SweetNovel HOME timur angst anime barat chicklit horor misteri seleb sistem urban
My Mom Is A Robot

My Mom Is A Robot

Satu

let's start.. don't forget to subscribe like and share this story.

🐙🐙🐙

Wabah virus yang menjadi pandemi berkepanjangan, menyebabkan kekacauan dalam perekonomian setiap negara di seluruh dunia. Orang-orang serakah akan harta semakin bertindak seenaknya sehingga menyebabkan kelaparan menjadi wabah baru yang lebih menakutkan. Jutaan pegawai negeri maupun swasta diberhentikan dari pekerjaannya secara paksa sehingga menumbuhkan jumlah penduduk miskin secara global.

Tragedi saling bunuh dan saling aniaya demi memenuhi perut mereka menjadi aktifitas baru di seluruh kota. Kriminal dan perampokkan sudah bukan lagi hal aneh beberapa bulan terakhir. Ironisnya, para petani yang bertahan hidup dengan makanan yang mereka tanam di ladangereka pun harus berperang dengan traktor-traktor raksasa milik perusahaan asing yang merebut tanah mereka.

Bentrokkan terjadi di seluruh penjuru negri. Demonstrasi berkepanjangan menghiasi pemandangan negeri yang indah dan aman ini. Kebakaran lahan, kerusuhan di kota-kota, bahkan bentrok antar warga menjadi kegiatan yang terpaksa harus dikatakan wajar. Kasus yang ikut-ikutan nambah masalah negara yaitu banjir bandang dan tanah longsor di sebagian wilayah. Dan lebih mengerikan lagi, hilangnya anak-anak muda menjadi sesuatu yang luput dari perhatian dikarenakan kekacauan tak berkesudahan.

Masyarakat dari kalangan biasa, mahasiswa sampai cendikiawan terus berdemonstrasi di depan kantor pemerintahan di ibu kota demi menagih tindakan pemerintah dalam menangani pandemi terbesar ini. Namun, pahlawan kita, sang kepala negara, MENGHILANG.

Kekacauan terus berlanjut siang dan malam. Dari timur hingga ke barat. Suara jerit tangis anak-anak sudah tidak bisa di redam lagi. Suara orang-orang lapar terus memanggil-manggil nama pemimpin mereka dan menagih minta makan. Namun tidak ada satupun yang bisa menyelesaikan masalah ini. Ini pandemik global, dan bukan hanya satu negara saja. Dan sampai detik ini pun tidak ada yang tau bagaimana keadaan sang kepala negara yang sudah menghilang beberapa bulan lalu.

Aktivis mahasiswa dari kampus ternama ibu kota terus melantinkan narasinya meminta keadilan. Beberpa pemida bernyanyi lagu kebangsaan dan beberapa lagi berteriak meneriaki wakil rakyat. Kerumunan manusia tidak lagi menghiraukan bahaya virus yang menyebar, karena wabah kelaparan lebih menyiksa di banding dengan wabah virus itu sendiri. Aparat pun hanya bisa diam mematung menyaksikan kekacauan ini. Siapa yang bisa menyelesaikan pandemi ini?

Malam sudah sangat larut, mungkin sudah tidak bisa lagi di sebut malam karena sebentar lagi matahari akan terbit. Percikan air sisa hujan membasahi dedaunan dan jatuh ke jalanan. Seorang gadis muda dengan almamater tercintanya berjalan gontai bersama teman-temannya. Setelah sekian lama mereka berdiri di depan gedung pemerintahan, tidak ada sedikitpun harapan yang mereka dapatkan.

Keributan tiba-tiba saja terjadi di dekat mereka. Beberapa manusia saling pukul saling hantam, sedikit info yang mereka dapatkan bahwa keributan itu di sebabkan oleh sekelompok orang mencuri makanan sekelompok yang lain. Beberapa mahasiswi menangis menyaksikan kejadian ini.

"Tuhan!!! Kenala gak kiamat aja sih??" seorang gadis berbadan cukup gempal menangis

"Hush.. Tuhan pasti punya rencana" kata seorang yang berbadan tinggi langsing

"Gue gak tega melihat ini semua.. Kenapa tuhan gak mencabut saja pandemik ini? Kalo memang Tuhan tidak ingin menghilangkan wabah ini, kenapa tuhan gak menghancurkan buminya saja??" lanjut gadis gempal itu

"Justru ini adalah masa untuk kita bersabar. Mungkin ini adalah ladang pahala buat kita. Mungkin Tuhan ingin lihat, siapa di antara kita yang paling sabar" kata seorang gadis lain

Mereka hanya mengangguk setuju. Mereka berjalan bersama menuju stasiun kereta api berniat untuk pulang.

"Kapanlah pandemik ini berakhir" seorang mahasiswa bertubuh tinggi menghela nafas panjang sembari bersender pada kursi di peron kereta. "Eh! Ma.. Gimana keadaan keluarga lo? Desa lo lagi rusuh juga kan?"

"Iya, pengusaha yang membeli tanah desa kami dengan paksa, sekarang ingin merebut tanah kami" jawab gadis bernama Ashma

"Gimana sih ceritanya? Kok bisa mereka membeli tanah kalian??" tanya Sofia gadis bertubuh gempal

"Jadi sekitar tujuh tahun lalu, ada aparat desa yang menakut-nakuti warga desa gue dengan katanya 'suatu hari, desa ini akan dikuasai asing. Sayang banget kalo gak di jual. Kalian gak bakal dapet apa-apa' dan mereka terus menakut-nakuti warga dengan kata-kata mereka. Berhubung warga desa gue gak pada sekolah, jadi mereka percaya aja.. Padahal ayah gue gak menjual tanahnya, hanya gara-gara hampir semua warga sudah menjual tanahnya, jadinya tanah ayah gue juga ikut tergusur." jelas Ashma seraya menerawang masa lalu. "Mereka yang pintar dan berkerja di pemerintahan, mereka memalsukan sertifikat tanah para warga. Warga yang menjual tanah hanya 100 meter, di tulis 150 meter dan seterusnya. Hasilnya, warga yang tidak menjual tanah pun ikut kena imbasnya" lanjutnya

"Kejam sekali.. Pantaslah tuhan memberikan cobaan seberat ini. Kenapa manusia itu serakah sekali? Lihat siapa yang kena imbasnya? Semuanya kan.. Poor my land." isak Galuh

"Gimana rasanya ya, saudara kita di negeri konflik? Setiap hari merasakan hal seperti ini.. Mungkin ini karma kita juga karena dulu gak nolong mereka" keluh Fanny gadis bertubuh tinggi

"Kita tidak bisa menentang rencana Tuhan.. Mungkin Tuhan punya rencana buat kita. Kita tidak boleh menyerah, ada masanya Tuhan bertindak.. Yok bentar lagi pagi, kita cari mesjid dulu untuk bersih-bersih.. Gak yakin juga kereta akan beroperasi hari ini." Ajak Ashma.

