PECUNDANG SEJATI
Disebuah Rumah kecil di tengah hutan, terlihat seorang Pria bernama Simon sedang duduk menikmati secangkir kopi dan rokok.
Simon sudah tinggal di tempat ini selama 10 tahun terakhir, setelah kematian ibunya dan diusir dari rumah sewanya. Simon berakhir menjadi gelandangan dijalanan.
Pada saat Simon berakhir tidur dijalanan, seseorang menyapanya dan menawarkan sebuah pekerjaan dengan upah yang banyak.
Saat ini Simon bekerja bersama dengan temanya di sebuah Organisasi Informasi.
Organisasi ini menjual sebuah Informasi yang terkait dengan target seperti Data Pribadi dan Rahasia Perusahaan. Gaji yang diterima Simon cukup besar, sekitar 50 sampai 100 juta setiap informasi yang diberikan.
Walaupun memiliki banyak uang resiko yang ditanggung Simon cukup besar, dia harus menjadi buronan polisi dan beberapa Perusahaan yang mengincar Organisasinya.
Tidak terhitung berapa banyak darah dan luka tembakan yang ada ditubuhnya, diam-diam Simon merenungkan keputusanya saat itu.
Walaupun saat ini dia memiliki banyak uang, akan tetapi Simon tidak tahu harus berbuat apa dengan semua uang yang dia kumpulkan. Saat ini dia hanya hidup seorang diri, tidak memiliki keluarga dan kerabat.
Didalam hatinya saat ini benar-benar merasakan kehampaan, kenangan masa lalu berputar didalam pikiranya. Jika saja pada saat itu Simon lebih berusaha untuk memperjuangkan kehidupanya. Mungkin dia tidak akan mengalami penderitaan seperti ini.
Simon mungkin kuat menahan siksaan dan tembakan, tetapi penyesalanya dimasa lalu membuatnya benar-benar tersiksa. Setiap harinya dia berdoa kepada Tuhan untuk kedua Orang Tuanya.
*Kring... Kring... Kring... *
Bunyi suara telfon menyadarkan Shen Yu dari lamunanya, segera dia mengangkatnya, "Halo Jay ada apa ?"
"Simon kita ada pekerjaan dengan bayaran 10 Miliyar. Kita akan kaya teman... kita benar-benar akan kaya, Jam 3 sore kau temui aku ditempat biasa !" Jay sangat senang dengan Pekerjaan yang baru dia terima.
"Tapi Jay aku... "
"Tidak ada tapi-tapian teman, pokoknya kau harus datang. Tut... tut... tut... "
"Sialan orang itu selalu menerima pekerjaan tanpa membicarakanya terlebih dahulu padaku." Simon terlihat kesal dengan sikap Jay.
Sebenarnya Simon ingin keluar dari Organisasi Informasi dan hidup dengan tenang. Setelah selesai dengan Pekerjaan ini, dia akan berbicara dengan Jay tentang masalah ini.
Simon berdiri membuang rokoknya dan meminum kopinya sampai habis. Pergi ke sungai dan membersihkan tubuhnya, setelah selesai mandi dia berganti baju dan mempersiapkan Senjata miliknya.
Satu set Rompi Anti Peluru, Pistol dan sebuah belati. Simon tidak lupa membawa amunisi peluru dan memasukanya kedalam koper.
Menyembunyikanya diruang tersembunyi di bawah mobil dan bergegas berangkat menemui Jay di tempat pertemuan.
Simon mengendarai mobil dengan santai dan memasuki Kota Beihan, Simon berhenti sebenti sebentar dan mengamati Perumahan Elit.
Mengenang masa lalunya, sebelum Perumahan Elit ini dibuat, daerah ini merupakan tempat tinggal Orang Tua dan Simon pada waktu dulu. Sebelum rencana pembangunan Proyek ini didirikan, para warga melakukan demo dan diantaranya Ayah Simon juga ikut didalamnya.
Tetapi malangnya pihak lain menyewa beberapa preman dan melakukan aksi teror kepada warga, bahkan tidak sedikit nyawa yang hilang pada saat itu. Bahkan Ayah Simon juga meninggal setelah diculik dan dihajar para Preman.
Setelah kematian Ayahnya yang menyedihkan, Ibu Simon menyetujui untuk pergi dari Rumah itu. Tetapi pihak lain tidak memberi kompensasi atas penjualan dan kami hanya bisa pasrah, setelah itu kami berdua pergi menyewa rumah di tempat lain.
