Sang Penerus (Pendekar Naga Petir)
Di sudut kamar yang remang remang terlihat seorang pemuda sedang duduk termenung seorang diri .Ia duduk di depan jendela kamarnya yang terbuka.Dilihat dari raut wajahnya yang tampak murung,sepertinya ada suatu yang membebani pikirannya.Malam semakin larut dan udara pun semakin dingin namun pemuda itu tidak juga menutup jendelanya. sikap duduknya pun tidak juga berubah ia tetap terpaku bagaikan sebuah patung batu.
"Huuuuf... sungguh aku tidak mengerti kenapa aku bisa jadi seperti ini padahal sebelumnya aku masih baik-baik saja apa yang terjadi pada diri ku.Orang orang tidak salah kalau mengatakan aku ini adalah orang yang tidak berguna."Ucap pemuda itu dalam hatinya.
"Tok ..tok ...tok...!!."Terdengar suara pintu kamar di ketuk dari luar.
"Buka pintu Barata..!"Terdengar suara dari luar memanggilnya namanya.
Ternyata nama pemuda yang sedang murung di kamarnya itu adalah Barata.
Mendengar seseorang memanggil namanya, Barata pun segera beranjak dari tempat duduknya dan bergegas membuka pintu kamarnya dengan rasa sedikit malas.
Sesaat kemudian pintu kamar pun terbuka lebar dan berdirilah seorang lelaki berkumis tipis dengan rambut panjang di atas pundak.
Lelaki itu tersenyum masam memandang Barata yang kini pikirannya sedang kacau.
"Sudahlah Barata jangan kau pikirkan tentang kejadian siang tadi,mungkin Niwang Sari bukan jodoh mu, lupakanlah "Ucap lelaki setengah baya di depannya dengan suara lembut,yang tidak lain adalah Ayahnya sendiri yang bernama Wibisana.
"Aku tidak memikirkan putusnya hubungan ku dengan dia ayah, yang menjadi pikiran ku adalah sikap Niwang Sari tadi ,yang sudah sangat keterlaluan menghina keluarga kita tanpa perasaan sedikitpun di depan banyak orang."Ucap Barata.
Wibisana menghela nafas berat, mengingat kejadian siang siang tadi .Memang kejadian itu sungguh menyakitkan dan juga sangat memalukan bagi Barata dan dirinya.
"Semenjak dia resmi menjadi murid perguruan Harimau Api, sikapnya memang begitu sombong dan suka merendahkan orang lain,tapi sudahlah ... Ayah tidak mau membahas masalah itu "ucap wibisana untuk mendinginkan hati Barata.
"Andai saja kekuatan ku masih ada mungkin ayah tidak akan di permalukan oleh Niwang Sari sampai seperti itu tadi siang.Apakah ayah tahu apa yang menyebabkan hilangnya kekuatan ku "tanya Barata
Wibisana terdiam dengan lontaran kata-katanya anaknya itu ,karena ia juga tidak tahu apa yang terjadi padanya.Padahal sebelumnya Barata adalah anak yang sangat berbakat dalam olah Kanuragan bahkan bisa di katakan dialah yang paling menonjol di antara teman teman sebayanya,tapi sekarang bakat dan kemampuannya itu hilang secara misterius.Tidak tahu apa penyebabnya.
"Sudahlah Barata tenangkan dirimu dan jangan terlalu kau pikirkan semua itu.Ayah tidak perduli apa kata orang tentang mu, biarkanlah mereka mengatakan kau orang lemah atau pecundang kau masih tetap anak kebanggaan ayah sampai kapan pun"Ucap Wibisana.
"Tidak bisa ayah, aku tidak bisa tenang bagaimana pun caranya suatu saat akan aku balas penghinaan dan rasa malu ini,biar dia juga merasakan apa yang kita rasakan hari ini."Ucap Barata.
Wibisana bisa memaklumi perasaan Barata itu, memang sikap Niwang Sari sudah keterlaluan kepada Barata dan dirinya.
Niwang Sari yang merupakan murid dari perguruan Harimau Api terlalu merendahkan Barata .Dia menganggap Barata adalah orang lemah yang tidak pantas untuk berdampingan dengannya.
"Lalu apa yang akan kau lakukan sekarang Barata "tanya Ayahnya.
Barata memandang ke wajah ayahnya dalam dalam hatinya ia berjanji akan mengembalikan harga diri ayahnya yang telah di injak injak oleh Niwang Sari.
"Ayah, besok aku akan pergi berkelana aku ingin menjadi kuat agar tidak ada orang yang berani merendahkan keluarga kita lagi.
Aku ingin semua orang tahu bahwa aku bukanlah seorang pecundang yang bisa mereka hina sesuka hati mereka"Ucap Barata.