"Memang masih ada tempat atau masjid yang aman?" Sofia ragu

"Disini juga gak aman kan?" Fanny beranjak dari duduk dan kembali berjalan menuju masjid terdekat.

Tak lama kerusuhan terjadi lagi di sekitar mereka. Sofia semakin isak dalam tangisnya. Tragedi ini benar-benar menyayat hati setiap orang.

Ashma berjongkok karena ikatan sepatunya lepas. Dan dia tertinggal beberapa langkah di belakang teman-temannya. Setelah beberapa detik, ahirnya dia menyelesaikan simpul di sepatunya. Tapi, ketika dia baru saja hendak bangun, seseorang dari belakang menarik lehernya dan menancapkan jarum di deher yang tidak tertutup kain. Ashma tidak sempat menjerit, karena badannya seketika lemas setelah jarum itu menancap di lehernya. Tangannya bergerak ke depan menangkap udara, bermaksud memanggil teman-temannya namun sayangnya kesadarannya tak berpihak kepadanya, tidak sampai lima detik, Ashma pingsan dan tak ingat lagi apa yang terjadi.

Sofia dan tenan-temannya baru saja masuk ke pelataran masjid dekat situ, tiba-tiba Fanny tersadar bahwa Ashma tidak bersama mereka.

"Eh... Eh... Ashma mana??" tanya Fanny

"Loh.. Tadi di sini.." jawab Galuh

"Ashma...!!! Ashma...!" mereka akhirnya berpencar mencari Ashma. Namun, setelah matahari terbit tidak satupun dari mereka yang kembali ke masjid atau pun ke stasiun kereta.

_oOo_

Udara lembab dan dingin mengiris setiap inchi kulit Ashma, perlahan matanya terbuka dan mendapati tempat asing di sekelilingnya. Dia tentu saja tidak tau di mana tempat ini. Ruangan sempit dengan satu tikar tipis, dan tunggu,, ruangan ini bergerak dan kemana bajuku?? Batin Ashma. Kenapa aku, *****? Oh tidak..!! Tangan Ashma terikat.

Samar tapi pasti Ashma mendengar isak tangis beberapa orang dari luar. Ashma berusaha menggerakkan badannya mendekati pintu. Ashma mengintip dari balik pintu yang sepertinya sengaja di berikan lubang. Dia mengedarkan pandangannya sampai sejauh yang dia bisa. Disana terdapat beberapa pintu seperti miliknya. Bahkan semua ruangan hanya selebar pintu ini. Isakan terdengar lebih jelas dari sini. Bahkan ada beberapa yang memanggil-manggil orang tuanya.

Ashma merinding, dan secara naluriyah dia kembali ke tempatnya semula. Ia duduk menekuk kakinya menutupi dadanya. Dan melingkarkan tangannya yang diikat di depan lutut. Pikirannya sudah tidak lagi bisa ia fungsikan. Ia hanya duduk tanpa tau harus apa.

Tidak lama ruangan itu berhenti bergerak. Dan terdengar beberapa orang bertukar cakap di luar sana. Ruangan terbuka dan menebarkan cahaya terang khas siang hari. Beberapa orang masuk dengan gembira.

"Silahkan, nyonya..!! Buruan kita kita kali ini lebih banyak wanita muda nya. Bahkan beberapa ada yang masih perawan. Kami sudah memeriksa mereka di lab, dan keterangan mereka kami tulis di lengan kiri mereka masing-masing" seseorang terdengar menjelaskan sesuatu

Ashma tanpa sadar memutar tangan kirinya. dan seperti yang dikatakan pria asing di luar, dia bisa melihat beberpa tulisan di lengannya

Virgin, lung, heart, eyes, kidney,  blood, neuron. Dan di setiap tulisan itu di beri tanda ceklis. Itu tandanya ia baik di segalanya. Apa maksudnya??

Tiba-tiba pintu ruangan Ashma terbuka dan menghadirkan sosok wanita paruh baya dengan pakaian khas dan beberapa orang dibelakangnya. Ashma mengeratkan pelukan di lututnya.

"Yang ini seorang mahasiswi dari universitas ternama di kota ini. Semua organnya bagus dan dia adalah manusia terbaik di bok ini. Yang lain kebanyakan malnutrisi" terang seorang lelaki tua berpakaian dokter

"Kulit yang bagus.. padahal keadaan sedang begini, anda benar-benar pandai merawat tubuh.. Hargamu pasti mahal" wanita itu menarik dagu lancip Ashma dan mengamati setiap inchi wajahnya.

Ashma memalingkan wajahnya namun wanita itu tertawa menang.

"Beri perawatan spesial untuk dia, jangan biarkan dia sakit apalagi kulit mulusnya tergores. Dia pasti mahal" perintah wanita itu dan di susul oleh beberapa pria yang masuk ke ruangan Ashma lalu dengan paksa membawa Ashma keluar dari bok kecil itu. Ternyata ruangan-ruangan kecil itu berada di dalam sebuah petikemas kontainer.

Ashma menjejakkan kakinya di lantai beraspal tanpa alas kaki. Dia hanya menunduk dan membiarkan rambutnya menutupi wajahnya, tentu saja dia sangat malu karena di sini banyak orang dan dia, tidak berpakaian sama sekali.

