Sistem Kekayaan: Jam Dan Waktu
Novel ini hanya untuk hiburan saja, jika tidak suka silakan skip dan tinggalkan. Tidak perlu memberi ulasan buruk yang menjatuhkan. Karena menulis dan memikirkan alur tidaklah mudah.
......☘️☘️☘️ Happy reading ☘️☘️☘️......
......❤️❤️❤️❤️❤️❤️......
Di tengah pasar banyaknya orang berlalu lalang sibuk dengan aktivitas mereka, di mana pembeli dan penjual sedang menawarkan harga dan barang. Terlihat seorang pria yang masih duduk di pinggir jalan sambil menyeka keringatnya karena panasnya terik matahari, berharap mendapat barang bawaan karena itu adalah mata pencariannya sehari-hari.
Dia adalah Aliason yang berumur 27 tahun, yang hanya bekerja sebagai tukang panggul di pasar karena ia tak punya tamatan apa pun untuk mencari kerja yang bagus. Bahkan sekolah hanya sampai kelas 4 SD saja. Aliason terpaksa melarikan diri dari panti asuhan karena sering mendapat perlakuan buruk dari Dekan baru dan teman satu pantinya.
Aliason bekerja jadi tukang panggul sejak umur 9 tahun. Perjalanan hidupnya tidaklah mudah, banyak di rintangan harus di lalui. Ia bekerja mencari makan cukup untuk bertahan hidup.
Siapa sangka akhirnya ia menikah dengan seorang gadis cantik bernama Erline dari keluarga Erlan.
Sudah hampir 2 tahun Aliason menikah dengan Erline dan mereka memilih untuk tinggal di sebuah rumah sewa kecil hanya berdinding papan dan triplek. Karena rumah itu tidak di huni lagi, akhirnya pemilik rumah menyewakan kepada Aliason dengan harga murah.
"Sudah jutaan kali Mama katakan padamu! Ceraikan saja suami mu yang buruk rupa dan tidak punya apa-apa itu. Aku sungguh jijik melihatnya! Karena hanya wasiat kakek kau mau menikah dengan pria miskin itu dan memilih tinggal di tempat tidak layak ini! Benar-benar bodoh!" cerca Mamanya yang bernama Eva dengan ketus saat mereka sedang berada di halaman rumah sewa Erline.
Eva datang bersama dengan kedua Kakak perempuan Erline dan beberapa bodyguard. Kedua kakaknya mencibir saat melihat rumah sewa yang jelek itu.
"Mama, tolong jangan menghina suami ku, meskipun dia tidak sempurna, aku sangat mencintainya, dia itu sangat tulus dan baik hati," bela Erline untuk suaminya.
Erline anak ke 3 dari 4 saudara. Kedua kakak perempuan sudah menikah, hanya tinggal si bungsu laki-laki yang saat itu sedang menempuh pendidikan yang lebih tinggi.
"Baik hati? Apa itu sangat berharga di keluarga kita? Apa ketulusannya bisa membuat kita tambah kaya raya? Yang ada kita di hina oleh orang-orang! Apa kau tidak sadar juga? Di luar sana banyak yang menghina mu, aku juga ikut malu! Mau letak di mana muka ku karena mendapatkan menantu yang buruk rupa seperti Alien! Lagian Kakek kan sudah meninggal! Untuk apa kamu masih pertahankan dia. Apa kau tahu? Tuan Wendi 1000 kali lebih baik dari suami mu itu, lebih baik kau menikah dengannya saja!" seru Eva kesal.
Ya, wajah Aliason sebagian terbakar. Bukan tanpa sebab, itu karena Aliason berusaha menyelamatkan kakek Erlan dari kebakaran mobil. Mobil itu terbakar akibat dari konsleting listrik yang secara tiba-tiba saat di tengah perjalanan.
