SweetNovel HOME timur angst anime barat chicklit horor misteri seleb sistem urban
Living In The End Of World

Living In The End Of World

Chapter 1. Pertemuan.

Pada suatu hari yg mendung di sebuah kota mati yg hancur akibat perang.

Orang orang yang tersisa dari bencana dan perang mencoba bertahan hidup dan membangun instansi pemukiman untuk para survivor di dunia yg telah menjadi padang gurun yang dipenuhi makhluk mutant, Infected (manusia yang terinfeksi virus), dan para bandit yang kejam.

Namaku Kai, aku adalah seorang survivor di dunia yang telah hancur ini.

Aku tinggal di sebuah kamp penyintas kota X selama 6 tahun terakhir, dan tumbuh menjadi seorang tentara bayaran yang bertugas untuk membantu di kamp.

Hari ini aku dan kakakku Hana pergi ke reruntuhan kota ini karena diberi perintah untuk mencari dokumen obat obatan di sebuah gedung situs penelitian Virologi di kota ini.

Kota ini berjarak 30 km dari kamp, dan ketika aku telah memasuki kota ini aku berkata,

“Pemandangan yang mengerikan, bangunan hancur, mayat dan tengkorak dimana mana.

Semoga saja aku tidak bertemu dengan Hantu dari salah satu korban meninggal di sini.”

1 jam kemudian aku pergi menelusuri jalan yang mengarah ke gedung situs penelitian, namun saat sudah hampir sampai, jembatan yang melewati sungai besar di kota itu telah runtuh.

Mau tidak mau aku harus mencari jalan lain, dan aku melihat ada jembatan lain yang tidak jauh dari lokasiku.

Saat hampir sampai di jembatan, tiba tiba aku mendengar suara perempuan yang sedang bernyanyi.

“Lalala ~ lala ~~ lalala ~~”

“Waduh, suara siapa tuh ?!”

Saat aku menghampiri suara nyanyian itu, aku melihat ada seorang Gadis berpakaian gadis desa yang sedang duduk di sebuah kursi di dekat jembatan itu.

Gadis itu membawa kamera tua, tas selempang, masker gas dan sebuah pistol di sakunya.

Aku bingung dan sedikit takut kemudian aku bersembunyi dan memperhatikannya dari jauh, namun gadis itu tiba tiba berkata,

“Kau tidak perlu khawatir, aku bukan setan atau sejenisnya. Aku juga pengembara sama seperti mu, jadi kau tidak perlu takut dan bersembunyi, tuan.”

Aku terkejut dia bisa menyadari keberadaanku, padahal aku sudah sesenyap mungkin.

Aku pun keluar sambil memegang pistolku dan mulai berbicara dengannya,

“Bagaimana kau bisa menyadari keberadaanku?

Padahal aku sudah sesenyap mungkin.”

Dia tersenyum dan menjawab,

“Aku memiliki kemampuan untuk merasakan keberadaan orang lain dengan menggunakan seluruh indraku, aku mengetahui keberadaanmu dari suara, udara, dan getaran di tanah, kemudian aku melihat ke sekitarku. Jadi aku bisa tahu kalau ada seorang pria yang sedang memperhatikanku dari jauh.”

Mendengar itu aku menaruh kembali pistolku ke dalam saku dan menghampirinya,

“Waah.... Kemampuanmu sangat hebat, aku saja untuk melacak seekor kelinci saat berburu aku kesulitan.”

Gadis itu tersenyum dan ramah kepadaku, sepertinya dia bukan orang jahat dan dia juga tak menganggapku sebagai orang jahat.

Aku pun duduk di sampingnya dan bertanya padanya apa yang dia lakukan di kota mati ini,

“Oh iya, Kenapa kau berada dikota mati yg sudah hancur ini ?”

Aku bertanya pada gadis itu, lalu dia menjawab dengan nada sedih

“Aku hanya ingin memotret sisa sisa kota kelahiranku dulu.” Gadis itu memasang wajah sedih.

aku pun terdiam sejenak. Lalu gadis itu bertanya pada ku,

“Oh iya, kau sendiri sedang apa dikota mati ini ? Di kota ini sudah tidak ada barang yang bisa dijarah lagi, aku sudah memeriksa seluruh kota ini. Tidak ada yang tersisa selain puing puing bangunan dan perabot yang sudah tak berguna.”