Dua lelaki yang mengapit tangan Ashma kemudian membawanya masuk ke dalam gedung dengan paksa. Ashma tau bahwa di belakangnya ada beberapa wanita lagi yang bernasib sama seperti dia. yang tidak diketahui Ashma adalah gadis-gadis di belakangnya diseret bagai kambing yang siap di potong.

Ashma dimasukkan ke dalam ruangan, tepatnya kamar. Kamar ini normal tidak ada yang aneh kecuali Ashma yang ***** dengan tangan terikat. Beberapa detik Ashma di dalam kamar itu, tiba-tiba muncul beberapa wanita berpakaian maid menghampiri Ashma. Mereka memaksa Ashma mandi dan memakai jubah mewah tanpa tali dan tanpa kancing. Ashma hanya terdiam tanpa suara, karena dia berharap semua yang ia alami saat ini hanyalah mimpi. Para maid itu mendandani Ashma sedemikian rupa, hingga Ashma terlihat lebih cantik dari biasanya.

Tanpa make up pun Ashma sudah memiliki paras yang indah. Dengan dagu runcing, gigi kelinci, hidung mungil, mata cukup besar namun tidak belo. Wajah khas orang Asia. Rambut Ashma yang lurus dan hitam lebat tergerai di seluruh punggungnya. Kini ia sedang duduk di depan cermin dangan dada dan perut terbuka. Kali ini tangannya sudah tidak lagi terikat.

Tak berselang lama dari perginya para maid yang mendandaninya, seorang maid lagi masuk membawa nampan berisi gelas dan semacam obat di piring. Tanpa bertanya ataupun memberi tau, maid itu memaksa Ashma meminum obat itu. Ashma berusaha menolak, namun nampaknya maid itu sudah terlatih sehingga perjuangan Ashma sia-sia saja. Maid pun meninggalkan Ashma setelah berhasil meminumkan obat itu.

Setelah beberapa menit, Ashma merasa sangat bugar namun juga ngantuk menyerang. Ashma berpindah ke tempat tidur dan mengeratkan jubahnya. Hangat, namun tidak bertali. Aneh saja. Dalam hati Ashma terus berdoa, semoga ini semua hanya mimpi dan ketika bangun nanti, Ashma sudah berada di kenyataan.

_oOo_

Badan Ashma lagi-lagi terasa berguncang. Dia membuka matanya dengan paksa, dan lagi dia sekarang sedang duduk di dalam limosin dengan dua lelaki berbadan kekar manghimpitnya agar tidak kabur. Ashma merasa sesak dan dia berusaha terlepas.

"Lama betul tidurmu, nona!" seorang lelaki tua dengan tongkat dan topi juga kacamata hitam di wajahnya sedang duduk tepat di sebrang Ashma.

"Siapa kalian? Kenapa saya ada di sini??" Ashma bertanya dengan wajah dan nada kebingungan

Lelaki tua itu terkekeh. "Kamu tidak perlu tau siapa kami, karena sebentar lagi kamu akan bertemu dengan majikanmu yang baru. Haahhh... Sungguh beruntung nasibku, mendapatkan persetujuan kerja sama dengan perusahaan besar, dan kini mendapatkan j*l*ng dengan kualitas super bagus" lelaki tua itu lagi-lagi terkekeh seraya mengangkat dagu Ashma dengan tongkatnya.

Ashma memalingkan wajah melepaskan diri dari tongkat lelaki tua itu. "Apa maksud anda.? Saya bukan j*l*ng seperti yang anda sebutkan" protesnya

Lelaki tua itu semakin terkekeh dengan bantahan Ashma "kau sungguh menarik wanita muda.. Seandainya aku tidak menginginkan tender ini, dan tidak ingin menyenangkan hati bos perusahaan besar itu, alangkah tergiurnya aku dengan badanmu yang halus bagai batu permata ini" lelaki itu menatap Ashma dengan tatapan mendamba

Ashma merinding, dia mengeratkan pegangannya pada jubahnya. Tangannya lagi-lagi diikat membuat Ashma kesulitan mempertahankan jubahnya.

"Jangan khawatir, aku tidak akan menyentuhmu" lelaki tua itu terkekeh lagi

"Bagaimana gue gak hawatir? Kalo elu yang ada di sini" ketus Ashma.

Lelaki tua itu terkekeh lebih keras lagi, bahkan nadanya terdengar sangat menyeramkan dilengkapi dengan gigi yang dilapisi emas dan keriput dimana-mana. "Siapa nama mu wanita? Kau sangat menarik"

"Tidak perlu tau siapa nama gue, bukannya lo bilang kalo bentar lagi gue bakal ganti majikan?" Ashma sarkas. Dia tidak lagi mermasa perlu bersopan santun pada lelaki tua ini.

"Haaahh.. Sayang sekali kamu benar. Baiklah sebentar lagi kita sampai, nampaknya kamu memang sudah tidak sabar bertemu dengan majikan baru mu" kata lelaki tua itu.

Limosin yang mereka tumpangi meluncur memasuki landasan pesawat. Dan setelah benda itu berhenti bergerak, dua lelaki bertubuh kekar itu menyeret tubuh Ashma keluar dari mobil dan membawanya ke dalam pesawat pribadi di dekatnya. Kaki Ashma sama sekali tidak menyentuh tanah, karena kedua lelaki itu mengangkat tangannya sampai badannya tergantung.

Ashma di dudukan di salah satu kursi dan langsung di ikat lagi tanpa sedikitpun dia bisa melawan. Ashma menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi dan menatap keluar jendela.

"Ini bukan mimpi" gumamnya "gimana keadaan Sofia, Fanny, dan Galuh? Apa mereka baik-baik saja?" gumamnya lagi pada dirinya sendiri. "Kenapa mimpi ini panjang sekali? Dan kenapa juga aku gak bisa bangun dari mimpi ini? Apa ini bukan mimpi?" gumamnya lagi pada dirinya sendiri.

To be continue

Dua

Pesawat jet pribadi dengan desain modern dan mewah, dilengkapi dengan kamar dan ruang tamu. Semua interior berkelas dan mewah.

