris. Tapi Pio tidak setuju, dia ingin terus disini sampai lulus SMP dan masuk ke SMA yang sama denganku. Mungkin Pio tertarik dari cerita – ceritaku saat di SMA Lotus itu, hari – hari damai, menyenangkan, banyak teman, ada taman yang indah dan banyak event disekolah.

Dengan banyak rintangan akhirnya kami mendapat persetujuan dari orang tua kami dan tinggal disini berdua saja, sebagai kakak aku harus bisa melindungi, membimbing serta mengawasinya. Pekerjaan rumah adalah tugaskukarena ini adalah salah satu tanggung jawabku sebagai kakak, walau saat bersih – bersih selalu berakhir makin berantahkan, saat mencuci sering kali aku memasukkan sabun terlalu banyak sampai 1 ruangan penuh dengan busa, sering aku merasa kalau aku tidak akan bisa menjadi kakak yang bisa diandalkan oleh Pio kalau seperti ini terus bisa – bisa ayah dan ibu akan membatalkan permintaan Pio bersekolah di SMA Lotus dan kita akan pulang ke inggris.

Tentu sebagai kakak yang sangat menyayangi adiknya, pastilah ingin mengabulkan segala permintaan darinya apalagi ini adalah pertama kalinya Pio meminta sesuatu. Tapi dengan kecerobohanku ini bisa – bisa permintaan Pio akan dibatalkan,

Bahkan, setiap kali aku memasak selalu berakhir gosong, terlalu manis, pahit, dan banyak kegagalan luar biasa yang berhasil kuraih dengan sukses. Disisi lain Pio tidak pernah mengeluh dan selalu makan makananku yang gagal itu, berkali – kali ku larangnya tapi tetap memakannya dengan tersenyum manis sambil berkata

“Masakan kakak yang terbaik! Aku sayang kakak!”

Hanya dengan kata – kata simple itu sudah lebih dari cukup untuk menghidupkan kobaran semangatku untuk menjadi kakak yang bisa di andalkan oleh malaikat kecilku ini. Aku harus berjuang lebih keras untuk memperbaiki sifatku ini dan menjadi kakak yang luar biasa di matanya

Tidak terpikirkan bagiku, bahwa saat dimana aku akan memakan masakan adik kecilku ini akan datang secepat ini.

“Kakak kenapa menangis? Apa gara – gara adik terlalu kasar tadi? Atau gara – gara makanannya tidak enak? Maafkan adik kak.”

Pita Pio kembali menunduk, dia pasti merasa khawatir karena tiba – tiba air mataku mengalir tadi

Aku pun mengusap air mataku dan mengelus – elus rambutnya

“Tidak, kakak tidak apa – apa kok , kakak Cuma senang bisa makan masakan Pio  dan juga makanan buatan Pio sangat enak. Kakak sayang Pio!”

Pio terlihat kebingungan mencoba menutupi wajahnya dengan kedua tangan mungilnya dan memalingkan wajahnya dariku.

(Imutnya!! aku harus bisa melindungi keimutan ini dari para lelaki bejat itu.)

Setelah beberapa saat Pio kembali tenang dan ikut makan.

Setelah selesai makan aku pun membereskannya,

“Kakak aku tidur duluan ya!”

“Tidur? Sekarang masih jam 7 biasanya tidur jam 9.”

“Iya aku tidak mau terlambat untuk orientasi besok. Baiklah

selamat malam kakak!”

“Iya, selamat malam Pio!”

Besok ya, akhirnya Pio memulai Debut SMA nya. Karena tubuhnya yang mungil aku sampai lupa kalau besok dia sudah menjadi siswi SMA,hehe saat nya memetik dari hasil kerja kerasku selama ini yang aku sembunyikan dari Pio.

(Lihat saja besok, Pio)

“Hahahahahahaha!”

Tawa jahat keluar begitu saja dari mulutku, seketika ada buku melayang ke kepalaku

“Kakak berisik! Aku mau tidur!”

“Maap.”

Setelah beberapa menit kemudian,

“Fiuh akhirnya selesai juga mencuci piring. Hari ini aku Cuma memecahkan 2 piring saja ini adalah sebuah kemajuan besar.” Dengan bangga ku memandang piring – piring bersih mengkilap itu

Setelah puas memandangi pencapaianku aku segera memasukkan makanan – makanan yang kubeli tadi ke kulkas lalu bergegas menuju kamar sambil menghela nafas panjang,

(Haaah, aku harus membersihkan kamarku juga ya. Nampaknya malam ini aku tidur larut malam lagi.)