Saat kejadian itu terjadi, tidak ada siapapun yang datang membantu karena alasan mereka takut. Aliason memberanikan diri untuk menyelamatkan Kakek Erlan dari kobaran api. Sayangnya, ia malah di sambar oleh api hingga membakar sebagian tubuh dan wajahnya.
Sebagai balas budi, kakek Erlan membantu keuangan untuk Aliason operasi. Tapi hasilnya tidak memuaskan, malahan operasi itu gagal dan membuat wajah Aliason menjadi bertambah rusak.
Karena merasa bersalah, sang Kakek pun menikahkan Erline dengan Aliason. Pernikahan itu tanpa persetujuan dari semua keluarga Erline, tapi mereka tidak bisa melawan Kakek Erlan karena ia punya kuasa di rumah itu, karena ucapannya adalah perintah.
Sayangnya di usia pernikahan mereka 1 tahun lebih, sang Kakek meninggal dunia karena tensi yang tinggi membuat pembuluh darahnya pecah. Sejak saat itu, keluarga Erline menjadi-jadi. Erline terus di cuci otaknya agar menceraikan Aliason. Mereka juga tak segan-segan berbicara kasar dan merendahkan Aliason dan terus berupaya untuk memisahkan mereka.
Karena Erline tetap tidak menceraikan Aliason. Pembagian harta dari Kakek Erlan seharusnya untuk Aliason dan Erline mereka ambil semua yang yang tadinya sebagai modal mereka buka usaha. Akhirnya Aliason bekerja menjadi tukang panggul kembali.
Mereka akan membagikan pembagian harta itu apa bila Erline menceraikan Aliason. Tentu saja mereka tidak terima karena pembagian harta itu cukup besar untuk Aliason. Mereka semua merasa jika Kakek pilih kasih, apabila Aliason dan Erline berpisah maka pembagian untuk Alison dapat mereka nikmati.
Dan juga, saat ini Eva sedang berusaha untuk bekerja sama dengan perusahaan ternama di kotanya, pria itu jatuh cinta dengan Erline dan meminta kepada Eva untuk menikahkan dia dengan Erline, maka baru kerja sama itu akan resmi.
Aliason baru saja pulang kerja dari pasar karena hari sudah sore. Hari ini tidak banyak penjual yang memintanya untuk mengangkat barang mereka, jadi pendapatannya hari ini pun sangat kecil.
Melihat Erline di marahi, Aliason pun berlari ke arah rumahnya dan berdiri di depan Erline.
"Mama, tolong jangan memarahinya, marah saja pada ku sepuasnya, dia sama sekali tidak bersalah, tumpahkan semua kesalahan itu pada ku," ucap Aliason balik membela Erline.
"Mas, aku tidak apa-apa kok, aku baik-baik saja," ucap Erline terharu.
Meskipun Aliason tidak sempurna seperti pria lain, tapi ia mempunyai hati yang tulus yang tidak di milik pria lain.
"Sudah sering kali aku bilang! Jangan panggil aku Mama! Aku sungguh muak! Aku bukan hanya ingin memarahi mu! Aku sangat membenci mu! Sangat benci! Lebih baik kau ceraikan Erline sekarang juga!" tekan Eva dengan membelalakkan matanya.
Begitulah hari-hari yang di lewati Aliason, ia sering mendengar caci dan makian dari Mama mertuanya itu, tapi sedikit pun ia tidak ingin membencinya meskipun itu sangat menusuk hati.
"Maaf, aku tidak bisa menceraikan Erline. Karena wasiat Kakek Erlan, aku harus menjaganya," ucap Aliason tegas.
"Kau benar-benar membuat ku geram. Pukul dia!" perintah Eva kepada 3 bodyguardnya.
"Ma! Tolong jangan lakukan itu! Jangan pukul Mas Aliason! Aku mohon!" teriak Erline panik.