Ashma tersenyum naas pada dirinya sendiri. Dulu dia sering bermimpi menaiki pesawat jet pribadi mewah dengan segala perlengkapan yang mengagumkan. Sekarang semuanya terwujud, Ashma duduk di kursi penumpang yang di desain khusus mewah dan elegan. Ashma terkekeh mentertawakan nasibnya. Bagaimaba tidak? Saat ini dia sedang terikat di sini tanpa ada sedikitpun harapan baginua bisa terlepas dan membebaskan diri.

Ashma memejamkan matanya. Entah kapan air matanya mengering Ashma sudah tidak ingat. Tiba-tiba terdengar pintu kabin terbuka dan masuk beberapa orang ke dalam pesawat.

"Oh? Jadi ini wanita pemberian direktur Yoja?" suara bariton dengan bahasa inggrisnya mendekat ke arah Ashma

Ashma tersentak dan secara sepontan menghadap ke arah suara. Lelaki tampan, tinggi, putih, dengan berewok tipis di wajahnya, mata hijau dan dalam, bibir tipis dan dagu tegas. Kemeja hitamnya yang berbalut rompi menyembunyikan badan kekar berotot dan kuat.

Ashma menelan ludah seraya memperhatikan pria besar itu duduk di sofa yang ada di sampingnya. Lelaki itu menyilangkan kaki dan menaruh kedua tangannya yang terjalin di atas kakinya. Dari sini ia dapat melihat wanita mungil di depannya dengan jelas. Gadis itu mengeratkan pegangannya pada jubahnya. saking gugupnya, wanita itu sampai tidak sadar kalau kain yang menutupi pahanya sedikit terbuka.

Pria itu memperhatikan gadis mungil di depannya dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Senyum tipis terbit di bibirnya ketika gadis di depannya menggigil ketakutan. Pria itu menarik kursi yang diuduki Ashma hingga menghadap kepadanya. Asma tersentak dan semakin ketakutan. Pria itu semakin merasa menang, ia menaruh tangannya yang besar dan keras di kaki Ashma. Ashma merinding dan berusaha mengindar, namun lelaki itu justru mengusap-usapkan tangannya dengan tidak sopan. Ashma semakin merinding ketakutan.

"Please... Let go of me.." rintihnya seraya memejamkan matanya erat-erat.

"Kenapa saya harus melakukan itu?" tanya si pria

"Saya ingin pulang… tolong jangan sakiti saya.." Pinta Ashma

"Pulang? Kenapa mau pulang? I gonna home too... Kenapa gak bareng saya aja.." Goda si pria

"Tuan, saya mohon lepaskan saya" pinta Ashma lagi

"Kenapa saya harus? Bukan saya yang membawa anda ke sini, anda datang sendiri.. Dan sekarang anda minta bebas?" lelaki itu mencengkram lembut dagu Ashma dan memperhatikan setiap lekuknya. Cantik, seperti patung porslen yang sempurna. Alis, dagu, hidung, dan, bibir.

Pria itu menelan ludah ketika memperhatikan bibir ranum milik gadis di depannya. Gadis itu terus memejamkan mata sembari menggigit bibir bawahnya.

"Open you eyes, dan ulangi permohonanmu.." suara serak dan berat milik lelaki itu mengguncang gendang telinga Ashma.

Ashma merinding, dan malah semakin mengencangkan pejamannya.

"Kamu tidak serius memohon pada saya?" goda lelaki itu dengan terus memperhatikan wajah Ashma yang mengkerut ketakutan.

lelaki itu mencengkam dagu ashma dengan sangat kuat. Ashma melotot karena sakit. Dan lelaki itu semakin terpesona dengan mata coklat Ashma yang bulat dan besar.

"Kecantikan Asia, sungguh luar biasa.." puji lelaki itu pada kecantikan Ashma. dia berusaha menahan diri, karena selama hidupnya baru kali ini dia menemukan gadis yang mampu memikat hatinya

tak lama co pilot mengumumkan bahwa pesawat akan segera lepas landas. Lelaki itu merebahkan kembali badannya di sofa sembari memperhatikan gadis mungil yang terus menangis ketakutan.

"berhentilah menangis..! saya bukan hantu ataupun monster, kenapa kamu begitu ketakutan??" tanya lelaki itu dengan bahasa inggrisnya

"Tuan, tolong.. Saya tidak punya apa-apa.. Tolong lepaskan saya.. Saya ingin pulang.." rengek Ashma

"Melepaskanmu? Di sini?" pria itu menunjuk ke luar jendela.

"Ya.. Kenapa tidak?" jawab Ashma

"Kau ingin mati?" geram si pria

"Mati lebih baik dari pada harus dilecehkan oleh pria kotor sepertimu" sinis Ashma. Kini dia sudah bisa tenang dan air matanya tidak lagi mengalir

"Hahahaaa... Aku? Pria kotor? Apa kau seorang malaikat?" lelaki itu mencengkam kuat dagu Ashma dan berbicara dengan nada berat di hadapan wajahnya.

"You're animal..!"

"Yes.. Am animal.. Exactly I'm a lion king.." sombong pria itu. "Jadi semua binatang termasuk kamu harus tunduk kepadaku"

"Seekor Hyenna mengaku sebagai singa hanya karena mereka sama-sama makan daging.. Kau harus ingat posisimu.. Kau hanya makan bangkai!!" sinis Ashma

Pria itu terkekeh dengan suara beratnya. Dia melepas cengkraman di dagu Ashma dan bersandar pada sofa. "Ya really interesting.. Ya have beautifull damn face, and smart brain, and also spicy mouth.. sekalipun aku melepaskanmu, tidak ada jaminan kamu akan selamat di luar sana. seperti yang kamu ketahui, dunia sedang kacau, apa bedanya dengan kamu menjadi mainanku? tidak ada!! sekalinya kau bebas, kau pasti akan jafi korban penculikan lagi dan lagi.. apa itu yang kau inginkan?" ujar lelaki itu dengan suara berat yang maskulin. "What's ya name anyway??" lanjutnya

Ashma sudah tidak ingin lagi mendengar perkataan tidak senonoh pria di hadapannya. Dia hanya menatap sinis pria itu tanpa berniat menjawab pertanyaannya.