Mendengar perkataan anak semata wayangnya itu Wibisana hanya bisa merestuinya .Karena ia tahu ,memang sudah saatnya bagi Barata untuk mencari pengalaman hidup dan menempa dirinya di luar sana agar menjadi orang yang lebih matang lagi.
"Baiklah jika itu kemauan mu,ayah tidak bisa menahan apalagi melarang mu Barata"ucap Ayahnya sambil memeluknya.
"Aku minta maaf ayah telah membuat mu malu di hadapan banyak orang "ucap Barata di dalam pelukan ayahnya.
"Sudahlah kau tidak perlu merasa bersalah,ayahlah yang bersalah telah memaksa untuk bertunangan dengan Niwang Sari"ucap Ayahnya.
"Tidak ayah,ayah tidak salah "ucap Barata.
Wibisana kemudian melepaskan pelukannya dan sembari menatap anak laki-lakinya itu kemudian berkata.
"Dunia ini luas Barata, berkelanalah kemana pun kau suka dan tunjukkan pada dunia bahwa kau mampu untuk menaklukkannya."Ucap Ayahnya kemudian pergi meninggalkannya.
Sepeninggalnya ayahnya Barata kemudian duduk bersila untuk melatih tenaga dalamnya.Ia segera memusatkan pikirannya untuk merasakan aliran tenaga dalam dari tubuhnya.
Namun Barata tidak merasakan aliran apa apa dalam tubuhnya ,membuat dirinya menjadi bertambah kesal.
Ia kemudian mencobanya lagi dengan konsentrasi sampai beberapa kali tetapi masih saja gagal.Ternyata tenaga dalam Barata sudah benar benar hilang.Dia sekarang tidak lebih dari seorang sampah yang tidak berguna.
"Ternyata aku benar benar telah kehilangan kekuatan ku, tapi kenapa padahal aku tidak melakukan kesalahan apa pun"bisik hati Barata.
Hilangnya kekuatan Barata sungguh misterius padahal dia sebelumnya dia sudah digadang gadang akan menjadi seorang pendekar hebat di masa depan .Tapi kini ia tidak lebih dari seorang pecundang yang tidak bisa berbuat apa-apa.Bahkan untuk melindungi dirinya saja belum tentu mungkin bisa.
Setelah berpamitan pada ayahnya tadi malam pagi harinya Barata pun langsung beranjak pergi dari rumahnya tanpa perlu berpamitan pada ayahnya lagi.Dengan mengendarai seekor kuda berwarna putih Barata meluncur menuju ke arah Utara, tujuannya adalah kota Galung.Karena di kota itu terdapat sebuah perguruan silat yang bernama Perguruan Tapak Suci yang saat ini sedang membuka penerimaan murid baru.
Tapak suci merupakan salah satu Perguruan yang namanya sudah termasyur terkenal di mana mana dan menjadi cita cita banyak orang untuk bisa berguru di sana .Namun untuk menjadi murid di padepokan itu bukanlah hal yang mudah karena harus menjalani beberapa ujian yang harus di jalani oleh para calon muridnya.Sehingga tidaklah heran jika setiap tahunnya hanya ada beberapa orang saja yang bisa lolos untuk menjadi murid resmi di dalam perguruan itu.
Hiya....hiyaa... Barata menggebah kudanya ,sang kuda putih pun menjadi berlari semakin cepat seperti tahu kalau tuannya ingin cepat sampai tujuan.
Di saat Barata sedang memacu kudanya dengan sangat cepat,tanpa ia sadari tiba-tiba sebuah sinar jatuh dari langit yang menimpa dirinya.Barata dan kudanya pun terpelanting dengan keras braaaak...!!! Barata pun seketika itu langsung terjatuh dan pingsan, namun kudanya terus berlari karena ketakutan.
Sementara itu suasana di perguruanTapak suci sudah cukup ramai orang orang sudah mulai berdatangan untuk mendaftarkan diri sebagai calon murid.
Wulandari sebagai murid utama perguruan itu membuka bukunya untuk mencatat nama para calon murid yang akan mendaftar.Perguruan tapak sudah menetapkan bahwa batas penerimaan murid baru tahun ini cukup seratus orang saja tidak boleh lebih.
Terlihat antrean panjang sudah terbentuk antrean itu terdiri dari para calon murid baru yang akan segera mendaftar kan diri.Walaupun suasana siang itu sangat terik namun tidak membuat mereka mengeluh untuk menunggu giliran dirinya dipanggil.
Antrean itu mulai berkurang sedikit demi sedikit hingga akhirnya saat matahari tepat di tengah langit pendaftaran pun berakhir.
