SweetNovel HOME timur angst anime barat chicklit horor misteri seleb sistem urban
System Kekayaan Menantu Terhina

System Kekayaan Menantu Terhina

BAB 1

"Hari ini kamu di pecat dari perusahan saya, gara-gara kamu ,saya kehilangan pelanggan!" ucap bosnya tempat ia bekerja marah-marah.

"Apa! Maafkan saya Pak, tapi itu murni bukan kesalahan saya, pesanan yang saya antar itu benar, mungkin pelanggannya yang lupa sudah salah memesan atau dia punya masalah lain sehingga tidak fokus," jawab Charzo menjelaskan.

"Tidak ada alasan apa pun! Kalau kamu di pecat ya di pecat! Aku karena berbaik hati baru memperkerjakan kamu dulunya, ternyata benar, orang yang tidak berpendidikan ternyata memang tidak berguna!" ucap bos itu sungguh menusuk hatinya.

Memang benar, Charzo hanya tamatan SD, sedangkan yang lain tamatan SMA dan ada D3, tapi hinaan itu sungguh keterlaluan.

"Pak, sekali pun saya hanya tamatan SD, tapi saya bekerja dengan gigih, jika ingin memecat saya ya pecat saja, tapi tidak dengan cara menghina begini," ucap Charzo merasa sedih.

"Terserah! Saya tidak ingin melihat kamu lagi, cepat pergi dari perusahaan ini!" hardik Bos itu lagi.

"Bagaimana dengan gaji saya, ini sudah sebulan saya bekerja," pinta Charzo.

"Tidak ada uang gaji! Ini adalah kesalahan fatal yang sudah kamu buat! Pergi sana! Pergi!" bos itu mendorong Charzo dengan kuat untuk keluar dari perusahaan membuat ia terjatuh, lalu bos itu menutup pintu dengan keras.

Charzo terdiam menatap pintu tempat ia bekerja untuk terakhir kalinya. Ia bukan hanya di pecat, ia di hina dan juga keluar tanpa gaji. Sangat sedih rasanya, Charzo terpaksa pulang dengan tangan kosong.

Charzo hanyalah pria miskin yang dari kecil adalah anak yatim piatu, tinggal sebatang kara yang bekerja sebagai serabutan. Bertemu dengan Clara saat itu ia menyelamatkan Clara dari penjambret dan mereka menjalin kasih lalu menikah meskipun tanpa persetujuan dari orang tua Clara. Akan tetapi mereka saling mencintai meskipun belum di karuniai buah hati.

Charzo pulang ke kontrakan yang biasa mereka tinggal.

"Kenapa wajah Mas sedih? Apa terjadi sesuatu?" tanya Clara saat Clara melihat wajah sedih Charzo.

Charzo memeluk Clara dengan wajah sedih. "Maafkan Mas ya sayang, Mas belum bisa membahagiakan mu. Dan tadi mas juga di pecat tanpa gaji. Maafkan Mas yang tidak bisa memberikan kehidupan yang layak untuk mu," ucap Charzo sedih.

"Apa! Di pecat! Kenapa bisa di pecat Mas! Bagaimana kita bisa makan kalau kamu nggak kerja lagi!" ucap Clara dengan mimik wajah yang berubah. Clara menarik nafas panjang, sekali pun ia marah tapi ia tetap harus terima kenyataannya.

"Ya sudahlah, semoga saja Mas dapat pekerjaan baru nanti," ucap Clara pasrah. Sekalipun sang istri suka marah-marah nggak jelas tapi ia masih istri penurut.

Tiba-tiba saja ibu kontrakan mendatangi mereka yang sedang duduk di teras rumah.

"Charzo, katamu hari ini ingin membayar kontrakan! Mana bayarannya?" tanya pemilik kontrakan dengan membelalakkan matanya yang bulat itu.

"Maafkan saya buk, saya belum bisa bayar, saya baru saja di pecat dari pekerjaan dan gaji saya tidak di bayar, tolong beri kami kesempatan lagi menjelang saya mendapat pekerjaan, saya pasti akan melunasi kontrakan ini," ucap Charzo berharap.