Para bodyguard Eva pun memukul Aliason. Aliason berusaha untuk melindungi dirinya dengan menghalangi dengan tangannya. Tubuh para bodyguard itu cukup kekar dan besar tentu saja tenaganya cukup besar dari Aliason di mana mereka juga menang jumlah.
"Rasakan itu!" ucap Eva tersenyum sinis sambil melipat tangannya melihat Aliason di pukul.
Melihat itu, Erline ingin menghalangi dari pukulan para bodyguard itu, tapi Aliason menggenggam tangan Erline dan menahannya.
"Tidak apa-apa, ini tidak sakit kok," ucap Aliason tersenyum meski terasa perih di beberapa bagian tubuhnya.
"Mama! Tolong berhenti! Jangan pukul lagi!" teriak Erline histeris sambil menangis.
"Cih! Suami seperti itu di sayang-sayang, entah guna-guna apa yang di berikan suamimu itu pada mu!" tampik Ega mencibir. Kakak keduanya.
"Aku mohon Ma! Berhenti memukul suami ku!" ucap Erline sambil berlutut memohon dengan air mata yang berderai.
"Aku akan menyuruh mereka berhenti memukul dia, dengan satu syarat. Ikut bersama Mama dan menikah dengan Wendi. Jika kamu tidak mau maka Mama akan menyuruh para bodyguard untuk memukulnya hingga mati," ucap Eva membuat pilihan.
Wendi adalah pria pengusaha kaya di mana Wendi sudah banyak memberi keuntungan kepada keluarga Eva. Hanya saja Wendy sudah punya istri, tapi siapa peduli, asalkan Wendy memberi keuntungan banyak bagi keluarga Eva dan hidup Erline juga bakal terjamin tidak akan kekurangan.
Erline menatap suaminya yang sudah lemas terkulai, jika di biarkan lebih lama lagi, dia akan mati di tangan bodyguard Mamanya. Mau tak mau ia terpaksa harus terima permintaan Mamanya agar suaminya tetap hidup.
Dengan menarik nafas dan berat hati, bibir Erline pun terbuka. "Baiklah, aku setuju," ucap Erline dengan deraian air mata.
"Bagus. Kalian berhenti!" perintah Eva.
Para bodyguard itu pun berhenti di mana wajah dan beberapa tubuh Aliason terluka hingga mengeluarkan darah. Bajunya juga sudah robek karena di tarik oleh bodyguard tersebut.
"Ayo kita pergi!" perintah Eva.
Erline menatap suaminya, ia benar-benar tidak tega dan hatinya sungguh sakit melihat suaminya terluka dan ia malah tidak bisa berbuat apa-apa.
"Maafkan aku Mas," ucap Erline menatap Aliason lalu ia di paksa masuk oleh Mamanya ke dalam mobil.
Dengan tubuh yang sakit, Aliason berusaha untuk berdiri mengejar mobil yang sudah bergerak jauh itu. Tapi apakan daya, tubuhnya lemas tak berdaya hingga ia terjatuh kembali.
"Er ... line ..."
Aliason menggenggam erat tangannya. Suatu saat nanti mereka semua dapat balasannya dan ia akan mendapat istrinya kembali.
Dengan bersusah payah karena tubuhnya yang lemah, Aliason berusaha berdiri dengan kaki yang terseok-seok berjalan menuju ke rumahnya dengan air mata yang terus berjatuhan. Bukan hanya tubuhnya yang sakit, hatinya juga terasa pedih karena ia harus berpisah dengan istri yang sangat ia cintai. ia mencari obat yang tersimpan di rumah sewanya lalu mengobati luka dengan obat seadanya.
Saat malam tiba di saat semua orang sudah tertidur lelap, Aliason masih termenung di depan pintu rumah sewanya. Aliason menatap langit memikirkan sampai kapan ia harus begini. Tanpa sadar ia menitikkan air mata mengingat istrinya yang sangat ia cintai pergi bersama keluarganya dan meninggalnya.