Para murid yang namanya sudah tercatat di dalam buku pendaftaran langsung menaiki tangga untuk masuk ke dalam gedung pembinaan para murid baru..
Wulandari pun segera menutup bukunya karena pendaftaran sudah selesai.Lalu segera menyusul para calon murid menaiki tangga.
"Tunggu... tunggu...nona"teriak seorang pemuda tiba-tiba.
Wulandari menghentikan langkahnya setelah mendengar ada orang yang berteriak teriak memanggilnya.
"Ada apa kamu memanggilku"tanya Wulandari.
"Aku...aku..mau mendaftar diri untuk menjadi murid di sini nona"Ucap pemuda itu yang ternyata adalah Barata.Dengan nafas naik turun karena baru saja ia berlari.
"Maaf pendaftaran sudah ditutup selain itu jumlahnya pun sudah sesuai target,kamu kembali saja tahun depan"ucap Wulandari.
"Tidak bisa nona apa pun yang terjadi aku harus tetap masuk perguruan ini hari ini juga"ucap Barata dengan ngotot.
"Apa kamu tuli hah...!!! Aku bilang tidak bisa ya tidak bisa "seru Wulandari mulai kesal.
Barata tetap tidak memperdulikan perkataan dari Wulandari tersebut.ia lalu mencoba menerobos masuk ke arah tangga, Wulandari yang sudah kesal dari tadi tanpa pikir panjang langsung menarik tangan Barata sreeet.....dan melemparnya keluar.
Barata pun jatuh cukup keras braaaaak.....!!!
"Kalau kamu masih juga keras kepala juga jangan salahkan aku kalau aku bertindak lebih kasar lagi pada mu"Ancam Wulandari dengan mata melotot .
"Ada keributan apa Wulandari."Tanya seseorang dari arah belakangnya.
Wulandari menoleh ke belakang rupanya yang datang itu adalah Jila kakak laki lakinya.
"Kak Jila kebetulan , orang ini bandel sekali juga ngotot ingin masuk ke perguruan ini padahal saya sudah beri tahu dia bahwa pendaftaran sudah ditutup tetapi dia tidak percaya pada ku."Ucap Wulandari.
"Begitu rupanya, saudara sebaiknya cepat pergi dari sini dan kembalilah tahun depan atau pergi ke perguruan lain saja mungkin di sana saudara bisa di terima"ucap Jila memberikan saran tapi dengan kata-kata yang terdengar halus di telinga.
Barata mencoba bangun walaupun badannya terasa remuk semua, setelah berdiri Barata tetap berjalan melangkah masuk ke dalam padepokan.Dia tidak menghiraukan saran dari Jila tadi.
"Kurang ajar dasar orang keras kepala."Desis Wulandari dengan kemarahan yang memuncak.
Melihat Barat terus mencoba melangkah masuk Wulandari yang sudah merasa sangat kesal itu langsung melesat cepat kearahnya .Ia mengirimkan tendangan beruntun kepadanya hiiiaaaaat......desss....dees....desss... braaaaak...!! Barata terlempar jauh dan terjatuh cukup keras setelah tendangannya beruntun Wulandari bersarang di tubuhnya.
Jila menggelengkan kepala melihat Wulandari menyerang Barata cukup keras.Itulah Wulandari seorang yang selalu disiplin dan menjunjung tinggi peraturan.Ia tidak pandang bulu pada orang yang tidak bisa mematuhi peraturan yang telah di tetapkan oleh perguruan.
"Kalau dia masih tetap ngotot ingin masuk juga kalian tidak perlu ragu ragu hajar saja supaya kapok"Perintah Wulandari kepada dua orang murid yang ada di situ.
"Baik nona"Ucap kedua murid tersebut.
Wulandari danJila kemudian masuk ke dalam padepokan.
Wulandari terpaksa melakukan hal itu di karenakan sudah menjadi peraturan Perguruan yang sudah di buat oleh guru besarnya untuk tidak menerima murid baru sesuai batas yang telah ditentukannya.
Ahk .. terdengar erangan dari mulut Barata menahan sakit.Barata berdiri dengan sempoyongan lalu menatap tajam ke arah perguruan itu.Rasa benci pun tumbuh subur di hatinya kepada perguruan tapak Suci.
"Suatu saat pasti akan aku buktikan bahwa kalian salah menolak ku"Bisik Barata lalu berbalik meninggalkan tempat itu.
Barata pergi dari situ berjalan dengan tertatih tatih karena merasakan sakit pada salah satu pahanya akibat serangan Wulandari tadi.