Kubuka pintu kamar,

Gelap gulita, ku coba mencari tombol lampu di tembok.

“Ah! ini dia.”

Saat cahaya sudah menerangi kamarku aku pun kaget dan segera mengambil ponselku

“Halo? Pak polisi?”

2 menit kemudian

Wiu~Wiu~Wiu~Wiu~ suara sirine mobil polisi yang sudah mengelilingi rumahku

“Jadi anda mencurigai ada seseorang yang memasuki dan mengotak - atik kamar anda?” tanya polisi kepadaku

“Iya pak! aku dari dulu selalu meninggalkan kamarku dalam keadaan berantakan. Tapi sekarang saat saya masuk semua bentuk kamar ku berubah bahkan menjadi rapi dan juga jaket kesayanganku tidak ada pak! Ini pasti maling pak! ” tegasku kepada polisi tersebut

“Apakah anda memiliki gambaran motif atau -”

Pio datang dan langsung membisikkan sesuatu kepada polisi tersebut.

Setelah itu,

“Baiklah kalau begitu untuk selanjutnya kuserahkan pada anda, segera hubungi kami kalau terjadi sesuatu yang aneh.”

Ketika polisi itu pergi, Pio langsung menutup pintu dan menguncinya, Pio pun memandangiku dengan tajam

“Eh? Apa? jangan melihat kakak seperti itu kakak jadi takut.”

“Jangan mendekat kakak beneran takut….aaaaaAAAAAAA”

Setelah itu aku ingat bahwa jaket kesayanganku  terbawa oleh Silia tadi.

Iyap, ini adalah cerita tentang perjuanganku dalam melindungi, mengawasi serta membimbing Pio dari marabahaya orang – orang bejat itu disekolah.

Ke esokan harinya disekolah,

“Hmm….sekarang cosplay jadi mumi lagi trending ya?” Tanya Fero dengan heran melihatku terbalut penuh oleh perban

Bersambung……………..

-------------------------------------------------------

hi para pembaca sekalian terima kasih sudah membaca Blossom With You Chapter 1,  kalau kalian suka jangan lupa untuk likenya dan jika tidak silahkan komen kritik dan sarannya, karena author juga manusia biasa yang tidak jauh dari kesalahan maka dari itu saran serta dukungan kalian sangat berarti bagi author, cerita ini akan terus on going rencanaku akan update secepatnya, sekali lagi terima kasih

nantikan Chapter selanjutnya

Chapter 2 Pahlawanku [Pio]

Namaku adalah Pio, orang – orang selalu memperlakukanku seperti anak kecil dan salah mengerti tentangku

“Hei, adik. Adik dari SD mana? Mama dan papamu dimana? Apa kamu tersesat?”

Pertanyaan itu selalu muncul dari berbagai orang, dan itu membuatku sangat jengkel. Walau dengan tubuh kecil ini tapi besok aku sudah menjadi anak SMA, jadi rasanya saat diperlakukan seperti anak kecil sangat membuatku tidak nyaman, iya..... tidak nyaman. Tidak nyaman?

Karena tidak mau di perlakukan seperti itu terus aku pun sering berbuat onar agar ditakuti oleh orang lain dan tidak dipandang sebagai sesuatu yang rendah.

Saat aku kecil aku pernah memukul dan menggigit anak lain, semua itu kulakukan agar mereka tidak mengejekku karena tubuh kecil ku ini.

Sampai hal itu terjadi.

Salah satu anak yang ku gigit marah dan membawa teman –teman nya untuk membalas perbuatanku, ditaman kecil tak ada orang tua tak ada orang lain selain kami aku di kepung oleh gerombolan anak – anak dengan tubuh besar aku hanya bisa berdiam diri ketakutan saat melihat mereka.

Tapi di saat itu,

“HEY! APA YANG KALIAN LAKUKAN!”

Terdengar suara anak laki – laki berteriak lantang kepada mereka dan langsung berlari menerobos mendekatiku,

“Kakak?!”

Ternyata dia adalah Sio kakakku, aku pun mendekati kakakku dan bersembunyi di balik badannya dengan gemetar ketakutan.

“APA YANG KALIAN LAKUKAN PADA ADIKKU?!”

“Dia duluan yang mulai, dia tiba - tiba menggigitku jadi aku hanya ingin membalasnya.”