"Apa! Kamu pikir saya tidak butuh uang harus menunggu kamu dapat pekerjaan! Kalau begitu lebih baik rumah ini saya kontrakan sama orang lain saja! Sudah 2 bulan kalian belum bayar dan masih beraninya minta waktu lagi! Keluar kalian dari rumah ini dan bawa barang-barang kalian yang tidak berharga itu! Kalau tidak sanggup bayar jangan mengontrak, bikin susah orang saja!" teriak pemilik kontrakan murka.

Dan dengan dengan berat hati, suami istri itu membereskan pakaiannya dan keluar dari tempat tinggalnya itu, mereka di jalanan luntang lantung seperti gelandangan.

"Mas, kita ke rumah orang tua ku saja ya, kita tinggal di sana untuk semetara waktu menjelang kamu dapat pekerjaan tetap," saran Clara.

"Tapi … apa tidak apa-apa tinggal di sana? Bagaimana dengan mu? Mereka pasti tidak menerima kita," ucap Charzo ragu-ragu.

"Tidak apa-apa, aku akan memastikan jika mereka menerima kita dan menyakinkan kita untuk tinggal sementara waktu," ucap Clara yakin.

Mereka pun berjalan menuju rumah orang tua Clara. Meskipun tidak terlalu kaya raya, tapi orang tuan Clara termasuk orang yang berada, ayah Clara bekerja di perusaahan ternama di kotanya dan begitu juga dengan kakak dan Ipar-iparnya yang lain, mereka semua berpendidikan tinggi dan bekerja sebagai pegawai kantoran.

Sesampainya di sana, mereka masuk ke perkarangan rumah Clara dan mengetuk pintu.

Tok! Tok! Tok!

"Ibu, ibu, aku datang!" panggil Clara.

Mendengar ada suara di luar pintu, ibu Clara membuka pintu dan melihat kedatangan anaknya bersama dengan menantu yang ia benci itu.

"Oh, ternyata kamu tahu jalan pulang? Untuk apa kau ke sini?" tanya Lena menatap tak suka ke arah Charzo.

"Ibu, aku ingin berbicara dengan ibu sebentar," ucap Clara berjalan mendekati ibunya.

"Mas tunggu di sini sebentar ya," ucap Clara menarik tangan ibunya ke dapur.

"Ada apa?" tanya ibunya lagi. Charzo mengulurkan tangannya ingin bersalaman dengan mertuanya, tapi sedikit pun ibu mertuanya itu tidak sudi menjabatnya.

"Ibu, aku meminta kepada ibu untuk membiarkan aku dan suamiku tinggal di sini untuk semetara waktu menjelang ia mendapatkan pekerjaan. dia baru saja di pecat dari pekerjaannya, dan tadi … kami baru saja di usir dari kontrakan. Jadi aku mohon pada ibu agar membiarkan kami tinggal di sini," ucap Clara membujuk ibunya.

"Sudah aku katakan pada mu sejak awal! Jangan menikahi pria miskin sepertinya, pada akhirnya dia menyusahkan kita semua, pria yang tidak punya apa-apa itu masih saja kau pertahankan! Cerai saja dengannya!" ucap ibunya kesal.

"Ibu, aku mohon, jangan pisahkan aku dan suamiku ibu, aku sangat mencintainya, tolonglah ibu," ucap Clara memohon.

Entah apa yang di bicarakan lagi oleh Clara dan ibunya, yang pastinya Clara keluar dari dapur terlihat matanya memerah karena baru saja habis menangis, tapi saat di depan Charzo ia tersenyum.

"Kalian tinggal di kamar gudang saja, jika ingin tinggal di sini!" ucap sang ibu meninggalkan Clara, sedikit pun ia tidak ingin melihat Charzo.

"Ini gara-gara kamu karena di pecat baru kita tidur di gudang," omel Clara.