Aku menjawab gadis itu,

“aku kemari bukan untuk menjarah kota ini, tapi aku sedang menjalankan misi untuk mencari beberapa dokumen tentang obat obatan yg ditinggalkan di sebuah gedung situs penelitian dikota ini.”

Lalu Gadis itu berkata,

“Ah, begitu ya. Aku pikir kau adalah seorang penjarah yang sedang mencari barang berharga.”

“Hei, jika aku seorang penjarah. Aku sudah menodongkan senjata padamu dan mengambil semua barang barangmu, dan lebih parahnya lagi mungkin aku sudah melakukan hal buruk pada seorang gadis cantik dan imut sepertimu.”

“eh.... I-imut... ?!”

Gadis itu terkejut ketika aku bilang dia imut, dan dia tersipu malu.

“(Apa aku salah bicara ?)”

Kemudian gadis itu menanyakan nama ku,

“Omong omong aku belum tahu siapa namamu ?”

“Ah nama ku Kai, aku seorang tentara bayaran dari kamp 30 km ke arah utara dari kota ini. Kau sendiri siapa namamu dan dari mana asalmu?”

Gadis itu menjawab,

“Nama ku Liya, aku dari rumah mendiang nenek ku di kamp kecil di timur”

Setelah perkenalan itu Liya bertanya kepadaku, apakah dia boleh ikut bergabung dengan kamp tempat tinggal ku, karena dia sudah tidak memiliki tujuan lagi.

aku pun membolehkannya ikut bergabung menjadi bagian dari kamp.

“Baiklah, kau boleh bergabung dengan kami.”

“Terimakasih !!”

Liya sangat senang karena aku memperbolehkannya bergabung ke kamp. Aura kebahagiaannya merubah suasan suram dikota menjadi lebih berwarna.

(Serius dah, dia ngga curiga padaku sama sekali ??) batin ku.

Chapter 2. Pergi ke situs penelitian.

2 jam setelah itu kami pun berangkat untuk mencari dokumen itu.

“Sekarang kita harus pergi ke mana?” Tanya Liya

“Menurut catatan dari dokter itu, dokumennya berada di situs penelitian dipusat kota. Namun kita harus hati hati, disana banyak mutant ganas.”

Kemudian kami mengobrol tentang diri kami masing- masing.

“Oh iya, kau bilang kau berasal dari desa kecil di timur kan? kalau boleh tau kenapa kau kemari? Aku tidak yakin kau kesini hanya untuk memotret kota kelahiran mu ini, kan?” Aku bertanya ke Liya.

Dengan ekspresi wajah sedihnya dia menjawab,

“Sebenarnya 2 bulan yang lalu, aku kabur dari kamp yg kutinggali dulu, karena aku sudah tidak tahan lagi dengan mereka semua. Mereka memperlakukanku layaknya binatang dan selalu mengurungku disebuah ruangan putih, terkadang mereka juga sering mengambil darahku dan juga menyuntikkanku dengan sebuah obat aneh yang selalu menyiksaku, tubuhku terasa terbakar dan panas setelah disuntikkan obat aneh itu. Jadi di saat penjaga lengah aku kabur diam diam dari ruanganku dan pergi ke gudang kamp dan membawa apa saja yang berguna disana.

Pada awalnya aku membawa satu Backpack, dua botol air, Beberapa makanan kaleng yg ku curi dari gudang kamp, beberapa ratus Reni (mata uang tukar di provinsi barat dan timur), satu buah senapan, satu buah Pistol yg ku bawa ini, beberapa butir peluru senapan, tiga buah magazine pistol dan masker gas yg kukalungkan ini.

Aku menyelinap masuk ke dalam sebuah kotak, dan di bawa keluar dari kamp menuju ke provinsi barat.