Ia tahu betul dengan sifat Erline yang tidak mungkin meninggalnya jika bukan terpaksa, ia sangat ingin mengambil kembali istrinya, tapi sungguh ia tidak punya kekuatan atau kekuasaan agar bisa menentang keluarga istrinya.
Aliason berpikir keras bagaimana caranya agar ia bisa mendapatkan Istrinya kembali.
[Ting]
Aliason yang tadinya termenung tersadarkan oleh sebuah suara yang cukup keras itu di tengah sepinya malam.
"Suara apa itu?" tanyanya sambil berdiri dan melihat di sekelilingnya.
Ia berjalan sambil mencari arah suara tersebut. Tak sengaja ia menginjak sesuatu, Aliason pun mengambilnya dan ternyata itu adalah sebuah jam berwarna merah kombinasi hitam. Aliason membolak-balik jam tangan tersebut. Ia mengusap-usap jam tangan itu untuk membersihkan dari tanah. Tiba-tiba muncul sebuah cahaya dari layar jam tersebut, bentuknya sama seperti jam G-Shock yang di padukan dengan G-Flash.
"Eh! benda apa ini?" tanya Aliason terperanjat melihat sebuah pancaran cahaya dan tak sengaja menjatuhkan jam tangan tersebut.
Dari jam yang terpancar cahaya yang mengeluarkan tulisan dengan sendirinya. Meskipun Aliason tidak lancar membaca, tapi ia kenal semua huruf. Aliason membacanya dengan terbata-bata.
[Silakan Anda pakai jam tangan ini]
"Aku memakainya?" tanya Aliason bingung.
[Ya]
Aliason menggaruk-garuk kepalanya penuh dengan tanda tanya kenapa ada sebuah jam yang bisa menulis sendiri. Ia sempat takut karena memikirkan apa itu hantu? Tapi selama ini ia tidak pernah percaya adanya hantu. Dengan ragu-ragu, ia mengambil jam tangan itu dan memakainya.
[Selamat, Anda adalah pemilik sistem jam dan Waktu ini]
"Sistem jam dan waktu? Apa itu?" tanya Aliason masih kebingungan dan tidak mengerti apa pun.
[Ya, sistem jam dan waktu itu adalah di mana waktu Anda sudah di tentukan oleh masa. Cara kerjanya setiap satu hari hanya ada dua kali waktu yang di acak secara random. Ya itu waktu matahari terbit dan matahari tenggelam, maka saat pukul yang di tunjukkan maka Anda harus mengerjakan pekerjaan apa saja di dekat Anda dalam satu waktu. Setiap apa yang Anda kerjakan maka Anda akan mendapatkan reward, tapi jika sudah sudah lewat pukul yang di tentukan maka Anda tidak mendapatkan hadiah lagi. Harap perhatikan waktu Anda]
Aliason masih kebingungan dan ia sama sekali tidak paham dengan tulisan yang ada di cahaya hologram tersebut. Akan tetapi layar hologram itu meredup dan kembali seperti jam biasa. Ia mencoba untuk membuka jam tangan itu tapi tidak bisa, jam itu sudah lengket dengan tangannya.
"Kenapa tidak bisa di buka ya? Sudahlah, aku pulang saja," ucapnya sambil berjalan ke arah rumahnya.
[Tririt]
[Tririt]
Jam di tangannya berbunyi. Aliason melihat ke arah jam tangannya yang menunjukkan pukul 02:20:40 detik.
Sebuah tulisan muncul lagi.
[Waktu di tentukan pukul 02:20:40 detik. masa berlaku 20 detik]
"Melakukan apa? Di sini tidak di sebutkan aku harus melakukan apa," ucapnya nya bingung. Tak sengaja ia menyandung batu, batu itu ia buang ke pinggir jalan agar tidak ada yang tersandung lagi.
[Reward uang 100.000,-]
"Eh ini duit kah?" tanyanya lagi.