"Maafkan Mas sayang, lain kali setelah mas dapat pekerjaan baru kita pasti tidur di tempat yang layak," ucap Charzo menyakinkan.

"Terserah mu sajalah," ucap Clara. Mereka pun pindah ke gudang dan membersihkan tempat tersebut. Meskipun begitu mereka tetap bahagia dan sambil bercanda ria.

"Wah … tidak menyangka ya adik, datang jauh-jauh malah tinggal di gudang, kalian di sini pasti tidak di terima. Duh duh duh, kasian sekali kalian ya," ucap kakak Clara nomor 2 yang bernama Carry dengan wajah mengejek.

Mereka berhenti sejenak membersihkannya. "Tidak apa-apa kak, meskipun begitu aku tetap senang," jawab Clara tersenyum.

"Oh senang ya? Kalau begitu di sini memang tempat kalian sih. Lagian siapa suruh menikah dengan pria yang tidak berguna ini, pada akhirnya hidup mu berakhir dengan tragis," ucap Carry dengan enteng sambil melihat kuku-kukunya yang indah itu.

"Kakak, jangan begitu," ucap Clara dengan wajah yang berubah.

"Cih sungguh menyebalkan! Kalian memang pantas tinggal di gudang berteman dengan tikus dan kecoak. Ck! Sungguh menjijikkan!" ujar kakaknya itu keluar dari gudang tersebut dengan merasa jijik.

BAB 2

2 tahun berlalu, Charzo masih tinggal di rumah orang tua Clara. Ia juga malah menjadi pembantu di rumah orang tua Clara.

Seperti biasa, Charzo harus membuat sarapan untuk semua orang, padahal kakak pertama dan kedua Clara tidak bekerja dan duduk di rumah, tapi seluruh pekerjaan rumah dari memasak, menyapu mengepel, membersihkan semua toilet, mengurus taman, mencuci baju, mencuci piring dan semua pekerjaan rumah Charzo yang membereskannya.

Untungnya Clara sudah mendapatkan pekerjaan kecil-kecilan yang hanya cukup untuk makan berdua, tapi untuk membayar sewa rumah, mereka belum sanggup.

Mereka terpaksa tinggal terlalu lama di rumah mertua karena keadaan ekonomi yang masih kurang mencukupi. Tentu saja Charzo terus mendapat penghinaan yang setiap hari ia dengar karena ia tidak mendapatkan pekerjaan. Bagaimana ia bisa mendapatkan pekerjaan, pekerjaan di rumah jika tidak selesai maka ia tidak boleh pergi kemana pun, pekerjaan rumah yang menggunung itu mana mungkin bisa di selesaikan dalam waktu singkat, akhirnya ia tidak pernah sempat keluar untuk mencari pekerjaan.

Pagi itu, Charzo membuat sarapan seperti biasa dan menyajikan makanan itu di atas meja. Lena mencicipi makanan yang di masak Charzo, mendadak ia menyemburkan makanan itu dari mulutnya itu ke arah wajah Charzo. Charzo terkejut mendapat semburan makanan itu, rasanya sangat menjijikkan.

"Uhuk! Uhuk! Makanan macam apa ini!" teriak Lena mengambil tissue dan menyeka mulutnya.

"Kamu sudah lama tinggal di sini tapi masih saja membuat makanan yang tidak enak ini! Kamu mau tinggal gratis di sini! Atau kamu sengaja membuat makanan sampah seperti ini! Kamu sangaja ingin membunuh ku dengan makanan yang sama seperti mu ini! Sekarang kamu makan ini!" hardik Lena membuang makanan itu ke lantai.

"Maafkan aku ibu mertua, aku akan memasaknya lagi," ucap Charzo memungut makanan di atas lantai dan menaruh di piring untuk ia buang.

"Kau makan makanan itu sekarang! Aku tidak mau ada makanan yang terbuang!" hardik Lena dengan membelalakkan matanya.

Charzo menatap makanan yang ada di piring itu dengan tatapan sayu.