Pada saat itu Ibu Simon bekerja mencari uang sebagai tukang cuci dan Simon berhenti sekolah, lebih memilih untuk membantu Ibunya.
Takdir berkata lain selama 3 tahun Simon tidak bisa mendapatkan Pekerjaan dan Ibunya meninggal karena kelelahan.
Simon menyalahkan dirinya atas kematian Ibunya, Andai dia sedikit berusaha untuk mencari pekerjaan. Ibunya tidak akan menanggung beban seperti ini.
Simon tertawa dengan keras dan berkata, "Hahaha... Persetan."
Segera Simon pergi dari tempat dan menuju Hotel Venus. Setelah sampai didepan Hotel, Simon memarkirkan mobilnya dan berjalan masuk.
Menaiki Lift dan pergi ke lantai 7 dan masuk ke dalam ruangan, disana Jay dan 3 orang temanya sudah menunggu kedatangan Simon.
"Hahaha Temanku Simon... kami semua sudah menunggumu dari tadi !" Juy memeluk Simon yang baru sampai.
"Sialan ini baru jam setengah tiga sore, kenapa kalian semua datang lebih awal."
"Hahaha kemarilah aku akan mengenalkanmu kepada mereka !" Jay menyeret Simon masuk ruangan.
Jay memperkenalkan 2 orang pria dan 1 orang wanita kepada mereka, 2 Pria menggunakan nama samaran Black dan White. Sesuai dengan warna kulit mereka.
Sedangkan wanita itu tampak kekar dan berambut merah, dia memanggil dirinya dengan sebutan Red.
Simon didalam hatinya sangat geli mendengar kode nama mereka, tetapi dia menahanya dan segera memperkenalkan dirinya...
"Namaku Simon senang berkenalan dengan kalian."
Black, White dan Red tersenyum ramah dan berkata, "Baiklah Simon karena kau sudah datang mari kita bahas rencana kita ?"
Simon mengangguk dan menyetujuinya, Segera Jay maju kedepan dan membahas rencana yang telah dia susun.
"Kali ini kita akan membobol Grup Nandu, kali ini klien kita menginginkan informasi tentang Senjata yang baru-baru ini diciptakan oleh mereka."
Untuk tugas membuka jalan akan Jay menyerahkan kepada Black dan Red, Untuk tugas eksekusi diserahkan kepada Simon dan White.
Sedangkan Jay sendiri akan menyabotase kamera dan memantau keamanan mereka, sehingga lebih efektif untuk Simon dan White.
"Ini adalah Rute yang aku siapkan untuk kalian." Jay mengeluarkan sebuah kertas yang merupakan gambar denah bangunan.
Didalam Gambar... Jay sudah menandai Pos Keamanan disana. Sehingga bagian ini harus dihindari oleh mereka.
Untuk pelarian White dan Simon, Jay sudah menyiapakan 2 Parasut diatap Gedung. Sehingga White dan Simon hanya perluh terjun kebawah dan mendarat ditempat yang ditentukan. Ketika mereka sampai Black dan Red akan menunggu mereka dengan mobil dan bersiap melarikan diri.
"Bagaimana apa kalian setuju dengan rencana ini ?" Jay meminta pendapat dari Rekan-Rekanya.
"Oke kami setuju dengan rencana milikmu, jadi kapan kita akan mulai operasinya ?" Semua orang setuju dan tidak mempermasalahkan rencana Jay.
"Tengah malam." Jay menjawab dengan senyum diwajahnya.
"Baik mari mempersiapkan alat-alatnya." Shen Yu mengambil koper miliknya dan memperlihatkan amunisi kepada mereka.
Jay mempersiapkan Laptop miliknya dan memprsiapkan dirinya untuk menyabotase kamera CCTV, Simon dan yang lainya merawat senjata mereka masing-masing.
Jay dan 3 orang itu sangat bersemangat, dengan hadiah uang 10 Miliar yang dijanjikan. Kemungkinan mereka bisa Pensiun dengan tenang.
Berbeda dengan Simon, alasanya mengikuti misi kali ini karena persahabatanya dengan Jay. Simon tidak tertarik dengan uang sama sekali, baginya membantu Jay adalah balas budi yang bisa dilakukanya saat ini.
Sebelumnya Jay sudah menyelamatkanya ketika dia tidur dijalanan, walaupun dia memberikan Pekerjaan yang kotor. Tetapi Simon masih sangat berterimakasih dengan kebaikanya.
Tahun 2070 Kota Beihan.
