SweetNovel HOME timur angst anime barat chicklit horor misteri seleb sistem urban
Legenda Petarung

Legenda Petarung

Chapter... 1 : Zhou Fan si Sampah

Benua barat, terdapat tiga kekaisaran yang menjadi penguasa di benua tersebut, yang pertama ada Kekaisaran Shi yang menjadi kekaisaran terkuat dan terluas diantara dua kekaisaran lainnya, hal itu di sebabkan oleh suburnya wilayah kekuasaan Kekaisaran Shi, mempunyai wilayah yang subur merupakan suatu berkah yang didapatkan oleh Kekaisaran Shi.

Karena melimpahnya sumber daya yang dapat ditemukan di wilayah Kekaisaran Shi, banyak kultivator disana yang telah mencapai tingkatan lebih tinggi dibandingkan dengan kultivator dari kekaisaran lainnya.

Yang kedua ada Kekaisaran Xiao, kekaisaran ini memang tidak memiliki wilayah kekuasaan yang seluas dua Kekaisaran lainnya, tapi itu tidak membuat Kekaisaran ini bisa dianggap remeh oleh Kekaisaran lainnya.

Kekaisaran ini terkenal dengan kemajuannya dibidang perdagangan, karena hal itu di dukung dengan letak wilayahnya yang berada di antara dua Kekaisaran lainnya tepatnya di sebelah barat Kekaisaran Shi.

Meskipun dalam hal kekuatan Kekaisaran ini berada di bawah Kekaisaran Shi, tapi kekuatan Kekaisaran Xiao tidak lebih lemah dari Kekaisaran Wei, bahkan bisa dikatakan lebih kuat dari Kekaisaran Wei.

Dan yang terakhir ada Kekaisaran Wei, yang terletak di sebelah barat wilayah Kekaisaran Xiao, Kekaisaran ini sebenarnya memiliki wilayah yang hampir sama luasnya dengan

wilayah kekuasaan Kekaisaran Shi, namun wilayah Kekaisaran ini sangat sulit untuk menemukan Sumber daya yang berguna untuk membantu meningkatkan tingkat kultivasi.

Oleh sebab itu Kekaisaran ini bisa di katakan Kekaisaran paling lemah diantara Kekaisaran lainnya meskipun memiliki wilayah yang luas.

***

Di wilayah Kekaisaran Wei terdapat 4 kota, diantarnya ada Kota Teratai yang merupakan

kota terbesar diantara kota lainya dan merupakan Ibukota Kekaisaran karena tata letaknya yang berada di pusat Kekaisaran Wei.

Yang kedua ada Kota Mawar yang berada di sebelah timur Kota Teratai dan merupakan kota paling timur dari Kekaisaran Wei dan berbatasan langsung dengan Kekaisaran Xiao.

Yang ketiga ada Kota Kapur Putih, yang terletak di sebelah barat Kota Teratai, kota ini terkenal dengan pandai besinya, bahkan kota ini adalah penyuplai utama perlengkapan prajurit kekaisaran.

yang terakhir merupakan kota paling barat dan memiliki wilayah paling kecil diantara kota lainnya, bahkan luasnya tidak ada setengah dari wilayah Kota Teratai, bernama Kota Batu Hitam.

***

Di kota Batu Hitam terdapat 14 desa yang dikuasai oleh 3 klan besar, tiga klan besar ini memiliki kekuatan yang hampir setara di Kota Batu Hitam, ketiganya sudah lama hidup berdampingan di Kota Batu Hitam, meskipun tidak jarang terjadi perselisihan antar klan.

Baik yang disebabkan oleh masalah individu anggota klan ataupun masalah klan itu sendiri mulai dari persaingan dagang, kekuasaan, maupun persaingan dalam melahirkan kan jenius di Kota Batu Hitam, oleh sebab itu di Kota Batu Hitam selalu di adakan kompetisi rutin setiap 2 tahun sekali.

Klan Zhou adalah salah satu klan besar yang menguasai Kota Batu Hitam, Klan Zhou menguasai Kota Batu Hitam bagian selatan yang terdiri dari 4 desa, dan dua klan besar lainnya menguasai masing masing 5 kota.

Kota Batu Hitam bagian tengah berada di bawah kekuasaan Klan Ling dan Kota Batu Hitam bagian utara yang dikuasai oleh Klan Shui.

Klan Zhou di pimpin oleh seorang patriack yang sekarang sudah mencapai petarung grand master bintang 9 dan dalam beberapa tahun akan menerobos ke tingkat selanjutnya yaitu tingkat petarung raja.