Saat sudah sampai di provinsi barat, aku pun keluar dan pergi ke stasiun kereta.

Aku menaiki kereta yang menuju ke arah desa ku, dan berangkat bersama beberapa orang di sana.

Namun di tengah perjalanan, kereta kami tiba tiba diserang oleh para infected dan mengakibatkan kereta keluar jalur karena melindas salah satu infected.

Semua penumpang yang selamat mencoba mempertahankan diri dengan menembaki infected infected itu, tapi mereka malah mati dimangsa oleh mereka.

Di saat infected itu sibuk memangsa orang - orang, tiba tiba 2 orang penumpang yang sebaya denganku menarikku dan mengeluarkanku dari gerbong kereta dan kami melarikan diri bersama.

Kami pun mengembara bersama, sampai kami tiba di sebuah kamp.

Kami berpisah di sana, kemudian aku pergi ke pedagang untuk membeli baju baru dan perbekalan.

Tapi aku terpaksa menjual senapan dan backpackku karena uangku yang tersisa tidak cukup untuk membeli perbekalan.

Setelah aku selesai menjualnya, aku membeli tas selempang ini dan perbekalan seperti, perban steril, salep, botol air, beberapa kaleng makanan, 2 magazine pistol tambahan, dan korek api.

Setelah siap aku langsung pergi ke desa dimana nenekku tinggal dengan berjalan kaki.

Pada awalnya aku ingin tinggal di desa daerah timur bersama nenekku, tapi nenek telah meninggal dunia 1 tahun yang lalu saat aku tiba di desa itu.

Beberapa hari aku tinggal di desa sampai para infected tiba tiba menyerbu tempat itu, dan memangsa semua orang di desa.

Setelah desa di serang oleh para infected, aku memutuskan untuk mengembara lagi berharap aku bisa bertemu dengan keluargaku yang lain di kota ini.

Namun betapa syoknya diriku, mengetahui bahwa kota kelahiranku ini telah hancur dan mati.

Kemudian aku memutuskan untuk bermalam di kota ini untuk beberapa hari sembari mencari informasi ke mana penduduk kota di evakuasi.

Setelah mencari banyak berkas di gedung manajemen kota, aku menemukan sebuah kertas laporan bahwa salah satu kereta yang membawa orang orang yang di evakuasi tewas di bom saat dibawa menuju bunker darurat.

Mengetahui itu aku semakin down, kemungkinan keluargaku juga menjadi korban tewas itu.

Setelah itu aku memutuskan ke jembatan dan berniat bunuh diri, tapi aku teringat kata kata ibuku untuk tetap hidup selama mungkin.

Akhirnya aku tidak jadi melakukannya, dan memilih merenung di kursi dekat jembatan.

Kemudian aku bertemu denganmu sekarang.”

Mendengar ceritanya membuat ku merinding,

“Ya ampun, gadis seimut dan secantik dirimu telah melewati banyak hal mengerikan seperti itu?! Hadeuh, aku tak bisa membayangkannya. Tapi mengapa orang orang di kampmu dulu memperlakukanmu seperti spesimen makhluk hidup seperti itu ?”

Dia menjawab tidak tahu, tapi dari ekspresi wajah sedihnya, sepertinya dia tidak mau menceritakan apapun tentang kamp itu.

Untuk mencairkan suasana yang kelam, aku bercerita tentang masa lalu ku 6 tahun yang lalu.

“Yah sebenarnya Aku juga sama seperti mu, dulu aku juga kabur dari rumah karena alasan yang sama, namun mereka tidak melakukan hal aneh padaku, cuman dipaksa jadi babu aja, mana kaga dibayar lagi, terus mereka juga hanya memberiku beberapa potong roti dan satu gelas air sehari saja. Karena sudah muak diperlakukan seperti budak, jadi aku memutuskan untuk kabur. saat itu aku masih berusia 16 tahun dan aku tidak membawa banyak perbekalan. Aku hanya membawa tas sekolah lama ku, beberapa puluh Reni, satu buah revolver, 24 butir peluru, satu buah pisau, dua botol air dan lima kaleng makanan.