Ia mengambil batu yang cukup besar itu dan membuang ke pinggir jalan lagi.
[Reward uang di tambah 100.000,-]
Aliason pun mengambil batu-batu itu dan membuang ke pinggir jalan lagi, ia juga membuang kayu yang ada di tangan jalan dan sesuatu yang menghalangi jalan.
[Reward uang di tambah 100.000,-]
Semakin banyak yang ia kerjakan, reward yang ia dapatkan semakin bertambah. Sistem ini bentuknya tidak jauh seperti game, satu pekerjaan yang ia kerjakan di hargai oleh sistem, apa bila satu waktu ia bisa mengerjakan 10 pekerjaan, maka rewardnya bertambah besar. Tapi kemungkinan hadiahnya bisa berbeda-beda tergantung besar kecilnya pekerjaan yang ia lakukan. Sistem juga akan memberi hadiah secara acak, dapat berupa uang, barang, kekuatan, obat-obatan dan lain-lain.
[Tririt]
[Tririt]
[Waktu habis!]
[Selamat, Anda berhasil membuang 17 buah batu, 3 ranting kayu dan 1 buah kaleng minuman. Anda berhasil mengumpulkan reward uang sebanyak 1.700.000,-, obat kesembuhan pada wajah 3% dan 1 buah ponsel. Silakan klaim hadiah Anda]
"Bagaimana aku bisa mengambilnya?" tanya Aliason.
[Anda cukup klik layar jam ini, maka Anda bisa mengambil uang Anda seperti di ATM, obat dan ponsel Anda juga sudah tersedia di sistem]
Aliason menekan layar jam tersebut dan benar saja, dari layar itu keluar sejumlah uang, obat poles dan sebuah ponsel. Aliason melompat kegirangan.
"Horeeeeeeee! Aku dapat uang! Wajahku juga akan sembuh! Dan aku punya ponsel!" teriaknya di tengah gelapnya malam itu.
Tanpa terasa air matanya jatuh saking bahagianya, ia menatap langit penuh dengan rasa Syukur, sebelumnya ia tak pernah memegang uang sebanyak itu. Akhirnya ia bisa juga memilikinya.
Karena ia mendapatkan uang, Aliason membuang batu itu lebih banyak lagi. Tapi jam tangannya itu tidak merespon apa yang ia lakukan.
"Lho? Kok tidak dapat lagi, jam ini sudah rusak kah?" tanyanya lagi sambil memencet-mencet jam tersebut.
Aliason ingat jika jam ini di tentukan oleh waktu, jika waktunya sudah habis maka ia tidak mendapatkan hadiah lagi.
"Jadi begitu ya, aku mengerti sekarang. Haishhhh jika seperti itu aku akan melakukan pekerjaan yang lebih banyak lagi untuk mendapatkan uang dan hadiah lainnya yang banyak," ucap Aliason bersemangat.
Aliason duduk di tepi rumahnya. Ia mengambil obat itu dan memoles di wajahnya. Perlahan-lahan, wajahnya sedikit membaik meskipun hanya sedikit saja. Ia tersenyum sambil mengangguk-anggukkan karena obat itu bekerja.
Tapi Aliason menggaruk-garuk kepalanya sambil membolak-balik ponsel tersebut. Ia memang sering lihat ponsel ini semua punya, ia hanya pernah memainkan sekali, tapi itu sudah sangat lama dan ia lupa bagaimana cara menggunakannya. Istrinya dulu punya, tapi sudah di jual untuk makan.
Aliason masuk ke dalam rumah. Saking senangnya, Aliason tidak tidur. Ia terus melihat jam tangannya itu dengan tersenyum, karena jam yang ia miliki sangat luar biasa.
"Jika seperti ini, maka aku bakal mendapatkan uang lebih banyak lagi," ucapnya mencoba melupakan kesedihannya.
......❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️......