Dipinggiran sebuah hutan, seorang lelaki bernama Simon berumur 50 tahun sedang duduk dan menghisap sebatang rokok.
Saat ini Simon menjadi Buronan polisi dan beberapa Perusahaan Besar, Dia bekerja sebagai Penjual Informasi bersama dengan temanya yang bernama Jay.
Kehidupan masa lalunya sangat sulit. Menderita kemiskinan, ditinggalkan teman-temanya dan ditinggal mati kedua Orang Tuanya ketika masih berumur 21 tahun.
Tidak lama setelah kematian Ibunya, Simon diusir dari tempat tinggalnya karena tidak mampu membayar sewa rumah. Setelah hidup dijalanan dan kelaparan selama berhari-hari, disitulah Simon bertemu dengan Jay.
Jay menawarkan untuk bekerja bersamanya di Organisasi Informasi, walaupun resiko dari Pekerjaan ini cukup berbahaya tetapi uang yang dihasilkan cukup banyak.
Setidaknya dalam satu kali pekerjaan Simon akan mendapat upah sekitar 50 sampai 70 juta tergantung permintaan klien.
2 bulan lalu Simon dan Jay membobol Informasi Perusahaan Nandu tentang senjata yang baru-baru ini dikembangkan. Ketika mereka berhasil mendapatkan datanya, Jay menjebak Simon dan menyebarkan Fotonya sebagai Pelaku pencurian data milik Perusahaan Nandu.
Bahkan semua uang dibawa lari oleh Jay dan Simon sekarang hidup dalam persembunyian.
"Jika aku bertemu denganya, aku akan mengulitinya hidup-hidup." Simon memukul pohon dengan keras, saat ini dia sangat marah dengan cara Jay menjebak dirinya.
Tidak terhitung dia dikejar beberapa kelompok yang menginginkan nyawanya, memikirkan Jay yang diluar sana hidup nyaman dengan semua uang itu. Membuat Simon naik pitam.
Mengerutkan keningnya Simon mendengar suara mobil yang mendekat kearahnya, dengan panik Simon maauk ke dalam rumah dan mengambil 2 buah Pistol miliknya.
Segera 20 mobil mengepung rumahnya, "Sialan Aku sudah berada disini selama satu bulan. Kenapa mereka masih saja bisa melacak keberadaanku ?"
"Simon menyerahlah. Kau tidak memiliki peluang untuk melarikan diri !" Pemimpin menggunakan pengeras suara dan berteriak, "kalian semua kepung rumah ini, jika dia melawan tembak mati saja orang itu."
Setelah perintah itu keluar, 30 orang dengan senjata api ditanganya bergerak ke depan dan perlahan mendekati Simon.
Simon dengan panik buru-buru mengambil kopernya dan mengeluarkan sebuah Bom, Simon melemparkanya keluar kearah orang-orang.
*Boom*
Ledakan Bom terdengar sangat keras, beberapa orang mati di tempat akibat ledakan yang begitu dekat.
Simon melihat peluang untuk melarikan diri, keluar dan menembak beberapa orang dengan pistolnya.
*Bang... Bang... Bang...*
Baku tembak terjadi antara Simon dan beberapa orang yang selamat. Lengan kirinya terkena tembakan dengan cepat Simon memasuki hutan dan terus berlari kedepan.
"Kejar dia... kita tidak boleh membiarkanya kabur kali ini !" Teriak Pemimpin Kelompok.
Dengan cepat Pemimpin dan beberapa Anak Buahnya turun dari mobil dan masuk ke dalam hutan.
Simon berlari dengan kesakitan, memegang lengan kirinya yang terkena tembakan. Darah segar mengalir dari tangan kirinya dan kepalanya sedikit pusing.
Setelah berlari cukup lama, Simon melihat sebuah jurang didepanya, "Sialan... kenapa hal ini terjadi padaku ?"
"Hahaha... sepertinya Tuhan berpihak kepadaku." Pemimpin Tim itu menyusul dan menertawakan ketidak beruntungan yang dialami Simon. Mengarahkan Pistolnya kearah Simon dan berkata, "Ada kata-kata terakhir sebelum mati ?"
Simon terlihat pasrah dan wajahnya sangat pucat karena kehabisan darah, "Kenapa kau bisa menemukan tempat ini ?"
"Simon... karena kau akan mati aku akan memberitahumu. Temanmu yang bernama Jay yang memberikan informasi ini kepadaku."
"Keparat itu..." Simon terlihat sangat marah setelah mendengar Jay yang memberitahu mereka tentang keberadaanya.
