SweetNovel HOME timur angst anime barat chicklit horor misteri seleb sistem urban
HITAM DAN PUTIH (SIAPA KAU SEBENARNYA)

HITAM DAN PUTIH (SIAPA KAU SEBENARNYA)

MARAH?

Akihara on.

Kenalkan, namaku adalah Yuichi Akihara. Seorang kepolisian yang menangani kasus pembunuhan. Aku mengikuti jejak kedua orang tuaku yang menjadi polisi, juga kakakku yang super ganteng Yuichi Asakura. Tapi sayangnya dia jutek sekali padaku, sehingga aku benar-benar takut padanya. Aku tidak tahu harus berkata apa padanya, tapi dia tetaplah kakakku. Tapi tenang saja, dalam menyelesaikan kasus ini aku memiliki seorang teman yang dari dulu tidak pernah berpisah dariku. Namanya Kurosaki. Jika pembaca tercinta penasaran dengan sosoknya, nanti akan dijelaskan dalam cerita ini. Namun saat ini aku sedang menangani kasus yang sangat serius, tapi dihari pertama aku tugas, kakakku malah marah-marah padaku. Huufh, mau bagaimana lagi ya?. Namanya juga adik kecil?. Mau tahu bagaimana kisahnya?. Simak dengan baik kisah ini.

Akihara off.

Di sebuah rumah yang sangat mewah, telah terjadi pembunuhan yang merupakan seorang polisi devisi pembunuhan. Ia adalah Mayumi Sonozaki, seorang polisi devisi pembunuhan yang cukup terkenal. Bagaimana mungkin seorang polisi terkenal bisa dibunuh?. Apa penyebab seorang pelaku pembunuhan berani membunuh polisi?. Sungguh sangat berani sekali dia membunuh anggota kepolisian terkenal?. Apakah dia memiliki nyali yang sangat luar biasa sehingga ia melakukan itu?. Mari kita simak dengan baik apa yang menyebabkan polisi tersebut dibunuh.

Saat itu ada beberapa anggota kepolisian lainnya yang sedang memeriksa ruangan itu bersama beberapa anggota Penyelidik TKP yang sedang bertugas di sana. Mereka bekerja dengan sangat hati-hati agar tidak merusak jejak yang mungkin ditinggalkan oleh pelaku?. Apalagi orang yang sedang mereka tangani bukan sembarangan.

"Kau." Panggilnya pada seorang petugas yang tak jauh darinya. "Foto sudut itu dengan benar, nanti serahkan hasilnya padaku ya?. Biar aku analisis dengan benar." Lanjutnya lagi.

"Siap pak." Balasnya dengan semangat. Sudah menjadi tugasnya melakukan itu.

Asakura memerintahkan bawahannya untuk mengambil foto, ia merasa ada yang aneh di sana walaupun sedikit samar-samar, tapi ia yakin itu bisa jadi petunjuk nantinya. Tidak akan ia biarkan hal kecil apapun terlewatkan begitu saja.

"Yah, sepertinya ini akan menjadi kasus kesekian kalinya bagi kepolisian jepang." Ada suara dari arah luar terdengar oleh mereka semua. Tentunya itu membuat mereka melihat ke sumber suara itu.

Seseorang baru memasuki ruangan itu,  tentunya ia menjadi sorotan bagi mereka karena masuk tanpa izin. Siapa dia berani memasuki daerah terlarang itu?.

"Hei! Siapa kau berani memasuki ruangan ini tanpa izin?." Geki Ryuma salah satu anggota kepolisian dibawahi Yuichi Asakura tidak terima ada seseorang masuk, dan malah memberi komentar tentang kasus yang terjadi?. "Kenapa kau lancang sekali memasuki ruangan ini?." Ia terlihat sangat marah saat itu. Sungguh tidak tahu aturan sekali orang yang baru masuk itu. Setidaknya itulah yang ada di dalam pikirannya saat itu.

"Ah, maaf kalau aku lancang, tapi aku sedikit ada urusan di sini." Orang itu tersenyum kecil, ia menatap Yuichi Asakura?. Apakah dia mengenali Yuichi Asakura hingga seakan-akan ia meminta tolong padanya untuk memperkenalkan dirinya pada mereka semua?.

"Apa yang kau lakukan disini Akihara?." Asakura melirik sebentar, dan ia kembali fokus pada pekerjaannya. Ia sama sekali tidak peduli dengan adiknya yang saat itu memasang wajah minta bantuan darinya.