“HANYA SEBUAH GIGITAN KAU MEMBAWA TEMAN – TEMANMU DAN INGIN MENGHAJAR ADIK KU? APALAGI KALAU CUMA GIGITAN PASTI TIDAK AKAN TERASA SAKIT KAU KAN LAKI – LAKI!”

Kakak terlihat sangat tegar saat menghadapi mereka semua, semua itu pasti kakak lakukan agar mereka takut pada kakak tapi aku tau yang sebenarnya takut adalah kakak, terlihat jelas tangan kakak yang tidak berhenti gemetaran saat menggenggam tanganku, walaupun begitu kakak terus berusaha melindungiku.

Tapi tampaknya hal itu disadari oleh mereka, mereka pun menghajar kakakku tapi kakak tidak pernah lari atau mundur saat di hajar oleh mereka, kakak memberikan perlawanan semaksimal mungkin pada mereka.

Kejadian itu didengar dan di hentikan oleh orang dewasa,pertikaian akhirnya selesai dengan kakak yang berakhir babak belur dan aku hanya bisa menangis.

Setelah itu akupun membantu kakak berjalan pulang,

“Kakak tidak apa – apa?” tanyaku dengan rasa khawatir aku pikir kakak akan mati

“Ini bukan masalah, luka seperti ini sudah biasa bagi kakak!” dengan percaya diri sambil tersenyum dia berkata seperti itu, walau aku tidak merasakannya tapi dari aku lihat itu pasti sakit luka lebam ada dimana – mana.

Saat melihat keadaan kakak aku kembali menangis,

“Pi-Pio kenapa kamu menangis? Apa ada yang sakit? Katakan pada kakak!”

“A-Adik tidak bisa me-lakukan a-apa – apa, karena adik kakak jadi seperti ini. Maafkan adik.” Air mata ku tak dapat dibendung terus mengalir dan membasahi setiap langka kami

Tiba – tiba kakak mengusap kepala ku,

“Pio, jangan menangis kecantikanmu bisa luntur loh. Begini saja sebagai gantinya suatu hari aku ingin makan masakanmu, jadi dengan begitu kita impas ya.” Ucapnya sambil terus mengusap kepalaku, mungkin ini pertama

kalinya diperlakukan seperti anak kecil bisa membuatku bahagia.

Dengan begitu aku pun ber tekad akan menjadi orang yang mandiri bisa melakukan semuanya sendirian dan tidak membuat kakak khawatir lgi.

Setelah sampai dirumah kakak dimarahi habis – habis an oleh papa dan mama, kakak mengatakan kalau perkelahian itu terjadi karena kesalahannya sendiri dan tidak menyebutkan namaku sedikitpun, melihatnya yang terus menerus melindunginya membuatku khawatir. Kalau seperti ini terus kakak tidakakan bahagia, aku ingin melihat kakak bahagia tersenyum bukan karena menghibur atau karena menutupi sesuatu tapi tersenyum karena bahagia, aku ingin melihat kakak benar - benar bahagia dan kalau saat itu tiba aku ingin melindungi kebahagiaan itu

sampai kapanpun.

Hingga hari itu tiba,

Kami pindah kesini karena pekerjaan ayah jadi terpaksa kakak dan aku juga pindah sekolah entah sampai berapa lama disini, kakak masuk SMP unggulan kelas 3 sedangkan aku masih kelas 2 dengan sekolah yang sama walau

saat berangkat dan pulang selalu bersama tapi kakak tidak terlihat menikmati waktu disekolahnya saat disekolah kulihat dia selalu sendirian tidak punya teman, mungkin itu yang membuatnya tidak menikmati saat – saat disekolah.

Tapi 2 tahun kemudian saat kakak berubah sejak masuk SMA, dia terlihat bahagia dan bersemangat saat makan pun dia selalu menceritakan tentang sekolahnya terlihat kakak sangat bahagia aku harap hal ini bisa terus

berlanjut….

Tapi harapanku tidak dikabulkan

Tiba – tiba papa memberitau kan bahwa urusannya disini sudah selesai dan harus segera pulang ke Inggris setelah kelulusanku dari SMP dan waktu itu sekitar kurang 1 bulan lagi. mendengar itu membuatku sangat kaget. Aku tidak mau melihat kakak yang kesepian seperti saat SMP dulu lagi, aku tidak mau satu – satunya kebahagiaan kakak hilang begitu saja.