Di Kota Batu Hitam sendiri belum ada yang bisa mencapai tingkatan petarung raja, bahkan patriack dari 2 klan besar lainya pun memiliki kultivasi yang sama dengan kultivasi patriark klan Zhou.

Meskipun memiliki tingkat kultivasi yang sama dengan Patriark Klan Zhou, tapi kekuatannya masih berada di bawah kekuatan dari Patriark Klan Zhou, karena mereka baru saja menerobos ke tingkat petarung grand master bintang 9 beberapa tahun lalu, butuh waktu beberapa tahun hanya untuk menerobos satu bintang hal itu disebabkan oleh langkanya sumber daya di Kota Batu Hitam.

Sebenarnya dengan bantuan sumber daya menerobos satu bintang hanya memerlukan waktu beberapa bulan.

***

Kota Batu Hitam

Di salah satu kediaman tetua Klan Zhou, terlihat seorang pemuda dengan rambut berwarna hitam sebahu yang ia biarkan terurai, matanya yang tajam menusuk hingga ke pori terdalam, ia terlihat sangat tampan dengan perawakan pemuda berusia sekitar 17 tahun.

Pemuda itu terlihat sedang berbaring di atas rumput di halaman kediamannya, ia baru saja menyelesaikan latihannya dan terlihat sangat lelah.

"Haiihh...." Pemuda itu menghembuskan nafasnya kasar, ia frustasi dengan keadaannya yang tidak bisa berkultivasi.

Padahal dia sudah berlatih dengan keras sejak kecil, tapi ia masih tetap saja tidak bisa berkultivasi.

Seharusnya anak seusianya sudah dapat berkultivasi dan telah mencapai tingkat petarung pemula bintang 7 untuk anak anak biasa, bahkan beberapa anak yang tergolong jenius seharusnya sudah mencapai tingkat petarung pemula bintang 8.

Pemuda itu bernama Zhou Fan, putra tetua kelima Klan Zhou yang terkenal, bukan karena bakatnya maupun rupanya, tapi ia terkenal karena tidak bisa berkultivasi, sindiran dan juga hinaan adalah makanan Zhou Fan sehari hari jika ia keluar kediamannya.

Berbagai macam hinaan sudah pernah ia dengar.

Zhou Fan masih terus hanyut memikirkan masalah yang dia alami, sampai sebuah suara menyadarkannya.

"Fan'er.... apakah kau sudah selesai berlatih?"

Zhou Fan yang mendengar suara seseorang memanggil namanya pun mengarahkan pandangannya ke arah sumber suara, ia menemukan seorang lelaki paruh baya yang sangat ia kenal dan kagumi.

"Sudah ayah, Fan'er sudah menyelesaikannya," ujar Zhou Fan sembari mendudukkan badannya yang semula tiduran di atas rumput.

"Baguslah kalau begitu," ucap Ayah Zhou Fan sambil mendudukkan tubuhnya di samping putra semata wayangnya.

"Apakah latihanmu membuahkan hasil?" tanya ayah Zhou Fan sambil mengusap lembut puncak kepala anaknya.

"Masih sama Ayah." Zhou Fan menjawab dengan lemas.

Zhou Fan sebenarnya ingin seperti ayahnya, kuat dan juga dihormati oleh Klan Zhou, tapi keadaan memaksanya menjadi orang lemah.

Ayah Zhou Fan bernama Zhou Hu, ia dulu adalah pemuda jenius dari Klan Zhou, bahkan seluruh Kota Batu Hitam tidak ada yang tidak kenal dengan nama besarnya.

Zhou Hu sudah mencatatkan prestasinya saat usianya masih sangat muda, bahkan sekarang pun ia menjadi salah satu kultivator yang disegani di Kota Batu Hitam dengan tingkat kultivasinya yang sekarang telah mencapai tingkat petarung grand master bintang 7, ia juga orang terkuat kedua di Klan Zhou setelah patriark.

Zhou Hu yang mendengar jawaban pasrah putranya pun menyemangati dengan segala upaya.

"Kamu harus tetap semangat putraku, yakinlah kau bisa dan percayalah bahwa usaha tidak akan mengkhianati hasil."

Mendengar ucapan ayahnya, Zhou Fan tersadar bahwa ia harus lebih berusaha.

Mungkin usahaku yang sekarang masih kurang, pikir Zhou Fan.

*****

Chapter... 2 : Tekad Menjadi Kuat

Zhou Hu yang melihat anaknya termenung setelah mendengar ucapannya pun tersenyum, ia tahu bahwa anaknya sekarang sedang mengumpulkan tekadnya kembali.