"Kamu tidak ingin menjawab?" Pria itu mencondongkan tubuhnya ke hadapan Ashma. Lagi-lagi ia terfokus pada mata Ashma yang coklat dan bulat. Baru saja pria itu mengangkat tangannya hendak menyentuh pipi dan bibir Ashma, tiba-tiba..

GRROWWLLL...

Sontak Ashma dan pria itu melirik ke arah perut Ashma. Wajah Ashma merah padam dan lelaki itu tertawa keras.

"R you hungry?? Hahahaa.. Oh gosh.. Kapan terakhir kali kamu makan??" tanya pria itu. Sedang gadis di depannya hanya diam dan menundukkan kepala. "Gosh.. Negaramu sedang kacau balau, aku tidak menyadari karena kau punya tubuh dan kulit yang bagus.. Kau pasti belum makan dalam beberapa hari.." Pria itu menekan tombol pada telpon di sebelah sofa. "Bawa makanan ke tempatku secepatnya!!" perintahnya dengan nadanya yang berat. Pria itu melirik tangan Ashma dan melihat tulisan yang mulai memudar pada tangan kirinya. "Wow.. You're still virgin.." pria itu tersenyum senang. "Kau adalah harta tersembunyi.. Di tengah konflik dan pandemik ini, kau masih punya tubuh yang bagus, dan kau masih menyimpan keperawananmu.. How lucky.."

"Where is toilet??" Ashma mengangkat kepalanya

Pria itu menatap mata coklat Ashma yang menawan dan berdiri lalu mengangkat tubuh Ashma dan membawanya ke kamar mandi.

"Eh... Let go of me...!" Ashma memberontak namun pria itu bagai patung yang bahkan tidak goyah meski Ashma memukulnya.

Pria itu menghempaskan gadis di tangannya pada kloset duduk dan dia berdiri di depan pintu mengawasi Ashma. Tentu saja Ashma risih dengan kelakuan pria besar itu.

"Tolong keluarlah!!" perintah Ashma. Pria itu hanya menyeringai seram. Dan berjongkok dihadapan Ashma lalu melepas ikatan di tangannya.

"Aku gak yakin kamu masih bisa kabur dari sini.. Baiklah aku melepaskanmu..!!"

Ashma menarik nafas laga. Namun pria itu tidak juga keluar. Ashma marah dan meneriaki lelaki besar itu agar keluar, tapi hasilnya nihil. Ashma pun akhirnya mengabaikannya dan dia trdiam tanpa bereaksi apapun. Lelaki itu bingung dengan kelakuan gadis di hadapannya. dia beberapa kali bertanya, namun gadis itu tidak menjawabnya sama sekali.

Ashma berjalan ke arah pintu dan berniat keluar. Namun pria itu menekannya dan menatap Ashma dengan tatapan yang mengerikan. Ashma memalingkan wajahnya agar mata mereka tidak bertemu, namun laki-laki itu memalingkan kembali wajah ashma dengan tangannya. Ashma terus berontak dan laki-laki itu perlahan mendekatkan wajahnya yang Ashma yakin dia akan menyerang bibirnya. Tangan Ashma yang kini bebas berhasil menangkis serangan pria besar itu. Dia melotot dengan sangat marah.

"Jangan sentuh aku!!". Tegasnya. Ia menendang tulang betis pria itu dan mendorongnya menjauh. Ahirnya dia berhasil keluar.

Pria itu tersenyum dengan kejadian yang baru saja terjadi. "Kau bahkan memiliki stamina yang sangat kuat.. Sial... Besok masih ada urusan di negaraku.. Kalau tidak, akan aku habisi wanita ini.. Baiklah masih ada waktu setelah besok.." pria itu menyusul Ashma yang sudah duduk di sofa menghadap makanan.

"Tuan Markenson, makanan siangnya sudah siap.." seorang pramugari cantik mempersilahkan kepada tuannya.

Ashma hanya menatap makanan di hadapannya tanpa berani menyentuhnya. 'Halal gak nih?' batinya

Pria itu memperhatikan Ashma sembari menyesap anggur merah di tangannya.

'Gak mungkin halal sih.. Siapa yang masih menyediakan makanan itu dalam keadaan seperti ini?' batin Ashma lagi

"Itu makanan asli, bukan mainan.. Kenapa hanya di tatap saja?" suara bariton pria itu membuyarkan lamunan Ashma

"I'm not hungry.." ashma melipat tangannya di dada dan bersandar pada sofa

"Not hungry? So, yang mana yang ingin kau makan? Daging di piring itu, atau dagingku?"

"Daging mu?" Ashma heran. "Aku tidak kanibal"

"Sepertinya aku yang ingin memakanmu saat ini.. Jika kamu tidak makan, aku khawatir staminamu akan lemah" seringai pria itu

Ashma mengerti apa yang di katakan pria itu. Namun dia tidak berani makan makanan yang ada di hadapannya. "Daging apa ini??" tanya Ashma ragu

"Tentu saja daging sapi, aku tidak menyukai daging lain selain daging sapi dan daging perempuan" jawab pria itu santai.

Bibir atas Ashma berkedut mendengar jawaban absurd pria yang tidak melepaskan pandangannya sedikitpun darinya. Perutnya semakin keroncongan setelah mencium aroma menyenangkan dari makanan yang berada di atas meja. Perlahan dia mulai memotong daging itu dan memasukkannya ke dalam mulut. Daging itu lembut di mukutnya, ia bahkan menahan nafas demi menikmati makanan itu. Akhirnya Ashma lupa diri dan makan dengan sangat banyak.

Ashma bersandar pada sofa karena kekenyangan. Dengan malas dia mengangkat tubuhnya untuk berjalan dinsekitar kabin pesawat. Bolak-balik selama lebih dari lima menit dan akhirnya ia duduk kemabali pada sofa. Dia sangat risih, karena jubah mahalnya terus terbuka. Lalu dia sekalian melepasnya saja. Tak lama, wanita itu membungkus badannya lagi dengan jubahnya. kali ini dia menbalutkannya seperti memamkai handuk, dan mengikat bagian tangannya di pinggang agar gaun ciptaannya ini tidak melorot.