Aku pun menolak dengan keras keputusan papa untuk pulang ke Inggris, aku beralasan karena ingin masuk SMA yang sama seperti kakak agar kakak tidak terkena imbasnya nanti kalau dimarahi kali ini biarkan aku yang

melindungi kakak. Untuk pertama kali aku membentak papa dan mama karena permintaan egois ku ini, jelas mereka sangat kaget melihatku seperti itu. Aku pun langsung pergi mengunci diri di kamar.

1 jam kemudian,

Tok! Tok! Tok!

Terdengar suara ketukan pintu kamarku, tapi aku hiraukan dan tetap bersembunyi di dalam selimut. Tiba – tiba pintunya terbuka, dengan panik aku langsung keluar dari selimut dan melihat kearah pintu.

(Padahal sudah ku kunci tapi kenapa bisa terbuka?)

Tidak lain yang kulihat adalah kakakku,

“Maaf kakak masuk, lagian kamu tidak mau bukain pintu buat kakak. Untung kakak punya kunci duplikat kamar kamu.”

Aku pun sedikit terheraN,

(Kenapa bisa kakak punya kunci duplikat kamarku dan juga buat apa?)

Aku pun kembali bersembunyi didalam selimut lagi,

“Aku sudah bicara dengan papa dan mama, tapi mereka tidak bisa berada disini karena mereka ada urusan penting disana, berkali – kali kakak membujuk mereka tapi tetap saja keputusan mereka untuk kembali ke inggris sudah bulat.”

Mendengar hal itu membuatku sangat sedih bukan karena aku tapi karena kakak yang harus merelakan kebahagiaannya itu,

“Trus kenapa kakak kesini? Kalau untuk membujukku untuk pulang ke Inggris aku tidak mau!”

Dari dalam selimut kutahan air mataku mencoba menahan rasa sedih karena ketidakmampuanku melindungi kebahagiaan kakak.

“Kakak belum selesai ngomong, sudah pasti kakak ingin mengabulkan permintaan adik imutku yang satu ini. Jadi aku ingin bertanya pada adik, kalau semisal adik tinggal berdua dengan kakak disini bagaimana?”

Mendengar usulan kakak memunculkan harapan kecilku untuk jalan keluar masalah ini,

“T-Tapi ini semua tergantung adik mau apa tidak aku tidak memaksa,,kakak akan berjuang demi adik apapun keputusan kamu kakak akan selalu mendukungmu.”

Setelah mendengar kabar baik itu aku langsung keluar dari selimut dan langsung memeluk kakak dan tersenyum, kakak juga ikut tersenyum melihatku.

Tapi saat aku memeluknya aku melihat luka lebam di pipi kakak, padahal tadi sebelum aku masuk kamar tidak ada luka ini. Jangan jangan luka ini didapat dari papa karena kakak mencoba mengusulkan ide gila itu pada mereka.

Pada akhirnya akulah yang dilindungi oleh kakak lagi, sampai kapan aku harus seperti ini aku harus segera mandiri dan tidak merepotkan kakak lagi aku tidak akan membuatnya khawatir lagi.

Setelah itu kakak kembali ke papa dan mama mengatakan bahwa aku setuju, dengan begitu mereka pulang ke Inggris terlebih dahulu dan ibu bilang akan kembali kesini saat urusannya disana selesai.

1 bulan berlalu sejak kami hidup berdua bersama,

Semua pekerjaan rumah dikerjakan oleh kakak, aku tidak pernah diperbolehkan membatu dengan alasan

“Lebih baik waktu kamu dipakai buat belajar agar bisa masuk SMA yang sama seperti kakak.”

Yah memang itu sekolah SMA unggulan jadi tidak mungkin anak biasa saja bisa masuk kesana, harus anak dengan nilai tinggi dan kepribadian baik yang diterima disana. Kesampingkan alasan – alasan lain aku harus bisa

masuk sekolah itu demi melindungi kebahagiaan kakak, tidak akan aku biarkan ada yang mengganggu atau mengacaukan kebahagiaannya.

Karena aku khawatir kakak yang tidak pandai dalam pekerjaan rumah itu dan sering memaksakan diri sering pulang malam dan berakhir sakit oleh karena itu aku membuat perjanjian dengan dia peraturan dilarang pulang

telat melebihi jam 5 sore.