"Eh? Kau mengetahui siapa dia ketua?." Yuma Shinoda sedikit heran mengapa ketuanya ini bisa mengenali orang ini?. Apakah mereka pernah bertemu sebelumnya?.

"Tapi wajah mereka sangat mirip, seperti anak kembar." Yuhei Mamoru memperhatikan orang asing ini ada kemiripan dengan ketuanya.

"Ah, ya juga ya?." Taiki Sunako membenarkan apa yang dikatakan oleh Yuhei, mereka sangat mirip sekali.

"Siapa yang anak kembar?."

keduanya bersamaan menyangkal ucapan Yuhei, membuat mereka terkejut. Sepertinya mereka sangat tidak suka dipanggil anak kembali oleh mereka semua. Ada hawa membunuh yang mereka tunjukkan pada saat itu, membuat mereka sangat takut. Ingin rasanya mereka berlari meninggalkan ruangan yang akan terjadi pembunuhan untuk kedua kalinya karena hawa yang mereka tunjukkan sangat mengerikan.

"Yak!." Dengan nada sok akrab, Akihara menyapa mereka semua. "Kenalkan namaku, yuichi akihara, salah satu polisi satuan penyelidik kasus pembunuhan, mohon kerjasamanya ya? Senpai." Akihara memperkenalkan dirinya, sambil menunjukkan name tag plus lencana tanda bahwa ia anggota baru di kelompok ini.

Agak sedikit lama respon mereka, karena mendengarkan nama yuichi?. Apakah itu nama yang sama dengan Yuichi Asakura?.

"Heee?!."

Mereka semua terkejut mendengarkan nama Yuichi, itu artinya mereka saudara?. Atau mereka salah duga?. Atau bisa jadi hanya nama yang sama?.

"Ya ampun! Bisakah kalian tidak berisik?." Matanya menatap tajam ke arah mereka semua, termasuk ke arah adiknya. "Jika kalian masih ingin bermain-main sebaiknya tinggalkan tempat ini?." Asakura sedikit jengkel, ia hanya ingin mencari bukti kebenaran dengan tenang. Ia bahkan memberikan ancaman pada mereka semua.

"Haik!." Mereka hanya menurut saja dari pada terkena masalah nantinya.

"Dan kau! Akihara!." Ia menatap tajam ke arah adiknya sambil menunjuk ke arah Akihara. "Cepat lakukan tugasmu! Atau kau pergi dari sini dari pada mengganggu." lanjutnya sambil menunjuk ke arah pintu keluar dari ruangan itu. Entah mengapa ia begitu sewot hari ini, apalagi ketika ia mengetahui jika adiknya malah masuk ke dalam teamnya?.

"Oke, aku akan memulai pekerjaanku, tuan yuichi." Akihara hanya menuruti apa yang dikatakan oleh kakaknya.

"Mereka ini benaran saudara? Tapi kok beda ya?." Dalam hati mereka bertanya-tanya, apakah benar keduanya adalah saudara kandung?. Ingin rasanya mereka bertanya seperti itu, akan tetapi itu sangat mustahil. Tidak akan pernah dijawab oleh Asakura yang sangat tidak sudi dibilang mirip oleh orang lain. Siapa yang sudi mirip dengan adiknya?. Ia selalu membantah itu semua.

Akihara on.

Tangisan, seseorang akan menangis ketika hatinya merasakan sakit, menderita, kesepian, dikhianati. Hingga kegelapan menyelimuti hatinya yang tidak memiliki pegangan atau dorongan untuk kembali. Perasaan sesak yang tidak tertahankan lagi terkadang membuat seseorang lupa dengan apa yang telah ia lakukan. Bahkan ketika membunuh sekalipun ia tidak akan sadar sedikitpun. Aku harap mereka bisa mengatasi diri sendiri, aku harap mereka selalu kuat untuk menghadapi masalah yang terjadi pada setiap orang.

Akihara off.

Kasus pembunuhan itu memang sangat mengerikan, dapat terjadi pada siapa saja. Tapi harap diingat dengan baik, apapun yang kau lakukan pada akhirnya akan dimintai pertanggungjawaban. Karena itulah jaga dirimu agar tidak melakukan kejahatan yang membuat kau celaka pada akhirnya. Apakah yang akan terjadi selanjutnya?. Simak dengan baik kisah ini, karena ini hanyalah permulaan saja. Salam penuh cinta untuk pembaca tercinta.