"Better.." ucapnya.

Pria di depannya hanya terkagum dengan ide cemerlang gadis kecil itu. Ashma duduk di sofa dan merebahkan kepalanya di sana.

"Kenapa kau menatapku seperti itu? Tidak kah kau takut matamu akan copot??" sinis Ashma

"Kau bahkan bisa merubah sikapmu dalam waktu hitungan menit. Tadi pagi kau merengek minta dilepaskan, setelah lepas ternyata kau sangar.. Singa betina memang biasanya lebih agresif, namun itukah yang akan membuat sianga jantan puas" ucap pria itu.

Bibir Ashma berkedut lagi. "Sebenarnya apa yang kau inginkan dariku? Aku bukan anak orang kaya, aku juga bukan orang terkenal.. Kenapa kau malah menculikku?" tanya Ashma

"Aku tidak menculikmu.. Mereka yang menculikmu.. Mereka juga tidak menjualmu padaku, kau hanya dihadiahkan dari seorang lelaki tua yang menginginkan kerja sama denganku. Tidak baik kan menolak pemberian orang? Lagi pula, kau gadis yang sempurna.. Bahkan seumur hidupku pun, baru pertama ini aku menemukan gadis sepertimu" Bela lelaki itu sembari meneguk kembali anggur di tangannya..

"Kau menjijikan.."

"Kau akan menyukainya.." pria itu percaya diri "apa kau punya nama?" tanya Pria itu

"I don't have name" Ashma memalingkan wajahnya angkuh

"Oke... Jangan sedih.. Aku akan memberimu nama.. Tubuhmu wangi bunga, kau kuberi nama Jasmine.."

"Kenapa bukan Raflesia aja?" tanya Ashma kesal

"Nope.. Ya name is Jasmine, because ya mine.. And just mine..!" jelas pria itu. "And my name is Leonard Markenson.. You call me Leon, see.. I'm the king" lelaki itu bangga

Ashma atau sekarang dipanggil Jasmine memeletkan lidahnya karena jijik dengan kepercaya dirian pria bernama Leon yang sedari tadi menggodanyaa. Pramugari datang lagi dan membereskan tempat makan mereka dan mengganti dengan beberapa kudapan manis. Jasmine atau Ashma tidak meliriknya sama sekali karena perutnya kenyang. Dia pun kenyang bernegosiasi dengan Leon, karena pada akhirnya dia gak bakal menang.

Makanan yang dimakannya tadi nampaknya sudah mulai di cerna oleh perutnya. Jasmine alias ashma ahkirnya merasa ngantuk. Namun dia berusaha untuk tetap terjaga. Ahirnya dia memilih untuk berjalan-jalan sekali lagi mengitari pesawat.

"Kapan pesawat ini turun?" tanya Jasmine sembarang

"Enam jam lagi. Kau sudah tidak sabar sayang" Leon menangkap Jasmine dan mendudukannya di pahanya.

Jasmine berusaha melepaskan diri, namun tangan kokoh leon mengunci pergerakan Jasmine.

"Let go of me... You bastard..!!"

"Never.. Ya are mine now.."

Jasmine kesal dia mencubit pinggang Leon, namun pria besar itu hanya terkekeh geli. Yang ada tangan Jasmine yang sakit karena kulit leon yang keras. 'Ini manusia apa badak? Tebel banget kulitnya..' batin Jasmine

Leon mengangkat tubuh Jasmin dan membuka kakinya agar melingkar di pinggang Leon. Jasmine kaget namun dia tidak sempat kabur karena Leon mengunci gerakannya lagi. Jasmine menekan bahu Leon dan mengangkat tubuknya berharap bisa terlepas, namun Leon lagi-lagi menggagalkan usahanya.

"Kau akan membangunkan juniorku yang baru saja tidur. Jangan benyak bergerak, atau aku tidak akan menahan diri lagi.." ancam Leon

Jasmine terdiam. Namun Leon memanfatkan momen ini untuk memanggut bibir Jasmine yang sedari tadi menggodanya. Jasmine melotot karena kaget, namun Leon tidak melepaskannya sama sekali. Ia terus memanggut, menyesap dan menjilat bibir Jasmine. Menerobos mulutnya dengan menautkan lidah mereka. Jasmine terengah-engah, namun dia tidak kuasa menahan erangan saat Leon menarik lidahnya dan menjelajahi rongga mulutnya.

Gigitan-gigitan kecil pada bibir Jasmine menambah sensasi memabukkan. Tanpa sadar, Jasmine memejamkan mata dan menikmati ciuman panas itu. Bibir tipis pria itu memanjakan miliknya. Bulu-bulu halus itu menggelitik Jasmine. Dia menahan rahang pria di depannya dengan kedua tangannya, namun lagi-lagi ia mabuk kepayan dengan janggut halus Leon yang membelai telapak tangannya.

Pesawat mendarat dibandar udara internasional Russia. Langit sudah gelap ketika mereka turun dari pesawat. Ashma atau sekarang Jasmine tertidur di kabin kapal karena kelelahan. Leon menggendongnya dan membawanya masuk ke dalam mobil yang sudah menunggunya di bawah.

Jasmine terus tertidur, sampai mereka tiba di kamar hotel pribadi milik Leon. Leon membersihkan badan sebelum pergi tidur, eh.. Malam ini dia gak akan tidur karena ada pekerjaan yang harus segera ia selesaikan.

Jasmine terbangun dan melihat Leon keluar dari kamar mandi tanpa menggunakan sehelai pakaianpun. Sedangakan tangan kirinya memegang anduk yang sedang mengeringkan rambutnya. Jasmine menjerit dan menyembunyikan wajahnya di balik bantal.

"Kenapa kau tidak berpakaian sama sekali??" protes Jasmine

"Kenapa? Aku terbiasa begini setiap habis mandi.." jawab Leon santai. Ia berjalan ke arah Jasmine dan merebut bantal yang menutupi wajahnya.