Barata terus berjalan tanpa henti walaupun kakinya merasa sakit,dalam pikirannya ia harus menemukan sebuah perguruan untuk menuntut ilmu supaya ia dapat menjadi orang yang berilmu.Dia menganggap bahwa penolakan dari perguruan Tapak suci sebagai cobaan dari tuhan.
Tidak terasa perjalanan Barata sudah jauh meninggalkan perguruan Tapak suci dan tanpa ia sadari kakinya membawa dia ke sebuah makam kuno yang sudah tidak terawat lagi.
Barata terkejut ketika menyadari dirinya berada di sebuah makam bernisan batu yang sudah usang dan penuh lumut.
Barata mengedarkan pandangannya ke sekeliling tempat itu ternyata cuma ada satu makam tua yang sudah lama tidak terurus.
Ia mendekati makam itu kemudian jongkok di depan batu nisan itu untuk mengetahui siapa yang di makam kan di situ.
Barata kemudian membersihkan batu nisan makam yang sudah tertutup lumut itu dengan tangannya ,samar samar ia melihat ada sebuah tulisan dalam batu nisan itu.Barata kemudian membaca tulisan tersebut yang berbunyi Saung Kencana.
"Saung Kencana "gumam Barata.
Haaa.....haaa......haaaa.....!! terdengar suara tawa dan hembusan angin kencang di sekitar makam itu secara tiba-tiba.Barata yang tidak ingin terhempas oleh angin itu segera memegang batu nisan yang ada di depannya.
"Apa yang sebenarnya terjadi kenapa tiba-tiba angin bertiup kencang seperti ini."ucap Barata dengan rasa heran.
"Barata akhirnya kau datang juga aku sudah lama menunggu kedatangan mu ke sini,kau adalah orang yang di takdirkan untuk menerima warisan ku"ucap Suara itu.
"Siapa kamu , kenapa kau bisa tahu nama ku "teriak Barata.Sambil mencari kearah sumber suara itu.
"Haaa.....haaa.....haaa...!!!aku adalah Saung Kencana pemilik makam yang ada di depan mu itu,aku yang sekarang ini adalah sisa sisa jiwa yang menunggu kedatangan seseorang untuk jadi penerus ku yang akan mewarisi seluruh kesaktian ku"ucap suara yang tadi mengaku bernama Saung Kencana.
Barata semakin tidak mengerti kenapa suara itu mengatakan kalau dia sudah lama menunggu dirinya padahal dia tidak pernah punya hubungan apa apa dengan orang itu.
"Tunggu dulu,apa maksud perkataan mu kalau aku adalah penerus mu, bukankah diantara kita tidak pernah saling kenal sebelumnya "tanya Barata.
"Kau benar Barata diantara kita memang tidak saling kenal dan tidak punya hubungan apa pun,tapi setelah jiwa naga yang aku lepaskan memilih diri mu itu berarti kalau adalah orang yang ditakdiran untuk menjadi penerus ku"ucap Saung Kencana.
"Jiwa naga apa maksud mu, kapan jiwa naga itu memilih diri ku karena aku tidak pernah merasa bertemu dengan jiwa naga yang kau maksud itu"tanya Barata dengan rasa heran.
"Baiklah aku akan memberi tahu kamu, kapan kau berjumpa dengan jiwa naga yang aku sebutkan tadi."Saung Kencana.
Kemudian Saung Kencana memberi tahukan tentang peristiwa yang terjadi ketika Barata sedang berkuda menuju ke perguruan Tapak suci .
Dan menjelaskan tentang cahaya yang menabrak dirinya hingga pingsan. Itulah jiwa naga yang Saung Kencana maksudkan tadi.
"Jadi cahaya yang menabrak diriku hingga pingsan itu adalah cahaya dari jiwa naga yang kau maksud tadi,tapi kenapa aku tidak merasakan apa pun kalau jiwa naga itu ada dalam tubuh ku"ucap Barata masih ragu.
"Agar kau yakin cobalah kau lihat dada mu Barata "ucap Saung Kencana.
Karena penasaran Barata kemudian membuka bajunya ingin tahu ada apa dengan dirinya.
Barata terkejut begitu melihat sebuah gambar naga tepat berada di tengah dada.
"Bagaimana Barata apakah sekarang kau percaya pada ku."Ucap Saung Kencana.
"Baiklah aku percaya padamu,lalu penjelasan apa lagi yang akan kau berikan padaku."tanya Barata.
"Untuk menghidupkan jiwa naga dalam tubuh mu kau harus mencari benda benda yang berhubungan dengan jiwa naga tersebut totalnya ada sepuluh benda yang sekarang tersebar di seluruh penjuru mata angin "Ucap Saung Kencana.Menjelaskan.
"Benda benda yang berhubungan dengan jiwa naga,tapi benda apa itu."Tanya Barata.Tidak mengerti.