Next halaman.

...***...

PENYELIDIKAN

...***...

Akihara on.

Ini baru perkenalan saja. Aku bisa melakukan itu, akan aku cari tahu kebenaran kasus ini. Pasti ada cara yang atau petunjuk yang bisa aku dapatkan dari kasus ini. Kurosaki pasti akan membantuku dalam menyelesaikan kasus yang sangat menggemparkan ini. Mau tahu kisahnya?. Simak terus ceritanya.

Akihara off.

Sua hari berlalu, namun belum ada titik terang dari pemecahan kasus ini terjadi. Akihara saat ini meneliti kembali ruangan itu, dan ia pasti akan menemukan sesuatu. Dua hari bukanlah waktu yang singkat hanya untuk melakukan penyelidikan saja. Itu karena ia berdebat dengan kakaknya yang selalu melarangnya melakukan apapun. Hampir saja ia berdebat panjang mengenai masalah yang sedang mereka atasi saat ini?.

"Bagaimana menurutmu kurosaki?." Akihara selalu meminta pendapat Kurosaki jika merasakan ada hal yang ganjal dengan kejadian yang ia lihat. "Ada hal yang tidak beres dengan miniatur meja ini." Ia terus berjalan pelan sambil meneliti di bawah meja miniatur yang terdapat di atas meja di ruangan itu. "Katakan padaku jika apa yang aku katakan ini benar?." Ia kembali bertanya.

Seorang laki-laki yang dipanggil Kurosaki keluar dari balik punggung Akihara, ia meneliti dengan baik apa yang dilihat oleh Akihara. "Ya kau benar, ada sesuatu yang ganjal di sini." Kurosaki dapat melihat bagaimana kejanggalan itu dengan menggunakan matanya. Sekilas ia seperti melihat apa yang telah terjadi di ruangan itu, termasuk meja miniatur itu. Namun penglihatannya sedikit gelap karena ada kabut kesedihan yang ia lihat.

"Baiklah, kalau begitu ayo kita lihat bagaimana dia bisa melakukan itu?." Akihara memejamkan matanya, ia menempelkan tangannya di meja miniatur itu, ia ingin melihat sesuatu yang bisa ia tangkap. Ia menggunakan kekuatan yang ia miliki dengan benar dalam menyelesaikan kasus pembunuhan itu.

"Teruslah melihat ke kanan, di sana. Ya di sana dia melakukannya." Kurosaki memberi instruksi pada Akihara agar terus fokus pada penglihatannya, ia hampir pada titik puncaknya, namun seseorang menepuk pundaknya hingga ia terlonjak terkejut.

Tap!.

"Hwa!." Akihara terperanjat terkejut karena tepukan itu. Padahal sedikit lagi ia mendapatkan jawaban itu. "Kenapa kau datang mendadak seperti itu?! Rasanya jantungku ingin copot."

Plak!.

"Aduh!." Akihara meringis sakit karena kepalanya digeplak oleh kakaknya, lumayan keras juga pukulan tangannya itu.

"Jangan terlalu berlebihan kau." Ia menatap tajam ke arah adiknya itu.

"Hmph!." Akihara dengan sangat kesalnya memalingkan wajahnya.

"Apa yang kau lakukan Akihara?." Asakura ternyata yang menepuk pundak adiknya itu. Ia hanya penasaran dengan apa yang dilakukan oleh adiknya dengan gaya yang seperti itu. "Kau ini bicara dengan siapa? Jangan mendadak gila di sini." Ia malah terlihat jengkel dengan sikap adiknya yang seperti itu.

"Jangan sembarangan berbicara, aku sedang berbicara dengan temanku."

"Teman mana yang kau bicarakan?!."

"Ku-." Akihara hampir saja menyebut nama Kurosaki, tetapi Lelaki itu entah pergi kemana.

Deg!.

Akihara sangat terkejut, ia tidak melihat Kurosaki?. "Secepat itukah ia menghilang?." Dalam hatinya merasa heran.

"Ku?." Asakura bingung dengan apa yang diucapkan oleh Akihara, dan ia malah mengikuti kemana arah adiknya itu melihat. "Apakah temanmu itu ku?."