"Aku tidak tahu dendam apa yang kau miliki padanya. Tetapi aku minta maaf, karena ini Pekerjaanku. Aku harus .Membunuhmu disini."
*Bang... Bang...*
Simon terkena tembakan dan terjatuh ke jurang yang dalam. Menjelang kematianya Simon memutar kembali kenangan masa kecil bersama Keluarganya.
Air mata keluar dari matanya, Simon merasa bahwa Tuhan sangat tidak adil untuknya dan Keluarganya.
Dia selalu bekerja keras dan ingin merubah hidupnya, tetapi selalu ada kemalangan menimpanya. Ayahnya yang dibunuh oleh beberapa Preman karena mempertahankan rumah, Ibunya yang mati akibat kelelahan karena terlalu sering bekerja dan dirinya sendiri yang sulit untuk mencari pekerjaan.
Bahkan orang dia anggap sebagai teman, bahkan tega menjebak dan berniat membunuhnya.
Darah Simon mengalir dari tubuhnya dan mengenai batu kerikil didekatnya, seketika batu kerikil itu menyala memancarkan cahaya ungu.
Simon yang sedang sekarat berfikir ini adalah ilusi menjelang kematianya, tiba-tiba suara terdengar dikepalanya !"
[Sistem telah mendeteksi keberadaan Host.]
Cahaya ungu menyala kearah Simon.
[Kondisi Host telah dideteksi oleh Sistem. Apakah Host Ingin Mengulang ?]
[Iya / Tidak.]
"Mengulang ? tentu saja jika aku memiliki kesempatan kedua untuk menebus semua penyesalanku di masa lalu, maka jawabanku adalah Iya.
[Sistem memproses pengulangan waktu.]
Simon menutup mata dan kesadaranya menghilang. Tiba-tiba diseluruh dunia merasakan sebuah gempa, Bumi dan matahari berputar sebaliknya, Waktu di Bumi berjalan mundur.
Tubuh Simon dibungkus dengan cahaya ungu dan berubah menjadi partikel cahaya dan terbang menghilang.
Partikel cahaya itu berhenti tepat diatas sebuah rumah dan melesat masuk kedalam tubuh seorang Anak laki-laki yang sedang tidur di kamarnya. Cincin berwarna ungu muncul di jari telunjuk Simon.
Simon perlahan bangun dari tidurnya, merasakan rasa sakit dikepalanya. Melihat sekelilingnya, dia terkejut mendapati dirinya berada dikamar tempat tinggalnya waktu bersekolah dulu.
Simon berdiri dan melihat keluar jendela, dia terkejut bahwa pemandangan yang saat ini dia lihat masih sama dengan apa yang ada dipikiranya.
Menampar wajahnya berkali-kali, Simon masih tidak percaya dengan apa yang terjadi padanya saat ini.
*Kring... Kring...*
Ponsel milik Simon berbunyi dan dia terkejut dengan siapa yang menelponya !"
"Halo Nak, apa kau baik-baik saja disana ?"
Simon menangis mendengar suara wanita, "Ibu tidak perluh khawatir tentangku, Anakmu ini baik-baik saja disini."
"Kenapa kau terdengar murung Nak ? Apakah benar kau tidak apa-apa !" Ibu Simon terlihat khawatir dengan keadaan Simon.
"Yakinlah Bu... Putramu ini baik-baik saja disini, mungkin nanti aku akan kembali kerumah saat liburan."
"Pasti kau sangat lelah dalam belajar, kalau begitu istirahatlah dengan baik jangan sampai kau sakit. Ibu akan mematikan telponya!"
"Yah Ibu juga harus menjaga kesehatanya."
"Ada apa denganmu Nak, tidak biasanya kau mengkhawatirkan Ibumu ini ?"
"Tidak apa-apa, Apa tidak boleh seorang Anak mengkhawatirkan kondisi kesehatan Ibunya ?"
"Iya... iya... sudah sana istirahat, Ibu akan menutup Telponya !"
"Ya." Simon menyeka air matanya.
Simon meletakan Ponselnya diatas meja, dia benar-benar bersyukur bahwa ini bukanlah sebuah mimpi. Untuk saat ini Simon bertekad untuk bekerja keras dan merubah masa depanya.
"Kalian semua... walaupun aku terlahir kembali dengan cara seperti ini. Tapi kebencian ini tidak akan pernah bisa dihapuskan, tunggulah... aku secara pribadi akan menuntut balas kepada kalian semua."