Dengan peraturan itu setidaknya aku bisa sedikit lega, jadi aku bisa mengawasi kakak agar tidak memaksakan diri sampai sakit saat dirumah.

Hari demi hari terlewati sampai akhirnya aku benar – benar diterima di SMA itu, aku bahagia sekali dengan begini aku bisa mengawasi kakak juga disekolahnya.

Filia teman dekatku saat SMP ternyata ikut mendaftar di SMA yang sama denganku dan diterima juga. Biasanya aku memanggil dia lia biar mudah.

“Akhirnya besok aku jadi anak SMA.” Dengan gembira kucoba memakai seragam SMA dan bergaya didepan cermin kamarku

Hari ini dirumah hanya ada aku sendiri, entah kenapa kakak pergi kesekolah walau sedang libur seperti ini.

Tiba – tiba ponselku berdering…

“Halo? Ada apa Lia?”

“Mau melihat – lihat sekolah baru kita tidak? Supaya besok saat orientasi tidak tersesat?”

“Ide bagus, ayo Lia!”

“Ok, kalau gitu tunggu aku siap – siap dulu ya.”

Panggilan ponsel sudah dimatikan, aku kembali melihat diriku

dicermit dikagetkan ada penampakan

“AAAAAAAAAAA~ eh?” secara reflek aku berteriak tapi,

Ternyata itu adalah Lia, dia sudah masuk kamarku dan berdiri

tepat dibelakangku memakai seragam SMA juga

“Ayo, Pio kita berangkat!”

“Em…ya.” Seketika aku merasa bahwa kamarku sudah tidak aman

lagi

Setibanya di SMA,

Aku berkeliling bersama Lia dan semuanya mirip seperti yang diceritakan kakak, aulanya besar, kelasnya banyak bahkan ada 3 tingkat nampaknya untuk kelas 1 di tingkat pertama dan seterusnya, banyak menu dikantin, dan dibagian belakang sekolah ada taman yang dipenuhi bunga indah dan ada pohon besar ditengah –

(Jaket Itu? sepertinya itu memang kakak. Apa yang dia

lakukan disana?)

Kucoba mendekat sedikit lagi dan terlihatlah,

(hah?! Kakak dengan perempuan cantik? Apa yang dia lakukan?)

Entah mengapa perasaanku bercampur aduk melihat kakakku yang akan diambil oleh orang lain, aku tau aku tidak boleh egois seperti ini, ini demi kebahagiaan kakak jadi aku harus bahagia.

Entah apa yang mereka bicarakan tiba – tiba kakak mengusap kepala gadis itu dengan lembut, aku yang melihatnya dari jauh mereasa sangat resah. Tak terasa pipi ku sudah dibasahi oleh air mata,

Tidak! Aku tidak boleh menangis aku harus bahagia demi kakak, aku tidak boleh egois.

Entah kenapa setiap aku mencoba semakin tegar air mata ini semakin berlinang tak terhenti. Tanpa sadar aku sudah berlari menjauh dari taman.

“Pio? kamu mau kemana? Selanjutnya ayo berkeliling ke lantai 3.”

Aku terus berlari melewati Lia tanpa menjawab pertanyaannya, aku tidak ingin Lia melihatku dengan keadaan menangis seperti ini,

Tetesan air mata membasahi setiap jejakku, tanpa mempedulikan sekitar aku terus berlari dan berlari, aku tidak tau rasa sakit apa yang kurasakan didada ku ini. Aku tidak pernah merasakannya ini baru pertama kali tapi rasanya benar – benar perih. Kenapa aku menjadi seperti ini aku harus menunggu kakak pulang dan merayakannya dengan bergegas aku ganti pakaian menggunakan kaos yang dipakai kakak dulu saat kecil kira – kira

bagaimana reaksinya nanti ya.

Untuk melupakan rasa sakit ini aku membersihkan rumah dari ruang tamu, dapur, kamarku dan kamar kakak. Dan aku jadi teringat akan permintaan kakak dulu saat aku masih kecil saat dia babak belur karena

menolongku.

“Pio, jangan menangis kecantikanmu bisa luntur loh. Begini saja sebagai gantinya suatu hari aku ingin makan masakanmu, jadi dengan begitu kita impas ya.”

Akhirnya kuputuskan untuk pertama kalinya aku akan memasak dan itu untuk kakak kesayanganku,

Setelah selesai memasak aku langsung menyiapkan di meja makan, saat itu aku sadar belum mencicipinya tapi sebelum aku mencicipinya aku mendengar suara langkah kaki. Nampaknya berlari menuju kesini, dengan sigap aku

menuju depan pintu dan melihat siapakah yang ada dibalik pintu ini?