"Ya ampun aniki! Bisakah kau tidak mengganggu kami?." Ucapnya dengan jengkel. "Aku hampir saja mengetahui siapa pelakunya!." Akihara terlihat kesal, penglihatannya tentang pelaku malah berantakan seperti itu, dan ia tidak lagi dapat melihat Kurosaki yang entah bersembunyi dimana jika melihat orang lain, bahkan kakaknya sendiri pun Kurosaki tidak ingin menampakkan dirinya.

Ctak!.

"Sakit!." Keluh Akihara sedikit berjongkok di lantai sambil meringis sakit. Jidatnya terasa berdenyut sakit karena perbuatan kakaknya itu.

Asakura menyentil kuat jidat adiknya, membuat Akihara kesakitan. Ia juga sangat jengkel dengan sikap adiknya yang seperti itu. Kenapa adiknya melakukan hal aneh-aneh yang tidak ia ketahui sama sekali?.

"Kenapa malah menyentilku?!." Akihara sedikit kesal, dahinya sangat sakit. Apakah kakaknya ini tidak punya perasaan sedikitpun?.

"Dari tadi aku perhatikan kau hanya sendiri disini, dan kau menyebut kami?!. Masih ngindur ya?." Ya, dia tidak melihat siapapun selain adiknya yang berlagak aneh sambil meneliti meja itu dengan raut wajah aneh. Asakura juga meneliti ruangan itu, ia juga ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi, rahasia apa yang tersimpan dibalik terjadinya kasus pembunuhan sadis ini.

"Huff, lupakan." Ia hanya menghela nafas pasrah saja. "Rasanya percuma saja aku menjelaskan padamu aniki." Dalam hatinya sangat kesal, toh kakaknya juga tidak akan tahu siapa Kurosaki yang membantunya dalam menyelesaikan kasus ini.

Asakura hanya diam saja dengan apa yang dikatakan adiknya itu. Meladani adiknya hanya akan membuang waktu saja, setidaknya itulah yang dipikirkan oleh Asakura saat itu.

"Aku akan ke ruangan lainnya, dan mengumpulkan beberapa informasi yang aku butuhkan." Akihara meninggalkan ruangan itu, ia ingin mengorek beberapa informasi yang benar-benar mengarah pada meja miniatur itu. Entah mengapa ia merasakan meja miniatur itu adalah saksi bisu kasus ini.

"Terserah kau saja, yang penting laporkan padaku apapun itu. Jangan bertidak sembarangan." Asakura tidak bisa mengatur langkah Akihara, walau bagaimanapun ia tetap seorang polisi detektif yang memiliki kewajiban untuk melakukan penyelidikan. Tapi ia penasaran dengan kata kami yang diucapkan oleh adiknya tadi.

"Haik! Dimengerti ketua." Ucapnya sambil memberi hormat pada kakaknya. Setelah itu ia benar-benar meninggalkan kakaknya yang masih terdiam melihat kepergian adiknya.

***

Di sebuah ruangan.

Sorot matanya terlihat sangat sedih, hantunya sangat sedih setelah apa yang terjadi. Hatinya merasa sesak, dan begitu dadanya yang tidak kuat lagi menahan tekanan itu.

"Meskipun dia telah tewas? Namun kau tidak bisa kembali lagi padaku." Tangis pilu telah menekan dadanya, ia tidak sanggup lagi untuk merasakannya. "Kau pergi meninggalkan aku dengan keadaan yang mengerikan, dan aku telah membunuhnya, harusnya kau kembali ke pelukanku." Ia tidak dapat lagi menyembunyikan perasaan sedih itu.

"Aku mohon kembali lah, aku telah membunuhnya, harusnya nyawa orang tidak berguna itu dapat mengembalikan nyawamu." Tangisannya semakin pilu ketika mengingat orang yang ia cintai pergi meninggalkan dirinya.

Sedangkan bagian ruangan keluarga.

Keluarga korban tentunya tidak terima dengan apa yang telah tejadi pada kepala keluarga mereka.

"Bagaimana mungkin ayah terbunuh di ruangannya sendiri? Aku sangat yakin jika dia yang telah membunuhnya."

"Tapi kita tidak memiliki bukti apapun untuk menuduhnya."

"Ibu tenang saja, percayakan saja pada para polisi itu, bahwa dia yang telah melakukan pembunuhan itu."

"Ya, itu benar sekali ibu, jangan pantang menyerah."

Mereka terus meyakinkan hati, jika yang telah melakukan pembunuhan itu adalah asisten ayah mereka. Hanya saja mereka belum memiliki bukti untuk memberatkan pelakunya.