"Haaa ....haaa....haaa... !! dengar Barata jika ada benda yang berhubungan dengan jiwa naga yang sekarang ada dalam tubuh mu,jiwa naga itu yang akan bereaksi dengan cepat jadi kau tidak perlu bingung.Nanti kau akan paham dengan sendirinya."Ucap Saung Kencana.
"Sekarang kau ikuti perintah ku,semedilah di dekat batu nisan itu selama empat puluh hari empat puluh malam untuk menjernihkan pikiran dan hati mu"ucap Saung Kencana.
"Baiklah."ucap Barata.Tanpa banyak bicara lagi.
Barata kemudian duduk di dekat batu nisan itu dengan melipat kedua kakinya.
"Ingat Barata jangan kau buka mata mu sebelum empat puluh hari empat puluh malam jika kau melanggar peringatan mu kau akan gagal menerima warisan ku"ucap Saung Kencana.
Setelah selesai dengan perkataannya Saung Kencana pun langsung lenyap di hadapan Barata.
Sejak saat itu Barata pun bersemedi di dekat batu nisan Saung Kencana dengan penuh kesabaran sampai batas waktu yang sudah di tentukan.
Hari terus berganti musim juga ikut bergantian kadang hujan kadang cuaca sangat panas namun semua itu tidak menggoyahkan niat Barata untuk tetap bersemedi.Karena ia sadar setiap keberhasilan dan kesuksesan pasti ada harga yang harus di bayar.
Seorang wanita duduk bersemedi di teras bangunan yang terbuat dari bambu (Saung bambu) dengan mata terpejam.Wanita itu masih terlihat cukup muda berwajah cantik dengan tubuh padat berisi berumur 23 tahunan,nama wanita tersebut adalah Nilam Cahaya seorang murid utama dari perguruan Harimau Api yang sangat di segani oleh para murid di perguruan itu.
Di samping Nilam bersemedi itu ada seorang gadis yang masih muda berumur sekitar 17 tahunan yang sedang berlatih ilmu pedang gadis itu bernama Niwang Sari. Niwang Sari berlatih ilmu pedang di bawah bimbingan Nilam Cahaya karena dia adalah murid dari Nilam Cahaya sendiri.
Dalam perguruan itu hanya Nilam saja yang di perbolehkan untuk menerima murid walaupun status dirinya juga murid.Dikarenakan guru besar perguruan menganggap kemampuan Nilam sudah setara dengan para guru lain yang ada di situ.Dan tidak lama lagi guru besar akan mengangkat Nilam sebagai guru resmi di perguruan Harimau Api itu.
Nilam yang saat itu sudah selesai dengan semedinya.Perlahan membuka matanya kemudian memperhatikan Niwang Sari yang sedang giat berlatih.Nilam merasa bangga dengan kemajuan ilmu pedang muridnya itu,karena cepat memahami pelajaran yang ia berikan.
Nilam dapat menebak bahwa tidak lama lagi Niwang Sari akan melebihi kakak kakak seperguruannya yang lain,ia berfikir seperti itu karena melihat tekad dan bakat yang dimiliki oleh muridnya itu.
"Cukup latihan Niwang Sari!Cepat kemari dan beristirahatlah."Seru Nilam.
Mendengar panggilan dari gurunya Niwang Sari segera mengakhiri latihannya dan bergegas menghampiri Nilam.
"Hormat saya guru"ucap Niwang Sari.
"Duduklah Niwang"ucap Nilam.
"Baik guru"sahut Niwang.
"Aku bangga dengan kemajuan latihan mu Niwang,aku harap kau bisa ikut mewakili perguruan kita ini untuk mengikuti acara lima tahunan nanti "ucap Nilam.
"Acara lima tahunan apa maksud guru "tanya Niwang Sari karena belum tahu.
"Acara lima tahunan adalah sebuah turnamen bela diri yang diadakan setiap lima tahun sekali untuk memilih murid terbaik, jika nanti kau bisa ikut dan menjadi juara guru besar dan semua orang akan merasa bangga pada mu"ucap Nilam menjelaskan.
Niwang Sari merasa tertarik mendengar penjelasan dari gurunya itu, karena inilah kesempatan baik untuk membuktikan kemampuan dirinya di hadapan banyak orang.
"Lalu di mana turnamen itu nanti di adakan guru "tanya Niwang Sari dengan bersemangat.
"Menurut guru besar turnamen lima tahunan kali ini akan di adakan di perguruan Tapak suci Niwang sebagai tuan rumahnya."Sahut Nilam.Sambil memberikan air minum kepadanya.