Jasmine menjerit dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya yang mungil untuk ukuran Leon. Dia terkekeh melihat tingkah malu gadis mungil di hadapannya.

"Kau harus terbiasa dengan ini" Goda Leon

"Kau Gila.." bentak Jasmine

Leon nerniat menggoda Jasmine lebih lama, namun sialnya pintu kamar hotelnya di ketuk seseorang dari luar. Leon mengambil jubah tidurnya dan sembarang mengikat, sehingga mengekspos dada kekar dan pahanya ketika dia melangkah. Leon membuka pintu dan ternyata di luar adalah Kay kepala asisten rumah tangga Leon yang membawa pesanan Leon. Leon menyuruh Kay pergi setelah menerima pesanannya, dan kembali ke kamarnya.

"Mandilah.. Kau pasti lelah.. Sebentar lagi makan malam akan diantarkan" perintah Leon seraya menyerahkan paper bag berisi pakaian wanita pada Jasmine

Jasmine menerimanya dan bergegas lari ke kamar mandi. 'Gila gila gila.. Apa itu tadi??' batin jasmine seraya bersandar pada pintu kamar mandi dan memegang dadanya yang serasa ingin pecah. 'Gila... Gue pasti gila.. Masa? Milik dia besar dan panjang banget? Segede tangan gue ada? Dia gak mungkin masukin itu ke dalam gue kan? Bisa mati gue ditusuk barang sebesar itu.. Tapi dia kelihatan kuat banget, bahkan otot perutnyapun.... Errrrmmm... Pantas saja dia hanya terkekeh kerika gue cubit.. Staminanya pasti kuat banget kan? Waktu ciuman aja kayak gitu kan? Gimana kalo.. Gimana kalo.. Terus kalo gue gak bisa ngimbangin dia gimana?? Ashmaa......!!! Lo harus sadar.. Lo tuh sedang di culik.. Ya badan elo bakalan hancur kalo lelaki besar itu menyerang lo dengan senjatanya" Jasmine mengacak-acak rambutnya.

'Gue pasti udah beneran gila.. masa gue menikmati ciumannya tadi siang. Gue pasti kena syndrome, yang gak ngerasa di culik padahal gue di culik.. Ashma.. Lo harus dapetin lagi ke bebasan lo.. Jangan sampai lelaki tengik itu berhasil membobol elu.. Jari tangannya aja udah gak muat di gue, gimana kalau, itu nya?? Ashma Ashma Ashma...!! Sadar dong!!" Jasmine merendam badannya di bath tub. Demi menyingkirkan pikiran gilanya.

Baru beberapa menit berendam, Jasmine bangkit karena kedinginan. Ia melihat pakaian yang di kasih Leon tadi. Di sana terdapat satu gaun malam cantik lengkap dengan celana dalamnya.

'Di mana bra nya?' batin Jasmine. Karena dingin yang semakin menusuk, Jasmine segera mengakan pakaiannya dan keluar dari kamar mandi.

Begitu keluar, aroma makanan menggelitik penciumannya. Secara alami Jasmine menghampiri meja makan. Kali ini tanpa meminta persetujuan dari Leon, dia segera melahap habis makanannya. setelah makan, Jasmine berjalan mengelilingi ruangan hotel dan setelah itu kembali ke tempat tidur untuk melanjutkan tidurnya. Leon tidak usil kali ini, karena perhatiannya terpokus pada layar gedjet di tangannya.

_oOo_

Matahari bersinar dengan sangat terang. Menjadikan kamar yang di tempati Jasmine terang benderang. Aroma makanan kembali menggekitik penciuman Jasmine, dia terbangun dan mendapati ruangan itu kosong. Ia mengendap ke kamar mandi takut-takut dia ada di dalam sana. Namun kamar mandi sangat sunyi. Jasmine membuka pintunya dan tidak menemukan siapapun di sana. Dia menarik nafas lega.

Jasmin bergegas ke arah pintu kamar hotel berniat kabur, namun pintu itu terkunci dan tidak bisa di buka sama sekali. Jasmine tidak habis akal. Dia berjalan ke balkon berharap ada cara keluar, namun lagi-lagi dia harus menghempaskan harapannya, karena gedung ini ada di lantai paling tinggi dan kamar-kamar di bawahnya tidak memiliki balkon.

"Tower apa ini sebenarnya? Masa lantai ini doang yang ada balkonnya?" Jasmine heran

Dia yang putus asa ahirnya memilih duduk di meja makan dan menghabiskan sarapannya. Setelah itu, dia duduk kembali di tempat tidur dan menyalakan televisi. Berita mengabarkan kekacauan dunia. Kasus kejahatan tidak hanya terjadi di negaranya, tapi juga di negara ini. Dia terus mencari saluran yang mengabarkan tentang negaranya, kali ini keberuntungan berpihak kepadanya.

Reporter yang dengan antusias mengabarkan kejadian itu berkata bahwa kekacauan semakin menjadi setelah gempa terjadi di ibu kota. Dan kabar lain yaitu bahwa warga kampung mangga aren meledakkan tanahnya dengan memasukkan amunisi kedalam tanah pemakaman yang disana terdapat suber minyak bumi.

Kronologisnya.. Warga kampung Mangga Aren sudah lebih dari setengah tahun berseteru dengan perusahaan asing yang bersaha merebut tanahnya dikarenakan tanah itu sudah menjadi milik asing. Desas-desus yang di terima warga, bahwa di bawah tanah perkampungan itu terdapat minyak bumi yang berlimpah karena pemakaman kuno beratus tahun di area perkampungan. Warga akhirnya bersama-sama membuat lubang di area pemakaman sedalam-dalamnya kemudian memasukkan bahan-bahan peledak kedalamnya. Kemudian meledakkannya secara bersamaan. Tanah yang dipenuhi minyak bumi itu ahirnya meledak dari dalam bumi bagai bom nuklir yang dikubur di dalam ratusan meter tanah.