Setelah sekian detik akhir nya terpecahkan juga ternyata itu adalah kakak, ia mengusap keringat di wajahnya dengan tangan penuh kantong belanjaan seperti itu. Sepertinya kakak memang habis berlari pulang terlihat

dia sangat lelah.

Namun, saat aku memandang wajahnya aku jadi teringat kejadian tadi siang saat kakak bersama perempuan itu. Lagi – lagi rasa sakit ini muncul, aku tidak ingin kakak melihat mataku yang sudah berkaca – kaca ini.

“Ada apa Pio?! Siapa yang membuatmu seperti ini?! Biar kakak lawan!”

Setelah melihat reaksi kakak seperti itu aku sedikit lega sepertinya dia belum berubah sejak dulu, Untuk mengalihkan pandangan kakak aku menarik – narik kaos yang kupakai kebawah berkali – kali aku ingin tau

bagaimana reaksinya apakah dia akan mengingatnya? Masa – masa saat kita sering bermain bersama. Tapi wajah nya malah terlihat kebingungan, akhirnya aku mencoba ganti rencana.

“Ka-Kakak dari mana aja, adik kesepian dirumah sendirian.”

Sebenarnya aku ingin bilang, aku ingin kita kembali seperti dulu ke masa bermain bersama di saat kakak selalu memperhatikanku, tapi aku tidak bisa mengatakan semua itu.

“Maafkan kakak, kakak telah khilaf. Kakak akan berjanji tidak akan khilaf lagi dan selalu bersamamu.”

(Apa? khilaf? Jadi kakak dan perempuan itu benar – benar?! Lupakan saja selama kakak bahagia aku harus bahagia.)

Ku angkat wajahku dan melihat kakak dan berlari bersiap memberikan pelukan sebagai tanda kebahagiaanku,

“Kakak!~”

Seketika kakak langsung melepaskan kantong belanjaannya dan berlari kearahku.

“Pio!~”

“Kakak!~”

“Pio!~”

Aku pun meloncat untuk mendarat dipelukan kakakku itu, tapi saat aku mendekat aku mencium parfum wanita, ini pasti dari wanita tadi. Merasa jengkel tanpa sadar aku sudah menggigit kepala kakakku, tapi rasa kesal ini tak

kunjul reda aroma parfum itu semakin kuat nampaknya berasal dari punggung kakak. saat aku sadar tangan kakak sudah memegang kepalaku yang mencoba untuk melepaskan gigitanku.

Disaat yang sama, aku melihat tangan kiri kakak ada jam tangan pink. Iya, itu adalah jam tanganku dulu yang sempat hilang disungai, karena itu kakak jadi mencarinya dari pagi sampai malam ternyata dipakai oleh kakak sekarang. setelah melihat itu aku langsung tenang dan melepaskan gigitanku.

“P-Pio? Kenapa Pio marah pada kakak? Apa karena kakak terlambat?”

“Terserah kakak! Adik enggk mau tau lagi soal kakak pokoknya! Adik benci kakak!”

Aku akan mendukung hubungan kakak dengan wanita itu tapi aku juga berharap dengan begini kakak bisa lebih memperhatikanku juga.

Aku pergi ke meja makan sambil menonton TV idol favorit ku Lio disaat aku menikmati menonton Lio tiba – tiba ada berita mendadak dari saluran berita, karena saking kesalnya sudah memotong waktu Lio tak sengaja kakiku memberontak dan mengenai kursi sampingku. Karena tak ada siaran yang menarik aku mematian TV dan akan mengajak kakak makan bersama.

Ternyata kakak sudah duduk dikursi disampingku dan memakan telur dadar buatanku. Entah kenapa kakak langsung meneteskan air mata,

“Kakak kenapa menangis? Apa gara – gara adik terlalu kasar tadi? Atau gara – gara makanannya tidak enak? Maafkan adik kak.”

Kakak langsung mengusap air atanya dan langsung membelai rambutku dengan lembut,

“Tidak, kakak tidak apa – apa kok , kakak Cuma senang bisa makan masakan Pio  dan juga makanan

buatan Pio sangat enak. Kakak sayang Pio!”

Gawat aku senang sekali, bagaimana ini apa wajahku memerah?