"Tapak suci guru."Ucap Niwang Sari.Karena merasa asing dengan perguruan itu
"Perlu kamu ketahui Niwang Tapak suci adalah perguruan besar yang mempunyai banyak murid berbakat jadi jangan sampai kau memandang remeh mereka,giatlah berlatih agar bisa bersaing dengan mereka."Ucap Nilam Cahaya menasehati muridnya.
"Semua nasehat guru akan selalu ku ingat dalam hati dan pikiran ku."Ucap Niwang Sari.
"Baguslah kalau begitu."Ucap Nilam.Ia yakin muridnya itu akan dapat mengangkat nama perguruannya suatu hari nanti.
Disaat Nilam sedang berbincang bincang dengan Niwang Sari itu, tiba-tiba datanglah seorang murid perguruan yang datang menemui mereka.
"Hormat saya nona Nilam."Ucap murid itu.
"Ada keperluan apa kau datang kemari Liwa."Tanya Nilam.
"Guru besar memanggil nona dan beliau sudah menunggunya di dalam."Ucap murid yang bernama Liwa itu.
"Baiklah aku akan segera menemui beliau."Ucap Nilam.
"Baik nona."Ucap Liwa kemudian pergi.
"Hanya itu saja yang bisa ku sampaikan pada mu Niwang giatlah berlatih."Ucap Nilam .
"Iya guru terima kasih untuk semua nasihatnya."Sahut Niwang Sari.
Nilam Cahaya kemudian pergi meninggalkan Niwang Sari untuk menemui guru besar yang kini sudah menunggunya.
Setelah kepergian Nilam Cahaya Niwang Sari kemudian berlatih kembali.Walaupun baru tiga tahun setengah masuk ke perguruan Harimau Api tapi kemajuan dan bakat yang dimiliki oleh Niwang Sari tidak kalah dengan para murid yang sudah lama berguru di situ.Nilam dan guru besar perguruan Harimau Api sangat berharap jika suatu saat nanti Niwang Sari dapat menjunjung tinggi nama perguruannya.
Di dalam ruang pertemuan guru besar yang bernama Ki Jatiwaringin tersenyum lembut melihat kedatangan Nilam Cahaya.Ia merasa beruntung perguruannya bisa mendapatkan seorang yang sangat berbakat seperti Nilam Cahaya.
"Salam hormat saya guru"ucap Nilam Cahaya.
Ki Jatiwaringin tersenyum menanggapi salam dari muridnya itu.
"Duduklah Nilam ada sesuatu hal penting yang harus ku beri tahukan pada mu"ucap Ki Jatiwaringin.
Nilam Cahaya kemudian duduk di hadapan guru besar perguruan itu.
"Ada hal penting apa kiranya guru sampai memanggil saya."Tanya.Nilam .Dengan menatap ke arah gurunya.
"Menurut ramalan ku tidak lama lagi akan muncul sebuah benda pusaka yang akan turun di sekitar lembah cadar dan aku ingin kau bisa mendapatkan benda itu Nilam untuk menambah kesaktian mu"Ucap Ki Jatiwaringin.
Nilam Cahaya langsung merasa tertarik dengan berita yang di sampaikan oleh gurunya itu dan berharap bisa mendapatkan benda pusaka itu.
"Menurut guru benda pusaka apakah yang akan muncul di lembah cadar itu "tanya Nilam Cahaya.
"Mengenai pusaka apa itu guru tidak tahu dengan pasti tapi akan sangat berguna sekali jika kau bisa mendapatkannya Nilam "jawab Ki Jatiwaringin.
"Lalu kapan kira-kira benda pusaka tersebut akan muncul,mohon guru jelaskan."Ucap Nilam.Dengan bersemangat sekali.
Ki Jatiwaringin diam beberapa saat sebelum menjawab pertanyaan dari Nilam ,ia berfikir sejenak seperti sedang mengingat ingat sesuatu.
"Seingat ku, setiap benda pusaka itu muncul pasti dibarengi dengan bulan purnama bercincin seperti pengalaman ku yang sudah sudah.
Dan saya yakin hal itu juga pasti berlaku pada pusaka yang akan muncul itu"ucap Ki Jatiwaringin menjelaskan.
"Kalau begitu hari itu sudah dekat guru "ucap Nilam merasa tercekat.
"Kau benar,perlu kau ketahui pasti nanti akan ada banyak orang yang datang untuk memperebutkan pusaka itu jadi persiapkan diri mu baik baik"ucap Ki Jatiwaringin.
"Apakah perguruan lain juga mengetahui hal itu guru."tanya Nilam.
"Itu sudah pasti, perkelahian pun pasti akan terjadi demi untuk mendapatkan barang itu seperti yang pernah terjadi beberapa tahun silam."ucap Ki Jatiwaringin.Teringat pada waktu masa mudanya dahulu ketika ia pernah memperebutkan suatu pusaka di hutan limbung.