Untuk mendapatkan keberhasilan yang ia inginkan haruslah mempunyai tekad yang kuat.

Mereka berdua diam selama beberapa waktu sampai Zhou Hu ingat dengan tujuannya menghampiri anaknya.

seperti mengingat sesuatu, Zhou Hu mendesah pelan.

"Ah... ayah sampai lupa dengan tujuan ayah memanggilmu Fan'er."

"Ada apa ayah, apa ada hal penting?" Tanya Zhou Fan penasaran.

"Cepatlah kau mandi, setelah itu makan siang, ibumu sudah menyiapkannya di ruang makan," suruh Zhou Hu pada Zhou Fan.

"Ayah tidak ikut makan siang?" tanya Zhou fan saat ayahnya diam di tempatnya.

"Ayah sudah makan tadi bersama ibumu, Ayah mau mengajakmu sekalian tapi kata ibumu kau masih latihan, Ayah tidak berani mengganggu latihanmu," jelas Zhou Hu panjang lebar.

"Baiklah kalau begitu, aku akan masuk," pamit Zhou Fan sambil masuk ke kediamannya.

Zhou Hu yang melihat punggung anaknya berlalu pergi pun merasa kasihan terhadap kondisi putranya.

Zhou Hu sudah berusaha membantu putranya untuk menjadi seorang kultivator, dari berusaha mencari bantuan seorang alkemis, mempelajari ilmu pengobatan, sampai ia secara rutin pergi ke perpustakaan klan untuk mencari informasi mengenai keadaan yang dialami oleh anaknya, tapi usahanya selalu tidak membuahkan hasil.

Orang tua mana yang akan diam saja jika mengetahui anaknya memiliki masalah, sebagai orang tua ia merasa memiliki tanggung jawab pada anaknya.

Sementara itu, Zhou Fan yang sudah menyelesaikan ritual bersih bersihnya pun bergegas menuju ke ruang makan.

Diruang makan ia menemukan seorang wanita paruh baya yang sedang duduk di salah satu kursi yang ada di ruang makan, wanita paruh baya itu tak lain adalah sosok yang melahirkannya ke dunia ini. Ibunya, yang bernama Zhou Qian.

Zhou Fan langsung mendudukkan tubuhnya pada salah satu kursi kosong dihadapan tempat duduk ibunya, ia pun memakan makanan yang sudah di siapkan oleh ibunya.

setelah beberapa saat, Zhou Fan pun telah menyelesaikan makan siangnya.

Zhou Qian yang melihat anaknya telah menyelesaikan makan siangnya pun bertanya kepada anaknya itu.

"Fan'er, bagaimana dengan latihanmu?"

Mendengar pertanyaan dari ibunya Zhou fan mendadak lesu kemudian berkata pelan. "Tidak ada yang berubah ibu."

"Kamu harus sabar Fan'er, ibu yakin kamu akan menjadi kultivator hebat suatu saat nanti." Zhou Qian menyemangati putranya.

"Kamu harus yakin," ucapnya lagi.

"Ibumu benar Fan'er, Ayah juga yakin kamu pasti bisa, dan juga untuk masalah tubuhmu yang tidak bisa berkultivasi kamu tenang saja, ayah pasti terus berusaha mencari tau apa yang terjadi dengan tubuhmu." Zhou Hu yang baru datang ikut istrinya untuk menyemangati putranya.

Mendengar apa yang di ucapkan kedua orang tuanya, Zhou Fan langsung memeluk kedua orang tuanya dan tanpa ia sadari air matanya mengalir turun di kedua pipinya, ia sungguh bahagia bisa memiliki keluarga yang sangat menyayanginya dan selalu memberikan dukungan kepadanya.

Dalam hatinya Zhou Fan bertekad, akan selalu menjaga kehangatan di dalam keluarganya.

Kedua orang tua Zhou Fan yang melihat anaknya mengeluarkan air mata pun bertanya

"Kau kenapa Fan'er?" tanya sang ibu sambil menghapus air mata di pipi anaknya.

"Tidak ibu, aku hanya merasa beruntung bisa memiliki keluarga yang sangat menyayangiku dan selalu memberikan semangat kepadaku." Zhou Fan memberitahukan perasaan yang ia rasakan saat ini.

Jika bukan karena dorongan dan dukungan yang diberikan oleh kedua orang tuanya, mungkin Zhou Fan tidak akan berlatih lagi.