Aku pun menutup wajahku dan berpaling dari kakak.

Selah beberapa saat aku mulai tenang lalu melanjutkan makan sampai selesai setelah itu aku pamit tidur duluan agar orientasi besok tidak bangun kesiangan sedangkan kakak mencuci piring - piring.

Kubaringkan tubuhku diatas lembutnya kasur kamarku dan mencoba menutup mataku perlahan……

Cetarrr *suara piring pecah

(Ahhh, mungkin kakak mecahin piring lagi astaga.)

(Gara – gara suara itu aku jadi gagal tertidur tadi, selanjutnya aku akan langsung tidur…..)

Perlahan tubuhku terasa ringan, kesadaranku mulai hilang,

nampaknya aku akan tertidur……

Cetarrrr *suara piring pecah lagi

(Astaga kakak!)

Kulanjutkan percobaan tidurku lagi selagi kantukku masih belum hilang……

Perlahan…..perlahan…..akhirnya aku berhasil tidur…..

“hahahahahaha”

Tiba – tiba aku terbangun kaget mendengar tawa jahat kakak, dengan kesal ku ambil buku yang ada didekatku dan melemparnya ke kakak

“Kakak berisik! Aku mau tidur!”

“Maap.”

Setelah semua beres untuk berjaga – jaga aku akan menyumbat telingaku agar tidak terbangun oleh suara yang aneh – aneh lagi.

Sekali lagi kubaringkan tubuhku dikasur dan mencoba mencari posisi ternyaman agar bisa tidur nyenyak…..

Tanpa sadar aku sudah tertidur……

Gelap,

Ini pasti di alam mimpi,

Tiba – tiba ada cahaya berkedip – kedip banyak sekali cahaya berwarna merah ~  biru ~merah ~ biru ~

merah dan terdengar suara walau kurang jelas nampak begitu berisik….

Tiba – tiba aku terbangun dari tidur, terlihat dinding langit kamarku ada cahaya yang sama seperti di mimpi,

“TUNGGU?! Ini bukan mimpi!” kulihat dari jendela kamar rumahku sudah dikepung mobil polisi kulepas penyumbat telingaku dan terdengar jelas itu suara sirine mobil polisi, dengan bergegas aku keluar kamar dan

melihat kakak berbicara dengan pak polisi.

“Iya pak! aku dari dulu selalu meninggalkan kamarku dalam keadaan berantakan. Tapi sekarang saat saya masuk semua bentuk kamar ku berubah bahkan menjadi rapi dan juga jaket kesayanganku tidak ada pak! Ini pasti maling

pak! ” kata kakakku pada pak polisi.

Mendengar hal itu pasti kakak salah paham dan yang paling mengesalkan ialah tindakanku ini disamakan oleh tindakan malin. Dengan bergegas aku berlari menuju pak polisi berbisik dan menjelaskan situasinya dan berkata

bahwa aku sudah mengetahui pelakunya dan biarkan kami yang mengurusnya.

“Baiklah kalau begitu untuk selanjutnya kuserahkan pada anda, segera hubungi kami kalau terjadi sesuatu yang aneh.”

Setelah pak polisi pergi aku bergegas menutup pintu dan menguncinya, aku benar – benar dibuat

sebel oleh kakakku hari ini.

“Eh? Apa? jangan melihat kakak seperti itu kakak jadi takut.”

“Jangan mendekat kakak beneran takut….aaaaaAAAAAAA”

Setelah itu aku pergi meninggalkan kakak dengan tubuh penuh bekas gigitanku tergeletak dilantai dan langsung kembali ke kamar.

Ini adalah kisah tentang kehidupanku bersama pahlawanku yang begitu menyebalkan…..

Keesokan harinya didepan rumahku, Lia menjemputku

“Kenapa kamu mirip panda begitu Pio, kamu lucu.”

Iyap pada akhirnya rasa kantukku hilang dan tidak bisa tidur sampai pagi tiba terpaksa aku harus menjalani Orientasi dengan keadaan seperti ini…….

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------

Kisah dinovel ini tidak selalu berfokus pada Sio, namun juga dari berbagai sudut pandang

disetiap tokoh, seperti pada chapter ini. sudut pandang di chapter ini adalah Pio sang adik

dari Sio,

nantikan Chapter selanjutnya dari Blossom with You, jika menyukainya jangan lupa Like

dan jika tidak jangan lupa kritik dan sarannya,

sekian terima kasih,