"Karena suasananya sangat berbahaya seperti yang guru ceritakan , aku sebaiknya akan pergi sendiri saja guru , dengan begitu aku bisa bergerak lebih leluasa."Ucap Nilam.
"Baiklah, tapi ingat jika kau merasa tidak mampu menghadapi situasi di sana nanti lebih baik kau mundur saja jangan terlalu memaksakan diri."Ucap Ki Jatiwaringin.
"Aku mengerti guru."Ucap Nilam Cahaya.
"Hanya itu saja yang ingin ku sampaikan pada mu Nilam, sekarang kau bisa melanjutkan kembali latihan mu."Ucap Ki Jatiwaringin.Lalu pergi meninggalkan Nilam.
Nilam Cahaya menjadi tahu ternyata untuk mendapatkan benda pusaka itu tidaklah mudah karena penuh dengan perjuangan yang bisa merenggut jiwa.Tapi hal itu tidak membuatnya mundur apa lagi takut untuk mencoba mendapatkan pusaka itu.
Perbincangan mereka berdua pun berakhir setelah sore menjelang malam .
SATU BULAN KEMUDIAN
Huru hara tentang kemunculan benda pusaka di lembah cadar menyebar luas ke segala penjuru.
Dan hari yang di ramalkan itu pun akhirnya tiba.Di langit bulan purnama terlihat terang dengan cincin melingkar menyelubunginya.Di bawah sinar rembulan terlihat bayangan hitam melesat cepat menuju ke arah lembah cadar.Bayangan hitam itu adalah Nilam Cahaya. Ia berangkat dari perguruan Harimau Api seorang diri supaya bisa bergerak bebas dan leluasa.
Dalam jarak yang tidak terlalu jauh dari Nilam itu ada dua sosok bayangan yang juga bergerak menuju ke arah lembah cadar, mereka berdua adalah Wulandari dan Jila dari perguruan Tapak Suci.Ternyata mereka juga tahu tentang ke munculan benda pusaka itu dari guru besar mereka.
Perguruan Tapak suci dan perguruan Harimau Api memiliki hubungan yang baik selama ini .Begitu juga dengan Nilam dan Wulandari serta Jila.Mereka bertiga juga mempunyai hubungan yang baik satu sama lainnya,apa lagi dengan Jila yang secara diam diam suka pada paras dan kecantikan Nilam.
Jila sering menjadi orang bisu jika berhadapan langsung dengan Nilam karena kurang percaya diri dan merasa sangat grogi.
Udara bertiup pelan membelai kulit,sang rembulan bersinar dengan sangat terang tanpa terhalang oleh awan. Sementara itu di sekitar lembah cadar sudah terlihat banyak orang berdatangan.Ada yang berdiam di balik batu,ada yang bertengger di atas pohon,ada yang berdiri di tempat terbuka dan macam macam sajalah posisi mereka untuk menunggu ke munculan benda pusaka itu.
Perasaan tegang pun mulai terlihat pada wajah mereka yang ada di sekitar lembah cadar itu.Karena sebentar lagi benda pusaka yang mereka nantikan akan segera muncul.
"Kakang bagaimana pun caranya kita harus bisa mendapatkan pusaka itu"ucap Wulandari.Sangat berhasrat untuk bisa memilikinya.
"Ya kau benar Wulandari kita harus berusaha untuk bisa mendapatkan benda itu"Sahut Jila.
Tidak jauh dari mereka berdua, ternyata ada Nilam Cahaya di balik pohon yang mendengar pembicaraan mereka.Namun Nilam tidak menampakkan dirinya.Karena tidak punya kepentingan dengan mereka walaupun tujuannya adalah sama yaitu mendapatkan pusaka itu.
Akhirnya saat saat yang ditunggu itu pun tiba juga, sebuah cahaya terang sekali meluncur dari atas langit.Bentuk cahaya itu panjang seperti meteor yang jatuh dari langit.
Semua mata menatap ke arah cahaya yang sedang terbang itu, tatapan mata mereka tidak berkedip karena mereka takut jika berkedip pusaka itu akan hilang dari pandangan mereka.
"Cahaya itu mulai turun."Ucap seseorang sambil terus memperhatikan cahaya itu.
Cahaya itu menukik tajam dan semakin cepat menuju bumi lalu kemudian lenyap begitu di tengah tengah Lembah Cadar itu.
Semua orang yang ada di situ langsung bergerak ke arah jatuhnya cahaya tadi.Mereka bergerak cepat seperti ada orang yang memerintahnya.
