SweetNovel HOME timur angst anime barat chicklit horor misteri seleb sistem urban
Bestfriend become Boyfriend

Bestfriend become Boyfriend

𝖠𝗄𝗁𝗂𝗋𝗇𝗒𝖺 𝗄𝖾𝗍𝖾𝗆𝗎𝖺𝗇!

*Hari ini adalah hari libur, dan aku senang akan hal itu.

Aku turun ke lantai bawah, kebetulan kamarku ada di lantai dua, jadi aku perlu turun untuk bisa sampai ke meja makan dan ruang TV.

Aku langsung duduk di sofa dengan keadaan TV sudah menyala. Sepertinya mama yang menyalakan TV nya.

“Nih, mama udah masakin kamu makanan spesial” kata mama sambil menaruh lauk yang sudah ada di piring dan menaruhnya diatas meja.

Aku berjalan pelan menuju meja makan, aku masih mengantuk.

Aku duduk di meja makan dan meletakkan ponselku diatas meja. Lalu aku mengambil piring dan meletakkan nasi juga lauk ke piring itu dan segera makan.

Aku jatuh dalam lamunanku, aku mengingat seorang anak kecil duduk di depanku. Aku bahkan tidak tau dia siapa, tapi kenapa bisa ada di pikiranku?

Oh iya, sekarang aku sudah kelas dua SMA, jadi sepertinya habis ini aku akan pergi ke suatu tempat bersama temanku.

Tentu mama mengijinkanku, karena kata mama aku sudah lebih dewasa dibanding dulu.

SKIP->

Selesai makan, aku langsung naik ke atas dan kembali ke kamarku dan langsung melemparkan tubuhku ke kasur.

Aku melihat sekitar kamarku, sepertinya berantakan sekali ya. Sepertinya aku akan membereskan kamarku terlebih dahulu baru pergi bersama temanku.

“Kotak sepatu?” Batinku saat aku terkejut melihat ada kotak sepatu diatas lemariku. Aku mengambilnya dan-

“Hachu!” Seketika aku bersin karena kotak sepatu ini dipenuhi debu. Aku membersihkan debu itu dan segera membuka kotak sepatu itu.

“Diary?” Ucapku pelan saat mengetahui ada sebuah buku di dalam kotak sepatu itu.

Kukira isinya adalah sepatu yang sudah lama tak kupakai, ternyata isinya adalah barang-barang yang tidak jelas.

Sebentar-

“Aku sedih banget karena sekarang aku pindah rumah, aku jadi ga bisa ketemu Jimin lagi, aku udah bilang kemaren sama Jimin tapi semoga dia baik-baik aja selama ga ada aku” bacaku saat aku telah membuka isi ‘diary” itu.

Aku melihat ada fotoku bersama anak kecil. Hmm.. sebentar..

Oh iya! Anak kecil yang ada di lamunan itu adalah Jimin! Kenapa aku bisa lupa?! Sahabat macam apa aku ini?! Astaga!

Aku tersenyum melihat tulisan tanganku yang jelek ini saat aku masih kelas enam SD. Aku membacanya dan akhirnya aku kembali mengingat teman masa kecilku dulu.

Ya, Jimin adalah tetangga dekat rumahku dulu. Aku sering bermain dengannya karena ibuku dan ibunya Jimin juga akrab, jadi aku sangat sering kerumah Jimin dan bermain bersamanya.

Hingga suatu saat aku pindah rumah, itu membuatku sangat sedih dan aku merasa kesepian saat itu, dan pada akhirnya aku malah melupakannya.

Berat rasanya meninggalkan dia saat itu-

Ah! Aku ingin menemuinya sekarang!

Mungkinkah aku minta nomor Jimin ke mama? Sepertinya mama masih saling mengirimi pesan ke ibunya Jimin.

Aku membawa kotak sepatu itu dan segera turun mencari mama, ternyata mama sedang duduk di sofa sambil menonton TV.

“Mah! Liat ini! Aku nemuin ini dikamarku tauk” kataku sambil memberikan kotak sepatu itu pada mama.

Mama pun mengambil kotak sepatu itu dan membukanya. Mama mengambil beberapa foto dan mainan yang Jimin berikan padaku saat kecil.

“Ini bukannya mobil-mobilannya Jimin ya?” Tanyaku pada mama sambil memegang mainan itu ditangannya.

“Iya, dia yang ngasi ke aku, dan aku baru tau sekarang mainan ini harganya mahal” kataku sambil melirik mobil mainan yang masih mama pegang.

“Emang berapa?” Tanya mama padaku sambil menaruh mobil mainan itu ke dalam kotak sepatu.

“Sekitar 25 ribu sampe seratus lebih” kataku singkat.

“Astaga, iya ya, mahal, anak kecil mana tau barang itu mahal apa enggak” kata mama sambil menutup kotak sepatu itu dan memberikannya padaku.