Zhou Fan frustasi dengan keadaan yang ia alami, ia sudah berlatih sangat keras, setiap pagi sampai siang ia selalu berlatih. ia sudah berlatih dari umur 10 tahun dan sekarang sudah 7 tahun ia selalu rutin berlatih, tapi tetap saja ia belum bisa menjadi seorang kultivator.

Sebenarnya Zhou Fan sempat berfikir untuk menyerah menjadi seorang kultivator, tapi saat ia ingin memutuskan untuk menyerah ia selalu terbayang sosok kedua orang tuanya yang selalu berusaha memberikan semangat saat mengetahui tekadnya mulai redup.

"Tidak usah difikirkan hal itu Fan'er, kami menyayangimu dan juga kami sangat sangat bersyukur kau bisa menjadi anak kami," ucap Zhou Qian yang kedua matanya sudah mengeluarkan air mata, sama seperti Zhou Fan, ia juga sangat bahagia bisa memiliki keluarga yang hangat.

Zhou Hu yang melihat anak dan istrinya yang sedang dilanda rasa haru itu pun tidak tahu harus berbuat apa, ia hanya bisa tersenyum dan mengiyakan ucapan istrinya.

Sebenarnya ia juga merasakan apa yang di rasakan oleh anak dan juga istrinya, tapi sungguh ia tidak tau harus berbuat apa sekarang.

Setelah berpelukan beberapa saat, mereka bertiga pun berlalu pergi ke kamarnya masing masing untuk beristirahat.

***

Di dalam kamar Zhou Fan...

Zhou Fan tidak benar benar beristirahat, ia sedang memikirkan upaya apa yang harus ia lakukan untuk bisa menjadi seorang kultivator.

''Aku harus bisa jadi petarung yang tangguh, supaya bisa menjaga semua orang yang berarti bagiku," batin Zhou Fan membulatkan tekadnya untuk menjadi seorang kultivator.

"Baiklah, besok pagi aku akan pergi ke perpustakaan klan, aku bisa memulainya dari sana," tambahnya.

Ia memutuskan untuk pergi ke perpustakaan klan untuk mencari buku yang dapat membantunya

Zhou Fan terus hanyut dalam fikirannya, sampai ia pun terlelap dalam tidurnya.

***

Esok paginya...

Hari sudah berganti, sang rembulan telah sembunyi digantikan oleh mentari pagi yang tersenyum hangat, kicauan burung terdengar bersahutan meramaikan pagi yang cerah ini.

Desa Giok telah ramai dengan aktifitas penduduknya yang berlalu lalang, tapi

itu tidak mempengaruhi seorang pemuda yang saat ini masih terbaring di atas tempat tidurnya.

Zhou Fan masih saja setia dengan kasurnya seakan akan ia tak mau meninggalkan kasur kesayangannya, beberapa saat kemudian terdengar suara seseorang dari luar kamar sedang mencoba untuk membangunkannya.

Tapi bukan Zhou Fan namanya kalau ia langsung bangun ketika dibangunkan, sekarang Zhou Fan masih sibuk dengan aktifitasnya membangun pulau.

Di luar kamar, terlihat seorang wanita paruh baya yang sedang mengetuk pintu kamar Zhou Fan, wanita paruh baya itu tidak lain adalah Zhou Qian yang sedang mencoba membangunkan anaknya.

Zhou Qian yang merasa anaknya tidak bangun bangun setelah ia panggil pun memutuskan untuk masuk ke dalam kamar Zhou Fan dan berniat mengeceknya secara langsung apakah anaknya sudah bangun atau belum.

Dan benar saja, setelah masuk kedalam kamar, ia mendapati anaknya yang masih tertidur di atas kasur.

Zhou Qian lalu berjalan keluar dan kembali dengan membawa sebuah gayung berisikan air yang akan ia gunakan untuk membangunkan anaknya.

Setelah berada tepat di samping tempat tidur Zhou Fan ia langsung menuangkan air di dalam gayung ke muka Zhou Fan yang masih terlelap.

Byur....

Zhou Fan yang masih dalam mimpinya terkejut saat ada air yang tumpah ke wajahnya, ia pun seketika bagun dari tidurnya.

Zhou Fan yang sudah terbangun dari tidurnya pun mencari siapa yang sudah membangunkannya, ia pun menemukan seorang wanita paruh baya yang sedang memegang sebuah gayung di tangannya.

Wanita paruh baya itu pun sedang tersenyum, tapi senyumannya mengandung kengerian yang dapat Zhou Fan rasakan.

"Ah....apakah ibu yang menyiramku?" tanya Zhou Fan dengan ekspresi kikuk, dia sebenarnya merasakan ketakutan saat melihat ibunya yang saat ini terlihat sedang kesal.