Saat itu Aku agak sedikit nekat karena pergi disaat para mutan sedang mengganas di kota Penyintas yang aku tinggali dulu, alhasil saat mencoba keluar dari reruntuhan kota aku berhadapan dengan 1 mutan tingkat menengah dan 2 tingkat bawah dan lucunya saat itu aku malah panik, padahal aku bawa senjata.

Namun pada akhirnya aku berhasil membunuh mereka dengan menjatuhkan mereka ke lubang reruntuhan, yah bisa dibilang aku beruntung saja.

Lalu aku terus berjalan hingga suatu hari perbekalanku habis dan aku kelelahan, kemudian aku beristirahat di sebuah rumah tua berharap aku menemukan sesuatu yang bisa dimakan.

Namun aku mendengar ada beberapa bandit masuk dan mereka melihatku, sontak mereka langsung menembakkan timah panas ke arah ku dengan senapan mereka. Aku lari dan bersembunyi dilantai dua, aku mencoba mengeluarkan revolverku untuk menembak mereka. tapi tiba tiba ada suara tembakkan yg menembaki mereka.

Ternyata ada seorang wanita bersenjata lengkap datang dan membunuh mereka semua. Aku pikir dia juga akan membunuhku, jadi aku menodongkan revolverku.

Namun dia langsung menenangkanku dan memberiku air dan makanan, dan aku dibawa ke markas mereka.

Ternyata wanita itu adalah tentara bayaran yang tinggal di pemukiman yg tidak jauh dari sini. Tempat itu lumayan bagus dan rapi, tempat itu juga lebih maju dibanding tempat penyintas lain yg pernah kukunjungi.

Wanita itu bernama Hana Cromwell anak dari pemimpin kamp dekat sungai sebelah utara provinsi yakni Dokter Hans Cromwell. Beliau adalah seorang dokter Virologi dan Fisika. Dokter Hans mengangkatku sebagai anak angkatnya dan menjadi adik kak Hana. Sejak saat itu aku pun tinggal bersama mereka di kamp itu sampai sekarang. kira kira sudah 6 tahun aku tinggal di kamp itu.”

Liya mengangguk kepadaku.

“Ah, begitu ya. Kalau begitu sekarang usia mu sudah 22 tahun ya?”

“Yah kira kira segitu.”

Beberapa menit kemudian kami telah sampai di depan gedung situs penelitian itu dan memasuki nya.

Namun baru saja membuka pintu dan menginjakkan kaki, tiba tiba para serigala mutan ganas menyerang kami. Liya mencoba menembaki salah satu serigala mutan itu, namun itu sia sia.

Bagi para serigala mutan itu, tembakan dari pistol Liya hanya seperti gigitan kutu saja.

Lalu para Serigala mutant menyerang Liya, aku maju dan menembakkan shotgunku ke mulut serigala mutan yg hendak menyerang Liya.

Kemudian "DUUAAR !!" Serigala mutan itu tewas, namun masih ada beberapa serigala mutant lagi.

Tiba tiba muncul lah sang induk para serigala mutan itu, dia memiliki tubuh yang sangat besar dengan beberapa benjolan hijau radioaktif di bagian botak ditubuhnya.

Induk serigala itu hendak menyerang kami, Namun Liya dengan cepat Langsung menembakkan pistolnya kearah Langit langit dia atas mereka. Beberapa serigala mutan itu mati tertimpa langit langit reruntuhan, tapi tidak dengan induknya.

Lalu tiba tiba, Lantai yang kami pijaki runtuh dan menjatuhkan kami ke bawah bersama induk serigala itu.

“UUWWAAAAHHH......!!!!”

~ Di sisi lain ~

“Duh si kai kemana sih, Kok lama banget dah ?

Udh hampir setengah hari dia belum kembali.” Gumam seorang wanita.

“apa jangan jangan dia diserang mutant?! duh seharusnya aku tak membiarkan dia pergi sendirian!! Semoga adik ku ga kenapa kenapa dan balik hidup dan utuh.”

“Atau aku sebaiknya memanggil bantuan saja ya???”

Chapter selesai.