Di saat itu juga Asakura mendengarkan itu merasa simpati.

"Kejadian di ruangan tertutup ya?." Dalam hatinya masih memikirkan apa yang telah terjadi sebenarnya. "Bagiku banyak alasan kenapa orang melakukan kejahatan, dan tidak sedikit alasan yang menggerakkan orang lain untuk melakukan itu." Dalam hatinya memikirkan itu. "Aku harap bisa menyelesaikan masalah ini, aku yakin ada alasan yang kuat, juga tuduhan mereka terhadap asisten itu." Setelah itu ia pergi meninggalkan tempat, ia masih harus menyelidiki masalah itu sampai tuntas. "Pekerjaan sebagai detektif polisi itu tidak mudah, banyak hal yang harus diperhatikan, dipertimbangkan, dan diteliti dengan baik." Dalam hatinya lagi, pikirannya masih belum tenang jika tidak bisa menyelesaikan masalah itu.

...***...

Akihara on.

Bisakah kau menebak yang terjadi?. Jika kau bisa menebak apa yang terjadi disekitar yang kau lalui, maka cahaya akan mudah didapatkan, dan kegelapan akan mundur dengan penuh kerelaan hati. Tetapi selagi kau memiliki jiwa untuk berjuang, maka suatu saat cahaya akan mengurangi kegelapan. Jangan mudah menyerah dengan apa yang kau inginkan. Dunia ini tidak sesakit itu, meskipun kau bermusuhan dengan saudaramu, suatu hari nanti kalian pasti akak berbaikan. Apapun caranya dan bagaimana situasinya kalian tetaplah saudara yang akan saling membutuhkan satu sama lain.

Akihara off.

Asakura dan Akihara masih berjuang mencari tahu siapa pelakunya, mereka mengorek informasi yang mengarah pada si pelaku. Kedua adik kakak yang memiliki profesi yang sama, sedang mencoba untuk mencari kebenaran yang sedang tersimpan di dalam ruangan itu.

"Akihara, push button." Suara Kurosaki terngiang di telinga Akihara.

"Hwoh!." Akihara sangat terkejut mendengar suara Kurosaki. Entah dari mana temannya itu muncul, tapi sepertinya Kurosaki sangat membantunya. Akihara menghela nafasnya dengan pelan, mencerna apa yang telah dikatakan oleh Kurosaki tadi.

"Ya, benar juga! Aku telah menemukan jawabannya dari kasus ini." Akihara akhirnya menyadari setelah melakukan investigasi dari beberapa saksi dan orang terdekat dengan korban.

"Kita harus segera mengungkapkan kebenaran itu." Kurosaki terlihat sangat bersemangat.

"Ya, tentu saja." Balas Akihara. "Setelah ini aku traktir kau sepuasnya kurosaki." Ucapnya sambil siap-siap adu jotos dengan Kurosaki. "Mari kita makan sepuasnya!."

"Arigatou." Kurosaki sangat senang dengan sikap ceria yang ditunjukkan Akihara.

Mereka selalu bersama dalam keadaan apapun?. Kurosaki selalu bersamanya dalam keadaan apapun, bahkan Kurosaki selalu menjaga Akihara saat tidur sekalipun. Akihara tidak mengerti itu kenapa, walaupun hanya berteman tapi Kurosaki sampai menginap di tempatnya selama bertahun-tahun tapi kakaknya sama sekali tidak mengetahui itu?. Akihara tidak mau memusingkan itu, karena baginya hanya Kurosaki saja yang menjadi tempat ia bertumpu. Bahkan ketika ia menjadi seroang polisi, hanya Kurosaki yang selalu bersama dirinya.

"Terima kasih karena kau selalu menemaniku dalam keadaan apapun, dan sekarang aku menjadi seorang polisi detektif pun kau menemani aku kurosaki." Akihara selalu berkata seperti itu pada Kurosaki sebelum ia berangkat kerja.

"Kau ini bicara apa akihara, aku adalah teman yang akan selalu mendampingimu dalam keadaan apapun itu." Balasnya dengan tawa kecil.

Apakah yang akan terjadi selanjutnya?. Apakah benar Akihara telah menemukan siapa yang telah melakukan itu?. Apakah mereka bisa menemukan siapa yang telah melakukan kejahatan itu?. Simak terus ceritanya ya pembaca tercinta. Salam penuh cinta. Next.

...***...