“Eh, tapi mama masih kontakan loh sama mamanya Jimin. Pengennya sih ketemuan, kan udah lama juga ya kamu sama Jimin ga ketemuan” kata mama sambil melihatku.

“Mama masih kontakan? Kenapa ga diajak kesini aja?” Tanyaku pada mama yang segera mengambil ponselnya.

“Ya udah, kita ketemuan yuk sama mamanya Jimin, sm Jimin juga” kata mama sambil memasang wajahnya yang sepertinya kegirangan itu.

“Ya terserah mama deh” kataku sambil membawa kotak sepatu itu dan kembali ke kemarku. Aku membayangkan, apa yang terjadi jika aku dan Jimin bertemu setelah sekian lamanya kita tidak bertemu?

Aku segera mandi dan menggunakan pakaian yang cocok untukku. Hmm.. pakai celana jeans mungkin lebih bagus.

“Y/n! Ini loh udah dateng!” Teriak mama dari bawah yang membuatku terkejut. Aku merasa canggung, ya karena aku sudah lama tidak bertemu dengannya sekian tahun.

Aku turun kebawah pelan-pelan, dan aku melihat Jimin dan ibunya yang sudah terduduk di sofa ruang tamu.

Aku benar-benar salah tingkah, aku merasa benar-benar canggung sekarang. Badanku gemetar tak karuan, aku benar-benar kaku dihadapannya.

Wajahnya berbeda dari yang dulu, jika dulu pipinya chubby dan imut, sekarang dia sudah tampak lebih..

Kurus?

Ah.. maksudku berisi. Ya, sudah tidak se gendut dulu.

“Eh, kalian kok diem-dieman aja, ih ga se cerewet dulu. Apalagi y/n nih, paling cerewet” kata ibunya Jimin sambil tertawa.

Aku hanya tersenyum sambil melirik Jimin sesekali, begitu juga dengannya. Aku ingin bicara, tapi aku terlalu canggung.

Hai guys!

Welkom bek!

Eh maksudnya welcome back

Gara2 mimpi jimin nih author bikin cerita lagi

Lagi oleng ke Jimin neh

Semoga sukaaa

☺️❤️*

𝖯𝖾𝗋𝗀𝗂 𝖻𝖺𝗋𝖾𝗇𝗀?! 𝖳𝖺𝗉𝗂 𝗄𝖺𝗇-

“Iya loh y/n, masa kamu ga ngomong sih, tadi katanya mau ketemu Jimin” kata mama sambil memegang pundakku.

Aku merasa malu dihadapan Jimin saat mama mengatakan hal itu.

“Ah.. i-“

Tringggg! Tringgg!

Ah! Ponselku berbunyi, aku melihat ponselku dan ternyata itu adalah temanku. Aku menjadi pusat perhatian, dan itu membuat badanku gemetar lebih keras.

“Ah..saya pamit sebentar, mau angkat telpon” kataku yang pamit pergi dan segera berlari kecil menuju kamarku.

“Iya, nanti balik lagi” kata mama dan melanjutkan untuk mengobrol bersama.

“Iya, nanti balik lagi” kata mama dan melanjutkan untuk mengobrol bersama.

Aku menutup pintu kamarku dan menjawab telponnya.

“Halo? Y/n?” Ucap temanku di telpon

“Halo? Kenapa?”

“Skuy lah kita pergi sekarang”

“Ga bisa, gua ga bisa pergi sekarang”

“Yahh.. kenapa sih?”

“Lo pasti ga liat postingan gua ya?”

“Postingan apa? Kagak tuh”

“Pantes! Gua lagi ketemuan sama orang, jadi gua ga bisa pergi sama lo”

“Yahh.. lo lagi ketemuan sama siapa sih?”

“Kepo aja lo”

“Dih! Terserah gue lah”

“Yee.. si mamank, gue tonjok juga lo”

“Berapa lama lo ketemuan sama dia?”

“Gatau lah, ntar kalo udah selesai gua kabarin”

“Sip deh”

“Nah gitu dong, udah ah, gue tutup dulu, ntar gua dicariin gara-gara kelamaan ga balik”

“Iya-iya, ntar cerita sama gua lo ketemuan sama siapa”

“Dih.. ga perlu tau lo”

Tut.. tut.. tut..

Aku menutup telponnya secara mendadak, karena jika tidak, dia akan terus berbicara. Aku kembali ke ruang tamu dan duduk di sebelah mama.

“Siapa nelpon?” Tanya mama sambil melirikku.“Ah itu, temen nelpon” kataku sambil salah tingkah dihadapannya. Ah.. dia hanya teman masa kecilku, bahkan aku sangat dekat dengannya dulu, kenapa bisa kaku seperti ini?

“Ck.. kayaknya kalian kaku deh kalo udah lama ga ketemu. Coba masi kecil, yang pelukan lah, gandengan tangan lah” kata mamanya Jimin sambil melihatku dan Jimin secara bergantian.

“Ya udah, coba deh sana kalian pergi berdua, biar ga kaku” kata mama sambil melirikku dan Jimin bergantian.