"pusaka itu harus menjadi milikku"teriak salah satu orang dari mereka.Dengan meluncur cepat kearah cahaya jatuh tadi.
Wulandari dan Jila pun langsung melesat ke arah jatuhnya cahaya tadi.Begitu pula dengan Nilam juga tidak mau ketinggalan,ia melesat cepat karena takut pusaka itu jatuh ke tangan orang lain.
Tepat di tengah lembah cadar sebuah cahaya menyala terang, itulah benda yang jatuh dari langit langit tadi.
Lima orang dari arah timur terlihat melesat dengan kecepatan tinggi menuju ke tengah lembah cadar itu mereka adalah Sungsang dan empat temannya ,mereka berlima adalah murid dari Perguruan Naga Hitam.
Sungsang dan keempat temannya dalam sekejap saja sudah sampai di tempat cahaya itu berada.Dengan mata yang berbinar-binar Sungsang menatap benda itu.
"Kalian berempat halangi orang orang yang akan menuju ke sini, tidak perlu segan segan bunuh mereka jika keras kepala tidak mau pergi."Ucap Sungsang.
"Baik tuan muda"ucap keempat orang itu.
Sungsang memperhatikan benda yang menyala terang di depannya.Benda itu berwarna hitam dengan berbentuk balok tebal yang panjangnya dua kali tangan orang dewasa.
Sungsang segera mendekati benda hitam tersebut berniat untuk mengambilnya.Tapi ketika ia menjulurkan tangannya untuk menyentuh benda hitam itu, tangannya seperti tersedot oleh kekuatan dari benda hitam itu,dia pun akhirnya mengurungkan niatnya.
"Ternyata ada kekuatan yang melindungi benda ini"ucap Sungsang.
Sungsang mundur beberapa tindak kemudian mengerahkan kekuatannya untuk memukul benda itu.Hiaaat.... duuuaaarrr.....!!!Namun pukulannya itu tidak berpengaruh apa apa pada benda hitam itu.
"Kurang ajar benda macam apa ini sebenarnya."desis sungsang merasa sangat kesal.
"Sebaiknya kau minggir Sungsang ,benda itu tidak cocok untuk mu "teriak Jila yang saat itu muncul bersama Wulandari di sampingnya.
"Sialan kenapa mereka berdua sudah ada di sini."Umpat sungsang.
Sungsang menoleh ke belakang dan mendapati empat anak buahnya telah roboh semua.
"Kurang ajar kalian berdua, jangan harap kalian dapat mendapatkan benda pusaka itu."Teriak Sungsang.Langsung menerjang mereka berdua.
Melihat sungsang datang menyerang Jila dan Wulandari pun tak mau tinggal diam dan langsung menghadapi sungsang.
Pertarungan pun tidak terhindarkan, sungsang langsung menggunakan jurus andalannya untuk menghadapi mereka berdua.
Di saat mereka bertiga sibuk bertarung beberapa orang lainnya yang juga menginginkan benda itu bergerak maju memanfaatkan kesempatan.Nilam berjalan mengendap-endap dari satu pohon ke pohon lain ,ia ingin memantau pertarungan itu sebelum bertindak. Karena ia tahu kalau sekarang ini pasti ada banyak pendekar sakti yang juga sangat menginginkan benda itu.
Pertarungan antara Sungsang dan jila pun berjalan cukup alot, namun dalam pertarungan itu Sungsang harus mundur setelah terkena pukulan telak dari Wulandari.
Setelah sungsang mundur Jila dan Wulandari bekerja sama untuk menghancurkan kekuatan yang melindungi benda hitam itu.
Para pendekar yang bergerak maju tadi kemudian berhenti setelah melihat ada kekuatan besar yang melindungi benda itu.Mereka sedang berfikir antara langsung maju menghadapi Jila dan Wulandari atau menunggu benda itu berhasil mereka ambil,lalu merebutnya.
Kelihatannya para pendekar itu seperti mempunyai pikiran yang sama mereka akan menunggu sampai benda itu berhasil mereka ambil lalu merebutnya dari tangan mereka.Dengan begitu mereka bisa menghemat tenaga untuk berjaga-jaga.
Nilam merasa heran melihat orang orang yang ada di situ karena mereka belum bergerak dan seolah membiarkan Wulandari dan Jila mengambil benda itu.
Nilam kemudian merenung sejenak dengan sikap diam orang orang yang ada di sekitar lembah itu.Dan akhirnya ia pun tahu bahwa mereka semua akan merebut jika pusaka itu sudah dapat mereka cabut.
"Sungguh pintar orang orang ini mereka berdua yang berusaha orang orang ini tinggal merebutnya. Baiklah akan aku ikuti permainan kalian semua"Ucap Nilam.