"Jika kau tidak ingin memakannya aku akan menceraikan kau dengan Clara!" ancamnya lagi. Mungkin jika dirinya di hina ia terima, tapi untuk berpisah dengan istrinya ia sungguh tak rela. Sang mertua juga hanya berlaku kasar saat Clara berangkat kerja. Demi istri, Charzo rela melakukan apa pun termasuk menahan hinaan dari mertua dan iparnya.

Charzo mengambil makanan itu dan memakannya, mereka terlihat sangat puas hati sambil tersenyum sinis.

"Aku tidak tahu apa yang di lihat Clara sampai ia bisa menikahi pria sampah seperti mu, sudahlah jelek, miskin, bodoh lagi," ucap Carry, kakak kedua Clara.

"Aku rasa dia hanya menunggu waktu saja, nanti kalau sudah bosan toh di campakkan juga pria idiot ini," sambung Carin.

"Kamu itu harus sadar diri, tinggal di rumah orang itu kerja yang benar! Jangan asal tinggal terus tidak mengerjakan apa-apa, lihatlah sekarang, malah anakku yang bekerja! Apa kamu tidak malu menjadi seorang pria. Benar saja, pria sampah yang tidak punya pendidikan mana ada yang mau mengajak mu bekerja! Aku seumur hidupku tidak sudi menganggap mu sebagai menantu ku!" tukas Lena menatap Charzo yang menundukkan kepalanya dengan mata berkaca-kaca sambil memakan makanan yang di buang tadi.

Charzo cukup sadar diri karena menumpang di sini, mau tak mau ia harus menerima perlakuan yang buruk dari mereka semua.

"Habis cuci piring bersihkan rumah, cuci baju, nyapu dan ngepel. Aku nggak mau baju ku di cuci dengan mesin cuci, harus dengan tangan dan harus bersih, ingat itu!" ucap Lena dengan mata terbelalak.

Charzo mengangguk.

Saat melakukan itu tentu saja di saat Clara tidak ada di rumah, Clara sudah duluan pergi bekerja karena ia buru-buru berangkat kerja.

Charzo membersihkan piring yang ada di meja, terlihat mertua dan kedua kakak iparnya membawa beberapa keranjang baju kotor.

"Cuci semua baju ini dengan bersih, jika tidak kamu akan mengulang mencucinya lagi!" ucap Lena menatap dengan tatapan tajam ke arah Charzo.

***

Hari berganti bulan, Charzo terus mendapatkan perlakukan yang kasar dari mertua dan iparnya, ia sudah berusaha pergi mencari pekerjaan, tapi tetap tak kunjung mendapatkannya.

Di tambah lagi, pernikahan mereka yang berusia 2 tahun lebih belum juga di karunia anak dan mengatakan jika Charzo lah yang bermasalah.

"Aku sudah tak tahan melihat sampah itu tinggal di sini, aku harus melakukan sesuatu padanya," ucap Lena sambil berpikir.

"Apa yang kamu pikirkan Bu?" tanya Ayah Clara.

"Aku sangat membencinya, aku ingin melakukan sesuatu padanya membuat ia pergi dari rumah ini dan meninggalkan Clara dengan sendirinya, dengan begitu tidak terlihat jika kita mengusirnya, tetangga juga selalu menceritakan tentang dia, aku malu! Aku tidak bisa membiarkan dia terus tinggal di rumah ini lebih lama lagi," ucap Lena menatap jendela dengan siasatnya.

"Terserah kamu saja maunya seperti apa, aku menyuruhmu enggak, melarang mu juga tidak, kau pikirkan saja caranya sendiri, aku mau menonton film kesayangan ku dulu," ucap Ayah Clara duduk di depan tv dan menonton serial yang ia sukai.

"Hm … aku punya ide yang lebih cemerlang, aku akan membuat dia menjadi idiot, dengan begitu aku bisa menindasnya setiap hari," ucap Lena tersenyum sinis.

Terpopuler