“Pergi bareng?” Tanyaku yang terkejut dengan keputusan mama.

“Hmm.. setuju! Mami setuju sama mamamu, udah gih sana pergi, Jimin kan bawa mobil” kata mamanya Jimin atau biasa aku memanggilnya ‘mami’ bukan tante.

“Pergi? Tapi kita baru aja ketemu mi” kata Jimin sambil melirik mami.“Iya justru karena baru ketemu kalian bisa pergi, kan kayak ngerefreshing gitu setelah bertaun-taun ga ketemu” kata mama pada Jimin.

Aku hanya bisa berdiam dan menyimak mama, mami, dan Jimin berbicara. Canggungku mereda setelah mama, mami dan Jimin sudah tidak melihatku lagi.

“Hh.. ya udah” ucap Jimin pasrah dan disitu canggungku naik lagi.

“Yuk pergi” ajak Jimin padaku sambil berdiri dan mengambil kunci mobilnya dikantong celananya.

“Ah? Oh.. iya.. mama, mami, aku pergi dulu ya” kataku sambil berdiri dan menyusul Jimin yang sudah keluar dari rumah.

“Iya, hati-hati dijalan” kata mama, dan mami hanya melambaikan tangannya.“Iya, hati-hati dijalan” kata mama, dan mami hanya melambaikan tangannya.

Aku masuk ke dalam mobil Jimin yang sudah menyala sedari tadi. Ini benar-benar membuatku canggung.

“Kita pergi kemana nih?” Tanya Jimin dan melihatku sambil menyetir mobilnya. Aku menatap matanya, lalu saat dia melihatku aku melihat kearah depan dengan cepat.

“Ehm.. gatau, terserah kamu” kataku pada Jimin sambil mengingat momen-momen masa kecilku dulu.

“Cafe deket sini mau ga? Atau mau ke mall?” Tanya Jimin padaku sambil melihatku sesekali.

“Ya udah deh terserah kamu aja” kataku sambil gemetar dan menyatukan tanganku diatas pahaku. Ini semua membuatku sangat gugup.

“Ya udah mall aja” katanya dan melajukan mobilnya sedikit lebih cepat. Aku mengambil ponselku dan memotretnya.

*Ahh.. teman-temanku ini memang suka sekali mengambil lelaki orang. Eh-

Aku baru saja mengatakan apa tadi?!

“Dah sampe” kata Jimin lalu memberhentikan mobilnya. Aku segera menaruh ponselku ke dalam kantong celana dan segera turun dari mobil.

Ah iya! Aku lupa membawa duit! Aduh bagamana ini.. masa iya aku meminta Jimin untuk membayarku?

Aku membuka ‘casing’ ponselku dan beruntung ada kartu ATM dan duit disana. Huft! Untung saja..

Aku masuk ke dalam mall bersama Jimin. Kami berkeliling mencari cafe terdekat.

“Ah.. aku laper, ga jadi ke cafe ah” kata Jimin lalu berbalik badan dan segera mencari tempat makan terdekat.

“Iya aku ikut kamu aja lah” kataku sambil berjalan disamping Jimin dan melihatnya.

Ahh.. aku ingat dulu dia sangat kecil, bahkan tinggi kami hampir sama, tapi sekarang dia lebih tinggi dariku.

“Kenapa?” Tanya Jimin sambil melihat kearahku. Aku mengalihkan pandanganku kearah depan, ah..aku mulai salah tingkah.

“Engga papa, aku cmn inget dulu kecil tinggi kita hampir sama, tapi sekarang kamu kayak lebih tinggi” kataku sambil melihat kearahnya.

“Haha, iya ya, dulu kayanya kita kecil banget gitu, kamu juga dulu gumush banget, tapi sekarang udah beda” kata Jimin sambil melihatku sesekali.

Aku langsung tersipu malu, a-aku sudah tidak bisa berkata-kata lagi.

“Ah? Masa? Aku pikir dulu kecil aku itu cupu banget, justru yang gumush kamu lah, dulu kamu gendut, jadi setiap hari pipi kamu aku cubit” kataku dan kamipun tertawa.

“Iya emang, aku itu suka banget makan, jadi setiap ada cemilan di kulkas langsung aku ambil, ga ada ceritanya makanan busuk” kata Jimin sambil tersenyum padaku sambil tetap berjalan.

“Haha, pantes pipi kamu sebulet itu dulu, gemes banget, sampe setiap menit aku cubitin pipi kamu” kataku sambil tertawa mengingat momen masa kecilku bersamanya.

“Makan disini mau ga?” Tanya Jimin sambil memegang buku menu yang terletak di depan pintu tempat makan yang berada di dalam mall.

“Terserah deh” kataku singkat.

“Yaudah disini aja” kata Jimin lalu kami mencari tempat duduk yang pas untuk mengobrol bersama.

[ ᴛᴏ ʙᴇ ᴄᴏɴᴛɪɴᴜᴇᴅ* ]

Terpopuler