Ledakkan itu mengakibatkan hancurnya daerah satu kecamatan dan gempa di beberapa kecamatan di sekitarnya. Getarannya yang dahsyat bahkan sampai terasa ke sebrang pulau. Tanah itu akhirnya luluh lantak dengan lubang besar mengananga sebesar ratusan hektar lebarnya. Pepohonan hangus dan peradaban musnah.

Jasmine hanya menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Separah itu kondisi kampungnya. Bahkan makam keramat yang selama ini dimuliakan sudah rata dengan tanah dan menjadi kawah yang luas. Bahkan untuk mengelilingi lubang besar itu dibutuhkan waktu satuhari. Seharian ini tidak ada yang bisa Jasmine lakukan selain menonton berita demi menghilangkan rasa bosannya.

Setelah jam makan siang, Leon kembali ke hotel dan mendspati Jasmine terkulai di tempat tidur dengan mata menatap kosong layar televisi. Leon mematikan televisi itu, Jasmine terbangun dengan keadaan yang sangat berantakan.

"Kenapa kau kembali?" tanya Jasmine kosong

"Kau ada di sini, tentu saja aku kembali.." jawabnya seraya melepas kemejanya

Jasmine segera mendekap bantal dan mundur menjauhi Leon. "Mau apa kamu?"

"Daging segar terhidang di depan mata, sayang sekali kalo tidak dinikmati kan?" ucap Leon

"Gila.." kutuk Jasmine.

Leon berjalam mendekati Jasmine dan meraih dagu runcing itu. baru saja dia hendak kembali ******* bibir yang menjadi keaukaannya itu, Jasmine memalingkan wajahnya dan mendorong Leon agar menjauh.

"menjauh dariku, lelaki sial..!!" bentaknya

Leon menarik kaki Jasmine hingga dia terlentang diatas tempat tidur, pakaiannya tersingkap ke atas perutnya karena bergesekan dengan tempet tidur. Leon semakin menyeringai. Perut rata dan halus milik jasmine naik turun karena nafas. Leon menarik kaki Jasmine yang lain dan membukanya lebar-lebar. Dia kemudian duduk diantara mereka dan memperhatikan benda yang menutupi pusat selangkangannya.

Diluar dugaan, Jasmine marik kakinya dan menendang dagu Leon sampai leon tersungkur dan hampir terjatuh dari tempat tidur. Jasmine bangun dan berdiri di lantai. Leon segera bangun dan meraih tangan Jasmine namun wanita itu menepisnya. Dia terus menghindari tangan Leon sehingga Leon kesulitan menangkap Jasmine. Awalnya Leon ingin bermain-main dengan gadis kecil ini, namun nampaknya gadis itu menunjukkan perlawanan yang matang.

Tak lama ponsel Leon berbunyi dan menampilkan gambar seorang wanita seksi. Dia tau siapa yang menelpon dan apa yang akan wanita ini lakukan. Dia segera memanggul tubuh Jasmine dan membawanya keluar dari hotel. Leon tidak peduli dengan penampilannya yang topless, karena memang tidak ada siapapun yang melihatnya kecuali Jasmine.

Gadis kecil itu terus berontak di pundak Leon sembari memukul punggung leon dengan tangannya dan menghentak-hentakkan kakinya yang tidak beralas kaki. Namun perjuangannya tidak membuahkan hasil, dia malah lelah sendiri.

Leon memaksanya duduk di mobinya dan mengunci nya dengan sabuk pengaman. Sebelum Jamine bisa keluar dari mobil, Leon sudah lebih dulu duduk di kemudi dan mengunci semua pintu lalu meluncur meninggalkan Hotel.

Gerbang tinggi menjulang terbuka secara otimatis setelah sensor mendeteksi mobil siapa yang masuk. Pelataran yang dipenuhi tanaman membentang sekitar dua ratus meter, tak lama bangunan kuno yang megah menjulang di hadapan mereka. Pintu yang tingginya sekitar tiga meter menjulang bagai pintu istana para princess.

Leon keluar dari mobil dan mengitarinya menuju pintu Jasmine. Namun gadis itu melipat tangannya di dada dengan wajah cemberut. Dia menolak turun dari mobil. Leon melepas sabuk pengaman dan mengangkat tubuh mungil Jasmin di perutnya. Kaki mungil jasmin melingkar di pinggang ramping Leon.

"Turunkan aku...!! Turunkan aku...!! Lepas-kan.!" Jasmine berintak dan berusaha melepaskan diri daei Leon.

Lelaki yang menggendongnya hanya mengatupkan bibirnya dengan apel adam yang naik turun. Alarm bahaya terus berbunyi di kepala Jasmine, apalagi ketika pria ini menaiki tangga menuju kamar utama. Jasmine berusaha melepaskan cengkraman pria besar ini namun sekali lagi pengorbanannya sia-sia.

"Let me go..!!!" jeritnya "apa yang mau kamu lakukan??" teriaknya di wajah Leon dengan tangan yang memukul-mukul bahu Leon

Leon meletakkan tubuh Jasmine pada kabinet dekat pintu dan meraih kedua tangan yang sedang memukulinya dengan satu tangan dan menekan pada dinding di atas kepala jasmine. Jasmine memalingkan kepalanya ke kanan dan kekiri menghindari ciuman Leon. Namun tangan Leon yang satunya mencengkram dagu jasmine dan memanggut bibir nya dengan rakus. Leon mengisap bibir Jasmin dan menjilatnya. Begitu berulang-ulang hingga jasmine kehabisan nafas dan terpaksa membuka mulutnya. Hal ini menjadi kesempatan emas buat Leon menjelajah isi mulut Jasmine.

Leon sangat terobsesindengan tubuh mulus Jasmine, hingga sepanjang hari di kantor, ia tidak bisa fokus pada pekerjaannya yang pada akhirnya ia menyerahkan pekerjaan itu pada asistennya dan dia pulang menghampiri jasmine demi memuaskan hasratnya. Ternyata gadis kecil ini belum jinak seperti yang dia duga.

Leon yang dipenuhi gairah terus memanggut bibir Jasmine. gadis itu kembali menangis ketika merasa pertahanannya goyah di hadapan lelaki yang sedang melecehkannya ini.

To be Continue